Bab 1

"Narutoo!"

"Tenanglah, ia sudah tidur sekarang Kushina."

"KAU! Kurang ajar sekali kau! Pergi!"

"Seharusnya kau yang pergi Kushina. Selamat tinggal!"

"KAA-SAN!"

"Menma, kita harus pergi dari sini! Aku akan membawa adikmu!"

"Tou-san? T-tapi, bagaimana dengan Kaa-san? Hiks..."

"Sudahlah, CEPAT!"

HIDDEN

.

.

Disclaimer : Naruto [Masashi Kishimoto]

Warning : Vampire-fic, OOC, Fantasy, Romance, Hurt/ Comfort, Typo [s]

Pairing : NaruSaku (sementara) & lainnya masih misteri

.

.

AWAL DARI SEGALANYA

"Kudengar, hari ini ada tiga orang murid baru ya?"

"Benarkah? Kelas berapa? Cowok atau cewek nih?"

"Katanya, 1 orang junior dan 2 orang senior! Dua cowok dan satu cewek sepertinya."

Begitulah, kabar burung yang menjadi trending topic siswa-siswi Konoha High School pagi ini. Konoha High School merupakan satu-satunya sekolah menengah atas di kota Konoha. Konoha sendiri merupakan salah satu kota di Jepang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Tokyo. Kita kembali ke koridor sekolah ini yang tiba-tiba ricuh.

BRAKK!

"Menma-senpai!" teriak kaget para junior yang sedang bergosip ria di sepanjang koridor ketika seorang senior terkenal yang disebutkan namanya tadi tiba-tiba jatuh dengan tidak elitnya.

"Kau tidak apa-apa, senpai?"

"Eh? Tidak! Aku tidak apa-apa kok!" ujar Menma ramah sembari meringis menahan sakit. Tidak mungkin ia menunjukkan rasa sakitnya di depan umum dengan teriak-teriak bukan? Jika itu terjadi sudah pasti jika image-nya hancur.

Menma pun berjalan terseok-seok ke arah gadis yang tengah bersandar di salah satu tiang koridor sekolah dengan seringai terpampang di wajah ayunya. Menma yang melihat itu mendecih kesal. "Kau puas sekarang? Hancur sudah image-ku, Sakura!"

Mendengar keluhan Menma, gadis berambut layaknya bunga Sakura tersebut semakin memperjelas seringaian-nya. "Aku tidak akan pernah puas untuk menjahilimu, Menma! Dan jangan harap aku berhenti menjahilimu!" ujar Sakura santai lalu tertawa kecil.

"Ckk...urusai! Ayo kita pergi dari sini! Kau membuatku malu saja!" ujar Menma kesal lalu menyeret tangan Sakura berjalan meninggalkan koridor. Sakura yang diperlakukan seperti itu hanya mampu tertawa terpingkal-pingkal.

"Hei, apa Menma-senpai dan Sakura-senpai memiliki sebuah hubungan? Mereka selalu tampak bersama ya?" bisik salah satu junior pada teman disampingnya.

"Entahlah, aku juga tak tahu. Setiap kali ada orang yang menanyai akan hal itu, mereka selalu berujar tidak memiliki hubungan spesial. Padahal mereka sangat dekat bukan?" tanggap junior tadi yang dibalas anggukan oleh temannya.

Uzumaki Menma merupakan anak tingkat kedua atau kelas XI di sekolah ini. Kedatangannya beberapa bulan yang lalu mampu menggegerkan sekolah ini akibat paras tampannya tersebut. Rambut spike merahnya serta iris blue shapirre-nya membuat siapa saja terpesona pada dirinya.

Sedangkan Sakura Haruno merupakan siswi yang terkenal akan paras cantiknya serta keganasannya. Ia merupakan tipikal cewek judes dan tomboy namun hal ini tak dapat memungkiri bahwa ia termasuk jajaran golongan siswi populer di sini.

Mendengar gosip-gosip juniornya, telinga Sakura memanas. Bagaimana tidak, sudah puluhan kali ia dan Menma menjelaskan hubungan mereka pada semua orang di KHS. Namun, gosip tentang dirinya dan Menma masih menyebar luas di sekolah.

"Sudahlah Sakura. Untuk apa kau dengarkan omong kosong mereka? Oh iya, ngomong-ngomong apa benar nanti ada murid baru?" ujar Menma menenangkan Sakura sambil mengalihkan pembicaraan. Sekarang mereka tengah berjalan bersampingan menaiki tangga menuju kelas mereka.

"Sebenarnya, tadi pagi aku melihat tiga orang siswa yang belum pernah kulihat wajahnya di sini. Mereka berjalan membelakangiku, sepertinya mereka menuju ruang kepala sekolah."

"Oh ya? Apa mereka tampan? Apa ada cewek cantik?"

