Tring!

Bunyi dentingan bel pertanda pelanggan terakhir café di pinggir kota itu telah keluar.

Pain meregangkan otot-otot tubuhnya. Akhirnya hari yang panjang di malam dingin ini telah dia lewati dengan baik.

Sang pemuda menatap lurus ke arah jendela besar café. Ia melihat keadaan di luar sana. Ah, rupanya salju turun dengan deras di malam natal ini. Sepertinya, dia akan pulang terlambat malam ini. Pain melepas celemek dan menaruhnya di rak—bawah kasir. Iapun mengambil kunci di laci sebelum merapihkan café miliknya.

"Yosh, semangat!" gumam Pain, ketika dia hanya bertugas sendiri di malam ini. Maklum, di saat malam natal seperti ini seluruh pegawainya memilih untuk menghabiskan waktu dengan orang tercinta mereka daripada bekerja seperti Pain.

45 menit kemudian, Pain telah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya. Ia mengenakan mantel, syal, dan kupluk untuk menghadapi cuaca dingin di luar sana. Pain mematikan lampu di dalam café dan bersiap-siap mengunci pintu café. Iapun sudah menutup pintu café, ketika dia mendengar suara isakan tangis. Pain menolehkan kepala ke kanan, menatap sosok pemuda bersurai pirang yang sedang berposisi jongkok di depan café-nya.

Yang benar saja?

Dahi Pain mengerut. Di malam natal seperti ini, sangat aneh jika melihat seseorang duduk di depan café dengan keadaan kacau-balau. Ada apa dengan anak ini? Apakah anak ini mengalami peristiwa penjambretan, atau ditinggal oleh keluarganya? Pain mengendus udara di sekitar anak ini. Apa? Tidak tercium apapun. Pain yang memiliki penciuman sangat tajam sama sekali tidak bisa merasakan aroma tubuh bocah yang masih sibuk dengan air mata itu.

Hah?

Yang benar saja?

Pain merasa tidak beres dengan anak di dekatnya ini.

"Kau baik-baik saja?" tanya Pain dengan nada sedikit ragu. Ia sebenarnya tidak suka ikut campur urusan orang lain. Tetapi, ia tidak mungkin membiarkan seseorang terlihat menderita seperti ini. Apalagi di depan cafenya. Ia tidak terlalu kejam untuk bertindak cuek pada orang yang mengalami hal buruk di malam natal.

Merasa ditegur, bocah di samping Pain menolehkan kepalanya; matanya sembab, hidung kemerahan, dan ekspresinya sangat mengerikan, bahkan bocah di samping Pain sama sekali tidak mengenakan pakaian tebal. Namun Pain berani bersumpah sekacau apapun keadaan bocah ini, sang bocah tidak dapat menutupi wajah menawannya. Waw. Hanya kata itu yang bisa Pain gumamkan di dalam hati, ketika bocah di dekatnya ini sungguh rupawan—berwajah sangat tampan.

Sang bocah memalingkan wajahnya. Ia meremas dadanya erat. Ia kembali terisak. Bibirnya yang membiru bergetar.

"Sakit…" lirihnya, "kenapa ini sangat sakit? Akhhh…" isakan sang bocah semakin keras.

Sakit?

Anak ini sakit apa?

Apakah dia terluka?

Pain perhatikan tidak ada satupun luka di tubuh bocah ini. Adapun yang terluka….

Hanya dengan rintihan seperti ini, sang bocah berhasil menyampaikan rasa sakit di hatinya.

Pemuda yang telah berhasil memiliki café dalam usia muda ini bisa merasakan betapa menderitanya perasaan sang bocah. Pain bisa merasakan tangisan yang dikeluarkan sang bocah bukanlah tangisan yang berasal dari kesedihan biasa. Tangisan seperti ini hanya bisa dikeluarkan oleh seseorang yang telah memendam rasa sakitnya begitu lama.

Tidak sanggup melihat keadaan sosok terlihat lemah ini begitu terpuruk, Pain berjongkok di hadapan sang bocah, kemudian menatap sang bocah lekat-lekat.

Pain menjadi kikuk. Sekarang dia harus apa?

"Err…," Pain menggaruk ujung hidungnya. "Selamat natal," ucap Pain—konyol—dengan tangan bergerak ragu untuk mengelus puncak kepala bocah di hadapannya.

Sang bocah termangu sejenak saat merasakan elusan di surai pirangnya. Iapun lekas menghapus air mata yang membasahi pipinya dengan deras. Namun usaha anak ini sia-sia. Seiring hapusan pada air mata tersebut, cairan bening itu semakin deras mengalir.

"Hix..Hix…." sang bocah membenamkan wajahnya pada lutut. "To—hix—long—tolong…"

Pain bukanlah seorang manusia yang bisa membujuk seseorang dengan mudah. Ia terlalu jahat untuk menenangkan perasaan seseorang yang hancur. Terlebih perasaan seseorang yang terlihat masih muda seperti ini. Tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan bocah di hadapannya, Pain pun dengan lembut dan perlahan menarik tubuh bocah di hadapannya ke dekapannya. Ia mengelus-elus punggung bocah di pelukannya dengan kaku.

Awalnya semua terasa aneh. Benar-benar sangat aneh, ketika Pain harus memeluk orang asing. Namun, Pain merasa bersyukur ketika bocah di pelukannya membalas pelukannya. Iapun merasa tidak canggung lagi, saat bocah ini menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya. Ya, Pain hanya bisa memberikan dukungan morilnya ketika bocah di pelukannya ini begitu bebas mengeluarkan emosinya.

"Menangislah… menangislah…" ucap Pain, mencoba menenangkan bocah ini. "Menangislah sepuasmu jika memang ini semua akan membuatmu merasa lebih baik."

