CINTA DAN PENYESALAN
[Epilogue : Penyesalan]
.
Yuta Nakamoto
Lee Taeyong
TaeYu; Taeyong x Yuta
.
Yaoi; BoyxBoy; BL
.
Rated : T
Genre : friendship; angst, hurt/comfort
Oneshoot
.
PERHATIAN
Tokoh milik Tuhan YME, agensi dan orang tua mereka. Aku hanya meminjam nama mereka. Cerita dan alur berasal dari pemikiran aku.
Cerita ini hanya fiktif sebagai penghibur untuk para pembaca. Apabila ada kesamaan alur seperti penulis lainnya dan cerita seperti di dunia aslinya, mohon dimaafkan.
.
.
Selamat membaca!
Sejak kepergian Yuta lima tahun lalu membuat perubahan besar dalam hidup Taeyong. Ia menyadari betul apa yang sudah ia lakukan hingga membuat sahabatnya itu tidak pernah terdengar kabarnya lagi dan malah tiba-tiba menghilang dari kehidupannya.
Selama lima tahun itu pula ia mengetahui beberapa fakta kelam yang tidak ia ketahui selama ini. Kedua orang yang ia sayangi, ternyata sama-sama menyembunyikan sesuatu di belakangnya.
Sekitar satu tahun yang lalu Taeyong mengetahui bahwa Ten hanya memanfaatkan dirinya. Pemuda mungil itu kepergok tengah bercumbu dengan seorang pemuda tinggi berdarah Amerika-Korea yang diketahui bernama Johnny dan pemuda itu adalah mantan kekasih Ten. Ditambah beberapa gossip beredar kalau Ten berpacaran dengannya hanya untuk mengembalikan nama baiknya di depan teman-teman sekolahnya karena sudah dicampakkan oleh Johnny –yang fakta sesungguhnya adalah Ten yang mencampakkan Johnny.
Mereka mengakhiri hubungan itu setelah Taeyong mengetahui semuanya dan ia langsung menjauhi Ten bagaimanapun caranya.
"Kau tidak ada bedanya dengan cewek murahan yang selama ini mengejar popularitas dengan berpacaran denganku." Kata Taeyong kepada Ten saat mereka berdua bertemu di gerbang sekolah.
Sejak saat itu Taeyong sadar bahwa yang ia lakukan selama ini ternyata salah dan membuat sahabatnya terluka. Ia sudah mengabaikan Yuta, mengabaikan semua peringatan dan nasihat Yuta hanya karena seorang pemuda Thailand itu.
Enam bulan yang lalu ia memaksa Doyoung dan Winwin untuk mengungkapkan keberadaan Yuta saat ini dan alasan pemuda Jepang itu tiba-tiba menghilang dari hidupnya. Namun yang didapatnya bukanlah jawaban yang memuaskan. kedua teman baik Yuta itu hanya mampu menceritakan secara garis besar –karena mereka telah bersumpah untuk menutup mulut jika ada yang bertanya keberadaan Yuta.
"Yuta menjalani operasi dan memutuskan untuk pergi karena tidak ingin membuatmu khawatir." Ucap Doyoung.
"Operasi?" ulang Taeyong dengan dahi berkerut dalam. "A-apa maksud kalian?! Jadi selama ini ia sedang sakit?!" seru Taeyong.
Doyoung dan Winwin berpandangan sesaat. Mungkin mereka harus sedikit membocorkan satu fakta Yuta yang seharusnya tak pernah diketahui Taeyong.
"Iya, dia sakit." Winwin menarik napas. "Hanahaki disease."
"Apa?" dahi Taeyong semakin berkerut dalam.
Setelah itu keduanya tidak memberitahu lebih lanjut tentang penyakit itu. membuat tanda tanya besar di kepala Taeyong.
Beberapa minggu setelahnya Taeyong mengetahui kebenaran penyakit itu. Hanahaki disease, penyakit itu disebabkan oleh cinta bertepuk sebelah tangan. Orang yang terkena penyakit itu akan memuntahkan kelopak-kelopak bunga. jika terus dibiarkan bunga-bunga itu akan tumbuh dalam paru-parunya dan memenuhi seluruh rongga dada.
Penyembuhan penyakit itu ada dua. Dengan cara membalas perasaan si penderita. Dan yang kedua dengan jalan operasi mengangkat tumbuhan yang ada di dalam tubuhnya. Dengan risiko semua perasaannya kepada orang yang disukai akan hilang sepenuhnya.
Sedikit demi sedikit Taeyong sadar bahwa penyebab Yuta sakit adalah dirinya. Selama ini sahabatnya itu menyukai dirinya dan ia tidak menyadarinya, bahkan mengabaikannya. Taeyong ingat ketika Yuta tiba-tiba saja terbatuk di perpustakaan dan ia menemukan dua kelopak bunga krisan kuning di tempat Yuta berdiri.
