Love Hurt
Naruto Fanfictions
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pair : Uchiha Sasuke x Haruno Sakura
Rate : M (for Save)
WARNING : OOC, Typo dimana-mana, plot kecepetan harap maklum masih nubi, dan hal-hal gaje lainnya
Genre : AU, Romance, Drama
Original Story by Fellycia Azzahra
Ini merupakan cerita fiksi biasa, apabila terdapat Kesamaan Tokoh maupun Cerita itu semua murni kebetulan semata
.
.
.
.
.
.
1st Chapter
Hujan menemani pagi yang sejuk dan berawan dengan lancangnya. Tanpa memberitahukan akan kedatangannya dengan mendadak. Orang-orang enggan berkomentar tentang kunjungan dewa Zeus, lebih memilih untuk berkencan dengan kain tebal yang setia menyelimuti tubuhya. Air rintik-rintik tenang mengajak udara untuk menari disela-sela kesibukannya. Berbagai kemalasan yang menjadi kabut pada pagi hari ini tidak membuat gadis manis enggan untuk menerjang dinginya fajar. Bulir-bulir air mengalir disela-sela surai indahnya. Tak lupa napas terengah-engah akibat jauhnya jarak dan beban yang dipanggul seorang diri menyanyi diderasnya hujan.
"Hah...hah...hah..." Napas tersengal-sengal gadis itu tak menjadi penghalang untuknya merasakan basahnya air hujan.
Sedikit melirik arloji yang bertengger manis dipergelangan tangannya, sebelum akhirnya sepeda tua itu berbelok kearah gang yang menjadi jalur cepat untuk menuju tujuannya. Seragam baru itu telah menjadi kain basah yang jika terkena udara akan bertambah dingin.
Sementara itu diseberang sana terlihat ada sekumpulan orang berseragam rapi dan mewah sedang diliput sejumlah wartawan yang terlihat sedang mencari-cari sensasi disebabkan tempat yang menjadi objek kerja mereka adalah tempat paling bergengsi dinegaranya.
.
.
.
.
Menghela napas tepat saat sepeda tuanya berhenti dikarenakan lampu merah menyala dipingiran jalan raya tersebut.
"Syukurlah hujannya telah reda." Melaju dengan kecepatan sedang dikarenakan keadaan jalan yang licin akibat guyuran hujan, ia lebih memilih jalur aman karena ia tidak ingin mengambil resiko pada hari pertama sekolahnya.
Sambutan terakhir yang diucapkan perwakilan dari para peserta didik mengakhiri upacara menyambutan murid baru di sekolah menengah Konoha International High School, mengabaikan seorang gadis yang notabene sebagai bagian dari mereka yang tengah berjuang untuk menuju kemari.
.
.
.
.
.
.
"Hah...hah...hhahh...s-samphh-aai..." Akhirnya gadis bermarga Haruno itu sampai juga digerbang besar sekolah menengah Konoha. Arlojinya menunjukan tapat pukul delapan, kelas dimulai pukul tujuh setengah, berarti ia telah terlambat setengah jam yang lalu.
Terlihat beberapa petugas sedang berlindung dari dinginnya fajar, tak sengaja mereka melilhat sosok gadis yang menenteng sepeda tuanya dengan kondisi pakaian yang basah kuyup.
"A-anoo, pak satpam bisa tolong bukakan gerbangnya ? Maaf aku terlambat." Ujar gadis itu, wajahnya mulai terlihat pucat.
"Apa kau salah satu pelayan disini ? Kalau begitu kau bisa lewat pintu belakang sana."
Jawabnya acuh.
"Maaf, saya bukan pelayan. Saya murid baru, saya terlambat karna rumah saya jauh dan daya terjebak macet."
"Ha ?" Petugas berseragam serba putih itu melihat Sakura dari atas sampai bawah. Masih tidak percaya akan ucapan gadis didepannya. Memang benar ia mengenakan seragam KIHS, tetapi ada yang menganjal. Biasanya orang-orang yang bersekolah disini adalah anak dari konglomerat terkenal, berangkat dari rumah kesekolah menggunakan Limousin, ferarry, dan mobil-mobil mewah lainnya. Tapi sangat berbeda dengan gadis ini, sama sekali tidak tampak seperti kaum bangsawan, tidak menggunakan kendaraan mewah, dan tampangnnya pun tak menunjukan kalau ia berasal dari orang berada.
Ia tahu. Ia sangat tahu jika akan jadi begini. Tatapan penuh keheranan, pandangan yang merendahkan dan berakhir pada hinaan serta cercaan yang pasti ia dapatkan. Sakura sudah terbiasa dengan semua ini, karna memang sedari kecil ia sudah bekerja keras mengabaikan orang-orang yang gemar menjatuhkannya. Semua ia lakukan hanya demi ibunya seorang, ya sang bunda yang sudah sejak lama ia rindukan suaranya.
"Bisa tolong bukakan gerbangnya ?" Sakura bertanya sekali lagi, ia yakin didalam sana sudah berlangsung atau bahkan sudah selasai upacara penyambutan murid baru.