Aissshhh…. Bagaimana bisa ada orang yang menangis seperti ini di malam natal?

Pain menghela nafas lelah. Tidak menyangka dia harus berhenti memikirkan kasur dan selimut yang hangat hanya karena bertemu dengan orang asing seperti ini.

Tangisan bocah itupun semakin pecah, membuat orang-orang yang melewati mereka, menolehkan kepala ke arah mereka.

Saat itu Pain hanya merasakan perasaan kasihan pada bocah di hadapannya. Ia hanya ingin melindungi sosok yang rapuh, ketika malam bersalju itu seharusnya membuat semua orang bahagia. Ia hanya mencoba memberi kenyamanan pada seseorang, tanpa sadar, jika kebaikan yang dilakukannya membuat dia membuka lembaran baru. Membuka lembaran yang membuat dirinya memiliki anggota keluarga baru. Anggota keluarga yang sangat unik dan tidak mungkin dimiliki oleh orang lain karena anggota barunya bukanlah seorang alfa, walaupun dia kuat. Anggota barunya bukanlah seorang omega, walaupun dia sangat cantik.

Bocah ini hanyalah seseorang yang asing. Ia hanyalah Naruto. Ia bukan siapa-siapa. Ia adalah—

Mr. X


Clothes Have no Gender

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: T+—M

Genre: Action, drama, criminal, hurt/comfort, romance, family, friendship

Pairing: Sasuke and Naruto,

Other Cast: Pain, Itachi, Shikamaru, Kiba, Gaara

Warn: AU, OmegaVerse, OOC, M for Criminal themes, Bad language, School life, and other.

Cerita ini hanyalah untuk kesenangan belaka, bukan untuk kebutuhkan materiil.

Happy reading.

Me present for 2017.


Konoha, 2017.

"Ahhhhhnnnn cheee—phaaattt…ahnnnnn…."

Dibandingkan merasa teransang karena desahan omega saat dijamah oleh alfa, pemuda yang baru saja menginjak umur 17 tahun ini malah meringis jijik. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa dua insan tanpa memiliki keterikatan saling menyentuh seperti itu dengan intim? Terlebih lagi, kedua insan ini saling melilitkan lidah—bertukar air liur, menggerayangi antara satu dengan lainnya di tempat umum. Di tempat semua orang bisa melihat tubuh mereka. Sungguh lacur dan menjijikan!

Bagi sang pemuda, dunia ini sepertinya sudah hancur karena spesies yang seharusnya lebih mengutamakan akal sehat sama sekali tidak bisa mengendalikan nafsunya. Di tempat ini—dimana sang pemuda bernama Naruto berada—sebagai bukti jika para manusia yang menyandang status alfa, beta dan omega tidaklah tanggung-tanggung untuk mengeluarkan nafsu duniawinya dan tanpa malu bercumbu di hadapan orang banyak. Dimanapun mereka merasa mengalami heat, para makhluk-makhluk itu langsung melepas pakaiannya dan membiarkan siapapun menggarap mereka.

Berdasarkan ilmu medis dan sejarah, manusia di dunia ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu alfa, beta dan omega.

Kategori pertama—Alfa merupakan makhluk yang memiliki kedudukan tertinggi dibandingkan beta dan omega. Di dunia ini, siapapun yang menjadi alfa akan diramalkan sebagai calon pemimpin atau terkuat, baik di dunia bisnis, pemerintahan, atau bidang-bidang yang berlandasan pengaturan pada sistem hidup manusia; layaknya politik, keuangan, keamanan medis atau hal-hal lainnya.

Alfa terlahir sebagai sosok cerdas, kuat dan memiliki daya adaptasi yang tinggi. Oleh karena itu, baik beta atau omega jarang sekali berani berurusan dengan alfa karena berurusan dengan alfa sama saja mencari masalah dengan jenis terkuat di antara mereka. Untuk urusan kehidupan percintaan, alfa selalu memiliki peluang terbesar untuk memperoleh pendamping. Ia bisa memiliki anak dari beta, ataupun omega. Namun, sangat jarang alfa dan alfa bersama karena ego menuntut mereka untuk tidak bersama. Pernikahan alfa dan alfa pun diduga hanya akan menghasilkan keturunan sejumlah nol persen.

Alfa pun dibagi dua, berdasarkan kemampuan mereka dalam menjadi pemimpin. Alfa yang benar-benar mendominasi dan membuat alfa lainnya takluk biasa disebut Ultimate Alfa serta alfa yang memiliki kemampuan hanya sekadar kemampuan alfa saja. Dibandingkan UA (Ultimate Alfa), alfa berjenis biasa lebih banyak berkeliaran di dunia ini. Bisa dikatakan alfa berjenis UA hanya terdapat sepuluh persen dari total populasi alfa di dunia ini.

Untuk yang kedua, beta.

Beta merupakan spesies manusia paling netral di antara jenis lainnya. Kebanyakan beta lebih senang hidup menjadi dokter, suster atau organisasi-organisasi pecinta lingkungan. Beta tidaklah lemah tetapi tidak juga kuat seperti alfa. Beta cenderung senang bergaul dengan sesama mereka untuk menghindari konflik yang sering terjadi di antara omega dan alfa, kemudian menikah sesama mereka.

Untuk masalah percintaan, beta memiliki tingkat pernikahan dan perceraian rata-rata. Tidak kurang maupun lebih. Mereka benar-benar jenis yang senang berdamai dan menjauh dari pertikaian. Namun, jangan salah. Beta bisa saja lebih menyeramkan dari alfa jika mereka sedang marah atau merasa terusik. Beta pun memiliki kemungkinan selingkuh dan merasa jenuh, ketika dia hanya hidup dengan kalangan itu saja. Oleh karena itu, di akhir-akhir ini cukup banyak kasus beta melakukan perselingkuhan dengan omega yang tentunya jenis yang paling bisa diajak kompromi.