"Baka! Mereka membelakangiku! Mana mungkin ku tahu?" kata Sakura kesal sambil menjitak kepala merah Menma.

Sakura dan Menma merupakan teman sekelas. Keakraban mereka mulai tercipta ketika Menma menceritakan sebuah rahasia besar pada Sakura. Dan Menma memohon pada Sakura untuk mencapai tujuan rahasia tersebut. Oleh karena itu, mereka terlihat dekat.

Awalanya Sakura mengira Menma semacam vampire atau mayat hidup dan makhluk semacamnya. Bagaimana tidak, awalnya ketika Menma masuk sekolah ia sangat anti sosial. Kulitnya juga putih kepucatan. Tapi Menma hanya menjawab bahwa ia sakit ketika ditanya waktu itu.

Esoknya, Menma bertingkah seperti Sakura dan lainnya. Pribadi Menma yang dikira sangat dingin oleh semua orang ternyata salah. Pemuda itu malah terlewat ceria dan sangat berisik serta hyperaktif. Berbeda dengan kemarin, dimana Menma layaknya mayat hidup dan antisosial.

"Sakura!" Lamunan Sakura buyar ketika Menma memanggilnya dengan seruan agak keras. Sakura tak menyangka bahwa dirinya sekarang telah berada di depan pintu kelasnya.

"Kenapa kau diam, hm?" tanya Menma tak mengerti.

Menghela nafas malas terlebih dahulu lalu Sakura menyahut, "Aku tak apa-apa! Ayo masuk!" ujar Sakura lalu masuk ke dalam. Menma yang melihat itu hanya mengendikkan bahunya tak mengerti lalu menyusul Sakura ke dalam.

XXXXX

Sudah lama Menma menunggu sang guru untuk memulai pelajaran hari ini. Entah kenapa ia dilanda tsunami kebosanan hari ini. Ingin bicara, tapi dengan siapa? Bangku disampingnya saja kosong. Ia lalu mencuri pandang ke arah meja Sakura.

Dapat ia lihat, kini Sakura tengah beradu argumen dengan teman semejanya yang berambut pirang panjang bergaya pony tail. Entah kenapa tiba-tiba semburat merah di pipi Menma muncul di kulit putihnya. Segera ia alihkan pandangnya ke arah jendela, hingga tak menyadari dua orang telah masuk di kelasnya.

"Maaf, semua! Hari ini aku terlambat. Seperti yang kalian tahu, ada seorang siswa baru yang tengah berdiri di sampingku. Perkenalkan dirimu, nak!" ujar seorang guru yang dengan tidak sopannya merokok di depan murid-muridnya.

"Namaku Uchiha Sasuke. Kalian bisa memanggilku Sasuke!" Hampir semua pasang mata menatap pemuda berambut dark blue tersebut. Entah kenapa orang itu terlihat dingin layaknya Menma ketika memperkenalkan dirinya dulu.

"Hanya itu?" tanya guru perokok tadi yang hanya ditanggapi dengan gumaman tak jelas dari pemuda berkulit putih disampingnya tersebut. Menghela nafas terlebih dahulu sebelum ia memanggil nama Menma.

Sementara Menma yang tengah asyik tadi tak sengaja melihat seseorang yang mampu membuat matanya melotot sempurna. Jam pelajaran telah dimulai hampir satu jam yang lalu. Maklum jika pelajaran olahraga kelas X tersebut telah dimulai. Tapi bukan itu yang membuat Menma kaget, melainkan salah seorang disana yang dikenalinya.

"Menma Uzumaki!" ucapan tegas dari Asuma Sarutobi mampu mengalihkan dunia Menma. Menma memandang gurunya tersebut tanpa menyadari seorang siswa baru di samping sang guru.

"Uchiha-san, kau boleh duduk di samping pemuda berambut merah di pojok kelas sana," tunjuk Asuma yang hanya dibalasi anggukan pemuda berklan Uchiha tersebut.

Mendengar kata Uchiha yang terlontar dari mulut sang sensei. Menma segera mengalihkan pandangannya ke arah seorang pemuda yang berdiri di samping Asuma. Menma langsung melotot tak percaya dan langsung menggebrak meja tak bersalah di depannya sambil berdiri.

Brak!

"K-kau!" ucap Menma dengan nada tidak percaya.

"Menma! Apa-apaan kau ini? Ini bukan pelajaran seni musik sehingga kau bisa menjadikan mejamu sebagai drum! Uchiha-san, kau boleh duduk sekarang!" teguran dari Asuma mampu membuat Menma duduk kembali namun tak melepas pandangannya dari Sasuke yang berjalan ke arahnya.

"Tak ku sangka semudah ini menemukanmu!" gumam Sasuke ketika ia sudah duduk di samping Menma. Menma yang mendengar itu merasa kesal.

"Kau tak mengajaknya bukan?"