"A-aa baiklah." Petugas membukakan gerbang sekolah dengan memainkan beberapa tombol sistem yang terdapat dipos mereka. Secara otomatis gerbang elit itu terbuka dengan sendirinya.
Sakura masuk dan hampir melewati gerbang itu jika tidak salah satu petugas lain mencegah langkahnya.
"Didalam hanya ada tempat parkir untuk mobil, jadi jika ingin silahkan letakkan sepedamu disana." lagi.
"Baiklah." lagi-lagi seperti ini. Dengan tabah Sakura menuruti perintah petugas itu tanpa pikir panjang. Ia sudah lelah dengan rentetan kejadian yang mengalir pagi ini. Bergegas menaruh kendaraannya dan lekas kedalam, mengabaikan para satpam yang mulai berkicau tak penting tentang dirinya.
"Apa kau melihat gadis tadi ?"
"Kupikir tempatnya bukanlah disini."
"Baru pertama kali aku melihat murid beasiswa. Hebat juga dia bisa menembus standar kepintaran KIHS."
"Yang terpenting adalah ia bukanlah orang yang tepat untuk bersekolah disini."
"Gadis yang malang."
.
.
.
.
.
Melangkah dengan langkah tergesa-gesa karna sadar jika ia sudah benar-benar terlambat.
"Astaga, dimana letak kelasku ? Ini benar-benar luas !" Dengan sigap ia menaiki lift dan langsung menuju lantai tiga, tempat kelasnya berada.
Tiinngg...
Tepat saat pintu lift terbuka Sakura langsung berlari menuju ruang kelasnya, mengabaikan sensasi dingin yang berasal dari pakaian basahnya. Tak lama setelah mencari-cari dari sekian luas ruangan ini akhirnya Sakura menemukan kelasnya. Saat berada tepat didepan pintu kelas, Sakura dapat mendengar samar suara seorang lelaki yang sepertinya guru disekolah ini.
"Berarti kelas sudah dimulai‟ batin Sakura. Dengan perasaan sedikit gugup ia menggeserpintu kaca dengan sentuhan artistik. Didalam sana terlihat lelaki muda memakai masker sedang menjelaskan sesuatu pada sekumpulan orang yang berada dihadapannya.
Semua tampak kacau tatkala Sakura yang datang dengan keadaan terlambat lengkap dengan pakaian basah dan rambut yang sedikit acak-acakan.
"Haah, mungkin itu saja perkenalanku hari ini, karna memang aku sendiri yang-" Perkataannya terputus saat pria dewasa itu melihat pintu kelas yang bergeser dari tempatya berserta seorang gadis yang berdiri kebingungan.
"A-ano... Sumimasen sensei, aku terlambat." Ujar Sakura ragu-ragu. Takut jika pria yang disebut sensei itu marah akan keterlambatannya.
"Aa, apa kau juga murid kelas ini ? Masuklah."
"Shitsurei shimasu." Perlahan ia masuk dengan langkah lambat. Merasa jadi perhatian,
Sakura semakin memantapkan langkahnya. Berbeda dengan orang lain yang mungkin akan tertunduk malu jika diperhatikan sedemikian lekatnya.
Benar saja, hampir seluruh perhatian tertuju pada Sakura. Desas-desus mulai terdengar, Sakura lebih memilih mengabaikan keaaan itu dan malah berbalik menatap seluruh penghuni kelas dengan percaya diri.
"Heh, siapa anak itu ?"
"Bukankah ia terlihat kampungan ?"
"Demi apa ia murid kelas ini ?"
"Norak ah, hihihi."
"Apa yang ia lakukan disini ?"
prok...prok...prok...
Kakashi-sensei berusaha menenangkan siswi-siswi. Tidak ingin memperparah keadaan, ia menyuruh gadis pinkie yang berdiri disebelahnya untuk memperkenalkan diri.
"Baiklah nona, silahkan perkenalkan dirimu."
"Terima kasih sensei." Sedikit menghela napas, bagaimanapun juga berusaha tenang ketika berdiri didepan orang-orang yang belum ia kenal adalah hal yang tidak mudah dilakukan. Terlebih lagi yang ada didepannya adalah para anak dari keluarga konglomerat !
Menarik napas dalam-dalam, "Perkenalkan namaku Haruno Sakura. Tidak sama seperti kalian aku tidak terlahir dari keluarga kaya raya. Ayah dan adikku sudah tidak ada, jadi untuk membantu ibuku aku harus bekerja paruh waktu. Aku harap kita bisa berteman, mohon bantuannya."
"Apa kau siswa yang masuk karna beasiswa ? Tak kusangka kau berada dikelasku."
"Benar sensei, aku dapat masuk kesini karna beasiswa."
"Hee, sudah kuduga. Karna tidak mungkin keluarga bangsawan akan berpenampilan seperti itu." Celeuk gadis berambut merah gelombang sambil menyilangkan tangannya dibawah dada berisinya. Seisi kelas tertawa karna ucapan Nona Uzumaki barusan. Seketika seluruh perhatian tertuju padanya, beberapa orang mengiakan serta turut meremehkan Sakura. Mata memincing dan pandangan meremehkan ia lontarkan pada gadis musim semi itu.