Untuk yang terakhir omega.

Dibandingkan alfa, omega merupakan makhluk yang memiliki kemampuan seni yang tinggi. Oleh karena itu, kebanyakan pelukis, penulis, serta pembuat hal-hal indah berasal dari spesies ini. Namun, sikap omega yang terlalu lemah-lembut, membuat makhluk ini selalu dimanfaatkan oleh alfa atau beta brengsek di luar sana. Tidak jarang omega berakhir menjadi seorang pelacur karena alfa dan beta yang tidak bertanggung jawab—meninggalkan mereka.

Selain memiliki kemampuan art yang tinggi, omega memiliki sejarah yang menarik untuk didengar. Konon, omega terbaik bisa mencetak sikap sang ayah cabang bayi yang dikandung omega sebanyak seratus persen. Oleh karena itu, omega seperti itu hanyalah diperuntukan oleh golongan penting. Omega yang bisa membawa sifat indukan dari alfa-nya atau beta akan dilindungi dan benar-benar akan menikahi sosok yang bisa membuat omega biasa dan beta iri sampai mati. 100 persen omega bertipe High Omega (omega eksklusif) menikah dengan Ultimate Alfa.

Tidak mau berlama-lama melihat pemandangan memuakan di sudut ruangan diskotik ini, Naruto lebih memilih melangkahkan kakinya untuk lebih masuk ke dalam tempat bising, pengap, dan terlalu bebas untuk dikatakan beradab. Tidak satu atau dua kali dia mendapatkan godaan dari alfa, beta dan omega di sekitarnya. Parasnya yang rupawan membuat ketiga kategori makhluk di sekitarnya selalu mencuri kesempatan untuk menyentuh Naruto. Namun, Naruto selalu berhasil berkelit, berhubung dia sangat gesit dan terlalu sering mendatangi tempat seperti ini.

Kedua bola mata biru Naruto mengedar sekeliling, mencari sesosok manusia yang seharusnya berada di tempat ini. Ia memincingkan matanya, saat melihat sosok wanita dengan dress berwarna silver, rambut hitam ikal sepinggang, dengan high heels berwarna merah, sibuk menggoda seorang pria di salah satu sofa yang tersedia di tempat ini. Naruto mengangkat sebelah alisnya. Oke, sepertinya sasaran telah terlihat. Rupanya orang yang dicari Naruto telah berhasil mendekati target.

.

.

"Ah…. Ah…. Ah…."

Berbeda dengan Naruto yang baru saja datang, di sudut lain, sosok pemuda bersurai hitam telah tiba di tempat ini sejak satu jam setengah lalu. Ia langsung mengambil posisi yang nyaman untuk mengintai korbannya. Kedua mata elang sosok ini sibuk mengamati keadaan sekitar sembari menikmati minuman yang dia pesan. Ah, rupanya si target begitu menikmati hidupnya?
Berbicara tentang targetnya, ada berapa penjaga kakek-kakek yang sedang menikmati pelacur itu? Satu? Dua? Ah, rupanya orang yang menjaga si tua bangka dalam jarak dekat seperti ini hanya dua orang. Pemuda ini mengecap kembali minuman di hadapannya, kemudian mendengus.

Sosok pemuda bersurai hitam ini datang kemari bukanlah untuk bersenang-senang. Ia datang kemari untuk melaksanakan tugas dari orang yang menyewa mereka. Ia datang untuk melakukan perhitungan pada tua bangka di sofa sana yang sibuk menyecap tiga omega pelacur dan satu omega yang sejak tadi hanya menatap si kakek. Tangan kakek gila itu asyik meremas bokong serta buah dada para omega itu, membuat para omega yang tidak punya harga diri tersebut memekik dengan cekikikan yang memuakan.

Pemuda bersurai hitam itu menyeringitkan dahinya saat bau pekat dari omega terangsang menghantam hidungnya. Ia sangat mual. Walau dia seorang alfa, dia bukanlah tipe orang yang senang mencium aroma sembarang omega. Ia mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya, ketika terdengar suara dari earphone di telinganya.

"Target persis di hadapanmu," seseorang mengintruksi sekaligus berkomunikasi dari kejauhan dengan pemuda bersurai hitam ini. "—Kiba bisakah kau menggiring korban ke tempat yang lebih enak untuk disantap, dan sayang jangan sampai dirimu tersentuh seperti para jalang itu!" seru sosok yang mengintruksi tersebut, membuat pemuda bersurai hitam itu mengedarkan matanya.

Pemuda bersurai hitam itu menatap sekeliling. Ah, benar juga! Mereka berada di tempat yang kurang nyaman untuk melangsungkan aksi mereka. Pemuda bersurai hitam memincingkan matanya, menatap ke arah sosok gadis memakai pakaian menggoda yang kini sibuk berbisik di telinga sang kakek. Ah, rupanya gadis yang sejak tadi hanya berinteraksi sesekali dengan si kakek mulai beraksi.

Dibandingkan pelacur di tempat ini, gadis yang memiliki tato segitiga terbalik di pipinya adalah gadis yang paling menggoda sekaligus paling pendiam. Berbeda dengan omega lainnya, gadis penggoda ini memilih untuk menuangkan minuman pada kakek-kakek tersebut daripada dirinya harus disentuh. Jari sang penggoda—yang berada di hadapan si kakek—sengaja menyentuh tangan si kakek saat memberikan minuman, memberikan gelenyar nikmat pada si kakek. Tidak lupa, diapun mulai mengeluarkan feromon menggodanya.

