Mantu
...
Kenape gue... ngejudulinnya Mommy coba.../? padahal yang judulnya Mommy itu ada lagi laen gitu ceritanya... bego apa gue yak/?
...
Dua bulan berlalu sejak insiden tidur-meniduri Mingyu dan Wonwoo. Selama itu juga Mingyu tidak berhasil menemukan pemuda manis itu dimana-mana. Orang tua Wonwoo bilang kalau anaknya itu ada urusan bisnis diluar kota dan akan memakan waktu lama. Mereka bilang Wonwoo sendiri tidak tahu akan selesai kapan.
Mingyu lagi-lagi dibuat pusing.
Potongan demi potongan kejadian akan malam itu terus melintas diotaknya. Membuatnya tidak bisa barang sejenak saja tidak memikirkan Wonwoo.
Tidak.
Ini tidak membuat Mingyu tiba-tiba jadi suka pada Wonwoo.
Bukan, bukan dia tidak suka pada Wonwoo. Maksudnya... ya suka yang begitu.
Tidak.
Aduh Mingyu pusing.
Yah yang jelas, sejak Wonwoo menghilang saat itu, ibunya Mingyu jadi lebih rewel. Dia minta Mingyu untuk menikah dengan Wonwoo saja karena wanita itu sudah sangat-sangat suka padanya. Mama Kim sudah benar-benar naksir Wonwoo untuk jadi mantunya.
Mama Jeon juga terlihat suka dan senang dengan ide itu. Dia mau Wonwoo menikah walaupun tidak pernah terpikir olehnya untuk memiliki menantu laki-laki -terlebih tampan seperti Mingyu. lagipula, mereka berdua terlihat cocok saat bersama. Wonwoo terlihat sangat-sangat pas untuk bersanding dengan Mingyu.
Bahkan kedua Mama itu sudah berunding bahwasanya kalau saja kedua anaknya itu menikah mereka ingin Wonwoo pakai gaun yang bagus. Kalau bisa rancangan Mingyu karena lelaki itu sangat baik dalam menggambar maupun mendesain. Mereka juga ingin pernikahannya di helat di resort milik keluarga Jeon dipulau Jeju. Pasti akan sangat romantis –pikir mereka.
Tidak tahu saja mereka kalau Mingyu sendiri malah pusing mendengar keinginan dua ibu itu. Entah karena dia berada dipihak dominan atau karena Wonwoo tidak ada dia jadi merasa bebannya semakin berat karena dia tanggung sendiri.
Kalau begini terus bisa sehat bersahaja Mingyu.
Lagipula ya.. mana ada urusan kerja luar kota katanya? Jelas-jelas Mingyu melihatnya berkeliaran di pusat perbelanjaan beberapa hari lalu. Dengan tangan penuh kantong belanjaan dan mulut disumpal ice cream roti.
Mingyu mendengus mengingatnya.
Baik. Katakan saja Mingyu bohong soal tidak melihatnya dua bulan penuh karena nyatanya Mingyu tahu dimana Wonwoo dan apa saja yang dia lakukan dua minggu terakhir setelah Mingyu berhasil melacak pemuda itu.
Bukannya gimana-gimana ya, hanya saja Mingyu belum berani bertatapan langsung dengannya. Dia harus bicara apa pada Wonwoo? Masa mau tiba-tiba datang dan bicara "Hai Wonwoo. Sudah lama ya tidak bertemu sejak terakhir aku menidurimu. Bagaimana kabarmu? Kau tidak hamil anakku kan? Kau laki-laki yang tidak bisa hamilkan? Bagus. Kalau gitu aku pergi ya. Oh ya! Terima kasih karena membuatku tidak bisa berhenti memikirkan mu selama ini." lalu dia pergi dan menjalani hidupnya dengan damai dan bahagia.
Yaaaaaaaa mau jadi apa dia ditangan Wonwoo? Pepes tahu?
Lagi juga Wonwoo terlihat senang. Mingyu tidak mau kalau-kalau saja kedatangannya malah membuat mood Wonwoo turun. Bukannya mau geer atau gimana ya, ya tapikan biasanya begitu.
Kecuali kalau Wonwoo yang mendatanginya. Itu diluar perkiraan Mingyu.
