Mantu

...

Gak gue koreksi jadi maaf kalo banyak salah-salah apa aneh gitu yak.

Hasil kegabutan gue gak ngapa-ngapain dirumah.

Happy Reading/ halah/

...

"Mingyu-"

"Tidak eomma."

"Tapi Mingyu-"

"Tidak."

"Min-"

"Samuel, Daniel, kita pulang sekarang."

Ibu Mingyu menghela napasnya berat. Lelah dengan sifat anaknya yang terlalu keras kepala. Dia hanya ingin menantu, apa yang salah? Apa yang susah? Apa yang berat?

"Eomma yang akan menjemput Samuel dan Daniel besok."

Mingyu hanya bergumam kecil mengiyakan. Membuat ibunya lagi-lagi merengut sebal.

"Kenapa anakmu keras kepala sekali sih sayaaaang?! Aku lelah terus membujuknya tahu!"

Ayah Kim menggeleng pelan. Lihatlah sifat keras kepala anak itu menurun dari siapa?

Lelaki paruh baya itu hanya dapat memperhatikan tanpa memedulikan istrinya yang sudah mencak-mencak sembari memayunkan bibirnya memikirkan kelakuan anak semata wayang mereka. Beliau hanya dapat menghela napas dan membatin pilu- 'Ibu dan anak sama saja. Bagaimana bisa aku masih sehat sampai sekarang hidup dengan mereka?'

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Hari ini hari selasa.

Mingyu punya dua rapat penting seharian ini tapi pikirannya melayang kemana-mana. Dikepalanya terus terngiang-ngiang permintaan ibunya yang tidak berhenti sejak dua tahun lalu. Beliau ingin menantu. Yang mana artinya istri untuk Mingyu. Ibu untuk anak-anaknya. Dan sesorang yang akan dicintainya seumur hidup.

Masalahnya dia belum menemukan orang itu. Seseorang yang pas untuk menjadi istrinya. Seseorang yang cocok untuk menjadi ibu dari Samuel dan Daniel. Juga seseorang yang mendebarkan jantungnya bahkan hingga nyawanya dicabut dari raganya.

Mingyu pusing. Kepalanya terus-terusan berdenyut. Kenapa ibunya keras kepala sekali? Kenapa dia tidak mengerti Mingyu yang masih ingin sendiri? Kenapa juga dia selalu menjodoh-jodohkan Mingyu dengan para jomblo-jomblo diluar sana?! Dia pikir Mingyu setidak-lakunya banget apa?! Kan, Mingyu jadi kesal memikirkannya.

Sebenarnya, Mingyu bukannya tidak ingin. Dia hanya... apa ya? Dia hanya merasa belum siap saja. Selama ini, dia merasa masih bisa mengurus anaknya seorang diri. Itu tidak jadi masalah untuknya. Walaupun mungkin sebenarnya, baik Daniel dan Samuel menginginkan sosok ibu untuk mereka.

...

Yah

...

Mungkin

"Hahh~"

Mingyu pusing.

Mungkin memang iya anaknya butuh seorang ibu tapi mereka tidak pernah meminta. Tidak pernah mengeluh. Tidak pernah bertingkah macam-macam untuk mendesak Mingyu segera mencari ibu untuk mereka.

Baik Samuel dan Daniel itu anak baik. Mereka...mereka anak Mingyu. Mereka pasti mengerti Mingyu.

...

Yah

...

Mungkin

"Hahh~"

Mingyu pusing.

Lagipula, kenapa juga ibunya tiba-tiba memint- bukan, mendesak dia untuk segera mencari istri?! Kenapa?! Setelah di tahun ketiga Samuel dan Daniel bahkan baru bisa berjalan kala itu. Dia tiba-tiba saja merengek ingin menantu. Apa-apaan itu?! Dia pikir Mingyu itu jin yang bisa langsung memberikan apa yang dia mau disaat itu juga apa?!

Oke. Anggap saja dia sedang berusaha dan harusnya ibunya mengerti itu. Jangan terus dan terus saja merengek. Mingyu juga sedang mencari. Tapi ya mungkin namanya takdir Tuhan. Mungkin saja Dia memang belum mengijinkan Mingyu bertemu jodohnya sekarang.

...

Yah

...

Mungkin

"Hahh!"

Mingyu benar-benar pusing.

Dan dia jadi kesal.

Dia benar-benar pusing.

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

"Seungcheol~ Eomma benar-benar ingin menantu~ bagaimana ini~"

"...Junghan?"

"Beda! Kau juga anak eomma tapi eomma mau istrinya Mingyu! Seungcheol~"

Seungcheol menggaruk pelan tengkuknya. Saat ini Ibu Mingyu –yang mana juga sudah ia anggap sebagai ibunya- datang berkunjung. Beruntung dia memang sedang ada dirumah sekarang. Kalau tidak... entahlah. Dia hanya merasa kalau Junghan tidak akan bisa mengatasi sifat keras kepala ibunya saat sudah kumat begini.

Dia tidak akan berhenti sebelum mendapat apa yang dia mau.

Persis seperti Mingyu.

