Sebelumnya aku cuma mau bilang kalo ff ini remake dari ff ku sendiri dengan judul yang sama^^ versi aslinya KyuSung tapi aku sekarang lagi suka MinYoon xD

from Taylor Swift's song with the same tittle^^

Happy Reading^^

Cause we're young and we're reckless

Karena kita masih muda dan tidak bertanggung jawab

We'll take this way too far

Kita kan membawa ini jauh sekali

It'll leave you breathless

Ini akan membuatmu terkejut

Or with a nasty scar

Atau miliki luka yang menjijikkan...

#MinYoon~

"Yoongi~ hari ini aku tidak usah sekolah saja ya ?" si kecil dengan piyama beruangnya menguap lebar, boneka kelinci kesayangannya ia dekap erat sambil kepalanya di letakkan di atas boneka. Kaki kecilnya ia ayunkan pelan, ini masih terlalu pagi tapi seseorang yang ia panggil Yoongi itu sudah membangunkannya untuk sarapan. Perintahnya mandi dulu baru sarapan, dasar anak kecil, tidak bisa patuh hanya dengan satu perintah sederhana saja.

"Haissshh~ sejak kapan Jungkook-ee ku menjadi seorang pemalas, huh ?" Yoongi meletakkan dua piring nasi goreng buatannya di atas meja makan, mengacak surai hitam Jungkook lalu membetulkan duduk si kecil agar tegak. Yoongi tersenyum, wajah mengantuk Jungkook terlihat sangat lucu bahkan hampir saja wajah manis Jungkook mendarat di atas nasi goreng yang masih mengepul panas.

"Seragamku basah~"

"Aku sudah mengeringkannya."

"Sepatuku jelek~"

"Kau baru membelinya tiga hari yang lalu, Jungkook."

"Holly tidak mau berhenti menggonggong."

"Jungkook !"

"Aku mengantuk, Yoongi~ Biarkan aku tidur dulu ya ? Lagipula nasi gorengnya masih panas, jika sudah dingin bangunkan aku ya, Yoongi ?"

"Kkkkk~" Yoongi hanya terkekeh pelan, ia beranjak ke arah Jungkook, meraih si kecil ke dalam gendongannya.

"Jja ! Daripada kau tidur, lebih baik mandi saja sambil menunggu sarapanmu dingin. Siap ? Kita meluncur kapten !"

"Huaaaaaa~ Yoongiiiiii~" membawa tubuh gempal Jungkook seperti pesawat, Yoongi berlari kencang menuju kamar mandi. Anaknya itu memang nakal tidak suka di bangunkan untuk sekedar mandi pagi. Biasanya jika 'dia' pulang atau sekedar menginap, semua kemauan Jungkook pasti diturutinya termasuk hanya mencuci muka dan gosok gigi saja ketika di pagi hari. Bertolak belakang dengan ajaran Yoongi selama ini. Tapi mau bagaimana lagi ? Jungkook itu perpaduan 'dia' dan Yoongi sendiri.

"Yoongi~ airnya dingin, aku tidak mau mandi."

"Kau harus mandi Jungkook, atau aku tidak akan menganggapmu anak ku lagi."

"Jangan Yoongi~ nanti aku kelaparan, nanti aku tinggal dimana ? nanti siapa yang mau membelikan aku banyak mainan dan es krim ? nanti siapa yang mau mengantarku ke sekolah dan bertemu Taehyung ? Aku tidak mau Yoongi, aku tidak mauuuu~"

Jungkook mulai menangis, tidak kencang tapi cukup membuat kedua bola matanya memerah. Yoongi tidak bisa menahan tawanya lagi.

"Buahahaha~ aku hanya bercanda Jungkook. Tapi aku benar-benar akan melakukannya jika kau tidak mau mandi pagi lagi."

"Aku janji Yoongi~"

"Anak pintar."

.

.

.

Ting~

"Yoongi itu pasti Jimin. Ayo buka Yoongi, buka pintunya !"

Acara memandikan Jungkook sudah selesai, bocah 6 tahun itu menurut juga meski kadang berteriak dingin sambil mencipratkan air ke arah Yoongi. Jungkook sudah memakai pakaian sekolahnya, ia akan berangkat bersama Yoongi pagi ini. 'Ibu' biologisnya itu ada kuliah pagi, itu sebabnya Yoongi memasak sarapan, jika hari biasa ia dan Jungkook menumpang sarapan di rumah Jimin.