Seperti malam ini. Mingyu seharian ini bolos kekantor dan kerja dirumah. Daniel dan Samuel sedang menginap dirumah nenek Jeon. Hah! Mingyu ingin tertawa rasanya. Menikah saja belum tentu, Wonwoo juga tidak pasti mau atau tidak dengannya. Tapi pendekatan kedua belah pihak keluarga getol sekali. Kalau Mingyu disuruh menikah dengan Wonwoo sih sebenarnya tidak mau, tapi kalau ibunya itu tidak dituruti bisa-bisa sampai matipun terus dihantui rengekan minta menantu wanita tidak sadar umur itu. Jadi Mingyu iya-iya saja deh untuk kasus yang satu ini. Lagi juga dia sudah meniduri Wonwoo. Rasanya dia harus bertanggung jawab sekalipun mungkin Wonwoo tidak kenapa-kenapa.
Ya
Mungkin saja kan?
Nyatanya, orang itu sekarang menyelinap masuk kerumah Mingyu. Langsung menuju dapurnya lewat pintu depan yang memang belum sempat Mingyu kunci. Darimana Mingyu tahu? ya CCTV lah. Rumah besar tanpa pembantu dan hanya ada satpam memaksa Mingyu untuk memasang CCTV dirumahnya. Kecuali dikamar tidurnya.
Hanya kamarnya saja yang tidak.
...
...
Beruntungnya.
Mingyu langsung bangkit dari duduknya menuju dapur. Mau apa orang itu disini?
Saat Mingyu sudah mencapai dapur, dia dapat lihat Wonwoo duduk di pantry sambil makan ice cream dari kulkasnya. Kepalanya melongok kanan-kiri seperti mencari sesuatu. Mingyu langsung mengambil duduk didepan Wonwoo. Sontak saja pemuda yang masih mengulum sendoknya itu menatap Mingyu.
Matanya berbinar senang kalau Mingyu tidak salah lihat.
"MINGYU!"
Mingyu tersentak karena Wonwoo menggebrak meja. Matanya melolot kaget tapi Wonwoo malah membalasnya dengan senyum lebar.
Kenapa menakutkan untuk Mingyu ya?
"a-aPA?!"
Mingyu menjauhkan tubuhnya perlahan. Parno jadi membuatnya membentak Wonwoo secara tidak sadar. Mungkin saja kan Wonwoo datang untuk membunuhnya. Sok-sok tersenyum manis begitu tahu-tahu mengacungkan pisau kan bisa mati Mingyu.
"Mingyu!"
Wonwoo naik keatas kursi dan mencondongkan tubuhnya kearah Mingyu. senyumnya memang manis tapi kalau ditatap sebegini intens kan Mingyu jadi takut juga. Jadi laki-laki itu bangun dari duduknya dan benar-benar menjauh dari Wonwoo.
"Kau mau apa sih?!"
Wonwoo terkekeh-kekeh dan kembali duduk manis dibangkunya. Bahkan dia memutar-mutar kursi yang dia duduki. Mingyu mengernyit makin bingung. Itu anak satu... kenapa sih? Pakai sok mesem-mesem begitu. Dia pikir dia lucu?
Wonwoo menopang dagu dengan kedua tangannya. Menatap Mingyu sembari mengedip lucu.
"Mingyu ada kecap tidak?"
"Hah?"
Wonwoo mengangguk-angguk lucu.
Mingyu bengong.
Kecap katanya?
"Kau bercanda?"
Wonwoo mencebik. Jari telunjuk kanannya membuat pola abstrak dimeja. Mingyu geli melihatnya. Dia tidak kuat jadi dia ambilkan kecap di laci tepat dibelakang kepalanya. Memutuskan mendekat karena Wonwoo tidak dianggapnya berbahaya untuk saat ini.
"Ini."
Wonwoo langsung mengangkat kepalanya senang dan langsung merebut botol kecap ditangan Mingyu dengan kasar. Pemuda itu menarik juga mangkuk ice creamnya dan menuangkan kecap itu banyak-banyak kesana.
Mingyu bengong.
"Kau sudah giLA YA?!"
Wonwoo mendelik tidak senang. Dia membanting botol kecap itu sambil meremasnya kuat-kuat. Mingyu mulai mundur lagi dari duduknya.