Saat intruksi penting mulai datang, gadis tersebut membiarkan dirinya sedikit disentuh sebelum ia berhasil membuat kakek tua bangka itu terpana. Sang gadis menyingkirkan salah satu omega penggoda di samping kakek itu.

"Tampan. Aku bosan di sini, bagaimana jika pergi ke tempat… yang lebih enak?" sang gadis sedikit menyandarkan tubuhnya pada tubuh kakek tersebut. Ia memainkan jarinya di kancing kakek tersebut. "Aku kurang nyaman berada di sini. Bau alfa-alfa di sana membuatku terganggu. Ugh."

Sang kakek menatap gadis yang sedang menggodanya. Ia menelan air liurnya. Astaga! Sang kakek sampai sulit menelan air ludahnya. Bagaimana bisa ada omega secantik ini di tempat kotor ini? Sang kakek dapat mencium dari tengkuk omega di dekatnya, jika omega ini bukanlah omega biasa. Omega ini merupakan omega terbaik yang bisa membuat alfa manapun tergoda. Jika omega di samping kakek ini menjadi bintang di diskotik ini, maka kakek tua bangka ini tidak akan heran.

Sadar jika sang kakek sudah terpesona oleh aromanya, dengan cekatan, sang gadis menarik kerah pakaian sang kakek, membawa kakek-kakek itu ke lantai atas dengan diiringi kedipan mata yang nakal. Seperti anjing yang kelaparan, kakek-kakek itu mengekor sang gadis dengan setia. Bahkan sang pemuda bersurai hitam nyaris memuntahkan isi perutnya, ketika melihat air liur di sudut bibir kakek haus belaian tersebut.

Para penjaga kakek tua bangka itu segera menghalangi langkah gadis tersebut.

"Berhenti sampai di sini, Nona!" ucapnya, tidak suka tuannya dibawa dengan mudah.

Sang gadis sengaja menyenggolkan pahanya ke arah selangkangan kakek menjijikan ini. Kemudian dia memeluk kakek-kakek tersebut. "Ugh, mereka kenapa?" rajuknya, dengan nada manja. Ia memasang ekspresi ketakutan.

"A—aku takut," gumamnya, dengan nada manja. "Mereka mau apa?"

Sang kakek menatap tajam penjaga di hadapannya. "Apa yang kalian lakukan? Kalian membuatnya takut?!"

Sadar jika terjadi kesalahan, para penjaga itu segera menyingkir, membiarkan tuan mereka melangkah. Namun, kedua penjaga tersebut tidak membiarkan tuannya pergi begitu saja. Dengan patuh mereka mengikuti kakek-kakek tersebut.

Dalam beberapa menit kemudian, kakek tersebut sudah berada di lantai teratas diskotik. Ia benar-benar merasa gila, ketika gadis yang sedang menggodanya ini terus menyentuh tubuhnya, tanpa memberi kesempatan bagi sang kakek untuk membalas sentuhan tersebut.

Lantai teratas diskotik ini didominasi oleh kaca. Tempat ini merupakan tempat paling indah dan eksklusif dibandingkan tempat lainnya. Tempat ini menyuguhkan pemandangan langsung ke pantai sana. Lantai kedua ini hanya bisa diakses oleh member VIP. Oleh karena si kakek tua ini merupakan pelanggan diskotik ini, ia sudah terbiasa untuk masuk ke tempat ini. Di lantai ini, terdapat kasur, sofa, serta kamar mandi.

Tidak menunggu lama, pintu menuju lantai terbaik di diskotik ini terbuka.

Gadis yang sejak tadi menggoda kakek tersebut mulai beraksi. Ia mendorong kakek tersebut ke atas sofa, kemudian menaiki kakek tersebut, bermaksud menggoda lebih jauh kakek yang sedang menatap puas gadis di atasnya.

"Kiba, apa yang kau lakukan?! Jangan berlebihan!" geram seseorang melewati alat penyadap sekaligus komunikasi yang ditaruh Kiba di telinga sebagai anting.

Kiba tahu apa yang sedang dia lakukan. Ia sedang membuat kekasih kesayangannya marah. Akan tetapi, Kiba tidak mungkin menghentikan misinya sekarang. Ia sudah terlalu jauh melangkah. Oleh karena itu, Kiba memilih mengidahkan gerutuan kekasihnya. Ia malah mengusap menggoda dada kakek tersebut yang sudah terbuka. Ugh, keriputnya sungguh menjijikan. Dasar tua bangka tidak tahu diri. Kiba nyaris muntah karena aroma alfa bergairah yang dikeluarkan kakek-kakek tersebut.

"Ayo, Sayang. Puaskan aku!" ucap kakek-kakek tersebut. Ia mengelus wajah Kiba, dan memeluk pinggang Kiba dengan kasar, sedikit membuat Kiba memekik. Kakek-kakek tersebut membiarkan Kiba berbaring di atas tubuhnya. Tangannya yang nakal mulai turun ke arah paha Kiba. Ia mengelus paha tersebut.

Kiba memegang tangan kakek tersebut. Ia meremasnya. "Apa kau memiliki pengaman?" bisik Kiba di depan wajah sang kakek. Dengan sengaja, ia sedikit mengibarkan rambut palsunya, membuat aroma di tengkuknya menguar—menggoda penciuman sang kakek.

Sang kakek memejamkan matanya, menghirup kuat-kuat aroma omega di atasnya. Oh, astaga. Aroma omega di atasnya seperti aroma perawan. "Pengaman? Tidak per—

Kiba menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh sang kakek. Pura-pura kecewa. Dengan ekspresi manja, Kiba merajuk. "Ugh, bagaimana bisa kita melakukannya, jika tidak ada pengaman? Kau tahu, aku sudah tidak tahan," Kiba melipat kedua tangannya di depan dada.

