Tittle : Last Love

Author : Keiko Yummina

Cast : HunHan (Oh Sehun & Xi Luhan), Slight KaiSoo, ChanBaek

Genre : Romance

Length : Three Shoot

Rated : T

WARNING! YAOI

bagi yang tidak suka YAOI mending gk usah baca!

Hunhan Born 11 Januari


THREE


Kami menunggu acara dimulai yang kira-kira kurang setengah jam lagi dihabiskan dengan obrolan-obrolan yang entah dari mana awalnya. Membahas beberapa hal mengenai diri masing-masing. Hingga pada suatu pertanyaan yang membuat wajahku memerah.

"Luhannie hyung. Bagaimana perasaan mu sekarang?"

"Em.. aku.. aku.. sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan Sehunnie jelek?"

"Yak! Kenapa kau terus saja mengataiku jelek. Aku ini tampan Luhannie cantik."

"Aish Sehun. Kenapa kau malah balik membahas hal lain sih. Jawab dulu. Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan?"

"Em.. Sebenarnya, aku ingin tau bagaimana perasaan mu padaku."

"Em, entahlah Sehunnie. Aku belum yakin dengan perasaan ini. Lalu bagaimana dengan perasaan Sehunnie?"

"Kau adalah orang yang terkadang begitu sulit untuk ku. Tapi entah mengapa ada sesuatu hal yang membuatku merasa nyaman dengan mu. Aku selalu saja merasa kesepian dan khawatir jika tidak ada dirimu di sekitarku maupun tidak mendengar kabarmu sehari saja. Dan..dan.."

"Dan apa Sehunnie?"

"Sepertinya ku menyukaimu, Luhannie hyung."

Entah mengapa saat Sehun berkata seperti itu. Hatiku sangat senang. Seakan jutaan volt listrik memenuhi seluruh tubuhku hingga megalir ke kepalaku dan membuatku serasa heng diwaktu yang bersamaan dengan detak jantung ku yang kian bergenderang dan berpacu dengan cepatnya.

"…" Aku tersenyum dengan sendunya setelah mendengar penjelan Sehun tentang perasaannya saat ini.

"Luhannie hyung. Kenapa wajah mu memerah. Telinga mu juga? Apa kau benar-benar kedinginan?"

"Ah, ne.." Sehun segera melepaskan jaket bomber nya dan memakaikannya padaku.

"Tidak usah Sehunnie. Nanti kau akan kedinginan."

"Ini tidak sedingin itu Luhannie hyung."

"Kalau begitu mendekatlah kesini. Biarkan kita memakai syal ini bersama." Aku melilitkan ujung syal ku yang lain ke leher Sehun setelah dia mendekatkan duduknya di sebelahku.

Kembang api akan segera di nyalakan. Kami menghitung mundur pada hitungan ke sepuluh.

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1 DOR.. DOR.. Suara kembang api menggema menampakkan gemerlap api yang membentuk tulisan Heppy New Years 201-

Aku memandang takjup rangakaian kembang api yang menampilkan berbagai bentuk dengan cantiknya di langit malam. Hingga aku tak sadar seseorang di sampingku ini tidak melihat ke arah kembang api di atas sana seperti yang aku lakukan. Melainkan ia memandangiku wajahku dengan teliti. Aku tersadar ketika bunyi kamera ponsel yang mengarah padaku. Dan seketika aku menoleh kea rah pelaku pemotretat tanpa ijin yang tepat berada di sebelahku dengan senyum mengembang sama seperti ku.

"Cekrek." bunyi ponsel itu.

"Apa yang kau lakukan Sehunnie? Kenapa kau mengambil fotoku tanpa ijin." Aku pura-pura cemberut. Dan sekali lagi suara ponsel itu berbunyi.

"Cekrek."

"Sehunnie Jelek."

"Kau sangat cantik Luhannie hyung."

"Aish.. menyebalkan."

Aku kembali mengerucutkan bibirku, seketika kurasakan sebuah benda kenyal nan manis menempel tepat di atas bibir plum ku. Aku melotot karena tekejut dengan ciuman Sehun yang tiba-tiba. Tapi kemudian aku mengikuti permainannya dan memjamkan mata ikut menikmati permainan yang Sehun berikan.

Selang hampir 3 menit aku kehabisan nafas dan seketika aku mepuk dadanya, agar melepaskan pertautan kami. Tautan itupun lepas, sedikit tidak elit memang aku mengirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-paruku yang terasa seperti kosong.

"Maaf hyung. Aku tidak bermaksud melakukannya."

"…" Aku pun merunduk karena malu.

Suasana terus menerus canggung sampai kami berdua pulang.