Tapi tidak lama berselang, Wonwoo kembali nyengir lebar. Bahunya bergerak kekiri dan kekanan. Mingyu jadi benar-benar takut dengan pemuda itu.
'APA DIA JADI GILA KARENA AKU HAJAR HABIS-HABISAN MALAM ITU?!'
Mingyu menepuk kepalanya. Dari hole keotak kan jauh, mungkin otaknya memang sudah rusak sejak dulu.
Kali ini Mingyu mengangguk setuju. Benar. Mungkin otak Wonwoo memang sudah rusak sejak dulu. Memang sudah tidak benar bahkan sebelum mereka bertemu. Ya. Ya. Benar.
"Mingyu-ya~"
Mingyu merinding. Dia merasa hawa-hawa tidak sedap mulai menyerbunya.
"Mingyu.."
Alisnya terangkat menanggapi Wonwoo. Langkahnya pelan tapi pasti semakin menjauh dari pemuda itu.
"Mingyu! Suapi aku!"
Wonwoo kembali menopang dagunya. Matanya lagi-lagi berkedip cepat menatap Mingyu.
Laki-laki itu bergidik ngeri. Dia cacingan kali.
Mingyu mendekat perlahan. Menatap ice cream stoberi yang jadi cokelat karena kecap. Maunya anak itu apa? Menjijikan.
"Kau yakin... mau makan itu?"
Wonwoo mengangguk cepat dan semangat. "Aku kehabisan ice cream dan kecap, tadinya mau beli tapi tiba-tiba ingin disuapi Mingyu, jadi aku kesini. Hehehe"
Mingyu tersenyum tawar. Memutuskan untuk melakukan apa yang diinginkan pemuda itu dari pada dia bertingkah macam-macam lagi.
Hening menguasai atmosfer diantara mereka. Wonwoo menikmati ice creamnya sedangkan Mingyu terus-terusan merasa mual memikirkan rasanya. Tapi tangannya tidak berhenti menyuapi Wonwoo bahkan sampai ice creamnya habis.
Wonwoo bertepuk tangan senang dan tersenyum manis menatap Mingyu yang mencuci mangkuk kotornya. Wonwoo menatap sekeliling dan bangun dari duduknya. Kakinya berlari kecil munuju tangga. Mingyu mengikutinya setelah selesai mencuci dan mengunci pintu. Kepalanya melongok kanan-kiri saat sampai dilantai dua rumahnya. Dia kehilangan Wonwoo.
Kemana anak itu?
Mingyu berjalan menuju kamarnya yang pintunya terbuka sedikit. Saat dia masuk kedalam, dilihatnya Wonwoo baru selesai berganti baju dengan piyama miliknya. Terlihat sedikit kebesaran dibadan Wonwoo yang kecil. Kurus lebih tepatnya.
Wonwoo yang menyadari keberadaan Mingyu, sontak langsung mengambil satu setel yang sama persis dengan miliknya. Menyerahkannya pada Mingyu dan mendorong Mingyu kekamar mandi untuk segera berganti.
Mingyu bingung. Dia menatap setelan ditangannya dengan alis bertaut.
Sejak kapan dia punya dua setel piyama ini?
Tidak menunggu lama, laki-laki tampan itu selesai dan keluar dari kamar mandi. Matanya terus memperhatikan Wonwoo yang tersenyum kearahnya. Tubuhnya sudah berbaring nyaman diatas kasur dengan selimut sampai leher.
Mingyu menggaruk lehernya yang tidak gatal karena tidak berhasil menyimpulkan sesuatu.
Kakinya melangkah mendekat kekasur dan langsung tidur disebelah Wonwoo yang merubah posisi jadi menghadap Mingyu. Saat Mingyu sudah benar-benar berbaring, Wonwoo semakin mendekat dan memeluk Mingyu dengan erat. Membuat Mingyu tersentak awalnya, namun dia hanya diam membiarkan.
"Ada apa denganmu?"
Wonwoo bergumam kecil menjawab. Mingyu menggunakan tangan kirinya untuk bantal dan tangan kanannya dia sisipkan kebelakang kepala Wonwoo. Balas memeluknya karena pelukan Wonwoo juga semakin erat. Tangannya memainkan rambut Wonwoo yang menutupi pandangan Mingyu untuk sampai kewajahnya.