"Jaga bicaramu, Uzumaki !"
"Cih !" Sedikit menggerutu karna senseinya membentak kearahnya.
"Baiklah Haruno Sakura. Kau bisa duduk di..." Pandangan matanya mengelilingi seisi kelas, mencari letak bangku kosong. Matanya terhenti saat menemukan satu bangku kosong. "Ahh, disitu. Disamping Uchiha."
Mata Sakura mengerling, arah matanya mengikuti petunjuk Kakashi-sensei. Pandangan matanya tertuju pada pemuda tampan berambut raven yang duduk diseberang berdampingan dengan dinding yang setia menopang tubuh tegapnya yang enggan ia tegakkan. Srtuktur wajah seperti pangeran, kulit putih mulus bak porselen, dan mata yang menunjukan sifat sedingin es menyapa pandangan gadis bermarga Haruno itu. Sempurna. Kesan pertama yang ia dapatkan saat bertemu pandang dengan pria bermarga Uchiha itu.
"Apa kau yakin akan belajar dengan pakaian seperti itu ?" Kakashi-sensei mengerti bahwa Sakura mulai kedinginan, ditambah suhu ruangan yang semakin mendingin dikarenakan mesin pendingin ruangan yang memperparah keadaanya.
"Pergilah ke UKS dan ganti bajumu, aku beri waktu lima belas menit."
"Baik, terimakasih sensei."
.
.
.
.
.
"Seperti yang kita tahu bahwa sel manusia akan selalu bereproduksi selama manusia itu hidup.-" Suasana kelas mulai hampa tatkala para penghuni kelas itu sibuk mengurusi urusan mereka masing-masing. Seorang wanita muda bersurai hitam berkilau tengah sibuk menerangkan materi yang sebagian intinya telah terpampang dilayar dua dimensi. Ia tetap melaksanakan tugasnya walaupun murid yang memperhatikannya jumlahnya tidak lebih dari jari tangan. Ia maklum, kalau tempat ia bekerja adalah tempat dimana para bangsawan jenius berada. Tentu bukanlah hal awam jika penjelasan seperti ini sudah dapat mereka pahami hanya dengan membaca beberapa halaman saja. Lalu jika seperti itu apa gunanya orang-orang bergelar guru ditempat ini ? Entahlah, saya pun bingung.
Sedikit memainkan anak rambut yang menari dipipi mulusnya, Sakura menatap langit. Menikmati indahnya langit musim semi. Cerah dan sedikit berawan. Sebentar lagi tengah bulan, itu artinya hari lahirnya semakin dekat, membawanya kedalam kenangan indah saat keluarganya masih utuh. Ia ingat betul bagaimana senyum manis ibu dan raut teduh ayah yang selalu memberikan kebaikan padanya. Ulang tahun pertama dan terakhir baginya. Ia bukankah orang kaya yang dapat merayakan hari lahirnya setiap tahun, jelas ulang tahunnya sebelas tahun yang lalu adalah hal yang paling berharga bagi hidupnya. Bahagia bersama keluarga tercinta. Hal yang mungkin tidak bisa lagi ia dapatkan sekarang.
Pandangan matanya mengabur, tanpa sadar cairan bening nan hangat jatuh dari pelupuk mata indahnya. Ah, selalu seperti ini saat kenangan indah namun pilu itu terulang. Tak ingin lebih dalam lagi larut dalam kesedihannya, Sakura menghapus air matanya. Memilih mengalihkan matanya dari sang surya yang mewarnai kanvas putih berawan tipis, Sakura berusaha menyerap pelajaran hari ini. Sedikit bingung dengan senseinya yang terlihat tidak bergeming saat tak ada satupun murid yang memperhatikannya, Emerladnya menjelajahi seisi ruang. Ada yang sedang sibuk dengan ponsel mewahnya, sibuk dengan cerminnya, dan ada juga yang tertidur. Matanya terhenti tepat saat menemukan objek hidup yang sedang terlelap disamping kirinya. Rambut Raven lebat menari diwajahnya, terlihat sangat polos dan manis saat wajah datarnya tertidur pulas, mengabaikan sang guru yang mulai menyadari ketidaksopanan putra bungsu Uchiha. Dalam hati Sakura memuji ketampanan pria yang ia ingat bernama Uchiha Sasuke itu.
"Uchiha." Gawat.
Hening. Tidak ada sahutan. Sepertinya seseorang sudah mulai menyadari bahwa ada seseorang yang sejak tadi tidak memperhatikannya. Asik bermain dengan dunia mimpinya sampai-sampai sudah seperti mayat yang siap dimakamkan.
"U-chi-ha." Perempatan siku-siku mulai bermunculan diwajah mulus sensei cantik yang kesal lantaran objek yang menjadi pusat perhatiannya tidak kunjung merespon.