Flashback Off

Aku berjalan ke arah meja belajar dan menarik kursinya hingga ke dekat jendela. Kulihat keluar jendela kamar ku yang tepat mengarah ke jalan raya. Sorotan cahaya dari kembang api terlihat bergemerlapan di atas langit sana membawaku seolah kembali saat itu.

Hari ini adalah valentine day.. yap tepat tanggal 14 Februari. Sepulang dari kampus aku berjalan menuju halte bis. Aku melewati kedai bubble tea langganan yang biasah aku datangi. Entah dengan kedua sahabatku, atau dengan teman sekelasku, maupun saat dulu aku sering mengunjunginya dengan Sehun. Kulihat kedai itu di hias dengan pernak–pernik syarat akan valentine day seperti biasanya. Bahkan aku sempat membaca beberapa menu baru khusus untuk valentine day dengan bertemakan coklat.

Aku duduk di halte tempat biasa aku menunggu bis. Sekitar 5 menit aku menunggu bis datang dan aku segera menaikinya. Terlintas di otak ku sebuah kata "chocolate". Membawaku kembali pada ingatan itu. Ingatan yang membuatku harus mengubur dalam-dalam perasaanku yang telah ku yakini, yaitu cinta.

Flashback On

Pagi itu Do memintaku untuk datang ke rumahnya. Karena hari ini ia ingin membuat coklat untuk namjachingu nya yaitu Kai. Karena besok adalah valentine day. Do meminta aku membantunya membuat coklat-coklat cantik sambil mengajariku cara membuat.

Kami berbelanja beberapa bahan, yang tentu saja aku hanya ikut membatu Do dengan mendorong trolli untuk membawa bahan-bahan yang akan dibeli. Aku mengikutinya kesana-kemari mengumpulkan bahan yang sudah ia catat di lembar daftar belanjaan. Setelah mendapatkan apa yang kami butuhkan. Kami pun pulang ke rumah Do untuk segera membuat itu.

Usai menyiapkan alat-alat membuat coklat cantik. Aku menyebutnya cantik karena Do sungguh sangat mahir membuat coklat itu terlihat indah di pandang mata dan rasanya juga tak kalah enak dengan penambahan toping-toping yang menggugah selera.

Do menyuruhku untuk membantunya membengaduk coklat yang sedang dipanaskan sedangkan dia menyiapkan cetakan dan beberapa toping beserta alat hiasnya. Aku mengikuti setiap instruksi yang Do berikan. Dia mengajariku dengan telaten. Selama hampir 3 jam tak terasa kami membuat coklat yang awalnya hanya coklat batangan, berubah menjadi coklat cantik dengan model seukuran genggaman tangan dan toping yang menghiasi bagian permukaanyan.

"Ini seperti ini, lalu seperti ini." Katanya. Saat Ia mengajariku bagaimana mengemas coklat-coklat itu ke dalam kardus yang juga tlah kami beli tadi. Kardus coklat itu berbentuk persegi panjang dengan warna coklat tua polos. Do tadi tidak lupa membelikan sebuah pita berwarna cream untuk membuat sipul pita pada tengah kardus itu. Bahkan tangannya yang trampil menalikan pita itu menjadi bentuk kupu.

"Ini untuk mu. Berikan kepada seseorang yang special di hatimu."

"Bolehkah? Lalu bagaimana dengan mu?"

"Hum.." Sambil menganggukkan kepala tanda mengiyakan pertanyaan ku. "Aku masih bisa mengemasnya lagi. Aku tadi juga membeli dua kardus dan pita yang berwana beda. Terimakasih karena kau membantuku hari ini Luhan ."

"Terimakasih juga Do ya." Aku pun bertimakasih pada Do yang telah mengajariku membuat coklat-coklat cantik dan memeluknya.

Aku pun pulang dengan senangnya setelah sampai di rumah. Coklat tadi kusimpan di lemari pendingin untuk ku berikan pada seseorang besok. Aku tak sabar menunggu hari esok.

Pagi ini semua tempat sepanjang jalan seakan merayakan valentine day dengan meriah. Bahkan berjajaran toko-toko dengan pernak-pernik bertemakan valentine day. Di perempatan jalan pun ada beberapa orang yang membagikan mawar merah untuk orang –orang yang melewati mereka.

Seharian kampus juga ramai. Beberapa mahasiswa popular mendapat coklat dan bunga mawar merah dari para penggemarnya. Bahkan aku saya yang merasa tidak popular sama sekali mendapat banya coklat entah aku tak tau dari mana saja. Alahasil tas ku penuh dengan coklat coklat.