Seungcheol merasa kepalanya mulai berdenyut.

"Lalu eomma mau bagaimana? Kemarin-kemarin sudah mencoba menjodohkan Mingyu dengan anak-anak kenal-"

"Eomma akan memperkenalkan lagi padanya!"

"..."

"Eomma masih punya banyak stok untuk Mingyu. Kalau dia tidak suka wanita cantik, wanita manis, lelaki tampan, eomma masih punya lelaki manis. Wanita tomboy atau yang bagaimana eomma masih punya. Pokoknya tahun ini, Mingyu sudah harus menikah! Eomma tidak mau tahu!"

Seungcheol kembali menggaruk tengkuknya.

"Eomm-"

"Apa lagi?! Sebenarnya anak itu maunya apa sih?! Tinggal menikah saja kenapa susah sekali?! Tidak tahu apa kalau ibunya ini sangat ingin menantu?! Tidak malu dengan teman-temannya yang sudah punya anak apa?! Memang Mingyu juga sudah punya anak sih, tapi kan Mingyu tidak punya istri! Kenapa tidak segera cari, kenalkan padaku, lalu dia menikah?! Kenapa susah sekali mengubah kata 'dia' menjadi 'mereka' setiap kali aku membicarakan anak itu?! Kan aku jadi kesal kalau terus begini!"

"..."

"Apa aku harus seperti di drama-drama itu? Apa aku harus pura-pura sakit keras supaya Mingyu cepat menikah? Begitukan cheol?"

Seungcheol meringis. "Kau tahu itu tidak akan berhasil kan, eomma?"

Wanita berumur lebih dari setengah abad itu menghela napas. Dia merebahkan kepalanya di meja pantry. Bibirnya maju beberapa senti dan suara isakan mulai terdengar. Seungcheol jadi ganti menggaruk-garuk rambutnya.

"Aku ingin menantuuu~"

Seungcheol menghela napasnya kasar.

Dia juga jadi bingung kalau begini.

Dia bingung kenapa ibunya ini bisa keras kepala sekali ingin menantu dan dia juga bingung kenapa Mingyu tetap keras kepala juga ingin tetap sendiri.

'Bagaimana bisa Appa hidup sehat dengan kedua orang ini?!'

Sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Kedua orang itu tersentak saat mendengar bunyi bel memenuhi seluruh ruangan. Seungcheol dan ibunya saling tatap.

"Itu Junghan? Dia sudah pulang?"

Seungcheol menggeleng dan bangkit dari duduknya menuju pintu. Diikuti oleh sang ibu.

"Bukan, Junghan tidak mungkin membunyikan bel. Aku rasa itu Rose. Dia pergi main tadi."

"Cucuku? Main dengan siapa?"

"Tetangga."

Seungcheol membuka pintu dan langsung tersenyum senang melihat anaknya dalan gendongan seorang pemuda manis yang juga tersenyum kecil membalas si tuan rumah.

"PAPOY!"

"Rose?"

"NENEK!"

Rose sontak langsung menggeliat minta digendong oleh sang nenek yang tertawa melihat kelakuan aktif cucunya. Membuat pemuda yang menggendongnya jadi kewalahan. Seungcheol berdecak-decak.

"Pelan-pelan sayang. Kau membuat Wonwoo Oppa kerepotan."

Pemuda yang bernama Wonwoo itu melebarkan sedikit senyumnya dan menyerahkan Rose pada nenek anak kecil itu. Seungcheol menghela napas melihat anaknya yang malah cengengesan dalam gendongan neneknya. Laki-laki itu beralih pada Wonwoo yang merapikan bajunya.

"Masuklah dulu Won."

"Ah tidak perlu. Aku-"

"Wonwoo Oppa! Ayo masuuukkk~~"

Wonwoo menundukkan sedikit kepalanya dan mengangguk samar. Lelaki itu mengikuti langkah wanita tua yang baru pertama kali dilihatnya itu dengan canggung. Walaupun dibilang sering main kerumah besar ini. Tetap saja terasa aneh saat ada kerabat pemilik rumah yang tidak dikenalnya.

Seungcheol masuk menyusul mereka dan langsung menuju dapur untuk membuat minuman. Matanya melirik sekilas ruang tamu dimana Wonwoo duduk dengan sangat kaku. Membuatnya terkekeh. Biasanya lelaki itu sudah akan tidur-tiduran malas disana.

"Wonwoo Oppa! Kenalkan ini nenekku! Nenek! Ini Wonwoo Oppa! Dia calon suamiku!"

Wonwoo tersenyum canggung seraya menundukkan kepalanya. Memberi hormat pada wanita yang tersenyum lembut kearahnya.

"Jeon Wonwoo imnida.."

"Panggil saja aku eomma Wonwoo-ya."

Wonwoo sedikit tersentak. Lelaki itu sontak langsung melebarkan senyumnya dan mengangguk senang. Yang ada dipikirannya saat ini keluarga Seungcheol benar-benar berisi orang-orang baik.

"Kau sering main disini sepertinya."

Lelaki manis itu tertawa kecil. "Benar. Hampir setiap hari aku main disini."

