"Maaf sekali, Nona Lu, tapi kami tidak menerima fresh graduate. Posisi yang tersedia memerlukan kompetensi tinggi, seperti orang-orang yang sudah bekerja lima atau enam tahun sebelumnya."

Luhan meneguk ludahnya kasar. Benar-benar sial, pikirnya. Setelah mempersiapkan diri dengan rok span diatas lutut, sepatu hak dengan heel 10 senti, serta riasan dari tangan salon Baekhyun, semuanya berakhir sia-sia. Ia pikir, ketika bertemu dengan sang interviewer yang juga merupakan CEO muda Oh Inc. ini, semuanya akan berjalan lancar. Lagipula senyum lelaki di hadapannya tak pernah hilang, sehingga Luhan semakin yakin bahwa dirinya diterima.

Padahal menurut Baekhyun, "Skill dan pengalaman itu tidak penting. Wajah dan keahlian ranjang, itu baru penting." yang lalu Luhan terpaksa mengikuti saran sahabat mulut bebeknya itu untuk berpakaian ketat dan minim.

"Kalau begitu, terima kasih tuan. Sekarang saya mohon undur diri."

"Undur diri? Wawancara ini belum selesai."

Luhan yang baru saja mengangkat bokongnya, kembali duduk kaku dan membalas senyum Sehun (nama yang tertera di papan nama diatas meja). Ia kembali ke posisi tadi, duduk tegak dengan kedua telapak tangan saling menumpu di atas paha.

"Kau punya keahlian?"

Luhan menggigit bibir merah ranumnya sebelum menjawab. "Saya adalah orang yang perfeksionis, sehingga tidak ada satu bidang yang menjadi keahlian khusus saya. Tapi untuk semua bidang, saya pikir saya cukup pandai."

"Semua bidang, hm…"

Luhan mengernyit ketika nada bicara Sehun berubah. Lelaki di depannya kemudian sibuk membalik-balik halaman kertas CV miliknya tadi.

"Termasuk menunggang kuda?"

"Ma-af?" Luhan memajukan wajahnya. Sehun masih menunduk sehingga mungkin saja dirinya tadi salah dengar.

"Menunggang kuda, kau ahli?"

Luhan mengedip-ngedipkan matanya dan kepalanya semakin mundur ketika Sehun menatapnya sensual.

"S-saya… tidak mengerti."

"Penis. Kau ahli menunggang penis, Nona?"

Mata cokelat Luhan semakin melebar intensitasnya. Ludahnya diteguk kasar, aura panas mulai merambat keluar dari pori-porinya, naik dari leher hingga ke pipi.

"Kalau dilihat dari pakaianmu, kurasa begitu."

Sehun mulai bangkit hingga membuat kursi hitamnya mundur. Ia berjalan, memutari meja, dan berakhir di sisi Luhan sembari setengah merunduk.

"Rok pendek. Bokong yang tercetak. Kemeja tipis."

Sehun semakin mendekat dan Luhan kini meremas tempurung lututnya sendiri. Napas Sehun sudah mendarat di telinganya, menunjukkan seberapa dekat posisi mereka sekarang, namun Luhan tak kunjung bergerak selain dadanya yang naik turun semakin cepat.

"Dan… bra yang sesak."

Luhan yang tersadar bahwa Sehun baru saja mencuri intip bagian dadanya, langsung menekannya dan berbalik agar poisinya sedikit menjauh. Sekarang ia merutuk Baekhyun, designer bajunya hari ini yang membuat Luhan harus mengenakan bra kekecilan.

"Kau, Nona Lu, tidak diterima di posisi HRD." ujar Sehun kalem sembari memasukkan tangannya ke saku celana. Ia kembali ke tempat duduknya sedangkan Luhan masih betah menyilangkan tangan di dadanya.

Luhan menggeleng tak terima. Selain karena tindakan tak senonoh si lelaki, ia juga tak suka dipermainkan seperti ini.