"Ck~ kenapa dia kesini ?"

"Jimin pasti mau menjemputku Yoongi, ayolah buka pintunya !"

"Iya. Kau ini seperti sudah setahun tidak bertemu dengannya saja."

Malas juga. Tapi Yoongi menurut, meninggalkan sarapannya lalu berjalan ke arah pintu. Bukan hanya Jungkook, sebenarnya ia juga cukup merindukan Jimin. Akhir-akhir ini Jimin sibuk mengurus bisnisnya. Ya... Yoongi mengerti.

Cklek~

Yoongi mengernyit. Mengamati penampilan Jimin dari ujung rambut sampai ujung kaki, pandangannya kemudian beralih pada koper besar yang di bawa namja tampan di depannya.

"Selamat pagi, Yoongiiii~ !"

"Jimiiiiinnnnn~ itu kau ?" teriakan Jungkook menarik kedua ujung bibir Jimin untuk tersenyum lebar, suara khas anaknya amat ia rindukan.

"Hahaha~ aku pulang Jungkook-ee !"

Tidak perlu Yoongi suruh, Jimin masuk dengan sendirinya, lagipula Jimin bukan tamu disini. Lalu Jimin siapa ?

Ayah biologis Jungkook tentu saja. Siapa lagi ?

Baiklah~ ini memang sedikit sulit untuk dijelaskan dan dimengerti atau mungkin memang tidak bisa dimengerti sama sekali. Terlalu ajaib.

Lagipula baik Jimin maupun Yoongi tidak begitu ambil pusing tentang keluarga kecil mereka, jika memang kasus ini bisa dikatakan keluarga.

Mereka dulunya adalah teman baik, cukup akrab dan gila. Teman satu kelas sekaligus teman dalam hal apapun. Sebagai teman hubungan mereka terlalu jauh sebenarnya. Mana ada teman yang saling berbagi kehangatan di belakang pasangannya masing-masing. Memang sih sesama teman di haruskan berbagi apapun itu demi pertemanan yang tetap akur dan rukun. Tapi ini berbeda, terlalu intim dan tidak ada batasan.

Hingga entah bagaimana caranya Yoongi bisa hamil ketika mereka masih duduk di bangku sekolah. Fakta yang tidak pernah bisa Yoongi terima selama hidupnya. Menjadi seorang 'ibu' dalam hubungan sesama jenis. Aneh dan sinting.

Baik Jimin maupun Yoongi tidak merasa terkejut ataupun panik, mereka menyikapi kehamilan Yoongi dengan santai sesantai-santainya. Hanya saja Yoongi harus mengalah, putus dengan pacarnya lalu pergi ke Jepang selama empat tahun. Ia menunda sekolahnya. Lalu melanjutkannya kembali setelah Jungkook lahir. Itu sebabnya saat ini ia masih duduk di bangku kuliah sementara Jimin sudah menjadi seorang pembisnis padahal usia mereka sama.

Yoongi tidak begitu perduli toh Jimin yang menjabat sebagai kepala keluarga, bukan ?

Sebenarnya dulu Jimin mencegah Yoongi untuk kembali ke Seoul, niatnya ingin tinggal di Jepang saja. Membeli rumah baru dan membuka cabang usaha baru juga disana, namun Yoongi menolak dengan alasan meski keduanya tidak menikah tapi Jungkook harus tau kakek dan neneknya, maksudku Yoongi ingin Jungkook lebih dekat dengan kedua orang tua Jimin dan Yoongi.

Orang tua mereka tentu saja tau perihal hubungan Jimin dan Yoongi. Mereka tidak marah sama sekali. Tidak juga menuntut kedua anak mereka untuk menikah saat itu. Semua keputusan diserahkan pada kedua anak mereka. Hanya ingin Jimin dan Yoongi bahagia dengan jalan yang dipilih kedua anaknya.

Tidak masalah Jimin yang kini sudah memiliki tunangan dan Yoongi yang kini sudah memiliki kekasih, mereka tetap menganggap Jungkook cucunya. Tapi mereka juga tidak menolak jika akhirnya Jimin dan Yoongi mau menikah, itulah yang mereka inginkan selama ini, kurasa.

Tapi sampai sekarang Jimin maupun Yoongi tidak ingin memikirkan perkara menikah, cukup membahagiakan Jungkook saja, itu yang menjadi fokus mereka saat ini. Jungkook juga untungnya mengerti atau memang jalan pikiran seorang anak kecil seperti itu ?

