Ai â€" Dong Xian

.

Cast :

Cho kyuhyun as Cáo Guīxián

Kim kibum as Jīn Qǐfàn

Choi siwon as Cuī Shǐyuán

Kim Heechul as Jīn xīchè

Kim yesung as Jīn zhōngyún

Lee sungmin as Li chéngmǐn

Henry Lau as Liú Xiànhuá

.

Cáo Guīxián (17 tahun) dipilih menjadi selir kaisar. Suatu hari, terbongkarnya skandal perselingkuhan Li chéngmǐn (penyair) dengan Liú Xiànhuá, salah satu selir kaisar, membuat Dongxian terpilih menemani kaisar di ranjang. Di lain pihak, Cáo Guīxián diam-diam menyukai Ajudan Qǐfàn, mantan panglima perang istana yang menjadi mentornya.

.

Happy Reading

.

chap 1

NAMAKU Guixian. Aku beruntung bisa hidup saat masa kejayaan Dinasti Han sekarang ini. Apalagi masa peperangan maha panjang sudah lewat dan menyisakan masa-masa damai dalam pemerintahan Kaisar Ai. Seluruh rakyat merasakan kesejahteraan, walaupun kami keluarga petani miskin, namun bantuan pemerintahan kekaisaran, serta pajak yang tidak mencekik membuat kami hidup tenteram.

Dalam tradisi bangsa kami, wajar jika seorang kaisar memilik banyak selir, apalagi dengan kekuasaan yang sangat luas di masa kejayaannya. Kudengar kaisar Ai sudah memiliki ribuan selir wanita. Entah apa yang beliau lakukan dengan wanita sebanyak itu, aku sendiri bingung. Yang pasti, jika seorang wanita diambil untuk menjadi selir, maka wanita tersebut hampir pasti tidak akan kembali lagi pada keluarganya. Imbalannya, keluarga si wanita akan mendapatkan harta yang sangat banyak dari kaisar.

Sebenarnya ada satu hal lagi. Baru kali ini kaisar juga mencari pria untuk diboyong ke istana. Bukan.. bukan untuk menjadi kasim atau pelayan atau tentara kekaisaran. Kabarnya, kaisar juga menginginkan selir pria. Sama halnya dengan selir wanita, keluarga pria yang terpilih juga mendapat imbalan harta yang sangat banyak. Bedanya, jika pria yang dipilih sudah diboyong ke istana, biasanya mereka akan kembali ke rumah. Entahlah, mungkin seorang pria dianggap lebih cocok kembali ke masyarakat untuk bekerja, menjadi tentara, atau menjadi pelajar, hingga menjadikan mereka selir dengan mengurung di istana adalah perbuatan yang sia-sia.

Dalam mencari selir pria, biasanya kaisar mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari dari desa ke desa pria-pria remaja yang memiliki wajah dan tubuh rupawan. Dan yang membuatku kesal, Ibuku terobsesi menginginkan aku agar terpilih menjadi selir sementara bagi sang Kaisar demi mendapatkan harta imbalan yang besar jumlahnya.

Obsesi ibu memang bukannya tanpa alasan. Aku yang terlahir 17 tahun lalu dianugerahi wajah tampan dan postur tubuh yang tegap. Sejak mengetahui 'kelebihanku' dibanding kakak-kakakku yang lain, Ibu seakan mempersiapkan diriku untuk menjadi 'yang terpilih'. Bayangkan saja, Ibu melarangku bekerja keras karena tak ingin kulitku menjadi kusam. Tiap hari aku disuruhnya merawat diriku, berolah raga agar tubuhku selalu fit.
Efeknya, aku dibenci oleh kakak-kakakku yang menganggap ibuku terlalu memanjakanku. Belum lagi Ibu sudah memperingati gadis-gadis di desaku yang tertarik agar tak mendekatiku.

Hari itu tiba. Temanku Baoping memanggilku yang sedang bekerja di sawah dengan terburu-buru.

"Guixian! Guixian! Ibumu memanggil!"

Aku keheranan. Buru-buru aku meletakkan alat-alat pertanianku. Baru saja aku hendak mengambil bajuku, temanku langsung melarang dan menyuruhku segera kembali ke desa.

"Ada apa? kenapa harus buru-buru? aku belum pakai baju nih!"

"Udahlah! orang dari kekaisaran sudah datang! kamu mau ibumu murka?" jelas kawanku sambil menarik lenganku.