Sambil menahan amarahnya yang sudah meninggi, Luhan pun mengangguk singkat dan segera beranjak dari kursi. Persetan, pikirnya. Ia tak sudi jika harus menjajakan lubang perawannya.

"Kecuali kau mau menjadi sekretarisku."

Luhan yang baru saja memegang gagang pintu, menoleh ke belakang dimana Sehun tengah tersenyum congkak.

"Gajimu bahkan tiga kali lipat dari posisi HRD tadi. Oh, atau mungkin empat?"

Luhan menelan ludah namun cengkramannya pada gagang besi tidak lepas. Ia memang membutuhkan uang, untuk kebutuhan primernya yang belakangan ini tak terpenuhi. Seperti membeli sepatu, kalung emas, dress, dan bahkan maskaranya sudah nyaris habis.

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Luhan akhirnya melepas gagang dan kembali berjalan kearah meja. Senyum congkak Sehun masih disana, sehingga Luhan malah semakin kesal dibuatnya.

"Apa syaratnya?" tanyanya langsung ke inti.

"Hei-hei, aku adalah calon bosmu. Sopanlah sedikit dan mendekat kemari."

Luhan mendengus sebelum melangkah lebar-lebar tanpa peduli betapa tidak anggunnya dia. Begitu tiba disamping kursi, ia melirik benda itu sedetik kemudian duduk diatasnya dengan tidak santai.

"Siapa yang bilang duduk di kursi? Naik kesini." titah Sehun sembari menunjuk meja di hadapannya.

Dengan sigap Luhan pun duduk diujung sudut meja kiri. Ia bukannya tidak mengerti apa yang sedang lelaki itu rencanakan, tapi dirinya sudah muak, tidak sabar ingin mendapat posisi di kantor ini.

"Ck. Kenapa diujung sana?"

Luhan membelalak ketika Sehun menarik pahanya hingga ia bergeser ke tengah meja. Berkas-berkas termasuk CV miliknya berjatuhan terkena bokongnya, namun Sehun nampak tak peduli. Luhan kini posisinya sudah berhadapan dan nyaris tak berjarak dengan Sehun.

"Sekarang, interview sesi dua, sebagai tes apakah kau pantas menjadi sekretarisku atau tidak."

Sehun memosisikan kedua tangannya di sisi tubuh Luhan. Kepalanya mendongak menatap Luhan.

"Pertanyaan pertama… kau cup B atau C?"

"Apa-apaan—"

"Ini wawancara, Luhan."

Luhan mengulum bibirnya, kesal setengah mati. Ia tak pernah menyangka akan berada di posisi ini, ditanyai pertanyaan vulgar dengan keadaan dadanya ditatap lapar oleh seorang CEO mesum.

"B." Jawabnya singkat sembari memalingkan wajah, tak tahan dengan wajah terangsang Sehun.

"Kukira C? Tapi tidak masalah. Ini terlihat kenyal."

Luhan kembali berpaling menatap Sehun ketika dada kirinya mendapat remasan kuat. Bukannya menjauhkan tangan, Sehun malah semakin mencengkram dan menggoyangkan cengkramannya seakan ia ingin membuktikan jawaban yang Luhan beri.

"Jauhkan tanganmu atau aku akan—"

"Pertanyaan kedua." potong Sehun sembari menarik tangannya menjauh. Ekspresinya sangat datar seakan-akan ia tidak baru saja memainkan buah dada seseorang.

"Kelaminmu berbulu atau tidak?"

Mulut Luhan terbuka dan gadis itu kehilangan kata-katanya. Baginya, Sehun sudah sangat melewati batas. Ia sudah berpikir untuk turun dari meja dan lari menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri, namun Sehun yang membuka belahan kakinya membuat Luhan tersentak.

Kakinya dilebarkan sehingga menyebabkan rok spannya naik perlahan-lahan. Hingga celana dalam putih Luhan nampak oleh Sehun, Sehun pun menyeringai.