Ibu Seungcheol tersenyum lebar. Dia suka senyuman Wonwoo yang manis. Dia suka melihatnya tertawa. Sangat lucu. Dengan hidungnya yang mengkerut itu, sangat menggemaskan.

"Rose bilang kalau Wonwoo ini calon suaminya tapi aku tidak mau punya menantu malas sepertimu."

Seungcheol datang dan langsung masuk dalam obrolan mereka. Beruntung Rose sudah lari duluan kekamarnya, kalau dia mendengar Seungcheol bicara begitu pasti langsung akan diteriaki habis-habisan oleh putri sulungnya tersebut. Tidak suka kalau pangeran tampannya dijelek-jelekkan oleh Seungcheol.

"Aku juga tidak mau jadi menantumu! Kau jelek! Dasar tua!"

Wonwoo menghindar saat Seungcheol akan menjitak kepalanya. Wajahnya datar sedatar meja tempat Seungcheol meletakkan gelas tadi.

Ibu Seungcheol tertawa kecil melihatnya. Mengambil gelasnya dan menyesap kopi yang Seungcheol buat.

"Kalau jadi menantuku bagaimana? Apa kau mau Wonwoo-ya?"

"..."

"..."

"..."

"..."

"Ne?!"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

"MINGYUUUUUUU?!"

"MINGYU?!"

"GYU?!"

"MING-"

"AKU DIATAS EOMMA! JANGAN BERTERIAK! INI MASIH PAGI!"

"Dia sendiri teriak. Ish. Dasar."

Ibu Kim menggeleng pelan sebelum menaiki tangga menuju kamar anaknya. Hari minggu Mingyu yang tenang ini hancur sudah karena teriakan ibunya itu.

"Mingyu! Bangun sayang!"

Mingyu meringis saat merasa berat diperutnya. Dia mendengus kesal sebelum menggeliat tidak nyaman.

Ibunya ini. Sudah mau kepala enam malah dengan tidak tahu dirinya menduduki Mingyu. Dia pikir dia seringan apa? Samuel? Daniel? Hell.

"Eomma! Berat!"

Ibu Kim tidak mengindahkannya. Dia malah asik memainkan bibir dan ponselnya. Senyum lebar terlihat mengembang sempurna di bibirnya yang terpoles lipstik merah muda mahal. Dengan gerakan cepat, dia bangun dari perut Mingyu dan menepuk keras bahu anaknya.

"Cepat bangun Mingyu! kau harus siap-siap!"

Mingyu lagi-lagi meringis. Yang buat dia tidak bisa bangun kan ibunya ini. Kenapa malah dia yang dimarahi sih?!

"Cepat ya! Eomma akan bangunkan Samuel dan Daniel! Sarapannya sudah siap jadi cepatlah!"

Mingyu menggeleng kecil melihat kelakuan ibunya yang benar-benar tidak sesuai umur. Tapi daripada dia memperdebatkannya lebih baik segera laksanakan. Ibu-ibu satu itu bisa sangat memekakkan telinga kalau sudah mengomel. Mingyu malas mendengarnya dipagi hari yang cerah ini.

Lelaki itu menghabiskan nyaris setengah jam untuk mempersiapkan diri. Saat dia turun kebawah, ibu dan kedua anaknya sudah nyaris menyelesaikan sarapan mereka.

"Pagi sayang.."

"PAGI DADDY!"

Daniel langsung melompat ke gendongan sang ayah. Anak kecil itu terkekeh geli karena Mingyu menciumi tubuhnya.

"Sudaahhh, Mingyu. Cepat ambil sarapanmu. Daniel~ ayo sini nenek suapi."

Daniel mengangguk semangat dan turun dari gendongan Mingyu menuju pangkuan neneknya. Mingyu tersenyum kecil dan mengusak rambut Samuel juga mencium keningnya sebelum duduk dimeja makan. Bergabung untuk sarapan.

Limabelas menit setelahnya mereka sudah pindah keruang tamu. Mingyu asik bermain dengan Samuel disaat putra bungsunya sibuk mewarnai sendiri.

Ibu Kim kembali dari dapur membawa cemilan. Wanita itu langsung duduk menempel pada Mingyu. Membuat lelaki berumur 26 itu mencium sesuatu yang tidak-tidak.

"Mingyu~"

Tuh kan.

Lihat.

Mingyu bergumam pelan. Membuat ibunya ini justru semakin menempel padanya.

"Gyu~"

Mingyu merotasi kedua matanya. "Eomma~"

Ibu Kim tersenyum lebar dan langsung bangkit berdiri.

"AYO JALAN-JALAN!"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Nyonya Kim, Papa Kim, Mingyu, Samuel dan Daniel menghabiskan seharian ini dengan berkeliling mall, taman hiburan dan juga saat ini tengah makan malam di restoran milik keluarga tersebut. Tawa menghiasi hari ini tanpa henti. Membuat masing-masing dari mereka merasakan kebahagiaan luar biasa dalam hati.

"Sudah lama sejak terakhir kali kita berlibur seperti ini."