"Krisan kuning… cinta yang diabaikan." Batin Taeyong. Ia memandangi beberapa pot bunga krisan kuning di sebuah toko bunga. ia tersenyum kecut ketika membayangkan Yuta terbatuk-batuk memuntahkan bunga-bunga itu.
"Pasti perasaanmu sudah hilang…" ucapnya lirih. ia mengulurkan tangannya, menyentuh kelopak bunga krisan kuning itu. "… apakah masih ada harapan?"
.
Hari itu Taeyong memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di pinggiran sungai Han. Musim semi telah tiba, banyak sekali orang yang berada di sekitar sungai Han untuk menikmati hari pertama musim semi.
Ia berdiri di dekat pagar pembatas, memandang sungai Han yang terbentang panjang dan indah. Angin berhembus semilir mengibarkan surai hitamnya yang mulai memanjang. Kedua matanya memandang sepenjuru tempat indah itu.
Namun tiba-tiba saja ia membeku di tempatnya. Ia melihat sosok seseorang yang sangat ia kenali. Sosok yang selama ini selalu muncul dalam mimpi dan imajinasinya. Orang yang selama ini menghilang dari hidupnya. Kini, Yuta, pemuda Jepang itu tengah berdiri jauh di depannya yang juga sedang memandang sungai Han.
Perlahan kedua tungkainya melangkah mendekati pemuda itu. jantungnya berdegup kencang di setiap langkah yang ia ambil. Ketika ia telah berada di dekat pemuda itu, ia semakin tidak percaya bahwa Yuta sedang ada di sini, di hadapannya.
"Yu… Yuta…" lidahnya bahkan kelu ketika ia mencoba memanggil nama yang selalu ia igaukan sepanjang tidurnya.
Pemuda manis itu menoleh. Parasnya masih tetap manis, sama seperti teakhir kali ia bertemu. rambutnya kini dicat berwarna keunguan.
"LEE TAEYONG!" seru Yuta disertai senyuman secerah mataharinya. Ia langsung menghambur memeluk sahabatnya itu. dan tentu saja dibalas pula oleh Taeyong tak kalah eratnya.
"Jika suatu saat Yuta bertemu denganmu dan ia langsung memelukmu dengan senyum secerah mataharinya… itu tandanya ia telah berubah." Kata Doyoung memberi petuah.
"Berubah? Bukankah Yuta memang seperti itu?"
Doyoung mengalihkan pandangannya keluar jendela kelas. "Jika Yuta masih mencintaimu, maka tatapan dan perilakunya akan sama seperti sebelum ia menjalani operasi. Namun, kalau ia bersikap seperti pertama kali bertemu denganmu dengan reaksi heboh, itu tandanya ia telah berubah." Doyoung kembali memusatkan atensinya kepada Taeyong. "Itu artinya ia telah menghilangkan perasaannya padamu."
'Apakah masih ada harapan?' batin Taeyong sembari mengeratkan pelukannya ke tubuh Yuta.
"Aigoo! Taeyong-ah! Lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu?! Apa baik-baik saja?! Hey, kau bertambah kurus! Makan apa kamu selama ini?" Yuta menghujani Taeyong dengan banyak pertanyaan ketika pelukan itu terlepas.
Taeyong menatap lekat-lekat mata Yuta. Sinar matanya berbeda dengan terakhir kali ia melihat sinar mata itu. Yuta telah berubah dan perasaannya pada Taeyong telah hilang seluruhnya.
.
Pandangannya tak pernah lepas dari wajah pemuda manis yang sedang asik berceloteh tentang kehidupannya selama lima tahun ini. Ia begitu merindukan sikap cerewet sahabatnya itu, merindukan sikapnya yang benar-benar urakan dan serampangan. Taeyong rindu semua hal tentang Yuta.
"…dan di sinilah aku. Hari ini hari pertama musim semi dan aku sangat merindukan Korea." kata Yuta. Ia menoleh, lalu dahinya berkerut ketika Taeyong tidak meresponnya sama sekali. Hanya memandang wajah Yuta tanpa sedikitpun mengalihkan atau merespon ucapan Yuta.
"Taeyong-ah?" panggil Yuta yang kemudian membuat Taeyong kembali ke kesadarannya.
"Kau melamun?" tanya Yuta.
Taeyong menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "O-oh… t-tidak… ah iya, pasti kau merindukan Korea." kata Taeyong diiringi kekehan pelan –karena ketahuan memandangi wajah Yuta.
Yuta tertawa pelan, kemudian memukul bahu sahabatnya dengan gemas. "Kau tidak berubah ya. Masih sama saja dinginnya."