Perkuliahan ku selesai sekitar pukul 13.40 KST. Aku segera pergi ke gedung jurusan musik berniat menemui Sehun untuk mengajaknya makan siang karena aku tahu jam segini Sehun juga sudah selesai kuliah. Kali ini aku tidak mengabarinya saat aku datang karena aku akan memberi kejutan untuknya.

Aku berjalan menuju tempat biasanya dia menungguku. Saat aku berniat mendatangai tempat itu. Dari kejauhan aku melihat gerombolan perempuan dan beberapa uke sedang mengerubungi seseorang, sepertinya mereka memang sedang memberikan sebuah coklat untuk seseorang yang tertutupi dengan tubuh orang-orang itu. Saat seseorang yang berada di depan orang yang dikerubungi itu pergi setelah memberikan coklat dan bunga pada orang tersebut. Dan disanalah aku melihat Sehun yang daritadi aku cari-cari. Hatiku sedikit ciut saat ku lihat Sehun membawa banya coklat. Coklat yang ku bawa dan rencananya akan ku berikan pada Sehun dengan segera aku sembunyikan dengan berbalik badan dan memasukkannya ke dalam tas sebelum Sehun tau aku ada di sini.

Setelah itu aku berbalik dan menghampiri Sehun. Sehun sedikit kaget saat melihatku berdiri di hadapannya. Di sisi-sisi sehun ada Chanyeol dan Kai yang sepertinya juga mendapat banyak coklat dari para fansnya.

"Wow.. tenyata penggemarmu banyak sekali ya Sehunah." Aku sedikit kesal melihat coklat-coklat itu. -_-

"Ah, Luhannie hyung. Kenapa kau tidak memberitahuku kalo kau kesini."

"Hihihi, aku ingin memberimu kejutan."

"Tumben-tumbennya kau memberi kejutan."

"Hihihi."

"Ow iya apa kau mau?" Sehun menawarkan coklat-coklatnya.

"Bolehkah?" Aku menyeringai tanda jika coklat-coklat itu tidak berate apapun untuk Sehun.

"Tentu saja. Bahkan kau bisa mengambilnya semua." Sehun memasukkan coklat-coklat itu ke dalam sebuah paperbag yang entah apa isinya dari fans nya menjadi satu.

"Terimakasih Sehunnie."

"Sama-sama Luhannie hyung. Oh iya, apa kau sudah lapar hyung?"

"Iya, ayo makan!"

Kami pun makan di kantin kampus. Tak lama setelah itu kami pulang bersama dengan menggunakan bis seperti biasah.

Di dalam bus aku memperhatikan sesekali kea rah Sehun lagi. Karena dari tadi aku bertanya-tanya mengapa pandangan Sehun menyiratkan sebuah kesedihan. Kami duduk bersebelahan hingga aku terpergok oleh Sehun memandanginya.

"Kenapa kau memandangi ku seperti itu, Luhannie hyung?"

"Aniya.." Aku mengelak.

"Bilang saja aku ganteng."

"Ckckck.. aniya. Kau Oh Sehun Jelek…" Menekenkan kata jelek di akhir kalimat dan menjulurkan lidah ku untuknya. Tiba-tiba aku merasakan sebuah bibir halus mencium bibir ku agar aku berhenti mengoceh.

"Oh Sehun.."

"Maaf Luhannie hyung. Jangan marah, ne?"

"…" Pipiku lagi-lagi bersemburat merah hingga ke telinga.

"Hyung. Kau tidak marah kan? Aku tidak akan mengulai lagi. Aku janji."

"Hemz. Aku pegang janjimu."

"Entah mengapa aku merasa ada yang salah dengan mu."

"Hem, dengan ku?"

"Iya, dengan mu. Apa ada masalah?"

"Hyung sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu hal pada mu." Serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku.

"Kau ingin mengatakan apa Sehunnie. Tidak usah berbelit-belit."

"Hyung, aku sempat bercerita padamu bahwa aku ingin melanjutkan belajarku ke luar negeri."

"Ne Sehunnie, kau sudah pernah bercerita padaku."

"Dan aku sempat mendaftar di University Of London."

"…"

"Aku di terima untuk melanjutkan study ku disana." Aku tercekat mendengar penuturannya.

"…"

"Aku akan berangkat akhir minggu ini." Dan kata-kata final darinya seakan menghantam diriku hingga ke dasar. Mataku mencari-cari celah kebohongan atau candaan yang biasa kami lakukan. Namun nihil tak bisa ku temukan sama sekali setitik kebohongan apapun di dalam binary matanya yang tajam.

"…"

"Hyung, Komohon katakana sesuatu. Mungkin kau bisa menghentikanku untuk tidak pergi dan membatalkan beasiswa itu." Dia terlihat frustasi karena aku sama sekali tak memberi respon atas penyataannya barusan. Lama aku terdiam. Halte berikutnya juga sudah terlihat. Dan aku baru menyadari bahwa panggilan kesayangan kami juga telah hilang dalam percakapan terakhir di bis ini.