Awalnya cukup sulit untuk menjelaskan semuanya pada Jungkook, sempat ingin menyembunyikan fakta dari Jungkook saja. Tapi cepat atau lambat Jungkook pasti akan tau, daripada menunggu nanti lebih baik dijelaskan sekarang saja, bukan ?

Bahkan Yoongi menjelaskan semuanya ketika Jungkook masih berumur tiga tahun. Itu sebabnya Jungkook tidak pernah memanggil Jimin dan Yoongi dengan sebutan 'Appa dan Eomma', Yoongi yang menyuruhnya.

"Jimiiiinnn~ aku merindukanmu !" Jungkook turun dengan susah payah dan langsung menerjang Jimin.

"Ugh~ aku juga merindukanmu, Jungkook-ee !" Jimin balas memeluk anaknya erat, meraih Jungkook ke dalam gendongannya lalu menyerang wajah Jungkook dengan ciuman.

Si bocah terkikik geli sambil balas mencium kedua pipi Jimin. Yoongi hanya tersenyum. Hatinya menghangat, sudah lama Jimin tidak pernah datang kemari. Namja tampan itu sibuk dengan bisnis barunya di China, lihat saja koper besar yang dibawanya, Jimin langsung menuju kemari dari bandara, mungkin.

"Kau tidak pulang ke rumahmu dulu, Jim ?"

"Aku lebih merindukan kalian daripada kedua orang tuaku, terutama kau, anakku yang manis. Chu~" Jimin kembali mencium pipi gembul Jungkook, wangi Jugkook dan wangi Yoongi itu sama. Selalu membuatnya nyaman dan melenyapkan semua rasa lelahnya. Alasan lain Jimin yang memilih pulang ke apartemen Yoongi.

"Kau sudah makan ? Ingin kubuatkan sesuatu ?"

"Tidak usah, aku membutuhkan yang lain nanti malam."

"Dasar mesum." Yoongi tau maksud dari ucapan Jimin mengarah kemana, selalu seperti itu. Meski tunangannya lebih cantik tapi Jimin lebih memilih Yoongi sebagai partnernya di ranjang.

"Jimin, kau akan mengantarku ke sekolah kan ? Hari ini Yoongi juga sekolah."

Jungkook masih betah memeluk erat leher Jimin, menghiraukan keadaan ayahnya itu yang lengket dan bau. Tidak menurunkan kadar ketampanan Jimin sebenarnya hanya sedikit tidak enak dilihat saja. Berantakan.

"Jimin butuh istirahat, Jungkook. Dia baru pulang, nanti siang saja dia yang menjemputmu ya ?" Yoongi mengambil Jungkook dari gendongan Jimin, ia tau 'temannya' itu sangat lelah.

Si bocah yang kini di gendong Yoongi memukul dada 'ibunya' sambil mempout lucu. Anak itu rindu Jiminnya, akhir-akhir ini Jimin tidak pernah mengantarnya ke sekolah lagi.

"Hueeeee~ Yoongi jahat, Jimin ! Aku tidak mau sekolah jika Jimin tidak mengantarku !"

"Jungkook !"

"Gwaenchana. Istirahatnya nanti saja setelah mengantar Jungkook. Dia hanya merindukanku, Yoongi. Tidak masalah."

"Kyaaaaaaa~ aku mencintaimu, Jimin. Chu~" Jungkook berontak dari gendongan Yoongi, mendekatkan wajahnya ke arah Jimin. Mau tak mau membuat tubuh Yoongi dan Jimin mendekat juga, nyaris tidak ada jarak.

"Jadi, kau hanya mencintai Jimin dan aku tidak ? Jahat sekali, padahal selama ini aku yang merawatmu." Yoongi pura-pura merajuk, sama seperti Jungkook, terlihat lucu dimata Jimin dengan bibir yang mengerucut.

"Heheh~ aku juga mencintaimu, Yoongi. Aku sangat mencintai kalian berdua."

Jungkook memeluk leher Jimin dan Yoongi dengan kedua tangan mungilnya. Kedua orang tua bocah itu tersenyum. Memiliki Jungkook tidak pernah mereka bayangkan akan sebahagia ini. Jimin meraih pinggang Yoongi lalu memeluk keduanya dan mencium pipi Jungkook.