Sang kakek merubah posisinya menjadi duduk. Ia menatap punggung Kiba yang menggoda. Kakek itu mengelus tengkuk Kiba, hendak mengecup leher Kiba, ketika Kiba sedikit menjauh dengan gerakan sensual. "Jika begitu tunggu apalagi? Lakukan tanpa pengamanpun tidak masalah, bukan?" ucap sang kakek tersebut, hendak membanting Kiba ke atas kasur, kemudian melucuti pakaian Kiba, dan membuat Kiba menjerit di bawah kukungannya.

Kiba menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan kanan. "Tidak bisa seperti itu, Tampan," Kiba mempermainkan bibirnya yang sudah dipoles oleh lipstick merah merekah. "Kau beruntung sekali aku menyukai aromamu," Kiba mendekat ke arah telinga kakek tersebut. "Aromamu sangat gagah," pujinya, membuat Kiba nyaris muntah, ketika kakek tersebut merasa bangga karena pujian Kiba.

"Kalau begitu tunggu apa—

"Tetapi!" Kiba tidak membiarkan kakek tersebut menyelesaikan ucapannya. "Aku tidak mau melakukan kesalahan. Sebagai professional, aku harus memastikan pelangganku aman. Kau tidak mau kan bermain dengan seorang pelacur yang sudah dimasuki oleh banyak orang?"

Ucapan Kiba membuat kakek tersebut berpikir. Iapun mengangkat kedua bahunya.

Dengan sedikit goyangan pada pantatnya, Kiba kembali menggoda kakek tersebut. Ia tersenyum nakal dan melangkah ke arah alat komunikasi yang ada di kamar itu. Kiba berpura-pura menghubungi seseorang di lantai bawah untuk membawakan pengaman. Nyatanya, ia sedang mengaktifkan alat komunikasi dua arah di antingnya untuk menghubungi seluruh anggota teamnya.

"Tolong bawakan aku kondom. Segera. Aku sudah tidak tahan," ucap Kiba, dan membuat salah satu orang yang dihubunginya di seberang sana mengutuk kakek-kakek tersebut ketika yang lainnya tertawa.

Usai berkomunikasi dengan teman-temannya, Kiba menatap ke arah pintu. Ia berharap salah satu dari temannya berhasil lolos masuk ke tempat ini.

Hanya berselang beberapa menit, Kiba mendengar perbincangan di luar sana sebelum pintu ruangan ini terbuka. Kiba tersenyum ketika sosok pemuda bersurai pirang dengan memakai pakaian bartender memasuki kamar ini. Pemuda tersebut usai diperiksa oleh kedua anak buah kakek-kakek tersebut sebelum diizinkan masuk. Iapun masuk, kemudian menghampiri Kiba.

"Ini pesananmu!" ucap pemuda tersebut sembari menyerahkan satu kotak pengaman ke tangan Kiba.

"Terima kasih," ucap Kiba sembari memberi senyuman penuh maksud.

"Sekarang kau boleh pergi!" ucap sang kakek tersebut, tidak sabar. Ia hendak menyentuh pinggang Kiba, ketika Kiba mengeluarkan isi di dalam kotak tersebut, dan langsung membalikan tubuhnya untuk menyerang kakek tersebut dengan isi di dalam kotak tersebut.

Namun sialnya, moncong pistol sudah berada di belakang kepala pemuda bersurai pirang itu.

Brengsek!
Kiba merutuki kesalahan mereka berdua.

"My, my, my, aku tidak menyangka kau akan datang ke tempat ini," Kimimaro yang notabene anak buah kakek-kakek tersebut berdecak mengejek. "Hai, Kitsune, akhirnya kita bertemu lagi, bukan?" Kimimaro menyalakan pelatuk pistol itu. Dari sudut matanya, pemuda bernama Kitsune itu melihat segerombolan anak buah kakek tersebut memasuki ruangan—mengepung mereka.

"Ah, kau datang tepat waktu Kimimaro," ucap kakek-kakek tersebut dengan senyuman puas.

Brengsek,

Mereka yang terjebak!

Naruto mengangkat kedua tangannya, ketika matanya menatap ke arah jendela.

Ah, atau salah?

"Benarkah?" ucap Naruto.

Naruto tersenyum puas sebelum seseorang memecahkan kaca pada lantai dua ini, dan dua orang pemuda yang bergantung pada tali masuk ke dalam ruangan tersebut dengan membawa pistol, kemudian menembak orang-orang di dalam sana. Melihat keadaan mulai kacau-balau, Naruto langsung menyikut pemuda di belakangnya, dan menendang tangan Kimimaro hingga pistol tersebut terjatuh ke atas lantai.

Baku hantam dan bunyi tembakan pun tidak dapat dihindari. Kiba yang berada di tengah-tengah medan perang mengeluarkan pistol kecil yang dia sangkutkan di bagian dalam selangkangannya, kemudian ikut menembak musuhnya. Ia segera merangkak ke arah jendela yang pecah, hendak keluar dari tempat ini.

Kedua mata biru Naruto fokus pada sosok kakek-kakek yang sejak tadi dibidiknya. Iapun segera berlari ke arah kakek-kakek yang sedang diselamatkan anak buahnya itu. Ia nyaris tertembak oleh Kimimaro jika dia tidak berguling di atas lantai, kemudian mengambil pistol salah satu anak buah kakek tersebut yang sudah terkapar di atas lantai. Naruto menaiki kasur, kemudian meloncat ke arah kakek-kakek tersebut yang sudah hampir mencapai pintu keluar. Ia menangkap leher kakek-kakek tersebut, dan menodongkan pistol ke arah pelipis kakek tersebut.