Firasat buruk mulai ia rasakan saat tak ada satupun orang yang duduk berdekatan dengan Uchiha Sasuke berniat membangunkannya. Tahu jika ini akan berakhir buruk, Sakura berusaha membangunkan pemuda yang sedang tertidur pulas disampingnya.
"Uchiha-san... Uchiha-san..." tidak ada jawaban. Keringat dingin merembes dari kullit porselennya saat melihat senseinya menarik napas dan-
"UCHIHA !"
Yang dipanggil tersentak, terkejut dengan gelombang suara yang melebihi satu oktaf. Melihat disekelilingnya, matanya tertuju pada wanita cantik yang sedang berdiri disebelah meja. Berkacak pinggang tanda tak suka dengan tindakannya. Mengerling bosan saat tahu kata apa yang akan terlontar lewat bibir berlapis lipstik merah marun, menemukan pria seumuran dengannya terkikik dengan kondisi yang sedang dialaminya. ‟sialan dobe‟ batinnya.
"Uchiha, apa kau memperhatikan saat aku menjelaskan didepan ?"
"Hn." Bingung harus menjawab apa, Sasuke mengeluarkan jurus andalannya yang selalu ia keluarkan disaat malas.
"Kalau begitu jelaskan inti dari materi jam ketiga ini, aku yakin banyak teman-temanmu yang kurang mengerti. Aku pikir jika kau yang menjelaskan mereka akan mengerti."
"Ck." Sasuke berdecak saat melihat layar proyektor yang tak lagi menyala, sensei itu pun tidak memegang satu bukupun. Bagaimana otak jeniusnya akan berkerja jika tak ada satupun barang yang menunjukan tentang materi ini !?
"Pssstt..." Sasuke menajamkan pendengarannya saat mendengar sebuah suara.
"Pssstttt Uchiha-san." Suara itu memanggil namanya. Menoleh namun nihil, tak ada orang yang ia maksud tadi.
"Sebelah sini, Uchiha-san." Sasuke menoleh ke sumber suara itu, tepat disebelah kanannya ia menemukan seorang gadis pink yang sedang memegang sebuah buku kearahnya. „bukankah itu gadis yang terlambat tadi ? batinnya mengira.
Menggeser pandangannya saat gadis itu melakukan gerakan-gerakan yang menyuruhnya untuk melihat kearah buku yang dipegangnya. Dibuku tersebut tertulis sebuah tulisan, sedikit sulit dibaca saat buku tersebut terterpa pantukan sinar matahari. Sedikit menajamkan pandangannya guna melihat tulisan itu, reproduksi-sel-manusia. Ah, ternyata gadis itu menunjukan materi yang dimaksud Kurenai-sensei. Kalau begitu ia bisa menjelaskan inti dari materi itu, puji otak jeniusnya yang sangat hapal dengan konten mudah seperti ini.
"Bagaimana Uchiha ? Teman-temanmu menunggu."
"Sel manusia akan selalu bereproduksi selama manusia itu hidup. Selama kinerja otak berfungsi, sel-sel dalam tubuh manusia akan selalu beregenerasi untuk menopang kinerja organ-organ dalam tubuh.-" Sasuke menjelaskan lengkap dengan wajah datarnya. Menatap lurus pada sensei yang terlihat air wajahnya sedikit terkejut dengan penjelasan Uchiha bungsu itu. Murid-murid yang lain ikut terpana akan kemampuannya, banyak yang tidak percaya dan para fangirl khusus Uchiha itupun makin menjadi-jadi. "-Saat otak berhenti bekerja, maka secara otomatis sel-sel yang merupakan bahan bakar berbagai macam kinerja organ dalam tubuh pun berhenti bereproduksi yang menyebabkan fungsi-fungsi organ penting dalam tubuh terhenti seiring berhentinya sel tersebut. Itulah yang disebut kematian. Secara ilmiah kematian manusia bukan karena denyut jantung yang terhenti, melainkan karena sel dalam tubuh manusia yang berhenti bereproduksi."
Seketika keadaan kelas itu senyap. Semua mata tertuju pada bangku paling belakang yang ditepati Uchiha Sasuke. Bahkan sensei pun takjub dengan penjelasan singkat namun sangat jelas Sasuke barusan. Dalam hatinya berpikir bagaimana bisa ia menjelaskan seperti itu disaat dirinya tidak sama sekali memperhatikannya. „Benar-benar seorang Uchiha‟ batinnya takjub.
"Baiklah, penjelasan singkat Uchiha barusan adalah penutup dari pelajaran kita pada hari ini.
"Untuk tugas kalian harus berpasangan lelaki dengan perempuan. Buatlah video banding tentang reproduksi sel, organ, dan kinerja pada setiap gender. Aku beri waktu sampai pertemuan minggu depan." Kurenai-sensei berkata seraya beranjak dari tempatnya. Meninggalkan sekumpulan anak-anak remaja yang mendesah lelah saat dirasa tugas yang telah ia berikan terdengar merepotkan. Mereka memilih untuk mengabaikan tugas itu dan beranjak menuju kantin guna mengisi lambung yang sedari tadi merengek minta diisi.