"Kami juga mencintaimu, Jungkook-ee !"

Nice to meet you

Senang sekali bertemu denganmu

Where you been?

Dari mana saja kau?

I could show you incredible things

Aku bisa menunjukkanmu banyak hal menakjubkan

Magic, madness, heaven, sins

Sihir, kegilaan, surga, dosa

Saw you there and I thought oh my god

Saat kulihat kau di sana dan kupikir ya tuhan

Look at that face, you look like my next mistake

Lihatlah wajah itu, kau terlihat seperti kesalahanku berikutnya

Love's a game, wanna play?

Cinta itu sebuah permainan, mau bermain?

.

.

.

.

"Jimin, kau tidak membawa oleh-oleh untukku ?" Jungkook duduk di pangkuan Yoongi, tangannya tidak bisa diam, memainkan apapun yang ada di depannya. Mengetuk kaca mobil, memecet tombol-tombol music, meraih gantungan kumamon di spion depan, kadang menusuk-nusuk pipi Jimin seperti sekarang. Mulut kecilnya juga sama, tidak mau diam. Terus menceritakan tentang teman-teman sekolahnya pada Jimin, termasuk bercerita soal Hoseok, ahjussi hyperactive yang tidak mau ia akui sebagai kekasih Yoongi.

Jimin sendiri bersikap sebagai pendengar yang baik, kadang ia bertanya sesuatu pada Jungkook yang Jungkook sendiri tidak bisa menjawabnya. Gaya bicara Jungkook masih belum begitu sempurna, maksudku kadang Jungkook berbicara sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti, membuat Jimin dan Yoongi bingung sendiri. Kalimat yang Jungkook ucapkan kadang terbalik dan terbelit.

Tapi justru itu yang membuat Jungkook jutaan kali lebih lucu dari anak manapun di dunia ini.

"Memangnya kau ingin oleh-oleh apa dari ku, hmmm ?" mencubit pipi Jungkook, Jimin terlihat gemas dengan tingkah anak laki-lakinya itu.

"Masker."

"Huh ? Jimin jauh-jauh pergi ke China dan kau hanya ingin benda itu, Jungkook-ee ? Tidak perlu beli di China, aku bisa membelikanmu banyak." Yoongi ikut mengeluarkan suaranya, jika tadi ia hanya diam sambil mencegah tangan Jungkook yang kemana-mana, sekarang di buat bingung dengan ucapan anaknya. Masker ? Untuk apa ?

"Ck~ aku ingin masker dari China, Yoongi. Seperti di film vampire China, mereka menggunakan itu untuk menghentikan vampire, kan ? Aku mau memakaikannya untuk Holly, kau tau Jimin dia sangat berisik ? Tidak pernah berhenti menggonggong bahkan saat aku mau menidurkan Bunny."

"Yak ! Itu bukan masker, Jungkook ! Holly tidak berisik, jangan pernah berani menyentuhnya, awas saja !"

"Lihat, lihat, Jimin ! Yesung lebih mencintai Holly daripada aku, hiks~"

"Haha~"

Jungkook meronta di pangkuan Yoongi, ingin duduk di pangkuan Jimin saja. Tapi Yoongi memeluk perutnya lebih kuat sambil terus berteriak dengan Jungkook yang terus menangis. Jimin diam saja, menyukai suasana seperti ini malah. Yoongi dan Jungkook sumber kebahagiaannya entah sampai kapan.

Sekedar informasi saja, Holly itu anjing peliharaan Yoongi yang di belikan Jimin ketika pemuda Park itu berkunjung ke Jepang dulu. Saat Yoongi tengah mengandung Jungkook, katanya Yoongi tidak boleh kesepian karena Jimin harus sekolah, tidak bisa menemani Yoongi terus-terusan di Jepang.

Jungkook bukan benci pada Holly hanya sedikit iri saja tentang bagaimana perhatian Yoongi pada Holly. Yoongi itu bukankah 'ibunya' bukan ibu Holly ? Jadi Yoongi hanya boleh merawat Jungkook saja, tidak dengan Holly. Jungkook bersikeras membujuk Jimin untuk mencarikan ibu bagi Holly dengan menakut-nakuti Jimin, "Memangnya kau mau Yoongi pergi meninggalkan kita lalu hidup dengan Holly ? Kita tidak akan bertemu Yoongi lagi, Jimin. Aku tidak mau." begitu katanya.