Naruto berhasil menyekap boss mereka!

"HENTIKAN TEMBAKAN ATAU AKU AKAN MENEMBAK DIRINYA!" seru Naruto, memberi ancaman. Ia menatap secara satu-persatu anak buah kakek di tangannya yang mulai menurunkan senjata mereka. Keadaan hening seketika.

"Berikan aku benda itu," bisik Naruto pada kakek-kakek tersebut.

Kimimaro menatap tidak suka Naruto. Brengsek. Naruto memang manusia licik dan licin.

Dengan ekspresi kesal, kakek-kakek tersebut memberi intruksi pada Kimimaro untuk menyerahkan benda yang sedang dicari para pemuda ini.

Kimimaro mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya.

Itachi yang tadi membobol kaca tempat ini bersama Gaara mendekati Kimimaro dan mengambil sebungkus pil berwarna putih, dan flashdisk yang ada di tangan Kimimaro. Ia melangkah mundur dengan diikuti Gaara, serta Naruto yang masih membawa kakek-kakek tersebut. Itachi dan Gaara dengan baik mengawal Naruto menuju balkon diskotik lantai dua ini, dengan pistol teracung ke arah anak buah kakek-kakek tersebut.

"Kalian turun duluan," bisik Naruto pada Gaara dan Itachi, memberi intruksi. Sedangkan Kiba sudah lebih dulu turun.

"Tapi—

Itachi memutar kedua bola matanya. Ia tahu Naruto tidak mungkin bisa dicegah. "Ayo, Gaara. Kita percayakan padanya," ucap Itachi.

Gaara menghela nafas, kemudian mengangguk paham.

Kedua pemuda di belakang Naruto meloncat ke bawah yang rupanya terdapat semak-semak. Mereka berdua menatap ke atas sembari menodongkan pistol.

Naruto tersenyum mengejek ke arah Kimimaro. "Kau kalah lagi," Naruto melepas kakek di tangannya, kemudian secara gesit meluncur ke bawah.

"TEMBAK DIA!" ucap kakek-kakek tersebut.

"SHIT!" Naruto berharap tidak ada satu tembakan pun mengenai tubuhnya.

Namun…

Tidak ada satupun anak buah Kimimaro yang berhasil menembak Naruto.

"BRENGSEK!" Maki Kimimaro ketika Naruto berhasil lolos.

Orang-orang yang berniat menembaki Naruto satu-persatu mengerang kesakitan, ketika dada mereka terkena tembakan. Naruto pun meluncur dengan baik menuju semak-semak. Ia segera berlari ke arah mobil yang sudah disiapkan untuknya. Tanpa tunggu lama, Naruto segera memasuki mobil yang rupanya sudah ditempati oleh Kiba, Gaara dan Itachi sebagai sopir mereka.

Mobil mulai melaju ketika sesosok pemuda berambut nanas dengan sniper di tangannya memasuki mobil. Ia menatap setiap anggota timnya sebelum menjalankan mobil. Ah, rupanya sosok yang menembak pria-pria di atas balkon itu adalah Shikamaru.

"Bagaimana bisa kau melakukan itu?" tanya Naruto pada Shikamaru yang duduk di depan—penasaran.

Shikamaru mendengus. " Aku tidak segila kalian. Semua yang aku lakukan pasti sudah terprediksi," ucap Shikamaru sambil meminta Itachi untuk melajukan mobil secepat mungkin sebelum anak buah dari pria yang barangnya mereka curi berhasil mengejar.

"Dan kebodohan kalian, termasuk ke dalam prediksiku," ucap Shikamaru dengan nada sombongnya.

Ketiga pria—sahabat Shikamaru pun—hanya tertawa ketika melihat wajah Shikamaru yang sudah berantakan karena terlalu stress memantau mereka.

.

.

.

Beruntung bagi mereka semua, musuh mereka tidak berhasil mengejar. Sekarang mereka sudah mencapai dermaga, tempat aman bagi mereka. Shikamaru yang sibuk mengecek sesuatu di dalam laptopnya menatap setiap wajah temannya. Ah, sepertinya malam ini mereka terlalu mulus dalam misi ini. Bahkan, tidak ada luka serius yang dialami teman-temannya. Padahal, biasanya teman-temannya ini selalu berakhir dengan luka tembakan atau besetan pada tubuh. Shikamaru menutup laptopnya, kemudian menatap Kiba yang sejak tadi bersembunyi di balik Naruto dan Itachi.

Naruto, Gaara, dan Itachi hanya saling menatap.

Shikamaru menyipitkan matanya, menatap Kiba. Emosi yang sejak tadi dia tahan sebentar lagi pasti akan lepas. Shikamaru mulai mengeluarkan aura alfanya, membuat Itachi—yang juga alfa—tidak suka, berbanding terbalik dengan Kiba yang merasa dipojokan. "BAJINGAN! KAU TAU TIDAK TADI ITU SANGAT BAHAYA?!" teriak Shikamaru dengan sangat emosi pada Kiba. Ia hampir jantungan ketika Kiba berduaan dengan kakek keparat itu di dalam ruangan sialan itu.

Shikamaru Nara.

Pemuda jenius yang selalu menjadi ahli strategi dari team mereka. Walau Shikamaru pemalas, tetapi dia selalu sungguh-sungguh jika sudah bekerja. Baginya, nyawa teman-temannya berada di tangannya. Shikamaru sangat bertanggung jawab. Iapun sangat menyayangi omega-nya untuk ukuran sosok jahat seperti mereka. Untuk informasi saja, Shikamaru merupakan alfa yang melarikan diri bersama kekasihnya karena dipaksa meninggalkan omega pilihannya, dan menikahi omega pilihan keluarganya.