"Heh, justru ia yang mengajakku!" gumaman Sasuke sambil seringai terpampang di wajah tampannya. Ucapan Sasuke tadi mampu membuat Menma tertegun dengan keringat dingin yang mulai membanjiri tubuhnya.

'Mimpi apa aku semalam, Tuhan?' batin Menma sambil mengalihkan pandangannya ke arah pandang Sasuke yakni lapangan basket. Di sana Menma mampu melihat 'dia' dengan perasaan gelisah.

"Aku mengerti perasaanmu, Menma. Memang seharusnya kau lakukan ini. Jika aku jadi kau, maka aku akan melakukan ini juga."

Ucapan serius Sasuke mampu membuat Menma melepaskan tumpuan pandangnya dan beralih memandang Sasuke dengan nanar. "Kau ternyata masih mau jadi sahabatku, ya Sasuke?" ucap Menma dengan senyum palsu. Sasuke lalu membuka pembicaraan mengenai kejadian akhir-akhir ini.

Mereka pun melanjutkan pembicaraan serius mereka tanpa diketahui sang guru yang tengah sibuk dengan spidol dan papan di depan kelas. "Hey Forehead! Mereka akrab sekali ya? Seperti teman lama yang baru bertemu saja," ucap sosok gadis di samping Sakura sambil melirik ke arah Menma dan Sasuke.

Sakura yang memang tak peduli hanya mengendikkan bahunya sebagai tanggapan dari pendapat sahabat pirang di sampingnya. Melihat tanggapan Sakura, gadis pirang itu melirik Sakura sebal yang dihadiahi kekehan kecil dari gadis berambut soft pink tersebut.

'Horeee! Ada dua pangeran di kelas ini!" Batin para fansgirl di kelas XI-1 tersebut sembari mencatat pelajaran sambil tersenyum mengerikan yang melebihi senyum phisycophat.

xxxxxx

Terlihat di suatu tempat yang minim akan pancahayaan, terlihat dua orang pria tengah berbicara dengan serius mengenai suatu hal.

"Bagaimana? Apa kau sudah mengirimnya?" ucap seorang pria dengan nada berat dan dingin.

"Kau tak perlu khawatir lagi, Tou-sama! Aku telah menugaskannya bersama dua orang lainnya."

"Kau haruslah lebih berhati-hati, anakku! Kakekmu tak akan melepaskan putramu tersebut. Ia sudah tertarik dengannya melebihi putra sulungmu. Kau harus pandai-pandai mengatur emosi anak tersebut!"

"Aku mengerti, Tou-sama!"

xxxxxx

"Hey kau! Apa yang kau lakukan di sini, wahai kawan baru ?!" ujar seorang pemuda berambut bob menghampiri pemuda berambut pirang yang baru saja berjalan ke bawah pohon untuk meneduhkan diri dari terik panas matahari.

Pemuda berambut bob tersebut sweatdrop ketika pemuda pirang itu hanya diam sambil memandangnya dingin. "Namaku Rock Lee! Kau bisa memanggilku Lee! Kau sebagai murid baru harusnya bersemangat dan bangkitkan gairah masa mudamu dengan bermain basket kawan!" ujar Lee memperkenalkan diri seraya menyentuh pundak siswa baru itu untuk mengakrabkan diri.

Pemuda pirang yang merasa tak terima segera berdiri dan membuang tangan Lee kasar. Jangan lupa, pandangan matanya semakin dingin dari yang tadi sukses membuat nyali Lee sedikit menciut. "Kau pikir kau siapa hah? Seenaknya menyentuhku?" desis pemuda tadi dengan dingin.

"A-aku h-hanya ingin lebih akrab denganmu," ujar Lee ketakutan. Pemuda pirang tadi hanya mendengus mendengar penuturan laki-laki di hadapannya.

"Jangan sok akrab denganku. Ingat itu! Jika kau sekali lagi menyentuhku aku tak akan segan-segan untuk...,"

"HEY! KALIAN BERDUA! APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SITU HAH?! AYO PELAJARAN OLAHRAGA SUDAH DIMULAI!" teriak guru olahraga yang mempunyai fisik seperti Lee.

Mendengar itu, pemuda pirang tadi berjalan meninggalkan Lee tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Lee hanya mampu membatu di tempat. 'Kau menyelamatkanku Guy-sensei! Arigatou!' Batin Lee.

"Siapa dirimu pemuda? Apa kau murid baru tadi?" tanya Guy pada pemuda pirang yang telah berdiri di belakang barisan. Yang hanya diberi anggukan sebagai tanggapan pertanyaan tadi.

"Sebaiknya lebih baik kau memperkenalkan dirimu lebih dahulu. Dan ngomong-ngomong maaf tadi, aku terlambat karena tak tega meninggalkan ramenku," ujar Guy yang membuat seluruh siswa sweatdrop.

Naruto yang mendengar instruksi dari Guy segera berjalan ke depan. "Aku Uzumaki Naruto. Kalian bisa memanggilku Naruto."