Jimin sih mengiyakan saja, Jungkook hanya seorang anak kecil. Permintaannya pasti aneh dan tidak masuk akal. Daripada dia menangis jadi iyakan saja.

Dan Bunny adalah boneka kelinci Jungkook, itu juga sama di belikan Jimin ketika ulang tahunnya yang kesatu. Sudah sedikit lusuh sebenarnya, tapi itu hadiah dari Jimin, Jungkook sangat menyukainya. Mau selusuh apapun tetap saja Bunny mendapat perlakuan istimewa dari Jungkook. Bahan perbandingan Yoongi dan Jungkook juga sebenarnya antara Bunny dan Holly. Anak dan ibu sama saja.

"Hueeeee~ Jimiiiinnnn, Yoongi jahat, hiks..."

"Ini karena kau terlalu memanjakannya, Jimin !"

"Cup~ cup~ cup~ jagoanku tidak boleh menangis ! Kau tenang saja, Jungkook-ee aku akan menghukum Yoongi untukmu nanti malam."

Pletak~

"Assshhhhh~"

"Benarkah ? Kau akan menghukum Yoongi ? Yeaaayyyy~ rasakan itu ibu Holly !"

"YAK ! Tidak sopan ! Ayah dan anak sama saja. Aku mengutuk kalian !"

"Jimiiinnnn~ Yoongi menyeramkan !"

.

.

.

"Jja ! Jagoan kecil ku, belajar dengan rajin dan jangan nakal, okay ?"

"Bukan aku yang nakal tapi Yoongi, kemarin dia bolos hanya untuk pergi bersama Hoseok ahjussi dan tidak menjemputku." bocah itu seperti memiliki dendam tersendiri pada Yoongi, bukan dendam sebenarnya ia hanya tidak suka siapapun itu merebut perhatian Yoonginya. Yoongi itu milik dia dan juga Jimin. Jungkook juga tidak menyukai Jisoo, tunangan Jimin yang tidak jauh lebih cantik dari Yoongi, menurut Jungkook begitu. Yoongi dan Jimin itu miliknya bukan milik orang lain. Bahkan kakek dan neneknya tidak termasuk pengecualian. Jungkook sangat mencintai kedua orang tuanya lebih dari apapun.

"Jungkook ! Kenapa kau sering menjatuhkan ku di depan Jimin ? Bagaimana jika Jimin membenciku lalu pergi meninggalkan aku dan juga kau, kau mau seperti itu, huh ?" Yoongi balas berteriak lantang, mereka menjadi fokus pembicaraan orang tua murid lain yang mengantar anaknya. Jimin tersenyum kikuk ke arah orang-orang yang terus menatap mereka.

"Jimin orang baik, dia tidak akan melakukannya. Iya kan Jimin ? Kau tidak akan meninggalkan kami, kan ?" meraih ujung kemeja Jimin, mata Jungkook mulai berkaca-kaca, ia selalu sensitif tentang apapun itu yang ada kaitannya dengan perpisahan. Ia tidak akan pernah mau.

"Hey~ jangan menangis ! Tentu saja aku tidak akan meninggalkan kalian, aku saaangat sangat sangat sangat menyayangi kalian."

Jimin memeluk keduanya begitu erat. Ia tidak pernah bosan memeluk tubuh Yoongi dan Jungkook. Nyaman. Hatinya, semuanya.

"Kau tidak ingin aku jemput ?" mereka berada di kampus Yoongi sekarang. Jungkook sudah aman berada di sekolahnya.

"Tidak usah, kau jemput Jungkook saja ! Terserah kau mau membawanya pulang kemana." Yoongi menggeleng lalu tersenyum lembut.

"Hhh~ baiklah. Aku akan menginap di apartemenmu, aku akan membawa Jungkook pulang terlambat harus menemui Jisoo dulu."

"Terserah kau. Tidak menginap juga tidak apa-apa, asal kembalikan Jungkook padaku, Park. Ingat itu !" Yoongi berubah ketus, hendak pergi dari hadapan Jimin tapi namja Park itu mencegah lengannya, menariknya dalam satu tarikan.

Chuu~

Bibir mereka bertemu. Jimin menyapukan lidahnya dengan lembut. Rasanya selalu saja manis. Harapanku kisah mereka juga akan sama manisnya nanti, tidak terus mengekang hubungan mereka atas dasar pertemanan. Konyol~

I could show you incredible things

Aku bisa menunjukkanmu hal-hal menakjubkan

Stolen kisses, pretty lies

Ciuman kejutan, dusta menyenangkan

You're the king baby I'm your queen

Kaulah rajanya sayang aku ratumu

Find out what you want

Temukanlah apa yang kau inginkan

.