Tentu saja hari ini sudah diharapkan kedatangannya oleh ibuku. Utusan kaisar telah menyambangi desa kami. Kulihat tiga buah kereta kuda berlambang istana telah berada di sebuah lapangan. Beberapa pemuda berbaris rapi berdiri di bawah terik matahari.

"Guixian! Guixian anakku.. kenapa kamu lama sekali? astaga… celaka! hari ini kau malah pergi ke sawah. Lihat pundakmu merah terbakar begitu, belum lagi tubuhmu kotor dan berkeringat.." seru Ibuku panik ketika aku tiba di lapangan dan melihatku hanya mengenakan celana selutut dengan tubuh berkeringat.

"Bagaimana kalau kau tidak terpilih nak? padahal tahun depan kau sudah berumur 18 tahun.. aduh celaka.." keluh Ibuku sambil berusaha semampunya membersihkan tubuhku dengan saputangannya.

"Sudahlah, bu! kalau memang keinginan ibu dikabulkan langit, pasti aku terpilih. Bila tidak, mungkin belum rezeki keluarga kita," kataku sambil melepaskan diri dari lengan ibuku.

Kemudian aku menyusul pemuda lainnya berjejer di lapangan. Tak lama kulihat seseorang pria turun dari kereta. Posturnya agak pendek dan terlihat sudah tua. Dia memakai pakaian istana yang bagus. Beberapa prajurit bergerak mundur ketika dia berjalan menghampiri barisan kami para pemuda. Mungkin karena wibawanya, aku sendiri menunduk saat dia berjalan memeriksa kami satu persatu.

"Namaku Kasim Li. Kasim senior di istana. Seperti yang kalian tahu, aku diutus sendiri oleh kaisar untuk memilih pemuda paling rupawan di seluruh negeri untuk diberikan keberuntungan dan berkah yang besar dari kaisar," katanya lantang.

Aku mendengarkan setiap perkataannya.

Kemudian Kasim Li terus berpidato. Kulirik ibuku. Beliau terlihat cemas setengah mati. Saputangannya dipilin-pilin gemas sambil memperhatikanku. Dia tahu, kalau aku sedang dalam penampilan yang kurang baik dan bisa membuatku tak terpilih. Tapi aku tak khawatir, karena memang aku tak menginginkan untuk menjadi yang terpilih.

Kini giliran Kasim Li memeriksaku. Dia menatapku lekat-lekat. Bisa kulihat wajahnya sangat bersih terawat dengan sorot mata yang tampak berpengalaman dalam hidup. Kubayangkan entah apa saja masalah pelik negeri ini yang harus ditangani oleh kaisar yang dia ketahui. Dihadapannya, aku menunduk dengan gugup.

Kasim Li kemudian menarik lenganku. "Hmm.. lengan yang kuat dan tungkai yang indah, aku yakin paduka akan sangat senang.." gumamnya.

Lalu Kasim Li memegangi rahangku dan memaksaku membuka mulut. "Gigi yang rapi dan terawat, oh, sungguh kau ini pemuda yang sangat rupawan.." pujinya.

Aku diam saja.

Setelah beberapa lama, pemeriksaan berlanjut hingga pemuda terakhir. Kasim Li kemudian kembali ke keretanya. Dia berbicara berbisik-bisik dengan dua ajudannya, kemudian salah satu ajudannya kembali ke tengah lapangan. Kemudian dia berseru lantang, "Yang beruntung terpilih menuju istana adalah… GUIXIAN!"

Aku langsung terkejut. Kulihat ibuku. Dia menekap mulutnya sambil terharu. Saat aku hendak kembali menuju ibu, lenganku ditarik oleh ajudan itu.

"Hei! LEPASKAN! aku mau bicara dulu dengan ibuku!" protesku.

"Maaf Nak! kau harus langsung kami bawa. Begitu peraturannya. Kau bahkan tak boleh pamitan dengan keluargamu. Sekali namamu terpilih oleh Kasim Li atas kuasa Kaisar, kau bukan lagi milik keluargamu… Ajudan Zhongyun! tolong urus uang muka untuk keluarganya!" serunya pada ajudan Kasim Li satunya lagi.

"Tapi.. tapi.." aku masih protes.

"Guixian! Guixian!" seru ibuku sambil melambaikan tangannya.

Kulihat ibu juga ditahan oleh beberapa prajurit ketika hendak menghampiriku. Saat itu juga aku telah dipisahkan dari keluargaku…

.

tbc...