"Haaahh akhirnya pelajaran membosankan ini berakhir juga. Pinggangku terasa kaku karna aku tidak bisa berkutik mellihat wajah horor sensei tadi."
"Kau berlebihan, Naruto."
"Hee, tapi tadi itu benar-benar suasana yang mengerikan. Kalau tidak percaya tanya saja Shikamaru." Lelaki yang dipanggil Naruto tadi hanya bisa mengerucutkan bibirnya saat lelaki pucat disebelahnya berkata dengan begitu dinginnya.
"Kenapa harus aku." Balas Shikamaru malas.
"Ahahaha sudahlah, lagi pula ini adalah bagian dari masa muda kita." Pria beralis tebal berusaha menenangkan pria pirang pembuat onar dikelasnya itu.
"Tak kusangka Teme bisa menjelaskan pelajaran tadi. Entah mengapa aku sama sekali tidak mengerti dengan omongan sensei tadi, padahal aku memperhatikannya." Naruto kembali mengerucutkan bibirnya gemas.
"Itu karena kau bodoh." Sarkas Sasuke yang masih menopang dagunya dengan sebelah tangannya.
"Ahaha, lagipula Sasuke kau bisa-bisanya tertidur disaat suasana menyebalkan seperti tadi. Yah walaupun hukuman Kurenai-sensei bukanlah masalah bagimu." ujar pria pucat bersurai hitam klimis yang sedang menyandarkan dirinya dimeja berdiri sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Bukan Sasuke namanya jika tidak menentang aturan." Celetuk pria baby face yang sedang berdiri di dekat jendela tempat Sasuke duduk.
"Tapi tadi benar-benar menegangkan. Syukurlah Uchiha-san bisa membaca tulisanku, jika tidak mungkin nanti Kurenai-sensei akan marah karna kau tidak mengetahui materi yang ia jelaskan." Semua mata tertuju pada sumber suara, melihat kearah gadis yang berkata masih dengan posisi duduk dibangkunya tetapi dengan badan yang dicondongkan kearah Sasuke.
"Eh ? Jadi tadi kau diberitahu Sakura, teme ?"
Yang ditanya hanya diam tanpa suara.
"Hoho kalau begitu kutarik kembali ucapanku tadi." Naruto tertawa lepas dibarengi dengan deatglare Uchiha.
"Diam kau, dobe."
"Ternyata Uchiha-san cukup pintar sains ya... Aku takjub mendengar penjelasanmu tadi, apa saat malam kau belajar untuk pelajaran hari ini ?" Sakura tidak tahu, jika tanpa belajarpun sebenarnya ia sudah bisa lulus dengan nilai sempurnya ditempat ini. Karna memang sejak kecil keluarganya sudah menjejalinya dengan berbagai macam pelajaran berat yang hebatnya dapat ia serap dengan mudahnya.
Para teman Sasuke hanya dapat saling berpandangan, tak dapat berkata untuk kesalahpahaman yang terjadi pada Sakura. Melihat Sasuke yang mulai kesal dengan perkataan Sakura, Shikamaru berusaha menetralkan suasana. "Um, apa kalian sudah memilih pasangan untuk tugas tadi ?"
Beranjak dari kursinya, Sasuke berniat meninggalkan mereka jika seorang gadis pink tidak berjalan kearahnya sedikit menghalangi jalannya.
"Apa kau kelelahan karna belajar sampai-sampai kau tertidur saat pelajaran tadi ? Seharusnya kau bisa menjaga tidurmu agar kejadian seperti tadi tidak terulang lagi. Bagaimanapun juga pelajaran adalah-"
"Diamlah, kau berisik sekali." Semua yang ada didekat Sasuke hanya bisa menghela napas panjang saat tahu sifat asli Sasuke mulai muncul. Mulai khawatir pada kondisi mental gadis mungil yang pastinya tidak terbiasa dengan sifat buruk Sasuke.
"E-eh ?" Sakura terkejut saat melihat reaksi Sasuke barusan.
"Sasuke, kau tidak sopan." Sasori terlihat tidak suka dengan ucapan Sasuke barusan.
"Apa urusanmu, Akasuna."
" Apa perkataanku tadi menyinggungmu, Uchiha-san ? Aku minta maaf jika ak-"
"Bukankah kau sudah kusuruh untuk diam ? Aku tak menyuruh kau untuk melakukan apapun." balas Sasuke masih dengan wajah dinginnya.
"Ap-apa maksudmu ? Aku tidak mengerti."
"Kau tidak akan mengerti, karna memang tempatmu bukanlah disini. Sadarlah, kau bukan siapa-siapa. Kau tidak bisa mengaturku." Sasuke melennggangkan kakinya meninggalkan kelas. Mulai kesal dengan sikap Sakura yang mengaturnya.
