Angin di akhir musim gugur berhembus kencang, membawa daun-daun yang berguguran terbang mengikuti arah angin, serta butir-butir salju yang mulai berguguran dari atas langit.

Naruto tersenyum sendu, menyaksikan semuanya bersama dengan Sasuke, suaminya. Sasuke mengenggam erat tangan kanan Naruto sedangkan tangan kiri Naruto mengelus perutnya sendiri yang sedikit membuncit. Mereka berdua duduk bersama di kursi taman, menyaksikan pergantian musim dalam keheningan.

"Aku menerimanya Sasuke, maaf jika aku tidak pantas untuk bersanding dengan mu." ujar Naruto lirih sambil mendongkan kepalanya sedikit agar air mata tidak mengalir membasahi pipinya.

Sasuke hanya diam memandangi langit senja Konoha tanpa melepaskan genggaman tangannya.

"Aku minta maaf tapi aku mohon jangan tinggalkan aku." pinta Naruto penuh harap sambil menatap wajah Sasuke yang duduk disampingnya.

Sasuke melepaskan genggaman tangannya tanpa melihat kearah Naruto kemudian beranjak berdiri. "Urus mereka dengan baik, aku pergi." ujarnya lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang menangis tersedu melihat kepergiannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

This Love

Two Shoot

SasuFemNaru

Daisuke . Sai . Kyuubi

Romance . Hurt/Comfort

.

.

.

.

Story by Mitsuki HimeChan

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

.

.

.

.

[18 tahun kemudian]

TEEEEENG!

"Pemenang kita kali ini adalah Daisuke Senju!" seru MC bangga sambil mengangkat tangan kanan Daisuke tinggi.

"Yeeeeeeeee..."

Sorak-sorai mulai terdengar memenuhi stadion yang di jadikan tempat untuk olimpiade karate tingkat nasional. Teriakan-teriakan yang mengelu-elukan nama sang pemenang terdengar sangat nyaring dan jelas. Daisuke hanya tersenyum tipis dan membungkukan badannya singkat membuat para gadis yang melihatnya terpesona.

Kyuubi dan Sai naik keatas panggung dan memeluk saudara mereka erat. "Kakak hebat! Benar-benar hebat!" seru Kyuubi bangga menatap kakaknya haru.

Daisuke tersenyum kecil dan mengacak rambut adik kembarnya gemas. "Kau harus berjuang juga biar bisa menang!" sahut Daisuke menatap adik-adiknya bangga.

Ketiga bersaudara itu tertawa pelan lalu turun dari atas panggung sambi membawa piala yang cukup besar untuk dipersembahkan kepada ibu mereka yang telah menunggu.

"Anak-anak ku memang hebat!" puji Naruto kepada anak-anaknya bangga.

Ketiga anak kembarnya tersenyum lebar kecuali Daisuke yang hanya tersenyum tipis, lalu mereka berhamburan untuk memeluk Naruto bersamaan, membuat ibu mereka cukup kualahan.

Naruto beruntung memiliki anak-anaknya saat ini, meski mereka hidup dan besar tanpa kasih seorang ayah tapi mereka mampu menjalani hari-hari dengan sangat baik walaupun mendapat ejekan dari sana dan sini karena tidak punya ayah tapi mereka yakin mereka punya ayah seperti apa yang pernah Naruto katakan kepada mereka.

Ini adalah ketiga kalinya Daisuke membawa piala juara satu dalam pertandingan Karate lalu dua piala dalam pertandingan Wing Chun di Cina sedangkan adik-adiknya baru mendapat juara tiga dan dua saja tapi Naruto tetap bangga kepada mereka semua.

"Huaaaaa... Hebat sekali padahal aku yang melatih mereka semua agar menjadi atlit yang hebat tapi lihatlah, aku tidak di peluk sama sekali!" gerutu Jiraya pura-pura ngambek menatap cucu-cucunya sambil melipat kedua tangan di dada.

Ketiga saudara itu terkekeh geli mendengarnya lalu berlari kecil dan memeluk Jiraya. "Terima kasih kakek!" seru ketiganya membuat Jiraya tersenyum lebar dan Naruto tertawa pelan melihatnya.