"Aku mau tidur dengan Mingyu."
Mingyu berdecak heran. Kenapa tiba-tiba?
"Orang tuamu tahu?"
Wonwoo menggeleng. Mingyu berdengus –mengejek. "Harusnya kau beritahu dulu orang tuamu. Kau baru pulang dari luar kota kan? Mereka pasti merindukanmu. Heh."
Wonwoo diam. Namun tubuhnya semakin merapat pada Mingyu. wajahnya tenggelam didada laki-laki itu. Tangannya bergerak kepinggang Mingyu dan mencubitnya kecil. Mingyu memekik.
"Apa sih?!"
Wonwoo mencebik. Kepalanya menggeleng-geleng didada Mingyu. Seperti mencari sesuatu.
"AKH!"
Mingyu sontak langsung mendorong kepala Wonwoo menjauh. Tangannya mengusap puting kirinya yang perih. Wonwoo menatap datar pada Mingyu dan kembali memeluk orang itu. Mingyu jelas saja langsung berontak. Tapi dia langsung diam begitu Wonwoo bilang, "Jangan macam-macam denganku. Aku hanya mau tidur memelukmu."
Mingyu menghela napasnya. Memutuskan untuk mengabaikan putingnya yang masih berdenyut, dia kembali keposisi awal, memeluk kepala Wonwoo.
Entah kenapa, dia hanya merasa...apa ya? Suka? Nyaman? ...atau suka?
Mingyu tidak mau memikirkannya, jadi dia memejamkan mata dan tidur. Menyusul Wonwoo yang sudah lebih dulu berlalu kealam mimpi.
.
.
o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o
.
.
Hari sudah siang saat seharusnya Mingyu ada dikantor. Tapi nyatanya dia kini tengah berada dirumah Wonwoo.
Lengkap dengan kedua orangtuanya.
Ha! Mingyu ingin tertawa saja jadinya.
Jadi, tadi pagi, Wonwoo mendadak muntah-muntah saat mereka tengah sarapan. Mingyu sudah siap akan berangkat saat itu. Sudah rapi dengan kemeja, jas, dasi, celana bahan dan pantofel juga tas kerjanya. Yah tinggal jalan lah istilahnya. Namun ia urung karena Wonwoo sakit. Tadinya dia mau panggil dokter, tapi Wonwoo menolak. Terpaksa Mingyu membawanya ke rumah sakit. Biar sekalian kalau-kalau Wonwoo kenapa-kenapa.
Sampai dirumah sakit, pemuda manis itu diperiksa segala macam. Mingyu menunggu cukup lama. Dia sampai ditelpon sekretarisnya karena belum juga tiba dikantor. Padahal ada rapat pagi ini. Mingyu mendesah. Sepertinya harus bolos lagi hari ini. Kalaupun tidak, sepertinya dia bisa datang siang nanti.
Wonwoo keluar ruangan setelah ia selesai diperiksa, namun suster disana bilang untuk menunggu hasil apa lah itu Mingyu lupa. Jadi mereka menunggu sambil makan lagi dikantin rumah sakit.
Saat kembali dari sana ternyata hasil periksa Wonwoo sudah keluar. Karena Wonwoo sudah tidak betah disana, mereka memutuskan untuk melihat hasilnya dimobil.
"...apa?"
"..."
"Positif... hamil... katanya?"
Mingyu tidak berhenti terpingkal sepanjang perjalanan. Sedangkan Wonwoo menunduk dalam meremas hasil pemeriksaannya. Matanya berulang kali mengecek kembali apakah miliknya tertukar dengan orang lain atau tidak. Tapi nama yang tercetak disana benar-benar namanya.
"Kita kerumahmu sekarang. Tolong hubungi keluargaku untuk kesana."
Wonwoo mengangkat kepalanya dan menatap Mingyu yang memandang lurus kedepan. Raut wajahnya begitu serius. Dari sudut pandangnya, dapat terlihat jelas rahang laki-laki itu mengejang kuat.
Tanpa diperintah dua kali, dia menghubungi orang tuanya beserta Mingyu untuk berkumpul dirumahnya.