"Benar."

"Kau itu terlalu sibuk. Perhatikan keluargamu."

Mingyu mendengus. Bergumam pelan. "Appa juga."

"Dasar anak ini.."

Papa Kim sudah mengangkat tangannya untuk menepuk punggung Mingyu tapi ia urungkan. Pria diawal umur 60 tahunnya itu menggeleng sembari berdecak melihat Mingyu yang mencibir. Anaknya ini memang tidak pernah berubah. Nakal sedari kecilnya itu tidak juga memudar, malah semakin parah.

Saat sedang asiknya makan, ponsel Mingyu yang ia letakkan diatas meja bergetar. Lelaki itu mengelap tangannya dan mengecek pesan yang ternyata dikirimkan oleh Seungcheol. Lelaki itu menanyakan apakah Mingyu sudah siap karena memang mereka memiliki janji sebelumnya.

Mingyu menepuk dahinya. Dia lupa. Benar-benar lupa.

"Ada apa Gyu?"

Mingyu menggeleng pelan sembari membersihkan noda saus di pipi anak sulungnya.

"Aku lupa ada janji dengan Seungcheol hyung."

Nyonya Kim tertarik. Dia berhenti menyuapi Daniel yang sudah membuka lebar mulutnya.

"Apa tentang pesta itu? Pesta perayaan ulang tahun pernikahan Jun dengan istrinya itu?"

Mingyu mengangguk sembari menatap ibunya. "Eomma tahu?"

Nyonya Kim juga ikut mengangguk. Kembali menyuapi cucu menggemaskannya.

"Kemarin Eomma sempat main kesana. Dia bilang tentang pesta itu."

Papa Kim beralih menatap anak satu-satunya itu. Menepuk bahunya.

"Kalau begitu, sebaiknya kau cepat bergegas."

"Tapi-"

"Sudah sana. Biar kami berdua yang menjaga anakmu. Kami juga ingin menikmati waktu kami dengan cucu-cucu kami ini."

"Dan lebih baik kalau bersama istrimu juga."

Mingyu berdecih. Lebih baik dia cepat pergi daripada mendengar celotehan ibunya tentang istri-istri-istri apalah itu.

Lelaki tampan itu bangun setelah membereskan barangnya.

"Kalau begitu aku titip Samuel dan Daniel."

"Hati-hati."

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Seungcheol bersama dengan Soonyoung dan Seokmin berdiri disayap kiri pintu. Membicarakan bisnis sembari menunggu Mingyu yang sedang dalam perjalanan. Seungcheol pikir adiknya itu tidak akan datang karena acara keluarga Kim hari ini.

Tidak lama kemudian terlihat Jihoon, Jun, Minghao –istri Jun- dan anak-anak mereka berjalan mendekat. Soonyoung langsung menggendong putrinya yang bernama Aozora Kwon. Anak manis itu baru tumbuh gigi. Sebenarnya Jihoon tidak mau ikut, tapi karena tidak enak kepada Junhui jadi dia memutuskan datang. Mereka teman baik semasa sekolah itu yang membuat Jihoon merasa dia harus datang.

Junhui dengan Minghao sendiri sudah tiga tahun menikah. Mereka memang sengaja menunda untuk memiliki momongan karena baik Junhui dan Minghao tengah sibuk-sibuknya mengurus bisnis mereka. Pesta ini diadakan juga untuk merayakan kemenangan Jun atas projectnya.

Ketujuh orang dewasa disana mulai larut dalam obrolan penuh canda tawa. Tingkah-tingkah menggemaskan anak mereka juga menambah kesan ramai disana. Junghan dengan kedua anaknya juga ikut bergabung begitu juga Jisoo, istri Seokmin.

Mingyu datang. Dia melempar senyum pada setiap orang disana. Mengucapkan selamat pada Jun dan juga Minghao. Juga tidak lupa dia diserbu dengan pelukan oleh para keponakan-keponakannya. Mingyu ini sebenarnya paman kesukaan mereka. Terlebih Rose. Dia sangat menyukai Mingyu karena menurutnya pamannya itu tampan sekali. Terbukti dengan dia tidak mau lepas dari Mingyu sejak lelaki itu datang.

Mingyu memutuskan untuk bermain keluar. Dia butuh udara segar.

Lelaki itu berjalan menuju taman belakang. Langsung mendaratkan diri dikursi kesayangannya dirumah Jun ini. menatap langit malam yang tidak terhalang apapun. Angin-angin malam menerbangkan rambutnya.

"AKH!"

Mingyu terkejut. Dia langsung bangkit dari duduknya dan menatap sekeliling. Dari pandangannya, terlihat samar-samar suara lelaki meringis. Mingyu memutuskan untuk mendekat.

"Hei.. kau tidak apa-apa?"

Lelaki itu mengangkat wajahnya dan mengangguk sekilas sebelum bangkit dan pergi. Mingyu mengangkat bahunya acuh dan memutuskan untuk kembali kepesta.

Sesampainya dia disana, matanya membulat menangkap bayangan ibu dan ayahnya. Bersenda gurau dengan kelompok besar mereka. Samuel dan Daniel juga terlihat tengah bermain disana. Juga laki-laki tadi..