"Ya sudah, ayo kita pulang ke rumah, nanti ibu masakin banyak makanan!" seru Naruto dan ketiganya berseru senang termasuk Jiraya yang langsung mengacungkan jempolnya kearah Naruto.

Mereka berjalan bersama keluar dari stadion dengan wajah di penuhi kebahagian apalagi mendengar celotehan Kyuubi yang mengatakan kalau mereka bertiga akan menjadi atlit kembar terhebat sepanjang masa.

"Daisuke-kun!"

"Sai-kun!"

"Kyuu-chan!"

Mereka berlima sedikit kaget saat melihat sekelompok remaja berlari kearah mereka sambil membawa tiga buah kado dan kue ulang tahun yang sangat besar.

"Kami adalah fans kalian dan selamat ulang tahun!" seru salah satu di antara mereka lalu yang lain ikut berseru ria dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Naruto tersenyum kecil melihat ketiga anaknya yang kaget namun senang mendapat kejutan dari fans, ngomong-ngomong soal fans, Naruto baru tahu kalau ternyata anak kembarnya memiliki fans yang banyak.

Setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun, lalu potong kue, makan kue kemudian berselfie ria, mereka langsung pamit undur diri.

"Pegang sebentar, kakak mau pergi sebentar." ujar Daisuke seraya menyerahkan kotak kado miliknya kepada Kyuubi dan berlari begitu saja entah kemana.

"Ya ampun kuenya enak sekali! Pasti ini kue mahal!" seru Jiraya yang sejak tadi masih mencomot kue yang Naruto pegang.

"Ayah nanti di rumah kita makan lagi." tegur Naruto dan Jiraya hanya nyengir kuda mendengarnya.

.

.

Daisuke berhenti saat melihat sekelompok remaja tadi mengerumini mobil mewah. Mereka diberi uang oleh seorang pria berambut putih dan bermasker hitam.

"Terima kasih." ucapnya.

"Tentu saja, tidak masalah tuan, tanpa tuan kasih uang pun kami bakal tetap jadi penggemar ketiganya kok." sahut seorang gadis yang merona malu.

"Hatake Kakasih." ucap Daisuke pelan mengamati pria itu dengan pandangan penuh selidik, kemudian pergi meninggalkan tempat itu untuk menemui keluarganya yang saat ini masih menunggunya.

"Kakak!" seru Kyuubi kesal melihat Daisuke yang baru saja muncul.

"Apa?" sahut Daisuke.

"Lama sekali sih! Ibukan mau masak makanan yang enak untuk kita!"

Daisuke tersenyum kecil mendengarnya.

...

Flowers Cafe adalah cafe sekaligus butik milik tuan Sarutobi dan istrinya tapi mereka malah memberikannya kepada Naruto setelah dua tahun Naruto berkerja disana, di karena mereka ingin menghabiskan masa tua mereka di desa. Tentu saja Naruto menerimanya setelah berulang kali di paksa oleh kedua pasang suami istri itu.

Mempunyai cafe sekaligus butik dalam satu tempat adalah impian Naruto sejak dulu dan ia sangat bersyukur setelah mendapatkannya. Gedung cafe ini memiliki dua lantai, dimana lantai satu tempat cafe sekaligus butik dan di lantai dua terdapat ruang bersantai dan empat kamar tidur.

Setelah mendapatkan cafe tersebut, Naruto segera memboyong ketiga anak kembarnya untuk tinggal disana kecuali kakek mereka yang masih harus mengurus panti asuhan sekaligus sanggar bela diri Karate.

Naruto sendiri hanyalah anak panti asuhan yang di adopsi oleh pemilik panti sendiri yaitu Jiraya. Naruto yang saat itu masih berusia sepuluh tahun, sangat bahagia mendapatkan ayah walapun hanya ayah angkat. Jiraya dan istrinya begitu memanjakannya tapi meski begitu Naruto tidak tinggi hati.

Ia menjadi gadis yang sangat anggun dan lembut dalam berkata namun bisa melindungi diri dengan sangat baik hingga Sasuke jatuh hati padanya tapi takdir berkata lain. Sasuke adalah keturunan bangsawan sedangkan dia hanya anak angkat yang tidak jelas asal usulnya bahkan tidak setara dengan Sasuke.