Beginilah sekarang, canggung. Baik Mingyu maupun Wonwoo masih bungkam. Belum ada diantara mereka yang membuka mulut membuat kedua belah pihak keluarga merasa heran. Ada apa sampai mereka harus berkumpul begini?
Wonwoo melirik Mingyu. tangannya masih meremas map dari rumah sakit sampai bentuknya tidak karuan. Mingyu menghela napas dan melempar tubuhnya kesandaran sofa.
"Aku akan menikah."
Seluruh orang disana tersentak. Terkejut karena tiba-tiba Mingyu bersuara keras. Kaget karena mendengar kalimat berupa pernyataan yang terlontar dari mulutnya. Ibu Mingyu melebarkan selebar-lebarnya bola matanya. Senang.
"Kau serius Ming?"
Mingyu menatap Wonwoo yang lagi-lagi meliriknya kemudian mengangguk. Tangannya meraih jemari kanan Wonwoo untuk dia mainkan.
"Wonwoo?"
Mama Jeon menatap putra sulungnya yang terus diam semenjak datang. Tangannya melirik map yang masih dipegang Wonwoo. Bertanya penasaran, "Sayang itu apa?"
Wonwoo refleks meremas telunjuk Mingyu. Membuat laki-laki itu bangun dari –setengah rebahannya dan mengusak rambut Wonwoo. Tangannya mengambil map dari Wonwoo dan meletakkannya dimeja setelah ia rapikan ala kadarnya.
"Hasil pemeriksaan dokter. Dia hamil."
"APA?!"
Semua orang disana terkejut. Terlebih Mama Jeon. Kakinya lemas. Sebagai seorang ibu, dia merasa gagal karena tidak bisa menjaga putranya.
Hamil katanya?
Mama Kim diam-diam tersenyum puas. Matanya berbinar-binar dan Mingyu menyadarinya.
Laki-laki tampan itu mendengus keras.
Wanita gila.
Wonwoo melesak masuk dalam pelukan Mingyu. Tatapan setiap orang padanya membuatnya takut. Papa Kim yang sadar tubuh Wonwoo bergetar, menepuk tangannya keras. Kepala keluarga Kim itu menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat.
"Yaahh... jadi- kapan?"
Mama Kim sontak bangun dari duduknya dan berseru riang, "MINGGU DEPAN!"
.
.
o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o
.
.
Hari H pun datang dengan begitu cepat.
Hari ini, hari pernikahan Mingyu dan Wonwoo.
Dilaksanakan dua Minggu setelah pemberitahuan pada semua orang bahwa Wonwoo tengah mengandung.
Mama Kim sempat protes. Menurutnya lebih cepat lebih baik. Namun Mama Jeon, Papa Jeon dan Papa Kim menolak. Semua butuh proses. Walaupun dapat diselesaikan secara cepat, namun mereka tetap menolak. Waktu yang setidaknya pas adalah dua minggu.
Dan disinilah Wonwoo sekarang. Dengan gaun putih panjang mengembang. Garis leher sabrina tanpa lengan. Rambut palsunya dibiarkan tergerai bergelombang indah. Mahkota putih mempercantik dirinya.
Wonwoo menarik napas panjang dan menatap ayahnya yang terpana. Senyum memenuhi wajah putranya membuat tanpa sadar Papa Jeon meneteskan air matanya. Tidak menyangka bahwa saat ini telah tiba. Saat dimana dia melepas anaknya untuk orang lain.
Papa Jeon menarik lengan Wonwoo dan mengandengnya. Rasa-rasanya, baru kemarin jemari kecil putranya ada dalam genggaman hangat miliknya, tapi kini..
Wonwoo mengeratkan rangkulannya pada sang ayah saat pintu gereja dibuka lebar. Matanya perlahan menangkap punggung lebar calon suaminya yang berdiri dengan gagah didepan pastor.
Perlahan ia melangkahkan kaki. Pandangannya lurus kedepan, terpaku pada seseorang yang mulai memutar tubuhnya. Menunggunya. Dan bersiap untuk menyambutnya.
Wonwoo menundukkan wajahnya. Mencoba menahan air mata, hasil dari matanya yang mendadak panas.
Langkah Papa Jeon berhenti. Senyumnya semakin lebar merekah diwajahnya yang mulai menua. Beliau menepuk tangan anaknya beberapa kali, sebelum menyerahkannya dalam genggaman Mingyu. Mata berkaca-kacanya menatap Mingyu dengan sendu.
