Flakka

by: roxanne

Sudah lewat satu jam dari waktu janjian, dan mataku sudah pegal untuk mengecek waktu diponselku, kakiku sudah ada digaris kesetimbangan antara berdiri atau patah. Aku menunggu seseorang yang aku sebut pacar, ya pacar, kita mengalami yang namanya date by accident. Aku dan dia berpacaran karena dia memperkosaku secara teknis, dan sebagai tindakan tanggung jawab dia memacariku. Walaupun bukan benar-benar sebuah pertanggung jawaban, tapi yasudahlah apa yang aku bisa harapkan dari seorang bocah brengsek sepeti Sehun.

Ngomong-ngomong aku sudah muak menunggunya didepan sebuah pusat pembelanjaan ditengah terik matahari, sejujurnya kulitku sudah memerah. Tapi karena ini kencan pertamaku setelah tiga tahun lamanya, jadi aku rela sedikit berkorban.

Drrrt

Itu pesan masuk dari Sehun.

Sehun: maafkan aku nunna, aku tertidur. Bisakah kita kencan dilain waktu?

Satu ha l yang ingin aku lakukan saat ini, adalah menyerangnya dengan stiletto merah yang sedang aku pakai. Keselahan apa yang aku perbuat di masa lalu sehingga mengenal orang seperti Sehun? Untung saja dia tampan, aku sedikit mentoleransinya karena dia tampan.

Luhan: Datang! Atau ku musnahkan milikmu!

Sudah cukup aku berdiri seperti orang bodoh disini, hingga aku memutuskan untuk memasuki pusat pembelanjaan dan melakukan me time sambil menunggu bocah keparat tersebut. Aku sedang melihat-lihat beberapa pallete pada salah satu stan make up ketika dia datang dengan wajah kusutnya.

"Nunna…" dia menghampiriku sambil mengusap-ngusap matanya khas orang baru bangun dari kesadarannya. Jadi dia tidak mandi. Kencan pertama yang menajubkan.

"lebih baik kau bantu aku membawa barang belanjaanku sebelum aku benar-benar memusnahkan milikmu" dia mengangguk malas dan mengambil beberapa mengambil kantung belanjaan yang ada ditanganku.

Ternyata kencan dengan Sehun tidak seburuk yang aku bayangkan. Mungkin efek usia mudanya, jiwa mudaku bangkit kembali –agak aneh aku mengatakan ini diusiaku yang dua puluhan-. Kami bermain di game center kembali ke zaman masa junior high school ku dulu, makan cemilan di beberapa stan yang kami lewati, membaca kartu tarot dan akhirnya kami disni untuk makan siang –yang sangat telat-.

Tempat makan yang kami datangi adalah sebuah restaurant ayam goreng, jangan harapkan dia aan membawaku ketempat restaurant italia atau prancis dengan suasana remang-remang, romantis maksudku.

"apa milik nunna enak?" dia menunjuk pada chiken wings milikku.

"lumayan..." jawabk sekenanya.

"Sehun ingin" dia menarik tanganku untuk menyuapkan daging ayam yang ada ditanganku ke mulutnya. Ia bahkan menjilat-jilat jari-jariku untuk membersihkan saus ditanganku. Damn Sehun, aku akan kehilangan kontrol atas diriku jiga kau tidak berhenti sekarang. Aku menarik tanganku dan mendengus kesal mengomelinya betapa joroknya yang ia lakukan –namun tidaak sejorok pikiranku-, dia tampak tidak peduli dan melanjutkan mengunyah ayam miliknya.

Plak

Kau ingin tau itu suara apa? Itu suara yang berasal dari pipiku yang beradu dengan sebuah tangan milik bocah berseragam senior high school. Dia bocah perempuan yang berwajah sedikit cantik –karena tentunya aku yang terbaik-, dia tampak manis dengan pipi yang chubby jika saja dia tidak menamparku. Hidungnya memerah karena tangisannya.

"Tante! Tidakkah kau bertindak amoral terhadap Sehunku!?" dia berteriak padaku ditengah tangisannya. Oh tidak ini akan menjadi hari yang panjang. Amoral? Bocah lelaki idiot di depanku ini yang sebenarnya bertindak amoral padaku.

"Kau menamparku, dan mengatakan aku amoral. Tolong jaga sikapmu young lady"

"Kau membayar Sehunku untuk kesenangan priadi. Aku tau bahwa Sehunku sedang homeless. Tidakkah kau memanfaatkannya? Kau sungguh tidak menarik jadi aku mengerti kau tidak memiliki kekasih, dan ingin memiliki kekasih. Tapi bisakah jangan memanfaatkan kesulitannya?" katakan padaku alasan logis untuk tidak menyincang bocah ini. "Dan kau oppa, katakanlah padaku jiga kau butuh sesuatu aku akan memberikannya padamu, bahkan jika aku harus menghabiskan seluruh uangku."

"Dengar ya bocah, aku dan dia adalah sepasang kekasih, dia adalah pacarku, r. Tidak ada sistem sewa-menyewa dalam hubungan kami. Jadi tolong pergi sebelum aku meremukanmu." Wanita ini menangis tersedu-sedu, aku yang kesal setengah mati, lalu apa yang Sehun lakukan? Dia adalah peran utama yang menikmati drama yang dia ciptakan. Aku benar-benar tidak menyukai situasi ini, kami menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung, layaknya drama-drama picisan. Dan aku adalah peran antagonis yang mengahacurkan cinta murni ke dua bocah ini, dan membuat bocah ini menderita hingga menangis meraung-raung. Bagi siapapun yang melihat kejadian ini perlu aku tekankan, jalan cerita kisah cinta yang dibayangkan kalian tidaklah benar. Bahkan aku pun ragu bahwa Sehun benar-benar mengenal perempuan ini, karena dia tidk bereaksi apapun.

"Kau tidak mungkin. Sehun adalah pacarku."

"Itulah kenyatannya."

"Tidak kau yang berdelusi Tante!" sesunggunya kaulah yang berdelusi.

"Nayoung-ah hentikan." Jadi manusia idiot ini benar-benar mengenal bocah gila ini.

"Sehun oppa, katakan padanya bahwa aku adalah pacarmu. Dan tolong katakan pada1nya untuk berhenti mengkhayal, berhenti menyedihkan dan mengaku-ngaku sebagai kekasihmu"

"Tidak Nayoung, dia memang pacarku" mampus kau bocah, dan tolong atur pikiran kalian para pnnton berhentilah elihatu sebagai pera antagonis.

"Tidak! Aku yang pacarmu oppa. Apa kau ditekan dia? Apa dia mengancamu?"

"Tidak" senyumku semakin melebar atas jawaban Sehun.

"Jadi aku siapa bagimu"

"Kau juga pacarku."

Sehun kau benar-benar brengsek.

.

.

FIN

Dari sekian lama gak pernah nulis, tolong dimaafkan kalau gaya bahasa dan alur sangat jauh bebeda dari aku yang dulu.

Cerita ancur atau gak jelas, tolong maklumi udah lama gak nulis ide mati.

Cerita pendek, sudah untung bisa nulis satu lembar juga.

Typo bertebaran, diketik bareng laporan maklumi juga ya.

Fast update, gak janji udah tingkat akhir woy.

Lanjut fanfict lain, maybe yes maybe no