Mereka menikah diam-diam dan hidup penuh dengan keromantisan meski hanya bertahan satu tahun karena Sasuke sudah lebih dulu meninggalkannya saat ia sedang mengandung si kembar.

Naruto terpuruk dan sejak saat itu tidak mau lagi mengenal cinta kepada lawan jenis karena kini cintanya hanya untuk anak-anaknya sedangkan hatinya sudah di bawa pergi oleh Sasuke.

Naruto memejamkan kedua matanya saat ingatan-ingatan masa lalu kembali berputar di dalam pikirannya hingga tepukan pelan di bahunya menyadarkan lamunannya.

"Sakura." ucapnya pelan dan wanita berambut merah muda itu tersenyum lebar kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Naruto. Sakura adalah pelanggan setia cafe dan butiknya.

"Kak, kau tahu aku di jodohhkan oleh kedua orang tua ku sendiri dengan pria idaman ku dan pria itu menerimanya dengan senang hati." ujar Sakura penuh semangat dan Naruto tersenyum mendengarnya. "Meski kami beda sepuluh tahun, itu tidak masalah bagiku, karena meski usianya sudah berkepala empat tapi aku tetap suka, dia tetap tampan!" Sakura terkikik geli.

Naruto ikut tertawa pelan mendengarnya. "Kau ini, semoga kau bahagia dengannya, jadi siapa namanya?" tanya Naruto.

"Nanti aku beritahu dan aku mau saat acara pernikahan kami nanti kakak sama anak-anak kakak, datang ya!" ujar Sakura. "Kami tidak bertunangan karena ibunya calon suamiku mau kami langsung nikah tanpa tunangan." lanjutnya.

Naruto mengangguk mengerti.

"Tapi kak, wajah pria itu tidak terlihat bahagia karena menerima perjodohan ini." ujar Sakura lesu membuat Naurto mengernyit bingung mendengarnya. "Kenapa? Apa dia sudah memiliki wanita yang dia suka atau apa?" tanya Naruto.

Sakura mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu. "Aku belum mengenalnya lebih jauh, jadi aku tidak tahu kak." jawabnya lesu. "Tapi kak, keluarga besar kami akan makan siang bersama besok dan aku memutuskan untuk makan disini dan nanti aku kenalkan kakak dengannya, bagaimana?"

"Baiklah tidak masalah." Naruto mengangguk mengerti.

"Oh ya kak, aku mau pesan stroberry cake dan jus stroberry ya." ujar Sakura dan Naruto segera memanggil pelayannya untuk menyiapkan pesanan Sakura.

"Dasar pelayan kurang ajar!" bentak Kyuubi sambil menuruni anak tangga menuju lantai satu untuk mencari Konohamaru yang sedang tertawa lepas karena berhasil mengerjai Kyuubi.

Naruto dan Sakura tertawa geli melihatnya karena Konohamaru dan Kyuubi itu selalu saja saling menganggu tanpa rasa takut kalau Naruto akan marah atau memecat Konohamaru.

"Kau benar-benar aneh kak, padahala anak mu jelas-jelas membenci Konohamaru." ujar Sakura geli.

"Tapi mereka kompak kalau lagi membully orang." sahut Naruto dan Sakura tertawa pelan mendengarnya.

"Kaa-saaaan..." seru Kyuubi kesal seraya menghampiri Naruto dengan wajah cemberut.

"Apa sayang?" sahut Naruto geli melihat wajah Kyuubi yang memerah.

"Aku benci diaaaa!" Kyuubi menunjuk Konohamaru yang masih tertawa sambil memegangi perutnya. Konohamaru adalah anak panti yang berkerja dengan Naruto dan satu tingat di perguruan karate bersama Kyuubi.

"Maaf senpai tapi dia duluan." sahut Konohamaru di sela tawanya.

"Kembalilah berkerja." sahut Naruto lembut kepada Konohamaru.

"Okey senpai!" Konohamaru mengacungkan jari jempolnya.

"Sepertinya akan ada benci jadi cinta." celetuk Sakura dan sukses membuat kedua bola mata Kyuubi terbelalak lalu menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak akan pernah!" sahutnya penuh penekanan dan Sakura serta Naruto malah tertawa mendengarnya.