"Aku serahkan Jeon Wonwoo-ku padamu. Jaga dia baik-baik."
Mingyu mengangguk. Menarik Wonwoo untuk berdiri disampingnya. Menggenggam tangannya dengan erat dan hangat.
"Aku akan menjaganya bahkan sampai aku mati."
Papa Jeon tersenyum puas. Menepuk bahu Mingyu sebelum berjalan menuju tempat sang istri yang sudah sesegukan menatap mereka.
Mingyu melirik Wonwoo. Tersenyum padanya, mencoba meyakinkan.
Wonwoo mengangguk dan menghadap pastor yang sudah akan bersiap untuk memulai.
Sekali lagi, kedua insan itu saling menatap dan tersenyum. Berharap dalam hati bahwa keputusan mereka benar. Dan diam-diam meminta pada Tuhan, agar pernikahan mereka membawa kebahagiaan. Bahkan sampai maut menyapa. Napas terenggut. Dan raga yang akan habis. Semoga mereka selalu akan bahagia. Berbahagia selamanya.
.
.
o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o
.
.
"MINGYU!"
"ARRGH! BUNUH SAJA AKU!"
Mingyu meremas rambutnya yang sudah tidak karuan. Masih pagi dan Wonwoo sudah berteriak nyaring dari lantai bawah. Beruntung Samuel dan Daniel sedang menginap dirumah paman Seungcheol.
Baru berusia tiga minggu pernikahan mereka dan hidup Mingyu –yang sebenarnya sudah berwarna, menjadi banyak sekali warna-warna lain.
Mingyu pusing.
Semenjak menikah, Wonwoo jadi lebih cerewet dari yang pernah Mingyu tahu.
Dia menyuruh Mingyu makan wortel. Dia meminta Mingyu menggoda nenek rumah sebelah. Dia meminta Mingyu membeli barang-barang yang sekarang menumpuk digudang. Dia menyuruh Mingyu pakai wig. Minta makan ice cream dan kecap setiap malam. Minta makan jajangmyeon tapi tidak mau sausnya hitam –maunya apa?
Bahkan Mingyu pernah disuruh membuatnya menangis. Wonwoo ingin menangis. Kan aneh.
Hah. Bisa gila Mingyu.
Aku bahkan sudah gila
Laki-laki yang sebentar lagi berusia 28 itu memakai celananya yang ada dibawah kasur. Mengambil kaos dilemari sebelum turun kelantai bawah menuju istrinya yang duduk didepan tv sambil makan keripik campur sup kentang.
Mingyu menggendong Wonwoo yang langsung berontak, menjauh dari tv. Mendudukkannya di sofa dan memeluknya. Wonwoo menyentak tangan Mingyu dan menatap suaminya tajam.
"AP-"
"Minus matamu bisa terus bertambah kalau kau memelototi tv sedekat itu."
Wonwoo mendengus. Dia membanting tubuhnya kedada Mingyu yang mengaduh. Namun tangannya kembali lagi memeluk perut Wonwoo yang mulai membesar. Mengelus-elusnya dengan lembut.
Wonwoo baru akan melanjutkan makannya, namun dia urung karena tangan Mingyu mengelus kemana-mana. Tatapan tajamnya kembali menghujat Mingyu yang menatapnya polos.
"Apa?"
"Aish!"
Wonwoo mencubit Mingyu dan kembali keposisi awalnya. Memakan sup kentang campur keripik yang sangat-sangat enak.
Mingyu terkekeh kecil dan mengecupi puncak kepala Wonwoo yang bersandar di bahunya.
"Mingyu.."
"Hm?"
Wonwoo melirikkan matanya menatap dagu Mingyu. Matanya terpejam sesaat saat Mingyu mengecup hidung mancungnya.
"Ada apa?"
Wonwoo menggigit pipi bagian dalamnya dan memainkan sendok. Mencoba menyembunyikan pipinya yang memerah. Mencicit, "Kau.. mau anak laki-laki atau perempuan?"
Alis kanan Mingyu menukik. Seringai perlahan menghias wajah tampannya. Wonwoo merasa pipinya semakin terbakar karena Mingyu memeluknya lebih erat lagi.