"Eomma? Appa?"

Nyonya Kim dan seluruh orang disana menengok bersama. Senyum menghiasi wajah mereka.

"Mingyu. Kemarilah."

Mingyu dengan ragu berjalan mendekat. Dia jadi semakin curiga saat Seokmin menempatkan tangan dibahunya.

"Kenalkan. Ini Nyonya Jeon, Tuan Jeon dan anak mereka Jeon Wonwoo juga Jeon Bohyuk."

Mingyu mengangguk dan menunduk hormat. Menerima jabatan tangan Tuan Jeon dan pelukan hangat Nyonya Jeon. Mingyu menatap lelaki tinggi disana.

"Kau yang terjatuh tadi?"

"Iya."

Mingyu mengangguk. Nyonya Jeon melempar pandangan pada anaknya dan juga Mingyu.

"Kalian saling kenal, Bohyuk-ah?"

Bohyuk menggeleng. "Tadi kami bertemu dibelakang."

Mingyu mengangguk menyetujui.

Nyonya Kim menatap Mingyu dan langsung berjalan lurus menuju anaknya itu. Merangkul tangannya dengan erat sembari memasang senyum sangat manisnya.

Mingyu curiga.

"Apa?"

Lelaki itu memutuskan untuk berbisik.

"Gyu.."

Mingyu menundukkan sedikit tubuhnya. Menggapai bibir ibunya ketelinganya.

"Bukankah... Wonwoo itu sangat manis?"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Mingyu menggerang. Kepalanya pusing.

Sungguh.

Sangat.

Dia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Eommanya melakukan semua ini?!

Mingyu tidak suka. Dia sangat tidak senang saat Eommanya sudah mulai kembali menjodoh-jodohkan dia. Mingyu benci itu.

Lagi-lagi, lelaki itu menggeram.

Dikepalanya terus berputar kejadian beberapa hari belakangan ini. Eommanya getol sekali mencekokinya Wonwoo. Dia menjejali dirinya fakta-fakta Wonwoo. Dinding ruang pribadinya penuh ditempeli foto Wonwoo. Belum lagi wanita itu suka memaksanya makan siang bersama Wonwoo. Disuruh menjemput Wonwoo. Menemani Wonwoo bermain dengan anak-anaknya. Membiarkan Wonwoo tidur dirumahnya. Semua hidup Mingyu kini harus ada Wonwoonya.

Mungkin Eommanya sudah gila.

Dari sekian banyak wanita didunia ini, kenapa ibunya malah memilih Wonwoo yang laki-laki untuk menjadi istrinya?! Mingyu pusing.

Dia tidak pernah berpikir akan memiliki pasangan apalagi istri yang berjenis sama dengannya. Walaupun banyak dari teman –bahkan abangnya memiliki istri laki-laki, tapi Mingyu sama sekali tidak memiliki cita-cita untuk sama dengan mereka.

Walaupun dia sendiri tidak tahu dia lurus atau tidak. Setidaknya Mingyu pernah bercinta dengan perempuan. Banyak perempuan. Mingyu suka gadis-gadis SMA yang masih polos.

Ya, meskipun dia belum pernah merasa tertarik dengan salah satu dari mereka.

Apa ibunya sudah benar-benar buntu karena Mingyu menolak semua wanita yang dia kenalkan padanya makanya dia kini getol meracuni Mingyu untuk menikah dengan Wonwoo saja yang notabenya laki-laki bukan perempuan? Begitu?

"Tapi Eomma... Wonwoo tidak bisa hamil. Dia laki-laki."

"Bisa. Junghan, Jisoo dan Jihoon saja bisa. Kalaupun tidak kan sudah ada Samuel dan Daniel."

Mingyu menghela napas. Benar sih sudah ada Daniel dan Samuel, tapi kan Mingyu ingin punya anak kandung yang benar-benar dari benihnya.

Lelaki itu –sekali lagi menghela napasnya.

Kepalanya sudah sangat pusing.

Dia bangun dari duduknya dengan sempoyongan. Menyingkirkan tangan-tangan nakal para wanita jalang disana dari paha dan selangkangannya. Kepalanya terasa berputar-putar.

Lelaki tampan bermarga Kim itu mencoba berjalan tegap namun yang terjadi malah dia menabrak seorang wanita yang kebetulan melintas. Mingyu mencoba membersihkan pengelihatannya yang buram.

"Hei... tampan~"

Wanita itu menyeringai lebar sembari memeluk bahu tegap Mingyu. melingkarkan kaki kanannya dipinggang lelaki tampan itu. Mingyu ikut menyeringai sembari meremas bokong berisi wanita tersebut. Sebelum mereka terlarut dalam ciuman panas membakar nafsu.

"Ngmhh~"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Wonwoo tersenyum kecil. Matanya menelusuri seisi rumah ini. Cukup besar tidak terlalu kecil. Wonwoo merasa rumah ini pas. Wonwoo selalu suka rumah ini. Mewah tapi sederhana. Setiap kali datang, selalu terasa seperti kunjungan pertama saking sukanya dia dengan rumah ini.