"Apa? Dia seklan dengan Menma-senpai?"

"Ya kau benar. Pantas saja mereka sama-sama tampan. Dan kalau dilihat-lihat fisik mereka hampir sama."

"Tapi jika dia Uzumaki, kenapa rambutnya tak berwarna merah ya?"

"Yah kau benar. Klan Uzumaki kukira sudah tak ada di Kota Konoha. Jadi masih ada ya?"

Mendengar bisik-bisik siswa lainnya membuat alis Naruto sedikit bertaut. "Uzumaki Menma?" gumam Naruto tanpa sadar.

Mendengar gumaman siswa di sampingnya, membuat Guy menduga bahwa Naruto tak mengenal Menma. "Sepertinya kau tak mengenalnya ya? Menma adalah siswa tingkat kedua di sini. Ia termasuk dalam jajaran siswa populer di sini karena kelebihannya. Selain itu, rambut merahnya yang mencolok membuat siapa saja kenal dengannya!"

Ketika Guy berucap demikian, Naruto segera memusatkan perhatiaannya ke arah Guy. Ada raut keterkejutan di matanya meskipun wajahnya tetap datar. Setelah berujar demikian Guy melangkah mengambil bola basket dan memulai senam pemanasan terlebih dahulu. 'Jadi?' Batin Naruto.

xxxxxx

"Bagaimana? Kau setuju?"

"Mungkin ini lebih baik. Baiklah aku setuju Sasuke!"

"Keputusan yang bagus, Menma!"

Disaat siswa lainnya sibuk mencatat. Sasuke dan Menma malah sibuk berbincang di tengah pelajaran yang berlangsung. Mereka tampak berbicara dengan raut muka serius. Tak sengaja Menma menatap dari balik jendelanya dan beberapa saat kemudian rautnya berubah terkejut. Sasuke yang melihat itu segera mengikuti arah pandang Menma.

Ketika giliran Naruto untuk menggiring bola basket tiba, tak sengaja iris shapirre-nya menatap ke arah jendela kaca di lantai dua. Ketika iris shapirre yang sama menatapnya dari balik jendela, Naruto sontak melebarkan matanya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut kencang dan tak sengaja bola basket yang dipegangnya jatuh dan kegelapan menghampiri dirinya.

"NARUTO!"

Menma yang melihat itu langsung terkejut dan secara tak sadar berdiri. "Menma! Apa yang kau lakukan hm?" ucap Asuma dari depan kelas.

"Menma, tenangkan dirimu! Ingat apa yang kubilang tadi!" gumam Sasuke yang tampak seperti menenangkan Menma. Mendengar itu, Menma langsung membungkuk ke arah sang sensei sambil meminta maaf lalu duduk kembali.

"Tenanglah Menma! Bukankah masih ada dia?" bujuk Sasuke.

"Dia?" tanya Menma tak mengerti ketika keadaannya sudah mulai tenang.

"Siapa lagi kalau bukan si kacamata itu?" ucap Sasuke santai sambil membayangkan dia. Menma yang mendengar itu hanya mampu membuka mulutnya sedikit karena terkejut.

xxxxxx

"Kau siapa?" tanya seorang siswa penjaga UKS KHS pada seorang perempuan tingkat dua yang memiliki surai rambut semerah darah dengan kacamata coklat bertengger manis di wajahnya.

"Sudahlah! Minggir aku ingin ketemu sama si baka-pirang itu!" ucap perempuan tadi judes.

"Pirang? Maksudmu Uzumaki Naruto? Memang kau siapanya? Ia sedang dirawat! Di dalam sana saja sudah banyak orang! Jangan membuat ruangan ini lebih sesak!"

"Apa kau mengusirku?! Beraninya kau! Aku ini kakak si baka itu, ASAL KAU TAU YA?!" teriak perempuan berkacamata tadi marah. Mendengar teriakan tadi, siswa penjaga UKS tadi segera menyingkir dari pintu dan mempersilahkan perempuan tadi masuk daripada nyawanya melayang.

"Oke! Di hari pertama saja sudah membuat geger! Bagaimana jika tugas ini akan lama? Hahh..." keluh perempuan tadi dalam gumamannya ketika ia melihat adik sepupunya yang tengah dikerubungi banyak orang. Perempuan tadi pun mulai berjalan mendekati adik sepupunya.

xxxxxx

"Lihat kelakuanmu tadi, baka!" desis perempuan berkacamata pada pemuda pirang di sampingnya. Merasa diajak bicara, pemuda tadi menatap kakak sepupunya tersebut.

"Kalau kau tak mau repot, untuk apa kau menemuiku tadi di UKS?"

"Ini semua karena Sasuke tadi!" keluh perempuan tadi sambil mengaduk-aduk minuman di gelasnya. Pemuda tadi hanya menatap kakak sepupunya datar ketika mendengar keluhan dari sang kakak.