"Biar kucari tau sendiri jawabannya."

Luhan ingin berontak, tapi tangan Sehun terlalu kuat menekan paha dalamnya. Rasanya ia seperti kram, apalagi gerakan Sehun tadi terlalu cepat dan tiba-tiba. Luhan pun meringis menahan sakit.

Sehun bergerak cekatan. Tangan kirinya menahan kedua kaki Luhan agar tetap terbuka, sedangkan tangan kanan menarik celana dalam Luhan ke samping, sehingga nampaklah belahan dua daging putih milik si gadis.

"Hm, sedikit berbulu." komentar Sehun saat melihat bulu tipis di bibir vagina Luhan. Telunjuknya mengitari bulu-bulu itu, menggelitiknya.

"Begitu diterima, aku ingin kau mencukur ini sampai habis." titah Sehun sembari meremas bulu kelamin Luhan.

Luhan yang masih merasakan kram di pahanya, semakin meringis merasakan Sehun yang meremas bulu di kemaluannya. Sehun pun kembali membenarkan celana dalam Luhan, namun tetap membiarkan rok sang gadis naik hingga ke pinggul.

"Pertanyaan terakhir."

Luhan sudah pasrah. Apapun yang terjadi hari ini akan langsung ia lupakan begitu tiba di apartemen. Persetan dengan pekerjaan. Persetan dengan mascara.

"Kau lebih suka jari atau penis yang mencangkul vaginamu?"

Wajah Luhan memerah. Selama ini lubangnya tak pernah dimasuki apapun, bahkan mainan dildo yang sempat ditawarkan Baekhyun pun ia tolak mentah-mentah. Tak ada satu pun pengalaman bercinta yang sudah ia lewati, sehingga ia masih terlalu malu jika mendengar perkataan sevulgar dari mulut Sehun.

"Jari? Penis? Cepat jawab sebelum aku membuktikannya sendiri."

"A-aku tidak pernah melakukannya." Luhan menunduk.

Sehun mengernyit begitu mengerti apa yang dimaksud Luhan. Gadis di depannya masih perawan, itu berarti lubangnya pun akan sangat sempit. Oh, membayangkan sensasinya saja sudah membuat penis Sehun mengeras. Sudah bertahun-tahun ia tak mencoba vagina perawan.

"Dengar, Luhan." Sehun mencoba lembut. "Kalau kau berhasil meyakinkanku bahwa kau masih perawan, kau diterima menjadi sekretarisku. Bagaimana?"

Kepala Luhan mengangkat dan gadis itu menatap Sehun ragu-ragu. Ia benar-benar tidak tahu apa maksud dari 'meyakinkan masih perawan' yang dikatakan Sehun, tapi apabila imbalannya ia diterima menjadi sekretaris berupah tinggi, berhasil membuatnya tergiur.

"Bagaimana?" ulang Sehun.

.

.

.

.

.

Luhan berakhir di posisi menungging diatas karpet. Kepalanya miring menghadap kiri, sedangkan kedua tangannya yang diikat dengan dasi diposisikan tepat di bawah badan, sebagai topangan lebih takut-takut ia terjatuh nanti.

Sehun sedang berlutut di belakangnya. Mengabadikan pose menggairahkan dari Luhan menggunakan kameranya. Lubang vagina yang rapat, lubang pantat, bahkan hingga ke payudara Luhan yang menggantung hingga putingnya menyentuh karpet ia potret berkali-kali.

"Putingmu merah. Cantik sekali." puji Sehun saat tengah mengambil gambar puting yang dimainkan olehnya.

Puting yang awalnya dimainkan itu dilepas begitu saja hingga menyebabkan dada Luhan bergoyang. Luhan melenguh kelepasan, dan ia kembali membisu begitu teringat perintah Sehun yang menyuruhnya tak bersuara.

"Oke, sekarang mari kita lihat si pemeran utama."