"Wonwoo-ya, tidurlah disini."

Wonwoo mengangguk kecil.

Sebenarnya dia mau menolak. Cuma dia merasa tidak enak hati pada wanita cantik ini. Papa Kim juga sudah terlihat lelah. Wonwoo tidak mau membuat sebuah penolakan yang –dia yakini- akan berakhir jadi perdebatan panjang. Wonwoo memilih mengalah.

Lagipula memang dia sudah terlanjur janji untuk main dengan Samuel dan Daniel besok pagi. Jadi daripada bolak-balik lebih baik menginap saja, kan?

Ini juga sudah sangat larut.

Wonwoo mengikuti langkah Mama Kim menuju kamarnya. Matanya masih juga tidak berhenti menelusuri seisi rumah. Wonwoo tersenyum lebar. Dia sangat suka rumah ini! Sangat!

Mama Kim berhenti di depan sebuah pintu. Dia meminta Wonwoo untuk masuk terlebih dahulu karena dia akan membuatkan susu untuk Wonwoo. Wonwoo menolak dengan halus namun wanita cantik itu tetap ingin, Wonwoo tidak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk setuju.

Wonwoo masuk dengan pelan. Kamar ini didominasi warna hitam dan putih. Sangat rapih. Tapi Wonwoo merasa ini bukan kamar tamunya. Karena ada beberapa pajangan mahal dimeja. Juga sebuah figura besar diatas tempat tidur. Sebuah lukisan wajah Daniel dan Samuel.

Wonwoo tersenyum kecil. Mereka lucu sekali.

Wonwoo perlahan duduk ditepi kasur. Hatinya bertanya-tanya, apa tidak apa dia tidur disini? Karena Wonwoo yakin seratus persen ini kamar ayah Daniel dan Samuel.

Ini kamar Kim Mingyu.

Biasanya Wonwoo tidur dengan Samuel dan Daniel. Tidak pernah dikamar Mingyu. Tidak pernah masuk kekamarnya. Bahkan tidak tahu juga kalau ruangan ini ternyata kamar lelaki tampan itu.

Wonwoo membuang napas. Mengingat Kim Mingyu membuatnya memikirkan kembali saat Mama Kim menanyakannya apakah Wonwoo mau jadi menantunya atau tidak. Kalau Wonwoo diminta jadi menantu wanita itu, berarti dia akan menikah dengan Kim Mingyu. Tidak mungkin Seungcheol karena laki-laki itu bahkan sudah punya dua anak.

Wonwoo mengernyit bingung. Mingyu punya dua anak tapi tidak pernah punya istri?

Lelaki manis itu mengendikkan bahu. Tidak perduli.

Tapi, kepalanya tidak mau berhenti memikirkan Kim Mingyu.

Saat pertama kali bertemu saat dipesta, laki-laki itu tampan sekali. Dengan jas hitam dan kemeja putih tipis yang dua kancing atasnya tidak dikait itu... Wonwoo sontak memegangi pipinya. Pasti sudah sangat merah!

Wonwoo membanting tubuhnya kekasur. Otaknya kembali membuat dia berpikir dan bertanya-tanya, bagaimana kalau seandainya dia benar jadi istri Kim Mingyu?

Sebenarnya, Wonwoo memang sudah ingin menikah. Dia mencoba mencari seseorang yang cocok dengannya namun tidak pernah menemukannya. Membuat lelaki itu mau tidak mau harus mengubur dulu keinginannya sampai ia mendapat sosok yang tepat.

Dan sekarang... keinginan Wonwoo untuk segera menikah jadi muncul lagi. Bahkan terasa lebih membakar lagi.

Wonwoo mengguling-gulingkan tubuhnya. Dia mau menikah!

'AKU MAU MENIKAH!'

Dia merasa kesal dan juga malu, karena hanya dia saja yang belum menikah dalam lingkaran pertemanannya. Soonyoung sudah punya anak perempuan yang menggemaskan. Junhui dan Minghao sudah akan merencanakan untuk segera memiliki momongan. Jihoon sedang hamil anak kedua. Seokmin dan Jisoo tengah berbahagia karena Jisoo tengah hamil muda. Seungcheol dan Junghan punya dua putra dan putri yang sangat aktif, cerdas dan sangat menggemaskan. Seungkwan dan Vernon bertunangan. Belum lagi, teman-temannya yang lain. Bahkan adiknya saja sudah punya pacar.

Rasanya Wonwoo mau mati saja kalau bertatap muka dengan mereka.

Wonwoo berhenti berguling dan langsung duduk memeluk bantal.

'Apa aku terima saja lamarannya?'

Matanya merotasi beberapa kali sebelum menggeleng keras.

'Yang memintaku kan Eomma Kim! Bukan Kim Mingyu! itu bukan lamaran!'

Wonwoo melempar asal bantalnya. Kim Mingyu saja terlihat tidak tertarik padanya, bagaimana mau melamar?!

"Wonwoo-ya?"