.

.

"Jadi, kau sekarang bersama Hoseok?" Jimin mengusap bibir Yoongi, membersihkan saliva bekas ciuman mereka tadi. Yoongi bingung, tidak tau harus manjawab apa. Hoseok memang baik, tapi ia bukan gay. Dulunya, sebelum ia berteman dan tersangkut kisah rumit bersama Jimin. Yoongi sebenarnya sama seperti Jimin, masih mempunyai sedikit rasa pada perempuan. Sedikit. Mantan pacarnya dulu terlalu membuatnya sakit.

"Entahlah~ Hoseok orang yang baik." cukup lirih dan tidak yakin juga itu jawaban yang ingin Jimin dengar. Yoongi tidak perduli, toh Jimin hanya 'teman'nya bukan ?

Terkadang jika mengingat fakta itu membuat dada Yoongi berdenyut nyeri, entah harus di sebut apa namanya perasaan semacam itu.

"Kkkkk~ kau jadi gay karena aku ?"

"Ck~ pergilah, Park ! Aku sudah terlambat." Yoongi berbalik, ia tidak sepenuhnya berbohong tentang ia yang terlambat, menghindar juga sebenarnya, karena Yoongi tidak mengerti dengan permainan hatinya sendiri.

"Telepon aku di jam istirahat, okay ?" mengacak surai halus Yoongi, Jimin mencium kening namja manisnya itu cukup lama. Dia benar-benar pergi setelahnya.

"Hhh~ mungkin aku menyukaimu, Jimin."

.

.

.

"Jimiiiiiinnnnnn~" Jungkook berlari ke arah Jimin begitu melihat ayahnya sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya. Ia senang hari ini Jimin mau menjemputnya, tapi dimana Yoongi ?

Biasanya Jimin akan menjemput bersama Yoongi, tapi ayahnya itu sekarang hanya sendiri ?

Grep~

"Hey~ kau bertambah berat dari tadi pagi. Apa yang kau makan hari ini di sekolah, huh ?" Jimin mencium hidung Jungkook dalam gendongannya. Si bocah terkikik geli, memeluk leher Jimin lebih erat dan mencium bau ayahnya. Jungkook sangat suka bau Jimin, jika besar nanti ia ingin memiliki bau yang sama seperti Jimin. Jungkook menyebutnya bau orang dewasa. Bau Yoongi juga sangat manis, Jungkook suka. Tapi Jungkook tidak mau memiliki bau seperti Yoongi, karena terkadang bau Yoongi seperti bau Holly.

"Jimin, dimana Yoongi ? Apa dia masih sekolah ?"

"Dia sibuk."

"Dia tidak sibuk, Jimin. Dia pasti pergi bersama Hoseok, ugh~ menyebalkan. Jimin, kau juga harus sekolah bersama Yoongi , aku tidak mau Yoongi bersama Hoseok terus." Jungkook mengerucutkan bibir kecilnya tanda jika ia benar-benar tidak suka dengan seseorang yang ia anggap kekasih Yoongi. Ia tidak suka siapapun itu yang merebut perhatian Yoongi darinya.

"Kkkkk~ iya iya nanti aku akan sekolah bersama Yoongi."

"Eh~ Jimin, kau dengan siapa ?"

Jungkook baru menyadari kehadiran seseorang yang sejak tadi mungkin sudah berada di dalam mobil Jimin. Seorang wanita cantik yang seperti Jungkook kenal.

Jimin hanya tersenyum lalu mengisyaratkan wanita itu untuk turun. Setelah tau dia siapa, Jungkook hanya mencibir lalu membuang wajahnya ke arah lain.

"Hello, Jungkook !" wanita itu tersenyum ramah, hendak menyentuh pipi chubby si bocah tapi Jungkook menghindar dengan menenggelamkan wajahnya di leher Jimin.

"Hey~ Jisoo noona menyapamu, Jungkook."

"Jimin, antarkan aku pulang !"