Mulut Kiba membuka-tutup. Ia menatap Shikamaru tidak percaya. Hei, Kiba memang salah. Tetapi, apa perlu Shikamaru berkata kasar seperti ini?

"Shikamaru kok bilang aku bajingan?!" Kiba yang tidak suka Shikamaru berteriak, menatap sengit Shikamaru.

Kiba Inuzuka.

Kekasih Shikamaru. Ia merupakan omega terbaik di antara mereka. Kiba selalu mendapatkan tugas untuk mengorek informasi dari para calon korban mereka dan merayu korbannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Bagi Kiba, Shikamaru hanya satu-satunya orang yang dimilikinya di dunia ini, ketika dia hanya yatim-piatu, tidak ada siapapun orang yang menyayanginya, kecuali Shikamaru. Kehilangan Shikamaru sama saja kehilangan separuh hatinya—itulah kata Kiba.

Shikamaru mendesah lelah. Ia sadar telah melakukan kesalahan, ketika mata Kiba berkaca-kaca. "Bukan itu maksudku! Kau—benar-benar—" Shikamaru menjambak rambutnya gemas. Seandainya dia bisa, ia ingin menyayat kulit kakek-kakek itu karena telah menyentuh omeganya. Yeah, bagi seorang alfa setia, omeganya tersentuh adalah haram hukumnya.

Gaara menghela nafas. "Shikamaru, Kiba hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan baik," bela Gaara, berharap Shikamaru mengerti posisi Kiba yang selalu ingin berguna bagi team mereka.

"Kenapa kau berbicara jahat seperti itu pada Kiba-chan, kasihan Kiba," Gaara semakin berlebihan.

Sabaku Gaara.

Seorang omega yang berasal dari keluarga Sabaku. Ia berasal dari keluarga terpandang namun disebabkan dia hanyalah seorang omega, keluarganya selalu memandangnya sebelah mata. Gaara merupakan omega pendiam dan berlevel tinggi, namun di keluarga Sabaku, status omega tetap tidak disukai oleh kedua orang tuanya yang sangat menginginkan seorang alfa dominan disetiap keturunannya.

Gaara sangat menjunjung tinggi tata krama. Tetapi, seiring waktu, sikap terhormat Gaara berubah. Seperti kata pepatah, lingkungan akan mempengaruhi cara bersikapmu. Gaara bergaul dengan orang-orang aneh, dan seenaknya, maka diapun lambat-laun berubah menjadi seperti itu.

"Shikamaru, kau tidak usah berlebihan. Kau tahu sendiri, Kiba selalu bermain aman dan tidak akan mengecewakanmu," ucap Itachi, membantu Gaara dalam membela Kiba.

Pandangan Shikamaru menajam. "Bagus sekali. Kalian membelanya, hm?" ucap sinis Shikamaru, membuat Kiba menciut. Ia merasa bersalah pada kekasihnya.

"Pffftttt…." Itachi menahan tawanya, ketika mendengar kemarahan Shikamaru. Itachi mengelus puncak kepala Kiba, membuat Shikamaru semakin gerah.

Lihatlah.

Si jenius terbakar api cemburu.

Yeay!

Itachi Uchiha.

Inilah satu-satunya orang yang paling aneh latar belakangnya di antara mereka. Bisa dibilang, Itachi tidak pantas bersama orang-orang ini, ketika dia memiliki status tertinggi di antara mereka. Ia adalah sang putra mahkota Jepang yang hilang. Ia adalah Ultimate Alfa. Namun, dikarenakan suatu masalah yang sampai sekarang tidak diketahui penyebabnya, Itachi melarikan diri dari istana dan bergabung dengan orang-orang yang bisa dikatakan tidak jelas masa depannya.

Naruto menatap sebal Itachi.

"Jangan mentertawakan orang seperti itu," ucap sinis Naruto yang selalu tidak suka dengan sikap Itachi.

Semua orang di dekat Naruto dan Itachi menghela nafas saat Naruto mulai angkat bicara.

"Jangan mulai," gumam Shikamaru, delikan Naruto membuat seluruh orang di tempat itu berantisipasi. "Jika kalian berkelahi, aku tidak akan segan-segan melapor sikap kalian pada Pain."

"Ayolah jangan sebut nama ibu tiri, ketika aku sedang bahagia," gumam Itachi—bergidik ngeri ketika mendengar nama Pain.

Di antara semua alfa dan omega yang memiliki status tidak jelas ini, Pain merupakan sosok yang paling tua di antara mereka. Pain yang memberi mereka kehidupan; tempat berlindung, makan dan harapan. Oleh karena itu, mereka semua menghormati Pain. Bagi mereka, Pain sudah seperti orang tua mereka. Pain yang melengkapi dan menyatukan mereka, hingga mereka bisa menjadi keluarga seperti ini. Akan tetapi, Pain yang memberi kehidupan mereka sama sekali tidak mengetahui sikap anak-anak yang mereka rawat. Ia selalu berpikir, anak-anak yang berkeliaran malam seperti ini hanyalah untuk bermain tidak jelas layaknya anak muda kebanyakan.

"Kau memang pantas ditindas," ucap Naruto, seenaknya. Ia tersenyum miring, ketika mengingat Itachi yang paling sering mendapatkan teguran dari Pain.

"KAU!" Itachi menggeram sebal.

Naruto Uzumaki.