"Sehun-ah. Apapun keputusan mu, dan segala hal yang memang ingin kau raih. Lakukanlah. Aku tidak berhak menghalangi jalan mu. Aku bukan siapa-siapa untuk mu. Aku hanya bisa mendo'a kan yang terbaik untuk mu. Pergilah. Selamat tinggal Sehun. Ow iya aku lupa. Selamat valentine day Sehun-ah." Bertepatan dengan itu bis yang aku tumpangi itu berhenti di halte yang jarak daritempat itu ke rumah kira-kira hanya 2 blok. Aku turun meninggalkan Sehun yang masih mematung setelah menyerahkan sebungkus coklat yang kemarin aku buat bersama Do, mengabaikan ungkapan Sehun yang belum sempat aku dengar.

Yeah, aku melepasnya pergi dengan membawa setengah hati ku bersamanya.

Flashback Off

Hari valentine yang menyisakan luka dan kekosongan hingga kini.

Hari ini adalah acara kelulusan ku bertepatan dengan diterimanya aku bekerja di salah satu galeri seni terbesar di Seoul. Sungguh senangnya diriku bisa langsung bekerja tanpa harus menunggu panggilan-panggilan di perusahaan yang aku lamar.

Tanpa menunda-nuda, aku langsung bekerja di galeri seni keesokan hari setelah aku diwisuda. Aku sedikit gugup karena ini pertama kalinya aku bekerja. Sebelum aku bekerja, kami, maksudku aku dan beberapa pekerja baru mendapat pelatihan dasar sebelum benar-benar bekerja di galeri seni. Beruntungnya aku yang biasa menangani hal seperti ini seperti acara pameran seni yang sering kami adakan. Karena hal itu membuatku terlatih dalam menghadapi pekerjaan seperti ini. Disini bahkan aku juga diberi ijin untuk memamerkan karya ku sendiri yang menurut pemimpim perusahan galeri seni ini cukup menarik dan sayang apa bila karya ku hanya disimpan. Jadi kata lain, aku tidak hanya bekerja untuk menerangkan karya-karya yang dipamerkan disana layaknya tourguid. Tetapi aku juga merupakan salah satu seniman yang ikut ambil bagian dalam pameran karya seni di galeri ini.

Saat aku sedang sibuk menerangkan beberapa karya seni yang dipajang di etalase galeri ini. Seeorang dengan suara familiar yang sangat aku hafal siapa pemilik suara itu, memnggil namaku.

"Luhan hyung."

Seketika aku menoleh ke belakang. Kedua mataku langsung mendapati sorotan mata tajam bak mata elang. Seketika aku meminta ijin pada pengunjung galeri seni untuk permisi, dan meminta Lao An menggaantikan posisi ku.

"Aku benar-benar tidak percaya kau ada disini." Sambil membekap bibir ku dengan kedua tangan, seakan tak percaya dengan orang yang ada dihadapanku dan aku menghampirinya. Kupercepat langkahku berlari kecil kearahnya.

"Ini memang benar aku, hyung. Oh Sehun."

"Aku benar-benar tidak percaya." Aku langsung menubrukkan tubuhku ke arahnya, saat di merentangkan tangannya seakan mengundang ku datang ke pelukannya. Sedetik kemudian kurasa pelukan hangat melingkupi tubuhku. Aku meneteskan air mata, dan seakan masih tidak percaya dengan apa yang ku temui hari ini.

"Percayalah hyung. Aku merindukan mu."

"Aku juga." Aku sedikit terisak.

"Hyung. Jangan menangis. Aku sudah disini. Aku ingin mengungkapkan kata yang selama ini tak pernah bisa aku ungkapkan." Mendengar perkataannya membuatku mendongakkan wajah ku kea rah wajahnya.

"Kau ingin mengatakan apa?"

"Hyung. Maaf karena aku pergi dari mu. Setiap detik, menit, jam, bahkan hari, aku selalu memikirkan mu. Sekarang aku kembali, hanya untuk mu. Hyung, aku mencintai mu."

"Aku juga mencintai mu, Sehun."

End


Mian kalo endingnya g' greget ya.

Ini sebenarnya cerita aslinya hurt. Dan cerita ini juga berkiblat dari kisah idup gw sendiri. Karena kemarin ada yang coment n gk setuju kalo ff ini bakalan dibikin hurt. Ya jadi gw berusaha ngubah alurnya biar heppy end. Cz jujur gw kagak suka sad ending. thanks udah mau baca n review. apalagi ngasih foll n fav.