Sakura tahu, ia paham dengan maksud Sasuke barusan. Perkataanya barusan adalah pukulan telak baginya. Hatinya benar-benar sakit mendengan perkataan Sasuke tadi, ia tahu bahwa ia adalah rakyat jelata ditengah-tengah sekumpulan bangsawan. Tapi ia tidaklah berpikir jika ada salah satu diantara mereka yang mengatakannya secara langung. Ia masuk ke tempat ini agar uang sakunya dapat ia sisihkan demi menambah biaya pengobatan ibunya, semua ini demi ibu tercinta. Apa ini salah ? Apa salah jika ia ada disini ? Secara tidak langsung ini semua memojokkan ibunya.
"Apa ini, apa aku salah berbicara ? Aku pikir aku berbicara pada pangeran baik hati, ternyata aku salah. Kau tidaklah berbeda dengan orang-orang diluar sana." Menundukkan kepalanya, membuat setengah dari wajahnya tertutup helai rambut. Menyembunyikan wajah emosinya.
Menghentikan langkahnya, berbalik menghadap sumber suara yang menuju kearahnya.
"Apa maksudmu. " Wajah datarnya tak dapat menyembunyikan raut keterkejutan akan perkataan Sakura barusan. Menambah daftar kekesalannya hari ini.
"Benar, sepertinya perbuatan baikku tidaklah berharga dimatamu. Apa kau begitu angkuh sehingga begitu sulitnya kau berterima kasih ?" mata Sakura mulai berkaca-kaca.
"Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Tidak ada yang menyuruhmu untuk melakukan itu bukan ?" wajah Sasuke semakin stoic.
"Apa salah jika aku ingin berbaik hati dengan teman disampingku ?" napas Sakura memburu, ia benar-benar emosi.
"Aku bilang kau tidak akan mengerti. Kau tidaklah harus berada disini."
"Aku tahu aku bukanlah bangsawan sepertimu, apa dunia ini hanya berisi tentang si kaya dan si miskin ? Apa semua orang kaya memiliki sifat buruk sepertimu ?" Air mata Sakura mulai menampakkan wujudnya. Semua orang mulai melihat kearahnya, tak terkecuali primadona kelas yang tampak kesal dengan tingkah tak tahu diri Sakura.
"H-hei sudahlah, bukankah ini hanya masalah sepele ? Ayolah, kita hanya harus-" belum Naruto menyelesaikan perkataanya, Sasuke sudah lebih dulu menyambarnya dengan ucapan kejam nan dingin.
"Kau benar, beginilah kenyataannya. Ku harap kau dapat menyesuaikan diri." Sasuke tampak sangat kesal dengan perkataan Sakura, semakin bernapsu untuk memojokkan Sakura dengan perkataan sarkasnya.
"Kalau begitu aku bersyukur, aku tidak terlahir menjadi orang kaya sepertimu. Karna tuhan pun tahu, bahwa manusia mulia tidaklah dilihat dari hartanya !" menangis, Sakura menangis sembari berlari meninggalkan Sasuke yang sudah memanas mendengar perkataan Sakura. Berlari meningalkan kelas yang isinnya sudah berubah menjadi sekumpulan orang-orang yang sibuk mengomentari kejadian barusan.
"Sudah, sekarang bubar !" Sai berusaha menenagkan suasana, bagaimanapun juga ia memang tidak suka dengan kelakuan Sasuke kali ini.
"Sasuke, kau sudah keterlaluan." Shikamaru angkat bicara.
"Teme seharusnya kau bisa lebih lembut sedikit."
"Aku tak membutuhkan komentarmu, Naruto."
"Aku tahu kaulah yang paling berpengaruh ditempat ini, tapi perkataanmu barusan secara tidak langsung menunjukkan bahwa kau mengusirnya. Apapun alasanmu hal tadi bukanlah sesuatu yang benar. Kau harus meminta maaf padanya, Uchiha." Sasori berkata seraya meninggalkan Sasuke yang semakin panas siang ini, mengejar gadis malang yang menangis sendirian diluar sana. Mencari-cari berharap menemukan gadis pink untuk sedikit menenangkannya, berlari menuju tempat yang memiliki kemungkinan akan dikunjungi gadis itu. Lalu sampailah disebuah tempat kosong belakang gedung serba guna, melihat gadis itu meringkuk sendirian lengkap dengan air mata yang membasahi pipi ranumnya.
"Teme kau keterlaluan." Wajah Naruto tampak serius.
"Aku tidak butuh komentarmu, dobe."
"Haah, baru kali ini aku menemui gadis sepertinya. Biasanya setiap gadis yang bertemu Sasuke akan bertekuk lutut dihapadannya, sepertinya aku mulai suka dia." Lee memulai aksi bercandanya, ia ingin sedikit mencairkan suasana. Yang sayangnya mendapat hadiah tatapan tajam dari yang lainnya.
"Sasori benar, kau harus meminta maaf pada gadis itu Sasuke." Neji angkat bicara.
" Sudah kubilang, aku tidak membutuhkan komentar kalian." Sasuke tak habis pikir dengan gadis itu. Pangkat apa ia bisa menyuruh-nyuruhnya ? Bahkan orangtuanya pun tidak dapat mengaturnya. Benar, baru kali ini ia menemui gadis aneh sepertinya. Biasanya, para gadis-gadis yang mendekatinya tidak akan merasa marah jika ia hujani dengan perkataan dingin seperti itu. Jangankan marah, mungkin mereka malah akan tambah terpesona dengan dirinya. Sedikit banyak ia cukup menarik perhatian Sasuke, ia sedikit kepikiran dengan gadis pink yang menangis karenanya. Tunggu, karenanya !?