"Ne, Naruto! Apa kau tadi merasakan sakit di kepalamu lagi?" tanya perempuan tadi dengan nada serius. Sementara Naruto tengah sibuk memandang botol berisi cairan merah di depannya.

"Hei, KENAPA KAU MENGACUHKANKU?!" teriak perempuan itu kesal.

"Apa ini Karin-nee? Apa ini...," Naruto sengaja menggantungkan kalimatnya dan berharap kakak merahnya itu mengerti kalimatnya. Karin yang ditanyai segera mengarahkan matanya ke arah pandang Naruto.

"Baka! Ini itu saos! Saos! Kau mengerti?" gumam Karin menahan kesal. Sementara Naruto yang tak mengerti, hanya mngernyitkan alisnya.

"Bukankah ini darah?"

"Ssttts... Apa yang kau lakukan? Ini bukan darah ini saos baka! Sudahlah! Bukankah kau telah diberi kalung itu oleh Ji-sama? Kau tak perlu khawatir akan makanan yang kau makan dan panas matahari itu!"

"Ngomong-ngomong, kau bicara apa tadi Karin-nee?" tanya Naruto pada Karin sambil menuangkan benda merah yang diberi nama 'saos' oleh kakak sepupunya ke dalam mangkok yang berisi tali-tali menurut Naruto.

Menghela nafas terkebih dahulu, Karin mulai berkata "Apa tadi kepalamu sa-"

"Naruto! Karin!"

Ucapan Karin terpotong ketika sebuah seruan meneriaki namanya dan Naruto. Mereka pun segera menoleh ke sumber suara dan mendapati laki-laki berambut dark blue sedang berjalan ke arah mereka.

"Sasuke?"

"Naruto! Apa kau tak apa-apa? Bagaimana mungkin kau tadi pingsan lagi hm?" tanya Sasuke khawatir pada Naruto yang notabene masih adik sepupunya. Sementara Naruto malah diam dan sibuk dengan benda di depannya. Hal ini membuat pemuda Uchiha itu sweatdrop.

"Karin, aku telah berhasil menjalankan rencana kita!" bisik Sasuke pada Karin. Karin yang mendengar itu hanya tesenyum yang menandakan dirinya tengah bahagia sekarang.

"Lalu kapan?" tanya Karin pada Sasuke.

"Entahlah, mungkin sebentar lagi. Aku tadi melihatnya tengah me-"

Ucapan Sasuke terhenti ketika tak sengaja netra oniksnya mengarah ke Naruto yang tiba-tiba diam dengan mulut yang tampak bergumam entah karena apa. Sasuke yang heran hanya mampu mengernyitkan dahi. "Kau kenapa Naruto?"

Karin yang mendengar itu langsung memandang Naruto yang tampak aneh. Sementara Naruto tetap diam dengan wajah datar meskipun wajahnya memerah, sepertinya ia ingin mempertahankan image cool-nya.

"Astaga Naruto! Kau sudah gila ya?!" teriak Karin terkejut. Segera ia mengambil jus di depannya dan memberikan benda tersebut pada Naruto. Sedangkan Naruto menerimanya masih dalam mode sok keren-nya.

'Sepertinya lain kali aku harus mengajari anak ini segala hal yang berhubungan dengan manusia. Membikin malu saja! Bagaimana mungkin satu botol sambal ia tuangkan dalam mangkok ramennya?!' Batin Sasuke sweatdrop.

"Apa kau satu kelas dengan'nya', Sasuke?" tanya Naruto setelah beberapa saat diam.

"Seperti yang kau tahu, kita telah menemukan Menma. Bukankah tadi kau melihatku dengannya?"

"Ya, lebih cepat lebih baik. Sebaiknya aku harus bertemu dengannya dan membawanya kembali. Maka misi ini akan segera selesai," ucap Naruto dengan nada datar dan pandangan lurus.

"Jadi... siapa wanita itu?" tanya Karin ikut menimpali pembicaraan antara Sasuke dan Naruto.

"KAKAK! RAMENNYA SATU YA?!" Sasuke yang tadinya ingin menjawab petanyaan dari Karin tampak mengurungkan niatnya setelah mendengar sebuah teriakan yang tampak tak asing. Seluruh siswa di kantin langsung menoleh ke sumber suara, tak terkecuali Sasuke, Naruto, dan Karin.

DEG! Sensasi ini lagi. Naruto sungguh membenci rasa aneh ini. Rasanya sangatlah sakit yang tak terbiasa dialami oleh kaum dan rasnya.

Dapat dilihat, dua orang siswa tampak mulai duduk setelah memesan dua porsi makanan. Siswa laki-laki berambut merah darah yang tengah mengobrol santai dan sesekali bersenda gurau dengan siswa perempuan di depannya yang berambut layaknya bunga sakura.