Keduanya terdiam beberapa saat. Taeyong meremat kedua tangannya, perasaannya mendadak gugup, apalagi ketika tubuh mereka tidak sengaja bersentuhan.
'Aku merasakan sensasi aneh ketika bersama sahabatku…' batin Taeyong. Ia kembali memandang paras manis Yuta, yang menurutnya malah semakin manis, karena pemuda Jepang itu terlihat telah melepas semua beban hidupnya.
"Kau tau, Taeyong-ah. Aku merasa seperti hidup kembali." Tiba-tiba Yuta berucap tanpa mengalihkan pandangannya ke sungai Han. Ia menarik udara sedalam-dalamnya hingga memenuhi seluruh rongga dadanya, dan menghembuskannya perlahan. "Aku terlahir kembali."
Taeyong memaksakan senyum. "Ya, kau seperti hidup kembali."
"Mungkin kau sudah tahu tentang penyakitku." Yuta menoleh, tersenyum manis kepada Taeyong. "Hanahaki disease. Penyakit yang menggerogoti paru-paruku…"
Taeyong terdiam, sambil menyelami mata hitam Yuta yang bagaikan mutiara hitam.
"… dan perasaanku."
Kepalanya tertunduk, namun senyumnya tidak luntur. Ia kembali menarik udara sebanyak-banyaknya, merasakan semua beban yang selama ini berada di dadanya terangkat sepenuhnya. "Aku merasa semua beban dalam hatiku, perasaan aneh dan semua hal yang menggangguku selama ini terangkat bagaikan embun di pagi hari yang menguap. Benar-benar terasa ringan seperti kapas dan aku merasa dilahirkan kembali."
"Kau tentu bahagia." Celetuk Taeyong. 'Tapi tidak denganku…' batin Taeyong.
"Aku pernah tersiksa karenamu beberapa tahun yang lalu. aku sengaja tidak memberimu kabar, aku tidak ingin membuatmu khawatir. Namun sepertinya aku salah, seharusnya kita saling terbuka satu sama lain sehingga tidak ada salah paham. Tapi ego mengalahkan segalanya. Egomu, egoku, kita sama-sama mengejar kebahagiaan…"
Yuta menatap Taeyong dengan senyum secerah mataharinya. "… Dan aku tidak ingin merusak kebahagiaan sahabatku, tentunya."
Dada Taeyong terasa sangat sesak. Senyum matahari itu kali ini terasa sangat menyengat hatinya. Padahal ia yakin serratus persen senyum itu akan selalu menghangatkan hatinya yang dingin dan terasa nyaman. Namun senyum itu kali ini terasa berbeda.
Perasaan bersalah, penyesalan, kebahagiaan yang berubah menjadi kesedihan, Taeyong menyesali semuanya.
"Bisakah kita memulai semuanya dari awal?" ucap Taeyong dengan suara bergetar.
Wajah Yuta berubah semakin cerah. Ekspresinya terlihat terkejut di awal, perlahan-lahan sorot mata itu meredup disertai senyum hangatnya. "Tentu saja! Kita 'kan sahabat!"
'Bisakah aku berharap lebih padamu?'
"Kita bisa memulai semuanya dari awal, menjadi sahabat yang selalu terbuka satu sama lain. Memberikan dukungan dan ejekan yang membuat kita tertawa… seperti dulu! Tanpa ada beban hati dan rasa canggung." Ucap Yuta, ia menunjukkan kelingkingnya kepada Taeyong. "Berjanjilah padaku kita akan bersahabat selamanya."
Taeyong menyambut kelingking itu dengan kelingkingnya. "Ya, sahabat selamanya." Balasnya dengan berat hati.
"Yuta-kun, boleh aku mengatakan sesuatu?"
"Mengatakan apa, Taeyongie?"
Taeyong menelan ludahnya dengan gugup. "Aku tau ini salah. Tapi aku ingin sekali mengatakannya bahwa aku menyesal selama ini telah membuatmu terluka. Aku memang berjanji tidak akan pernah melukaimu. Tapi…" ia menghentikan ucapannya, menunggu reaksi dari Yuta. Tapi pemuda di hadapannya hanya memiringkan kepalanya.
"….Bolehkah aku berha—"
"Kau di sini rupanya, Yuta-kun!"
Mereka berdua tersentak mendengar seseorang memanggil Yuta. Taeyong melihat seorang pemuda tinggi berambut pirang mengenakan kemeja hitam bergaris yang dipadukan kaos polos berwarna putih di dalamnya. Pemuda tinggi membawa dua kaleng soda dan sebuah platik yang sepertinya berisi makanan.
"Hansol hyung!" seru Yuta. Ia berdiri dari duduknya, kemudian memeluk lengan pemuda pirang bernama Hansol itu.