"Kita lihat saja nanti." ucap Sakura pelan kepada Naruto dan Naruto menganggukan kepalanya pertanda setuju. "Nggak tante, aku gak bakal jatuh cinta kepadanya!" timpal Kyuubi kekeuh.

"Iya iya." Naruto mengangguk paham sambil tersenyum.

"Kaa-san gak percaya?" tanya Kyuubi sebal.

"Percaya." jawab Naruto ragu.

"Tapi jawabnya kok kayak gak percaya." sahut Kyuubi dengan kedua pipi yang menggembung.

"Sudahlah dari pada bahas yang gak jelas, tante mau nanya soal lomba kemarin? Tante gak datang soalnya." ujar Sakura.

"Kak Daisuke juara satu seperti biasa dan kak Sai juara ketiga lalu aku kelima, yah lumayan hehehe..." jawab Kyuubi.

"Kalau begitu bisa dong ajarin tante untuk beladiri."

"Bisa dong!"

"Oh ya dimana kakak mu?" tanya Naruto tiba-tiba.

"Oh kalau kak Sai sedang di sanggar, katanya mau belajar Tekwondo sama salah satu murid kakek disana tapi kalau kak Daisuke aku tidak tahu." jawab Kyuubi.

Naruto terdiam sejenak memikirkan Daisuke yang akhir-akhir ini sering pergi entah kemana tanpa pamit kepadanya tapi yang membuat Naruto heran adalah beberapa hari yang lalu sebelum pertandingan, Daisuke sempat bertanya alamat tempat tinggal Sarutobi.

Apa yang sebenarnya yang Daisuke lakukan? pikirnya bingung.

Dan lagi Daisuke terlihat seperti lebih waspada terhadap sekitarnya. Pemuda itu sering memperhatikan sekitarnya seolah ada yang mengikutinya dan Naruto sadar dengan tingkah laku pemuda itu yang terlihat aneh.

"Apa yang kau lamunkan Naruto?" tanya Sakura seraya menyentuh punggung tangan wanita itu hingga membuat Naruto sadar dari lamunannya.

"Ah! Ti-tidak ada." jawabnya gugup dan bingung.

...

Daisuke diam mendengarkan setiap penjelasan dari tuan Sarutobi dan istrinya sambil sesekali bertanya dengan penuh selidik. Yah, akhirnya ia bisa membuat kedua orang tua itu buka mulut setelah dia ancam dengan belati kecil yang memang selalu dia bawa kemana-mana.

"Hatake Kakashi." ucapnya pelan.

Semuanya selalu mengarahkan kepada pria itu, siapa dia? batin Daisuke resah.

"Baiklah dan aku harap kalian tidak bicara kepada tuan Hatake kalau aku bertanya seperti ini kepada kalian." ujar Daisuke setelah kedua orang tua itu menjelaskan semuanya.

Kedua orang tua itu mengangguk mengerti dan Daisuke langsung pergi begitu saja keluar dari rumah sederhana milik tuan Sarutobi karena sekarang tujuannya adalah rumah sakit tempat ibunya melahirkan dirinya dan juga kedua adik kembarnya, berharap CCTV sudah ada di tahun kelahirannya dan sebuah keberuntungan kalau saja di rumah sakit itu sudah ada CCTV.

"Aku akan mendapatkan mu Hatake Kakashi." ucapnya pelan.

.

.

.

.

.

.

.

Sasuke menghela napas panjang sambil terus memijit pelipisnya lembut agar rasa pusing yang mendera kepala cepat menghilang.

Cklek.

Sasuke membuka kedua matanya saat pintu ruang kerjanya telah dibuka oleh seorang wanita cantik meski usianya sudah habis di makan waktu.

"Sekarang kau harus ikut ibu ke Flowers Cafe karena keluarga Sakura sudah menunggu disana, ayo ceptalah Sasuke." ujar Mikoto tegas namun Sasuke enggan untuk beranjak sedikit pun.

"Sasuke!"

"Ibu, aku lelah. Kalian saja yang urus." sahutnya malas.

"Ck! Kau ini, kau yang akan menikah Sasuke bukan ibu!"