Naruto yang tidak kuat menahan rasa ini segera berdiri yang kemudian disusul dua sepupunya. Dada Naruto tiba-tiba sesak tanpa sebab. Kepalanya berdenyut keras dan pandangannya mengabur.

Ketika ia hanpir ambruk, segera Sasuke memapah tubuhnya yang setengah sadar ke tempat duduk. Membuat dua orang yang tadi yang memesan mengalihkan arah pandangnya ke kanan karena posisi meja mereka bersebelahan.

"Naruto? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Huh? Onii-sama! Apa, apa yang kau lakukan di sini?"

Menma yang mendengar jawaban anak kecil di depannya yang tampak gagap malah tertawa. "Aduh! Dasar Baka-Otoutou! Kenapa kau malah bertanya padaku hm?" Tentu saja aku berlatih dengan Tou-san dan Jii-san di sini. Inikan lapangan utama kerajaan?"

Anak kecil berambut oirang tadi nampak menduduk dan terlihat berusaha menyembunyikan kepalanya dari sang kakak. Menma yang menyadari peeubahan ekspresi adiknya nampak khawatir. Ketika ia mau mengutarakan kata maaf adiknya tersebut malah membuka pembicaraan.

"A-aku bodoh y-ya? M-maafkan aku, Ni-sama! A-aku sungguh minta maaf bila menggangumu, ayah, dan kakek di sini. Aku... aku benar-benar tak berguna aku benar-benar minta maaf!" Menma yang melihat adiknya membungkukkan badan dan menunjukkan raut menyesal terkejut. Dapat ia lihat adiknya yang nampak berlari menjauh dari lapangan.

"NARUTOO! TUNGGU!"

Naruto tetap lari dan tak mengindahkan seruan dari pemuda berambut merah yang merupakan kakaknya tadi. Hatinya benar-benar sakit. Sangan sakit. Bahkan ia tak menyadari batu di depannya. Alhasil, dia tersandung dengan lutut berdarah.

Menma segera berlari ke arah Naruto kecil. Ia segera mengeluarkan semacam cahaya hijau dari telapak tangannya yang mampu membuat luka Naruto menghilang seketika. Naruto yang melihat itu hanya diam dengan pandangan kosong. Menma yang melihat hal ini lalu menanyai Naruto...

"...Apa kau baik-baik saja Naruto?" Mendengar seruan tadi, membuat Naruto kembali sadar dari lamunannya. Naruto tadi sempat melihat secuil ingatannya bersama Menma.

Namun anehnya, Naruto merasa tak pernah mengalami kejadian itu selama hidupnya. Dan ingatan itu membuat kepalanya sangat sakit dan tak terasa hidungnya mengalir setetes cairah kental merah pekat cenderung gelap akibat mengingat lebih jauh mimpinya tadi.

"Hei, kau tidak apa-apa? Bagaimana mungkin kau sampai mimisan hm?" Naruto menoleh ke arah sumber suara di sampingnya. Ia tak mengenal siapa orang itu. Rambutnya berwarna merah muda dengan manik zamrud memandang Naruto khawatir. Naruto hanya diam memandang perempuan tadi tanpa memberi tanggapan.

"Naruto! Bagaimana kau bisa pingsan?" tanya pemuda bersurai merah dengan tag name Uzumaki Menma pada Naruto yang tengah menatap teman perempuannya.

Naruto yang baru menyadari suara itu segera melihat di samping kanan. "Nii-sama?" gumam Naruto tanpa sadar seraya menatap datar orang disampingnya.

"Haruno-san! Apa kau tak keberatan untuk keluar sebentar. Sepertinya Naruto dan Menma nampak ingin mengobrol pribadi di sini," ajak Karin dan ditambah anggukan dari Sasuke.

Meskipun agak ragu, perempuan tadi pun mengikuti langkah Sasuke dan Karin keluar kantin. Sebelum menutup pintu, ia sempatkan melihat kondisi di dalam lalu keluar menyisakan Naruto dan Menma di meja makan yang masih berpandangan.

Naruto memandang Menma dingin bagaikan musuh. Sementara Menma nampak mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak terkena paparan mata biru tajam tersebut.

'Kenapa aku jadi canggung begini dengan Naruto, sudah satu jam kami habiskan waktu hanya untuk kegiatan aneh ini!' rutuk Menma dalam hati.

"Naruto...," panggil Menma berusaha memecah keheningan yang tercipta hampir satu jam ini. Dapat Menma lihat, adiknya tersebut menghela nafas dan tak lagi menatapnya. Melainkan menatap lurus dirinya.

"Kenapa kau betah sekali di sini? Kenapa kau tak lekas kembali? Kenapa kau tinggalkan kerajaan demi kota yang bukan kotamu?" tanya Naruto dingin tanpa menatap Menma.