"Hey, aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau di sini bersama…" Hansol mengerutkan dahinya melihat Taeyong yang hanya terdiam. "… siapa dia?"
"Oh iya, dia yang selama ini aku ceritakan." Kata Yuta bersemangat. "Hansol hyung, kenalkan dia Lee Taeyong, sahabatku sejak SMP." Dan Yuta mengalihkan atensinya kepada Taeyong dengan mata berbinar.
"Dan Taeyong-ah, ini Ji Hansol, dia—"
"Pacarnya Nakamoto Yuta." Sahut Hansol. Yang dijawab anggukan antusias dari Yuta.
Dunia Taeyong seolah berhenti berputar. Dua pemuda di depannya sedakan menjauh perlahan-lahan disedot waktu dan meninggalkannya sendirian. Satu fakta menyakitkan lagi bagi Taeyong.
Yuta sudah memiliki pacar.
"Kami sudah berpacaran sejak satu tahun ini. Tadi aku sudah bercerita padamu bahwa sebenarnya aku telah kembali ke Korea sejak dua tahun silam. Saat itu aku baru masuk ke universitas di sini dan beberapa bulan kemudian kami bertemu." Ungkap Yuta. Ia mengeratkan pelukannya di lengan Hansol dengan manja.
Tiba-tiba saja dada Taeyong terasa diselimuti perasaan sakit yang tidak mampu ia ungkapkan. Ia ingin sekali merobek dadanya, membuang semua perasaan sakit itu sejauh-jauhnya.
'Apa ini yang dirasakan Yuta waktu dulu?'
"Wah… wah… S-selamat! Berbahagialah kalian!" dengan sangat terpaksa Taeyong mengatakan itu.
'Aku tidak tahu harus sampai kapan menyesali ini. Aku benar-benar menyesal telah mengabaikanmu dulu. Dan bodohnya aku.. kalau aku mencintaimu!'
Hansol berbisik di telinga Yuta, lalu dibalas anggukan oleh Yuta.
"Maafkan aku, Taeyong-ah. Kami harus segera pergi melanjutkan kencan kami hari ini. Kapan-kapan kita bertemu lagi ya. Kau bisa meminta nomorku pada Doyoung karena nomor lamaku sudah hangus."
Taeyong mengangguk lemas.
"Kami pergi dulu, Taeyong-ah…" Yuta melambaikan tangannya dan mereka berdua pergi meninggalkan Taeyong sendirian di taman itu.
Ia hanya mampu memandang kedua sosok itu menghilang dari pandangannya. Tubuhnya mendadak kaku dan tidak berdaya. Ia terduduk di sana dengan sejuta perasaan kehilangan. Tangannya meremat dadanya yang ternyata semakin sakit.
Ia menyadari seperti inilah rasa sakit yang Yuta rasakan ketika melihat dirinya bersama Ten. Sahabatnya itu pasti mati-matian menyembunyikan semuanya ini darinya. Dan inilah karma.
Taeyong terbatuk, dan batuknya terasa semakin hebat. Ia membelalakkan matanya ketika melihat empat kelopak bunga keluar dari mulutnya.
"Asphodel…" gumamnya. Bunga asphodel, bunga yang sangat Taeyong tidak sukai.
Tangannya meremat kelopak asphodel itu dan satu tangannya lagi diletakkan di dadanya. Ia tertunduk dan menangis diam-diam. Taeyong tahu benar arti dari bunga asphodel. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dan rasa sakitnya kali ini hamper menyebar di seluruh dadanya.
'Biarkan rasa sakitnya menjalari dadaku, kalau perlu seluruh tubuhku. Aku pantas mendapatkannya.'
Bunga asphodel, yang memiliki arti penyesalanku padamu sampai akhir.
.
.
.
.
END
Cuap cuap penulis!
Epilogue telah dibuat! Sesuai janjiku minggu lalu, dan hasilnya adalah Sad Ending. Duh, Taeyong ditinggal pergi sama Yuta. Tapi Yuta nggak mati kok.
Terima kasih untuk pembaca setia yang telah memberikan masukan melalu review.
Chochopanda99 | guest | Yuta Noona | Kim991 | ichiruuu | Kalsium | vanderwood | dhantieee | JenTababy | | alvirajn | aspartam
Dan terima kasih untuk follow&fav dari pembaca lainnya. Walaupun tidak banyak, tapi aku sangat menghargainya ^^
Semoga kalian suka dengan FF ini. Terutama epilognya yang mungkin terasa hambar. Tapi kemarin ada yang bilang baper ya hehehe…
Selamat bertemu kembali di FF selanjutnya! (jika aku tidak sibuk)
Arigatou gozaimasu! Gamsahamnida!