Sasuke menatap ibunya sebal dan akhirnya beranjak dari duduknya kemudian memakai jasnya kembali. "Nah begitu dong!" ujar Mikoto senang sedangkan Sasuke memasang wajah kusutnya.

"Ayo!" Mikoto menarik lengan Sasuke dan keluar dari ruangan kerja Sasuke.

"Kau harus memasang wajah yang ramah, ingat!"

Sasuke hanya mengangguk mengiyakan membuat Mikoto gemas dan mencubit pinggang Sasuke cukup keras membuat pria itu menatap ibunya penuh tanda tanya.

"Sudahlah!" seru Mikoto.

Sasuke mengeluarkan ponselnya saat benda berbentuk persegi itu bergetar dan melihat ada pesan dari seketarisnya sekaligus tangan kanannya, telah mengirim beberapa foto seorang pemuda tampan yang sangat mirip dengannya. Sasuke tersenyum melihatnya dan rasa lelahnya menghilang dengan cepat karena melihat foto itu lalu ia simpan ponselnya kembali ke dalam saku celananya sebelum Mikoto melihatnya.

...

Sasuke cukup kaget saat mobil berhenti tepat di depan Flowers Cafe dan dari dalam mobil ia dapat melihat Sakura dan keluarganya sudah datang dari balik kaca cafe.

"Ayo turun." ucap Mikoto sedangkan Sasuke diam membeku ditempatnya.

"Ada apa dengan mu Sasuke, ayo cepat! Jangan membuat Sakura dan keluarganya menunggu lebih lama." ujar Mikoto.

"Sasuke!" panggil Fugaku dengan nada penuh penekanan.

"Bisakah kita tidak makan di di cafe itu?" sahut Sasuke yang akhirnya bersuara.

"Memangnya kenapa? Kata Sakura ini cafe favoritenya dan makanannya enak, sudahlah ayo cepat turun!" jawab Mikoto sambil menarik lengan Sasuke.

Pasrah. Hanya itu yang bisa Sasuke lakukan saat ini dan berharap Naruto sedang tidak ada di tempat.

Sakura tersenyum saat melihat kedatangan Mikoto dan Sasuke dari pintu masuk lalu tak lama sosok pria tua ikut mengekor dari belakang.

"Maaf kalau kalian menunggu lama." ujar Mikoto melihat calon besannya sudah datang lebih dulu.

"Ah tidak apa, silahkan duduk." sahut Mebuki ramah sambil tersenyum.

Keluarga Uchiha tersenyum kecuali Sasuke, mereka duduk berhadapan lalu Sakura bertepuk tangan beberapa kali hingga beberapa pelayan datang mendekat sambil membawa nampan berisi makanan.

"Aku sudah memesankan makanan untuk kita semua dan makanan ini adalah menu terbaik cafe ini." ujar Sakura memberitahukan sambil tersenyum lebar.

Sudah hampir sepuluh kali Sasuke menghela napas dan berusaha untuk menetralkan detak jantungnya yang menggila bahkan keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya.

Telinga Sasuke seolah menuli dan tidak bisa mendengarkan apa yang orang-orang bicarakan kepadanya, dia diam mematung dengan padangan kosong hingga suara Sakura yang memanggil seseorang membuatnya kaget.

"Naruto!"

Tidak hanya Sasuke yang kaget namun juga Fugaku dan Mikoto apalagi setelah wanita itu berdiri di dekat mereka dengan ekspresi wanita itu tak jauh beda dari ekspresi para Uchiha.

"Naruto." ucap Mikoto pelan dengan kedua mata yang menatap Naruto tajam sedangkan Fugaku hanya berdehem sebentar.

Naruto terdiam melihat melihat Sasuke duduk berhadapan dengan Sakura dan hatinya seolah di tusuk belati kasat mata karena mengingat perkataan Sakura kemarin.

"Naruto ini dia keluarga calon suamiku dan Sasuke, bibi, paman, dia Naruto sahabat baikku, usianya memang lebih tua dariku tapi kami sahabat." ujar Sakura memperkenalakan mereka.