"Kau beum mengerti apa-apa Naruto...," ujar Menma.

"APA YANG BELUM KUMENGERTI HAH? KAU SELALU SEPERTI INI DARI DULU! APA YANG MEMBUATMU HARUS PERGI HAH? KAU TAHU, KAU TELAH MEMBUAT SEMUA ORANG SEDIH SETIAP HARI!" ungkap Naruto kesal

"...Ayah bahkan menyuruh kami datang ke sini untuk membawamu kembali. Aku tidak bisa dan tak akan pernah menjadi hebat sepertimu. Kumohon kembalilah bersama kami hari ini juga!" sambung Naruto yang tampak lebih tenang dengan muka datar memandang Menma meski ada raut memohon di matanya.

Menma yang mendengar itu hanya diam. Ia memang mengerti bila kepergiannya membuat semua orang sedih. Tapi ia sudah tak tahan lagi terlebih ia melakukan ini demi... Naruto.

"Bukankah sudah kubilang jika kau tak akan mengerti Naruto! Ada banyak hal yang tidak kau tahu dan ini adalah rahasia level atas kerajaan kita," ungkap Menma serius dengan raut wajah yang berubah menjadi datar.

Untuk beberapa menit, ruangan ini terasa hening. "Siapa perempuan tadi? Apa dia...," ucap Naruto dengan sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Dia adalah Haruno Sakura. Dia orang terdekatku saat ini!" ungkap Menma.

Naruto yang mendengar itu langsung memandang Menma serius. Apa maksud pernyataannya itu? Apa orang itu adalah penyebab mengapa Menma pergi dari kerajaan? Naruto tak bisa membiarkan hal ini berekelannjutan. Otaknya mulai berfikir untuk merenggangkan hubungan mereka tanpa menghancurkannya.

Menma yang melihat Naruto diam mulai bicara, "Kenapa kau diam? Naruto, kumohon mengertilah. Aku cinta dengan orang itu! Tak seharusnya Tou-san melarang hubungan kami. Bahkan saat ini, orang itu terus menghindariku padahal dulunya tidak. Selain itu aku tak mampu melihat kau terus-terusan di-"

"Apa yang kau maksud? Kau berarti menjilat air ludahmu kembali? Bukankah kau pernah mengatakan jika ada kaum kita yang mencitai manusia itu termasuk golongan yang lebih rendah dari sampah. Kau yang mengajariku Onii-sama!" bantah Naruto tajam.

"Vampire dan Manusia itu memiliki sebuah ikatan, Naruto!" tukas Menma.

Mendengar kata vampire dan manusia mengingatkan Naruto bahwa ia berbeda dengan manusia yang berlalu lalang di sekitar kantin. Vampire adalah makhluk abadi berdarah dingin penghisab darah dan tak berperasaan.

Hal ini berbanding terbalik dengan manusia yang merupakan makhluk tak abadi dan mempunyai perasaan. Naruto penasaran dengan manusia. Seumur hidupnya ia hanya memandang manusia dengan tatapan seolah mereka mangsa.

Apa itu cinta? Ia tak mengerti. Mengapa dengan cinta ia mampu memiliki ikatan dengan orang lain. Ia benar-benar tak tahu. Sakura Haruno. Nama yang menjadi satu-satunya alasan Menma pergi dari kerajaan vampire.

Manusia itu tak bisa dibiarkan. Naruto telah memiliki siasat untuk merenggangkan hubungan mereka. Dengan ini, ia dapat membawa Menma pergi dari Kota Konoha ini.

Melihat Naruto yang sedari tadi merenung tiba-tiba Menma menyeringai tipis. 'Bagus! Rencana kedua berhasil! Sekarang rencana ketiga!' batin Menma senang.

GREP!

Naruto langsung terlempar dari lamunannya ketika Menma tiba-tiba memeluknya. Sensasi ini, Naruto benar-benar suka sensasi ini. Sensasi hangat ketika sang kakak memeluknya. Naruto diam tak bisa berkutik.

"Naruto! Kau adalah satu-satunya orang yang mengerti diriku bukan? Karena kau adalah adikku. Aku akan kembali jika aku ingin kembali dan perlu kembali. Tapi kumohon jangan bawa aku kembali sekarang, masih banyak urusanku di sini. Kau juga tak boleh kembali dulu. Aku ingin kau, aku, Sasuke, dan Karin menghabiskan beberapa waktu di kota ini. Kita jadi bisa merasakan bagaimana manusia itu bukan?" pinta Menma.

Naruto hanya diam tak tahu memberi tanggapan apa. Dan akhirnya ia mengangguk sebagai tanggapan pernyataan Menma. Selain itu, jika ia lebih lama di sini mungkin ia mampu merenggangkan hubungan Menma dan Haruno Sakura agar kelak Menma tak akan pernah pergi dari kerajaan lagi hanya demi wanita tadi.