Jimin mengerti, Jungkook tidak pernah suka padanya. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja jika ingin memiliki Jimin maka anaknya pun harus bisa ia miliki juga. Jisoo tidak tau siapa ibu kandung Jungkook, Jimin seolah menutup rapat rahasia itu, ia hanya tau Jungkook anak dari seseorang yang bernama Yoongi, itu pun karena si kecil yang selalu membanding-bandingkannya dengan Yoongi setiap kali Jimin mengajak ia bertemu dengan Jungkook.

"Eh ? Sayang sekali tadinya aku mau membelikanmu mainan baru, mentraktirmu es krim, pergi ke game center lalu membeli baju untuk kau dan juga Yoongi, ya sudah aku pergi dengan anak tetangga kita saja."

"Jangan Jimin, hiks~ jangan pergi dengan siapapun ! Kau jahat~ kau mau mengganti anakmu dengan orang lain ?"

"Tadinya sih begitu, kkkkk~"

"Jangaannnn, hueee~"

"Aku hanya bercanda. Jja ! mau pergi bersamaku ?"

"Hmm~"

"Anak pintar."

.

.

Jungkook ikut juga, tadinya melihat wajah Jisoo saja sudah membuat moodnya lebih buruk dari ketika Yoongi terus mengajak bicara Holly dan mengacuhkannya.

Rayuan Jimin berhasil mematahkan semua pikiran itu. Jungkook terlalu mencintai es krim, jangan anggap Jisoo ada saja. Anggap ia hanya pergi berdua bersama Jimin, ayahnya. Itu terdengar kejam tapi nyaman untuk Jungkook.

"Jimin, gendong aku !" tadi mereka makan dulu di restoran Jepang favorit Jungkook, si kecil sangat menyukai masakan Jepang, negara tempat ia dilahirkan, pernah tinggal juga disana meski memori yang ia ingat tidak cukup banyak, hanya makanan dan Akibahara yang ia ingat. Kota para Otaku.

Selama perjalanan sampai mereka makan tadi, Jungkook tidak mengijinkan Jimin berbicara dengan Jisoo meski satu kata saja. Biar saja mulutnya harus lelah karena terus-terusan berbicara, asal Jimin terus memperhatikannya bukan Jisoo.

Lalu sekarang Jungkook bilang ia ingin membeli beberapa action figure dari anime favoritnya, tapi ia tidak mau berjalan sendiri, masalahnya ia tidak mau tangannya di gandeng Jisoo, ia juga tidak mau tangan Jimin di gandeng Jisoo.

Ia ingin di gendong Jimin saja ala koala, biar kedua tangan Jimin memeluk tubuh kecilnya.

"Mau aku gendong ?" Jisoo menawarkan dirinya, sejak tadi ia sebenarnya cukup kesal dengan tingkah Jungkook, tapi ia mengerti juga, wajar saja anak kecil memang tidak pernah berbohong tentang apa yang dirasakan, jika suka ya suka jika benci ya benci.

"Tidak mau. Aku mau di gendong Jimin."

"Haissshhhh~ jagoan kecilku manja sekali, huh ? Anak nakal, jangan berbicara dengan nada seperti itu, Jisoo noona hanya ingin berteman denganmu."

"Aku sudah punya Taehyung, tidak butuh teman lagi."

Jimin tidak pernah bisa melawan Jungkook, ia berbeda. Jika Yoongi mungkin dia akan membentak Jungkook atau menjitak kepala anaknya, meski tidak keras. Tapi Jimin tidak bisa seperti Yoongi. Lebih suka mengalah dan menuruti kemauan Jungkook.

Mau Jungkook, Jimin hanya boleh dekat dengan Yoongi saja, tidak dengan wanita atau laki-laki lain begitu pula sebaliknya. Tapi Jimin sendiri belum bisa menuruti permintaan Jungkook yang satu itu. Hatinya masih terus bertanya. Mencari jawaban bodoh yang tidak pernah ia temukan sampai sekarang.

.

.

.

Cklek~

Yoongi menoleh ke arah pintu, ia baru saja selesai mandi dan rebahan di sofa. Mendekati ujian akhir membuatnya sedikit sibuk sekarang. Cukup melelahkan juga, kenapa ia tidak pernah berhenti dengan yang namanya belajar ?

Sungguh Yoongi sudah sangat bosan dengan semua itu, dulu dia harus kembali memulai masa sekolahnya dan sekarang ia juga masih berkutat dengan kuliahnya, malu juga dengan teman seangkatannya dulu yang sudah sukses seperti Jimin.