"Hei hei, kalian tidak harus menyalahkan Sasuke-kun kan ? Bagaimanapun juga ini adalah salah gadis miskin itu. Berani-beraninya dia berkata seperti itu pada Sasuke-kun." Seorang gadis berjalan menghampiri Sasuke dan langsung menyambar tangannya. Merangkul manja, sang empunya hanya bisa bergidik risih karena jika ia memberontak akan muncul ocehan-ocehan yang memekakkan telinga. Dan Sasuke benci itu.
"Kurasa Sakura-san salah paham." Sai menanggapi perkataan Shion.
"Hee, dari mana kau tahu namanya Sai ?" Ino tiba-tiba muncul disampingnya, menatap selidik pada kekasihnya.
"E-eh ? Sayang ? Sejak kapan berada disampingku ?"
"Hee, sebegitu menariknya kah gadis itu sampai-sampai kehadiranku pun tidak kau hiraukan ?"
"Ehh, janganlah berburuk sangka dulu anata. Jelas aku ingat karna ia adalah satu-satunya siswa kelas ini yang terlambat. Lagipula rambut pink nya itu sangat menarik perhatian." Ujar Sai yang sudah berkeringat dingin. Takut sang kekasih merajuk, karna kalau sudah merajuk akan sulit urusannya.
"Hee kau benar, kemana perginya gadis itu tadi ?" Terlihat Ino mulai tenang.
"Entahlah, ia berlari keluar kelas sambil menangis." Sai menghela napas lega.
"Uchiha itu keterlaluan." Sinis Ino melihat Sasuke digelayuti oleh Shion. Sangat jelas jika Uchiha bungsu itu sangat tidak nyaman dengan putri semata wayang kolega keluarganya itu.
"Heee Sasuke-kun~ ayo kita makan siang bersama."
"Lepaskan aku, Shion."
"Apa Sasuke-kun kesal dengan gadis tadi ? Kalau begitu aku akan menghukumnya karena telah berani membuat Sasuke-kun ku kesal. Lihat saja pasti dia ak-" belum Shion selesai berbicara, Sasuke sudah lebih dulu menepis kedua tangan Shion yang sedari tadi bergelayutan ditangan kanannya.
"E-eh ?"
"Sudah kubilang lepaskan, jangan campuri urusanku." Sasuke pergi meninggalkan Shion yang masih mematung terkejut. Hal itu membuat pria manis dengan tiga buah garis di masing-masing pipinya semakin gencar menjahilinya.
"Tidakkah kau sedih melihat teme begitu padamu, yah setidakanya Sakura-chan masih lebih baik darimu."
"Apa maksudmu ? Sakura-chan ?"
"Aaaaa sudah-sudah, apa kalian tidak lapar ? Ayo segera kita kekantin sebelum jam pelajaran dimulai." Mengerti akan keadaan yang mungkin bisa menjadi semakin kacau jika dibiarkan terlalu lama, lelaki manis bertaring yang sedari tadi mempertahikan teman-temannya itu berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan ia berhasil membawa teman-temannya itu ke kandang Akamaru-bukan, maksudnya ke kantin.
.
.
.
.
.
"Hiks...hiks...hiks..." Dipinggir sungai, Sakura menangis dalam diam. Indahnya sungai yang memang sengaja dibuat dibelakang gedung serbaguna tak dapat mengehentikan laju air matanya. Beruntung ia menemukan tempat sepi seperti ini, karna entah mengapa tempat seindah ini tak ada satupun orang yang mengunjungi. Ah, mungkin mereka sibuk dengan kehidupan mewah mereka. Mengingat itu membuat hati Sakura semakin sakit.
"Haruno-san ?" Sakura menoleh, terkejut akan kedatangan seorang lelaki manis berwajah bayi yang datang tanpa ia sadari. Menghapus jejak air matanya saat lelaki yang ia tak tahu namanya itu duduk disebelahnya. Sedikit kebingungan karena ia benar-benar tak mengenal dirinya.
"Ah, mungkin kau tak mengenalku. Perkenalkan, namaku Akasuna Sasori. Aku teman sekelasmu." Ah, iya ingat. Lelaki yang duduk disebelahnya ini adalah lelaki yang memperhatikannya saat dikelas tadi.
"Haruno Sakura, salam kenal." Sakura tersenyum ramah.
"Ada apa menemuiku, Akasuna-san ?"
"Panggi saja aku Sasori."
"Aa, kalau begitu Sasori-san."
"-san ? Apa aku terlihat tua ?" ujar Sasori tampak tak suka dengan akhiran yang terkesan kaku tersebut.
"Sasori-chan ?" Perhatiannya tertarik pada pemuda yang berwajah imut dihadapannya, gemas ingin lebih mengerjainya.