Merasakan pergerakan kepala Naruto yang terasa mengangguk, Menma senang bukan kepalang. Akhirnya, setelah sekian lama ia akan menghabiskan waktunya dengan Naruto. Mereka berdua sama-sama memiliki rencana untuk masing-masing.

XXXXX

"Mengapa mereka menghabiskan waktu hampir dua jam untuk mengobrol? Lama sekali!" keluh Haruno Sakura yang masih dapat didengar Sasuke dan Karin. Mereka berdua hanya diam mendengar keluhan itu. Tak lama kemudian Menma keluar berjalan ke taman dimana teman-temannya menunggu dengan senyum cerah.

"Anoo, gomen lama! Hehehe kalian tahu, dia sedikit sulit...," kekehan Menma menceritakan garis besar kejadian di dalam ruangan. Sasuke dan Karin ikut tersenyum seolah-olah mengerti arti senyuman Menma.

"Ngomong-ngomong, perkenalkan namaku Uzumaki Karin. Aku adalah kakak sepupu Menma!"

"Dan aku Uchiha Sasuke, aku juga saudara sepupu Menma! Mungkin tadi aku sudah memperkenalkan diriku. Tapi sekali lagi mungkin tak masalah"

Sakura yang sedari tadi menatap Menma mengalihkan pandangannya ke arah dua orang siswa yang tengah tersenyum ke arahnya. Dengan senyum canggung ia membalas senyuman mereka. "Namaku Haruno Sakura. Salam kenal!"

Sakura baru menyadari jika Sasuke dan Karin adalah saudara Menma. Mereka bertiga memiliki beberapa kemiripan terutama warna kulit. Sakura yang baru saja menyadari sesuatu segera menoleh ke Menma. "Lalu bagaimana keadaan junior itu? Apa dia adikmu? Bagaimana mungkin tadi kau tak menceritakan bahwa murid baru itu saudara-saudaramu?"

"Bagaimana kau tahu? Aku kira kau adalah orang yang tak terlalu memperhatikan kondisi di sekililingmu, Sakura." balas Menma.

"Apa yang kau katakan? Wajah kalian itu mirip hanya warna rambut kalian yang berbeda bukan?" ungkap Sakura dengan nada malas yang hanya ditanggapi tawa canggung dari Menma.

"Tapi aku tadi melihat adikmu mimisan. Apa dia benar tidak apa-apa? Aku juga sempat melihat dia tadi pagi pingsan di lapangan basket bukan?" tanya Sakura.

'Aneh. Kenapa tiba-tiba Sakura peduli pada orang lain? Biasanya ia hanya peduli dengan orang yang dekat dengannya. Mungkin ini jauh lebih mudah," batin Menma.

Wajah mereka bertiga berubah sedih ketika mendengar pertanyaan Sakura. "Dia... menderita leukimia," ucap Karin sedih dan tak kuasa membendung tangisnya mengingat penyakit sepupunya.

"Namanya Naruto. Dia satu-satunya adik yang kumiliki. Aku, aku tak ingin dia pergi. Dia selalu mengertiku setiap saat. Aku merasa sebagai kakak yang buruk, Sakura. Adikku setiap saat berjuang melawan kematian sementara aku di sini terlalu senang dengan duniaku. Melihat kondisinya kini, aku tak tahu harus berbuat apa lagi...,"

"Aku sungguh kakak yang buruk. Dia begitu baik padaku, sedangkan aku? Aku malah bersikap tak peduli padanya. Dan dia, dia masih bisa tersenyum padaku. Kakak macam apa aku ini?" racau Menma tak kuasa menahan tangis dan tanpa sadar Menma jatuh terduduk sambil terus meneteskan air mata. Karin yang melihat keadaan Menma tak kuasa menahan tangisnya.

Sakura melihat Sasuke yang memperhatikan mereka berdua menangis, hanya diam menunduk. Sakura yakin jika Sasuke juga pasti sangat terpukul atas kondisi Naruto. 'Kenapa mereka berlebihan sekali? Mereka lebih cocok menjadi aktor dari pada vampire. Aku tak akan baper. Ya aku tak baper.' batin Sasuke menguatkan dirinya.

"Maaf, aku tak bermaksud membuat kalian sedih. Sungguh." ucap Sakura penuh penyesalan. Sasuke yang mendengar itu hanya tersenyum ke arah Sakura sambil menggelengkan kepala dan bergumam tidak apa-apa.

xxxxxx

TBC

.

.

A/n: Hai minna! Saya anak junior baru yang lagi nulis fanfic di fandom ini. Please! Jangan berikan aku kecaman dan ancaman di kolom review (flame) ^_^! Jika tidak suka jangan baca. Para senpai-senpai yang baik hati, beri aku ajaran dan ilmu di sini ya kalau masih *memang* banyak kesalahan di karya tulis saya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom review ya? Arigatou! "_"7