Wonwoo bangun dan segera berjalan kepintu. Mama Kim berdiri disana dengan senyum yang sangat cantik. Wonwoo suka melihatnya.

"Ini susunya. Maaf lama ya. Eomma dan Appa akan pulang sekarang. Kau tidurlah. Eomma rasa Mingyu sebentar lagi pulang jadi tenang saja ya."

Wonwoo mengangguk dan mengambil gelas ditangan Eomma Kim. Pemuda itu tersenyum senang saat Eommanya ini mengecup pipinya sayang. Dia melambaikan tangan saat Eomma Kim angkat kaki dari sana.

"Salam untuk Appa."

Eomma Kim mengangguk dan menghilang ditangga.

Wonwoo kembali masuk kedalam kamar. Memainkan kaki dikasur sembari mulai meminum susunya. Pemuda itu menguap lebar dan langsung berebah saat susunya sudah habis.

"Hmppp~"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Mingyu memasuki rumah dengan rambut dan baju acak-acakan. Lelaki itu dengan kasar menutup pintu dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Kepalanya semakin pening dan dia butuh kamar mandi atau kasur guna melampiaskan hasratnya yang masih menyala-nyala.

Gara-gara wanita sialan di club tadi, penisnya jadi ereksi hebat dan Mingyu tidak mau pusakanya disentuh-sentuh tangan kotor mereka. Walau kalau boleh jujur, penisnya sangat ingin lubang ketat untuk ditusuk.

"Engh~"

Memikirnya, sangat tidak bagus untuk tubuh Mingyu. Bukannya reda malah makin menjadi-jadi. Mingyu sudah membuka ritz celananya di tangga dan mengocok penisnya. Beruntung dia tidak memelihara pembantu dirumah ini.

Mingyu mempercepat langkahnya menuju kamar. Terlebih telinganya mendengar suara desahan yang seolah memanggilnya. Lelaki itu menabrak kasar pintu kamarnya dan langsung membanting pintu itu lalu menguncinya. Tangannya semakin cepat mengocok kejantanannya yang semakin mengeras.

Mingyu menggigit bibir bawahnya. Matanya terbuka dan menutup saking keenakannya. Lelaki itu lantas langsung berjalan menuju kasurnya dimana ada santapan lezat disana.

Pemuda yang disebut ibunya manis.

Pemuda yang dia dengar-dengar akan dijodohkan dengannya.

Pemuda bernama Wonwoo.

Yang sekarang tengah asik menggali lubangnya sendiri. Penisnya berdiri tegak menantang Mingyu. tubuh putih polos itu sangat-sangat menggoda untuk Mingyu yang menggeram kesal.

Fuck!

Langsung saja lelaki itu menerjang Wonwoo yang menyambutnya. Berbagi ciuman panas. Lidah saling melilit. Bertukar saliva. Wonwoo mengerang keras saat Mingyu menciumi, mengigiti, menghisap lehernya.

Wonwoo suka sentuhan itu tapi rasa gatal dilubangnya tidak mau mengerti.

Bisa tidak Mingyu langsung saja masukkan penis besar itu kedalam Wonwoo dan menumbuknya sampai mampus?!

Wonwoo tidak kuat.

Wonwoo mau penis.

Wonwoo mau penis Mingyu.

Wonwoo mau penis itu langsung masuk lubangnya sekarang juga.

"T-to-hhh~ tolonghh~"

"Mphh~"

"To-akh! Tolonghh~ akh! Akh! A-an-anali aku sekarangh!"

"Mingyuh!"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Mingyu mendesah keras. Lelaki tampan itu memperlambat laju temponya memompa lubang Wonwoo. Membiarkan pemuda itu menikmati pelepasannya yang kelima untuk malam ini. Mingyu menggeram kesal. Dia belum juga keluar.

Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan penisnya dari lubang Wonwoo dan menjambak rambutnya kasar. Memaksa Wonwoo melahap habis kejantanannya yang sudah sangat tegang. Uratnya yang menonjol menggoda mulut Wonwoo untuk menghisapnya habis-habis. Membuat Mingyu semakin gila dan menggerakkan pinggulnya secara refleks menghajar mulut Wonwoo.

"Hmp!"

Wonwoo menahan paha Mingyu yang masih memompa mulutnya gila-gilaan. Wajahnya sudah memerah karena pasokan oksigennya semakin menipis. Dia juga tersedak berkali-kali berkat aksi Mingyu tersebut. Kesal. Pemuda itu mengigit kuat penis Mingyu.

"AKH! SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Mingyu mendorong kesal kepala Wonwoo sampai pria itu membentur kasur dengan kuat. Napasnya memburu. Mulutnya terbuka mencari-cari oksigen. Mingyu meringis merasakan denyutan di penisnya. Lelaki itu langsung menarik rambut Wonwoo kuat. Membuatnya meringis kencang.

"M-min-"

"BANGSAT! APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN?!"

Mingyu kalap.

Dia menampar kuat-kuat kedua pipi Wonwoo. Langsung melemparnya kembali kekasur. Menarik pinggangnya dan mempompa lagi lubang Wonwoo tanpa ampun.