Kamera Sehun kini mengarah ke vagina Luhan yang rapat. Sehun menggerakkan kameranya mengikuti garis belahan vagina Luhan hingga sampai ke klitoris, mencoba merekam keindahan vagina yang sesaat lagi akan dibuat melar olehnya.

Hahahaha. Membayangkannya saja membuatnya merasa perkasa.

Luhan mulai bergetar ketika satu jari Sehun menyentuh garis vaginanya. Di belakang, Sehun berdecak kagum sambil mengusap-usap garis rapat itu. Sudah lama sekali ia tak menyaksikan vagina yang serapat ini.

"Apa kau tidak bermasturbasi? Ini ketat sekali, Lu."

Luhan pernah dengar tentang masturbasi. Baekhyun seringkali mengenalkannya dengan alat-alat mainan berbahan karet bernama dildo. Bahkan sahabat gilanya itu sempat mempraktekkan secara live, di depan mata Luhan!

Tapi Luhan tidak seberani itu untuk menjamah vaginanya. Karena itulah belahan kelaminnya sangat rapat.

"Seperti yang kubilang, Luhan, aku akan mencari tahu apakah kau benar perawan atau tidak."

Luhan menggerakkan bokongnya tak nyaman saat ujung jari tengah Sehun mengorek-ngorek lubang vaginanya. Vaginanya terasa dicongkel-congkel meskipun itu hanya di bibirnya saja.

Luhan semakin merinding ketika merasakan aliran basah keluar dari lubang vaginanya. Ia memang belum pernah masturbasi, tapi ia paham dengan cairan basah yang akan keluar dari alat vitalnya itu jika ia terangsang. Karena jari Sehun yang meliuk-liuk di bawah sana berhasil menggodanya!

Luhan pun mengerang tak nyaman. Ingin mendesah namun takut jika itu akan membuat Sehun semakin terpancing.

Sampai kemudian…

JLEB

"Aaakh!"

Satu jari tengah tadi mendadak menusuk vaginanya hingga ke titik terdalam. Luhan menggerakkan pinggulnya maju, berusaha menjauhkan lubangnya dari jari panjang Sehun. Namun bukannya terbebas, Sehun malah menahan pahanya hingga ia terpaksa kembali mundur dan lubang vaginanya kembali menelan jari tengah Sehun lahap-lahap.

"Sakiiit… Sehun jangan terlalu dalaam… aaaakh!"

"Tenang, cantik. Ini baru satu jari." Sehun semakin keras menahan paha Luhan dan tangannya ditekan semakin dalam. Di dalam vagina, ujung jarinya ia gerakkan dengan beringas, mencoba melebarkan dinding sempit milik Luhan.

Luhan tersentak ketika jari Sehun tadi ditarik keluar dalam sedetik. Sehun di belakangnya menyeringai, melihat bagaimana lender vagina Luhan terhubung di ujung jari tengahnya saat ia menarik tangan tadi.

Luhan memejam matanya. Ia pikir Sehun sudah percaya bahwa ia masih perawan dan bosnya itu tidak akan lagi mempermainkan vaginanya. Namun tanpa diduga, rupanya Sehun kembali menusuk lubang vaginanya. Kali ini jari yang dimasukkan berjumlah empat.

"Aaaa—Aaaakh! Terlalu penuuuhhh Sehuuun aaaaah…"

"Wow, kau sungguhan sempit sayang. Empat jariku tidak bisa bergerak sama sekali disana." Ujar Sehun tenang sembari mencoba menggerakkan empat jarinya yang terjepit kuat. Padahal vagina Luhan sudah sangat becek, namun empat jarinya belum juga mampu masuk sepenuhnya apalagi bergerak.

"Sialan, ini terlalu sempit. Harus kubuat sedikit longgar untuk penisku nanti." usai berkata seperti itu, Sehun pun mengeratkan kuncian tangannya agar menahan tubuh Luhan tidak bergerak kemana-mana. Tangan kanannya mulai bergerak, menusuk dan menyodok-nyodok lubang ketat Luhan secara paksa.