"Kalau seperti itu aku seperti anak-anak." Sasori menggembungkan pipinya gemas.
"Lalu kau ingin kupanggil apa ? Sasori-sama ?" Sakura sedikit menahan tawa.
"-kun ! Ayolah, apa kau sengaja melewatkannya ? Itu sudah lebih dari cukup."
"Ahahaha, baiklah baiklah. Maafkan aku Sasori-kun. Aku tak tahan untuk mengerjaimu, wajah sebalmu sangat manis." Sakura tertawa, tersenyum akan tingkah manis pria disampinya yang menurutnya lucu tersebut.
Kedua pipi Sasori memanas, terlihat rona merah mulai muncul. Jujur, senyum Sakura adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat selama ini. Ia terpesona, dari awal ia sudah tertarik dengannya, tapi ia tak tahu jika akan seperti ini. Kehadiran Sasori dapat membuat Sakura sedikit melupakan kesedihannya. Mereka asik bersenda gurau ringan ditepi danau tanpa sadar jika dibalik gedung sana terdapat seseorang yang tak sengaja memperhatikan mereka. Dengan paras sempurnanya, tak cukup untuk menutupi kekesalannya. Ia tak mengerti mengapa bisa sekesal ini. Mungkin karena bayi merah itu yang sudah membuatnya seolah-oleh bersalah. Atau dia cemburu ? Cih, bahkan putri kayanganpun tak dapat membuat putra bungsu Mikoto Uchiha itu cemburu. Tak ingin membuat dirinya semakin panas lagi, ia memilih beranjak pergi meninggalkan sepasang anak manusia itu bersenang-senang. Pergi mencari tempat sepi untuk sedikit menenangkan hawa panas yang entah sejak kapan menghinggapi tubuhnya.
.
.
.
.
.
~ To Be Continued ~
A / N
Haloo, perkenalkan saya author baru di fandom Naruto ^^/
Sebenarnya saya sudah lama berkecimpung didunia ff, tapi baru kali ini saya buat ff trus diupload. Karna biasanya saya buat ff Cuma dipendem sendiri, saya prinout, saya simpen tanpa saya baca, and bulukan-_
Gimana fic saya ? gaje kah ? absurd kah ? kecepetan kah ? kayak sinetron kah ? Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau fic saya membuat kalian sebel, kesel, eneg etc. Soalnya ya saya mohon maklum ini kali pertama saya berjuang di ffn *lebay*
Sebenci apapun kalian sama tulisan saya, jangan sampai kalian benci juga sama pairing didalamnya ya dan saya paling lemah sama judul. Entah kenapa susah banget nentuin judul, udah susah payah buat plot dll tapi otak mendek di judul, tapi untuk kali ini saya dibantu teman seperjuangan saya*dibantai* awalnya saya mau namain ni fic Love Hearth, tapi waktu temen saya baca dia saranin buat ubah jadi Love Hurt, dan jadilah seperti ini :v
Sekali lagi saya minta maaf kalo fic saya jelek, gaje, abal-abal dan tidak memuaskan. Soalnya saya masih perawan didunia ffn. Kalo didunia nyatanya gimana ? Yaa tebak aja sendiri :v
Jujur fic ini terinspirasi sama drama taiwan yang diangkat dari salah-satu manga legend jepang Hana Yori Dango , yup Meteor Garden. Kisah cinta antara cowok konglomerat yang angkuh dan cewek miskin yang pintar dan tangguh. Terserah kalau mau bilang saya plagiat atau apa, yang pasti dari awal sudah saya bilang kalau saya ambil alur dari drama best itu. Tapi tenang, konflik, solusi, ending, dan konten plusplusnya beda kok :v Cuma saya ambil alurnya aja. Selebihnya otak saya sumbernya.
Kenapa SasuSaku ? Karna itu adalah pairing kesukaan saya, jauuh sebelum mereka cannon n Sarada lahir. Masih inget pas dulu saya suka corat-coret di tembok tulis nama SasuSaku sambil tempel-tempel poster, saya juga dulu suka marah kalo ada yang jelek-jelekin SS di group online dan membenci shipers SasuHina. Sampe sekarang masih rada gapercaya kalo pairing kesayangan saya kapalnya udah berlayar ga balik lagi. Seneng banget dan makin cinta
mereka. Semua fantasi saya melesat secara maksimal kalo berkaitan dengan mereka *abaikan*
Oke deh, segitu aja perkenalannya*readers: emang mau sepanjang apa lagi* *saya: gomen minna*. Maaf kalo saya ngoceh kebanyakan, itu tanda saya cinta kalian :v *pelukreaders* *ditimpuk* *hiks*
Kritik, saran, komentar, cuap-cuap, bahkan flame saya terima saat ini. Sebagai rasa terima kasih saya karena kalian sudah repot-repot mau baca tulisan gaje saya. Makaasiih banget buat yang udah mau baca apa lagi review fic saya, saya tunggu ya tanggapan kalian ^^/
Jaa ...
Sign, Fellycia Azzahra