Dibandingkan yang lainnya, Naruto memiliki umur yang sama dengan Kiba, 18 tahun. Naruto merupakan sosok yang paling nekad di antara mereka. Iapun sosok yang paling misterius. Naruto paling enggan ditanya masa lalunya. Ia terlihat selalu menghindari orang-orang yang ingin tahu siapa dirinya. Dibandingkan yang lainnya, Naruto yang memiliki kemampuan menembak dan daya tarung paling kuat, setelah Itachi, sangatlah kontras dengan sikap Itachi. Selain itu, iapun memiliki hal yang unik di dalam dirinya. Ia tidak memiliki bau khas seorang omega, alfa atau beta. Menurut medis atau uji apapun, Naruto tidak termasuk ketiga kategori apapun. Naruto hanyalah Naruto. Ia bukan omega, alfa, atau beta. Ia hanya sosok yang kuat yang… tidak dapat digolongkan menjadi apapun.

Itachi yang tidak terima dihina tiba-tiba memukul kepala Naruto.

"YAK!" teriak Naruto sembari mengelus kepalanya yang terasa linu.

Itachi terkekeh. "Rasakan!" sinis Itachi.

Ketiga pemuda di hadapan mereka mendesah lelah.

"BAJINGAN!" Naruto yang tidak terima kepalanya dipukul mulai menyerang. "KAU PIKIR, KAU BISA BERTANGGUNG JAWAB JIKA OTAKKU RUSAK?!"

"Otak? Aku kira kau tidak punya otak," Itachi tersenyum mengejek.

"ISH!" Naruto yang terbakar api emosi langsung menerjang Itachi, dengan rambut Itachi sebagai sasarannya.

"AKAN AKU BUNUH KAU, PANTAT KUDA!" ucap Naruto, emosi setengah mati.

"Coba kalau bisa, rubah tengik!" balas Itachi.

Dalam waktu sekejap, kedua pemuda di hadapan mereka pun mulai berkelahi dan yang lainnya sibuk memisahkan.

"NARUTO, ITACHI, HENTIKAN!" teriak Shikamaru yang berfungsi sebagai leader mereka. "Kita bisa ketinggalan perahu, jika kalian bertengkar seperti ini terus."

Naruto dan Itachi sudah mulai jambak-jambakan, tidak peduli teriakan Shikamaru.

"Dasar kuda jelek sialan, rasakan jambakanku!" seru Naruto yang gemas dengan bibir Itachi yang selalu mengeluarkan kata-kata menyebalkan.

"Dasar rubah tengik brengsek, kau pikir tarikan tanganmu itu menyakitkan?!" Itachi memanas-manasi.

"HA! JANGAN BERCANDA!" Itachi memang tidak akan pernah mengalah.

Shikamaru memijat pangkal hidungnya yang terasa nyeri karena teriakan dua temannya. "NARUTO, MULAI BESOK KAU HARUS KULIAH, DAN ITACHI-NII KAUPUN MULAI BEKERJA! JADI KALIAN TIDAK BOLEH TIDUR TERLALU LARUT MALAM!" ucap Shikamaru, ketika Gaara dan Kiba sibuk menatap dua orang gila di hadapan mereka yang masih saja berkelahi.

"Astaga, 'Mommy' Pain pasti membunuh kita," Kiba bergumam, ketika Pain paling tidak suka melihat salah satu dari mereka terluka.

Shikamaru yang merupakan satu-satunya alfa normal di sini mendesah lelah. "Sudahlah. Lakukan sesuka kalian. Aku malas memisahkan," ucapnya, sembari menatap langit malam. "Lagipula, ini bukan lagi larut malam, tetapi sudah dini hari," ucap Shikamaru—pasrah.

Gaara hanya mendengus saat sikap malas dan pasrah Shikamaru datang.

Kiba memandang khawatir dua orang di hadapan mereka.

Ya, Tuhan…

Kapan hidupku bisa tenang?

Batin Shikamaru, seperti seorang kakek-kakek saja.

"AISSSSHHHHHHH!" Shikamaru mulai stress saat melihat Itachi dan Naruto semakin menggila. Mereka mulai baku hantam. "YAK! KALIAN!"

"Huweeeeee… Shikamaru jangan bersuara tinggi seperti itu. Kiba takut," tangis Kiba, ketakutan, membuat Gaara membatu—sweatdrop.

Apa hanya aku saja yang normal?

Gaara menatap datar teman-temannya yang bodoh ini.

.

Begitulah kehidupan lima orang terunik di dunia ini dengan Pain sebagai penyatu mereka. Mereka tidak mau dimasuki ke dalam golongan apapun. Mereka bisa hidup menjadi omega, alfa, tanpa ada kasta. Mereka hidup normal. Mereka berkeluarga. Mereka tidak saling mengucilkan.

Berasal dari keluarga berbeda, dan kehidupan masa lalu yang kelam membuat mereka saling mendukung—saling melengkapi.

Mereka tidak pantas disebut mafia. Mereka tidak pantas ditakuti. Mereka adalah orang-orang hebat yang terlepas dari kehidupan kejam. Mereka adalah—

makhluk terasingkan yang membuat mereka mempertanyakan untuk apa kasta yang selama ini diagung-agungkan itu berada?

End Prologue

Hokeeeeee, Sasuke-nya belum keluar. Di chapter selanjutnya, Sasuke bakal keluar kok. Jadi, sabar aja ya. Iya, iya, ini fanfic baru. Tapi ini fanfic sudah singgah di otak saya lamaaaaa banget dan pingin banget di update huhuhuhu XDb. Oke, yang sabar yang nunggu chapter selanjutnya. Seeyaaa di wow because you are naughty, naughty!, Skenario Dunia Mobil On the wattpad ;)

Masalah sikap karakternya?

Hahaha. Ini baru prologue. Jadi belum terlihat hitam-putihnya mereka :o