Naruto tersenyum sendu dengan air mata yang telah menganak membuat Sakura heran dan bingung melihatnya. "Yoroshiku minna-san, saya Naruto sahabat baik Sakura. Silahkan di nikmati makanannya semoga kalian semua suka." ujar Naruto formak penuh sopan santun lalu membungkukkan badannya.

"Naruto kau kenapa?" tanya Sakura bingung.

"Sakura aku ke atas dulu, yah." ujar Naruto sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan meja Sakura.

"Dia kenapa?" gumam Sakura.

Sasuke memejamkan kedua matanya sambil memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Triing!

Pintu cafe terbuka dan bel yang tergantung di pintu berbunyi pelan. Daisuke masuk ke dalam cafe dan melihat Sakura sedang berbicara banyak hal bersama seorang wanita berambut raven.

"Oh itu Daisuke, anak pertamanya Naruto." seru Sakura saat melihat Daisuke yang menatapnya datar.

Seluruh mata langsung melihat kearah Daisuke dan membuat mereka kaget karena fisik Daisuke persis seperti Sasuke ketika muda bahkan Daisuke sendiri menatap Sasuke penuh selidik karena wajah mereka sama.

"Naruto mempunyai tiga orang anak, mereka semua kembar dan Daisuke itu anak pertama." jelas Sakura membuat Mikoto dan Fugaku terdiam membeku memandangi Daisuke.

"Uchiha Sasuke." ucap Daisuke pelan menatap Sasuke dalam.

Sasuke tersenyun menatap Daisuke lalu membuang mukanya.

Triing!

"Nii-chaaaaaaaan!" seru Kyuubi keras dan langsung memeluk tubuh Daisuke dari belakang lalu Sai muncul dari arah belakang Kyuubi.

Daisuke yang sedikit kaget memutuskan kontak matanya dengan keluarga Uchiha dan Haruno kemudian beralih kepada adik-adiknya.

"Kakak tahu gak hari ini kak Sai berhasil mengalahkan Lee yang ahli Wing Chun itu kak, keren kan! Yah walaupun sedikit sulit karena ilmu Wing Chun itu memang hebat dan kakak tahu Lee bilang akan mengajarkan kak Sai, Wing Chun! Hebat kan!" seru Kyuubi keras dan penuh semangat.

Daisuke tersenyum kecil dan melepaskan pelukan Kyuubi di lehernya karena kalau tidak ia akan kehabisan napas. "Kalau begitu kalian berdua harus mandi karena keringat kalian sangat bau terutama kau!" Daisuke menujuk Kyuubi tepat di depan wajah Kyuubi kemudian ia menyentil dahi Kyuubi keras membuat gadis bermata sapphire itu itu berteriak keras, untung hari ini pengunjung tidak terlalu ramai.

Daisuke tersenyum puas melihat Kyuubi kesakitan karena ulahnya lalu ia kembali melihat Mikoto dan Fugaku yang masih menatapnya lama kecuali Sasuke yang hanya tersenyum tipis membalakangi ketiganya.

"Oh tante Sakura hai!" sapa Kyuubi saat sadar kalau Sakura dan beberapa orang di dekatnya sedang memperhatikan mereka bertiga.

"Kalian berdua naik ke atas dan bersihkan diri kalian!" seru Daisuke keras membuat kedua adiknya bergidik ngeri lalu berjalan menuju anak tangga dengan cepat.

Daisuke sendiri malah masuk ke dalam dapur cafe untuk mengambil tomat segar lalu menyusul adik-adiknya.

Keluarga Haruno pun kembali membahas pernikahan Sasuke dan Sakura sedangkan keluarga Uchiha hanya diam mendengarkan dan sesekali menyahuti kecuali Sasuke.

.

.

Naruto menatap jendela kamarnya dalam keheningan dan dengan air mata yang mengalir. Daisuke melihatnya semuanya karena pintu kamar ibunya tidak tertutup rapat. Daisuke membuka pintu kamar ibunya tanpa Naruto sadari karena pikiran wanita itu kini entah ada dimana.

Daisuke duduk di kasur bersebelahan dengan Naruto lalu di pelukanya erat tubuh ibunya, yang akhirnya membuat wanita itu sadar dan membalas pelukkanya. Naruto pun menangis tersedu di pelukan Daisuke.