Vagina Luhan terus menerus ditusuk, tanpa peduli si empunya kini berteriak sakit. Lubang sempit itu disodok dengan empat jari dengan sangat cepat, hingga membuat vagina Luhan berubah menjadi sangat merah.

"Ya, benar begitu, sayang. Melebarlah!" Sehun tertawa saat merasakan lubang Luhan sudah mulai menerima keempat jarinya. Lubangnya tak lagi rapat dan vagina Luhan sudah sangat becek sampai-sampai cairannya terciprat keluar mengikuti gerakan kocokan tangan Sehun.

Sehun berhenti mengocok vagina Luhan. Keempat jarinya yang berada di dalam ia buka melebar, membuat lubang Luhan dipaksa melebar dari dalam. Luhan dibuat mengerang semakin keras, tapi Sehun tidak peduli dan malah semakin melebarkan tangannya.

"Sabar, jalang. Ini belum cukup untuk penis besarku." ucap Sehun sambil terus melebarkan jarinya. Luhan sudah menyerah untuk menggerakkan pinggulnya karena tangan Sehun terlalu kuat menahan gerakan pahanya.

Beberapa saat setelahnya, Luhan merasakan tangan Sehun yang terbuka di dalam pelan-pelan ditarik keluar. Lubangnya terasa dipaksa melebar dari dalam dan itu benar-benar sakit untuk perawan seperti dirinya.

"Masih kurang lebar. Penisku tidak muat di vagina merahmu ini." decak Sehun sembari mencoba menarik tangannya. Saat sudah mendekat ke lubang vagina, nampak lubang Luhan membuka selebar tangan Sehun yang terbuka. Sehun bersiul senang sebelum menarik keluar keempat jarinya tadi, menyisakan lubang vagina yang sudah jauh lebih lebar dari sebelumya.

Kembali Sehun mengarahkan kamera ke lubang lebar Luhan. Pria itu berdecak kagum sambil menyoroti lingkaran merah vagina Luhan.

"Lihatlah vagina ini." ujarnya. Tangannya yang tidak memegang kamera dibawa menarik sebelah bibir vagina Luhan agar melarnya lebih nampak. "Penisku akan suka ini." katanya sembari mengusap-usap lubang merah itu.

Sehun pun menyudahi kegiatan merekamnya. Ia mengelap tangannya yang basah terkena cairan vagina Luhan, lalu setelah itu melepaskan dasi yang mengikat Luhan.

Perempuan itu menjengit ketika Sehun menarik kasar bahunya.

"Jangan menangis. Pekerjaanmu akan selalu seperti ini, jadi bersiap-siaplah." ujar Sehun lembut sembari mengusap airmata yang tersisa di pipi Luhan. Pria itu memberi kecupan di dahi sebelum pergi beranjak meninggalkan Luhan yang telanjang.

"Kau diterima. Sekarang pulanglah. Jangan lupa untuk mencukur bulu di kemaluanmu itu."

PIntu ditutup, menyisakan Luhan yang terbaring lemas diatas karpet. Perempuan itu menangis, merasa tidak punya pilihan lain karena ia pun tidak ingin menolak iming-iming gaji yang akan ia dapatkan nanti.

Apakah ini sama artinya bahwa ia berperan sebagai jalang?

Luhan menangis. Ia memakai pakaiannya sebelum keluar dari ruangan.

.

.

.

.

.

To be continued?

Oke, gw sedikit syok pas tau ada begitu banyak yg sider di ff gw.

Gw cuma mau bilang kalo bikin ff pwp itu susah, gak semudah yg kalian kira. Gw minta seenggaknya kalian ninggalin jejak, supaya gw juga tau ada brp banyak yg nunggu kelanjutan ff gw.

Deal?