Hhh~ mengenai Jimin, si brengsek itu yang membuatnya seperti ini. Dan iblis itu pula yang membawa Jungkook pulang terlambat, harusnya Jungkook sudah tidur mengingat besok masih hari sekolahnya.

"Yoongiiiiiii~" Jungkook turun dari gendongan Jimin dan berhambur ke pelukan Yoongi. Syukurlah Jungkook sudah mandi dan mengganti seragam sekolahnya dengan piyama, Jimin pasti membawanya pulang ke rumah kelurga Park terlebih dahulu, ngomong-ngomong sudah lama juga ia dan Jungkook tidak pernah datang kesana.

"Jimin, ku bilang tidak masalah Jungkook akan di bawa pulang kemana, tidak usah di bawa kemari juga tidak apa-apa, ini sudah waktunya Jungkook tidur."

"Aku yang memaksa untuk pulang, aku tidak mau menginap di rumah wanita itu, Yoongi."

"Wanita ?"

"Iya. Jimin membawaku ke rumah Jisoo, rumahnya lebih besar dari apartemen kita, tapi disana tidak ada kau, tidak ada Bunny dan untuk pertama kalinya aku rindu gonggongan Holly. Aku tidak mau disana, Yoongi. Aku takut Holly menculikmu, hiks~"

Jadi, Jimin pulang ke rumah Jisoo ? Yoongi kira ke rumah kakek dan neneknya Jungkook.

"Haissshh~ kau berlebihan Jungkook, ayo kau harus tidur sekarang !"

"Ayo, Jimin ! Kita tidur di kamarku, ya ? Aku, kau, Yoongi dan Bunny."

Jungkook menggandeng tangan kedua orang tuanya, menuntun mereka untuk tidur bersamanya, ia sudah sangat mengantuk sejak tadi.

"Yoongi ?"

"Hmm ?"

"Katakan kau tidak akan pergi bersama Hoseok lagi !"

"Eh ?"

"Ayo~ katakan !"

"Kenapa aku harus mengatakannya ?" Jungkook mengubah posisi tidurnya menghadap Yoongi sekarang, mata kecilnya ia paksa untuk melotot, bibirnya mengerucut tanda jika ia sedang kesal atau marah, ceritanya menakuti Yoongi.

"Yoongi~ cepat katakan ! Aku mengantuk !"

"Tidur saja, jangan banyak bicara !"

"Tidak mau."

"Ck~" Yoongi membalikkan badannya memunggungi Jungkook. Kenapa juga bocah itu menyuruhnya mengatakan hal yang aneh. Kalimatnya sederhana sih, tapi masalahnya ini tentang hati.

"Hiks~ Jimin, Yoongi jahat."

"Kkkk~ dia tidak jahat, hanya lelah saja. Butuh tidur kau juga, ayo tutup matamu !"

"Jimin ?"

"Hmm ?"

"Ayo katakan kau tidak akan pernah pergi bersama Jisoo lagi dan akan selalu bersama aku dan Yoongi !"

Deg~

"Jungkook ! Cepat tidur !" Yoongi memutar tubuhnya menghadap Jungkok kembali, matanya tidak sengaja menatap kedua mata Jimin yang juga menatapnya. Pipimya tiba-tiba memanas, mereka sering tidur bersama dengan Jungkook di antara keduanya, tapi kenapa baru sekarang pipinya terasa memanas ?

"Aku tidak akan pernah pergi bersama Jisoo lagi dan akan selalu bersama kalian, kau puas ?" Jimin mencium pipi Jungkook sambil tangannya mengelus lengan Yoongi halus. Ia tersenyum ke arah Yoongi lalu mendekap keduanya.

Tadi itu apa ? Pernyataan cinta dari Jimin untuknya ? Tidak. Bukan seperti itu. Jimin hanya tidak ingin Jungkook menangis, atau katakanlah Jimin setengah sadar.

Anggap saja sebuah dongeng sederhana sebelum tidur. Dongeng yang tidak begitu manis tapi cukup membuat hatinya tersenyum.

"Hoaammm~ aku mencintaimu Jimin, aku mencintaimu Yoongi."

Dasar anak kecil~

tbc?!

Yosh~ segini dulu^^ kalo kalian mau lanjut, nanti aku lanjut lagi tapi kalo nggak ya gpp emang aku gak pernah bikin ff aku kelar semuanya -,- #duaaagggghh~