"Tenanglah bu." ucapnya pelan dan ikut menangis karena ketidak berdayaan ibunya.

Naruto menangis dalam diam dan terus memeluk tubuh putra sulungnya erat. "Maafkan ibu Suke." gumam Naruto pelan di sela isak tangis membuat Daisuke ikut merasakan apa yang ibunya rasakan.

...

"Apa-apaan ini Sasuke?!" bentak Mikoto keras menatap putranya bungsunya kesal setelah kepergian keluarga Haruno, mereka tetap masih tinggal di cafe.

"Apanya yang apa bu?" tanya Sasuke malas.

"Naruto mengandung anak mu!"

"Sudahlah Mikoto!" bentak Fugaku menatap istrinya marah tapi Mikoto malah mengdengus sebal mendengarnya. "Mereka adalah cucuku dan Naruto merebutnya dariku!" sahutnya marah.

"Ibu tidak punya hak untuk memisahkan Naruto dari anak-anaknya, ibu bisa memisahkan aku dari Naruto tapi tidak dengan mereka dan tidak akan pernah!" ujar Sasuke tegas menatap ibunya.

"Kau berani menentangku?!" bentak Mikoto.

"Maaf, tuan-tuan dan nyonya kalau ingin berbicara soal keluarga jangan disini." pinta Konohamaru menatap ketiga Uchiha yang masih memasang wajah penuh emosi.

"Kau siapa berani memerintahku?! Aku bisa membeli tempat ini kalau aku mau!" sahut Mikoto emosi menatap Konohamaru.

"Cih dasar orang kaya." celetuk Konohamaru sinis.

"Maaf tapi ini bukan tempat untuk kalian membuat keributan." ujar Daisuke dingin.

Konohamaru menoleh dan melihat Daisuke sedang berjalan mendekat kearahnya. "Silahkan pergi!" ujarnya tegas.

Triing!

Daisuke menoleh dan melihat Kakashi masuk untuk menemui Sasuke namun sangat terkejut saat melihat wajahnya. "Tu-tuan muda." ucapnya pelan.

"Ada apa Kakashi?" tanya Sasuke melihat tangan kanannya yang terlihat takut melihat Daisuke.

Daisuke menyeringai kecil kearah Kakashi dan membuat pria itu semakin ketakutan melihatnya.

"Sebaiknya aku jelaskan kalau anda ikut dengan ku." jawab Kakashi.

"Hn." Sasuke mengangguk dan beranjak berdiri dari duduknya.

"Kau mau kemana Sasuke urusan kita belum selesai!" seru Mikoto tapi Sasuke tidak peduli dan tetap mengikuti Kakashi meninggalkan Mikoto dan Fugaku serta Daisuke dan Konohamaru.

"Pergilah." ujar Daisuke mengusir Konohamaru. Konohamaru mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan Daisuke bersama Uchiha yang masih tinggal.

Daisuke meletakan kedua tangannya di atas meja dan menatap Mikoto dan Fugaku bergantian. "Aku sudah tahu semuanya dan jangan pernah berharap kalau kalian bisa memisahkan kami dari ibu kami, kami bukan anak lemah dan jangan pernah berani menyentuh ibuku karena kalian akan menyesal jika melakukannya." ujar Daisuke kemudian memasang senyum evilnya.

...

"Tuan muda Daisuke mencari tahu semuanya hingga akhirnya ia tahu karena setiap ia bertanya maka selalu namaku yang akan menjadi incaran, dia anaknya jenius seperti anda. Tuan muda menemui ku saat aku baru saja keluar dari resto, dia membawaku ketempat sepi lalu mengancam akan membunuh ku jika aku tidak mau buka mulut." Kakashi terkekeh pelan karena menceritakan semuanya kepada Sasuke. "Dan anda harus tahu kalau belatinya cukup tajam." lanjutnya seraya menunjukan lehernya yang di perban sebagian.

Sasuke tertawa keras mendengarnya dan di sela tawanya, air matanya ikut mengalir. Kakashi membuang mukanya karena tidak sanggup melihat wajah tuannya yang terlihat menyedihkan.

.

.

.

Bersambung~

Upnya gak lama kok.