Wonwoo menjerit. Air matanya menetes tanpa dia sadar. Matanya berkabut putih. Tidak ada yang dirasakannya selain nikmat yang sungguh sangat kurang ajarnya menguasai seluruh tubuh. Wonwoo menjerit lagi. Pinggangnya terasa remuk karena dicengkeram kuat-kuat oleh Mingyu. Mulutnya tidak henti-henti menyuarakan desahannya.

"M-mingh! Akh! Akh! M-mingh! Ouh! MINGYU!"

Wonwoo meremas kuat rambut hitam Mingyu. Tubuhnya bergetar hebat. Tidak sanggup menahan semua kenikmatan ini. Kepalanya menengadah. Memberikan lahan luas untuk Mingyu kembali menciptakan tanda ungu pekat dilehernya.

Wonwoo menggeliat tidak nyaman saat dia sudah akan kembali orgasme. Wonwoo refleks merapatkan pelukan kakinya dipinggang Mingyu. Berpegang kuat-kuat pada bahu kokoh lelaki tampan itu. Wonwoo sudah akan tumbang kalau saja Mingyu tidak memeluk punggungnya erat. Pemuda yang memiliki senyum manis itu menggelengkan kepalanya. Tidak kuat.

"Mingyuh~ Mingh! Akh! Akh! Akh! Oughh! MINGYUUUU!"

Wonwoo terisak. Penisnya kembali menembakkan cairan putih kental itu dada mereka. Membuatnya semakin lengket. Mingyu berhenti sejenak mengatur napas. Mulutnya memangut milik Wonwoo. Tangannya meremas-remas kuat bokong pemuda itu. Kejantanan Mingyu terasa berdenyut hebat. Pinggulnya refleks kembali bergerak mengejar orgasme keduanya untuk malam ini.

"Nghh~"

Wonwoo melepaskan tautan diantara mereka. Pinggulnya naik turun menyesuaikan ritme Mingyu. Tangannya tetap meremas rambut Mingyu sudah benar-benar berantakan. Mulut, lidah dan giginya bekerja membuat hickey dileher dan bahu Mingyu.

Wonwoo mempercepat gerakannya dituntun cengkeraman Mingyu dipinggang. Pemuda itu mememjamkan matanya merasakan penis Mingyu memenuhi lubangnya. Besar. Tegang. Sangat keras. dan panjang.

Pemuda itu menggeram. Penis sialan!

Wonwoo dibuat tidak henti-hentinya ingin penis itu mengisi disana.

Merasakan seluruh kenikmatan ini membuat Wonwoo gemas.

Wonwoo gemas dengan penis Mingyu.

Benar-benar gemas sampai dia tidak sadar kalau gerakannya semakin menggila.

Mingyu mendesah-desah karena orgasmenya semakin dekat.

Umpatan demi umpatan terus dia nyanyikan seiring Wonwoo memompa penisnya.

Sialan!

Bangsat!

"Fuck! Ahh~ jalang sialan! Hm~ makan habis penisku bangsat!"

Mingyu menghentak kuat-kuat pinggulnya. Matanya merem-melek dan tubuhnya bergetar hebat. Kepalanya semakin terasa pusing karena Wonwoo mulai kasar meremas rambutnya. Mulut mereka saling menyahut membalas desahan.

"Be-aahh~ be-samahh akh! Ming-"

"Akh! Sayang! Aahh~ fuck!"

"Akh! Ming-hh~ MINGYU!"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

Sekarang pukul 9 pagi.

Mingyu mengerang sebelum bangun dari tidurnya. Kepalanya sakit bukan main. Semalam dia sedikit mabuk karena pusing dengan masalah kantor juga ibunya.

Lelaki itu duduk sembari mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan. Matanya mengedip menyesuaikan cahaya. Setelah semua jelas, matanya sontak membulat.

'A-a-aPA YANG TERJADI SEMALAM?!'

Mingyu langsung melompat dari kasur. Matanya membola mendapati dirinya telanjang. Laki-laki itu langsung berlari menuju kamar mandi. Mengabaikan pegal di sekujur tubuhnya demi memandangi badan bagian atasnya yang penuh hickey.

Lelaki itu mengerang kembali. Mendudukkan dirinya di kloset dan mulai mengingat.

Kemarin itu kan dia kerja, lalu pulangnya dia main dulu karena pusing, lalu dia mabuk, tapi Mingyu masih sadar. Dia cuma pusing, pening, benar-benar sakit kepala. Dia ingat dia mencumbu seorang wanita di bar. Membuatnya orgasme tiga kali lalu dia pulang. Dan dia bercinta dengan Wonwoo. Iya! dia pulang kerumah, langsung kekamar dan langsung bersenggama dengan pemuda manis itu.

Jadi, hickey di tubuhnya ini dari Wonwoo.

Iya!

Wonw-

Tunggu...

Apa?!

"Wonwoo?!"

.

.

o==[]::::::::::::::: Mantu :::::::::::::::[]==o

.

.

-TBC/END?-

Bsion

31/12/16 – 05/01/17

20:58