"Kau sendiri bagaimana?"
Wonwoo melirik sekilas pada Mingyu, sebelum menjawab sembari memainkan telunjuk Mingyu diperutnya.
"A-aku... tidak tahu."
Mingyu terkekeh kecil. Kembali menghujani kepala Wonwoo dengan kecupan-kecupan gemas.
"Mau laki-laki ataupun perempuan sama saja. Yang terpenting dia sehat. Aku tidak sabar untuk segera melihatnya."
Senyum yang begitu tampan terbit diwajah Mingyu. Sinar bahagia terpancar jelas tanpa bisa ditutupi. Wonwoo kembali merona. Namun senyum manis juga mulai tampak diwajahnya.
Jemarinya mengambil rahang Mingyu mendekat. Membawa mereka dalam ciuman manis memabukkan.
Wonwoo menjerit. Tertawa riang karena Mingyu menggelitik pinggangnya. Menyerangnya dengan ciuman-ciuman kecil seluruh wajahnya.
Mingyu terkekeh kecil. Menatap sang istri dibawah kurungannya. Seseorang yang tidak pernah terpikirkan olehnya akan menjadi istrinya. Seseorang yang menjadi ibu dari anak-anaknya. Seseorang yang akan ia cintai bahkan sampai jiwanya terpisah dari raga.
Seseorang yang awalnya dia tolak mentah-mentah. Kini menjadi seseorang yang tidak akan pernah ia lepaskan.
Laki-laki tampan itu merendahkan tubuhnya, mengecup Wonwoo yang kini menjadi candunya. Menatap mata cantik dewi yang tengah menganduk buah hatinya dengan begitu lembut.
"Aku Mencintaimu Wonwoo..."
Wonwoo tersenyum riang mengalungkan tangan keleher Mingyu. Mengecup pipi Mingyu gemas.
"Aku juga cinta Mingyu...
-kalau Mingyu belikan aku anak ayam warna hijau."
.
.
o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o
.
.
-END-
Thankseeeuuuu yang udah baca another sampah by bsion ini. sebenernya gue pengen update lewat hape ya tapi apalah daya udah dari 30 november hape mati total -_ /curhat.g /kaliajaadayangmaobeliin.g
Makasih buat yang udah review, follow, favorite ya semuanya deh yaaa! Maaf gak bisa dibalesin satu-satu/.
Yah intinya tuh emaknya Mingyu pengen banget punya mantu dah ya trus dia naksir Wonu trus si Wonu dijodohin ama Mingyu tapi Mingyu gak mau karena dia ngerasa masih enak sendiri. Anak-anaknya juga gak pernah ngeluh minta emak.g tapi karena emaknya Mingyu udah ngebet banget ye pengen punya mantu jadi jalan yang paling ampuh buat melancarkan keinginannya itu ya pake... yang ada susunya wonuuuuu yeeeyyy.g
Ya anjr emang ini ff mah gak jelas banget anjr wajar aja kalo banyak yang kaga ngerti apa gimana, ya tapi emang nih ff mah sampah banget anjr. Kesel gue yeh jadinye, bikin cerita gak pernah bener gitu ye, kayanya kalo ngeliat yang laen pada bikin ff pada bagus-bagus dah gue mah apa anjr kesel banget gue. Ya emang ini mah akun sampah heran aja ngapa banyak yang mau baca anjr wkwk.g
Tapi makasih banget yak buat kalian-kalian yang mau meluangkan –membuang- waktunya buat baca coretan yang dibuat gak pake otak oleh si orang abal-abal gak jelas ini. makasiiiihhhhhhh banget wkwk buat para Meanie Shipper dan para penghuni ffn ini wkwk
Kok gue ngapa kek lagi bikin salam perpisahan gini yak. Kesan dan pesan gitu anjr.g
Yang jelas, MAKASIH BUAT KALIAN SEMUAAAA! KALIAN SEMUA WARBYASYAAAAAAHHHH! Maaf gak bisa sebutin satu-satu, tapi yang jelas makasih makasih makasih /deepbow/
Doain gue tanggal 13 ukom.
Jaiit jaiiit~~~
wkwk
Salam~
Bsion
Jakarta, 05/01/17 - 24/01/17
17:17 pm