["Hei Kyungsoo, selamat ya karena film barumu sukses besar."] - Suho

["Kyungsoo-ya, aku sudah lihat film Hyung-mu lho. Astaga, begitu keluar bioskop mataku benar-benar bengkak!"] - Chanyeol

["Acting-mu makin lama makin bagus, Hyung. Aku benar-benar bangga padamu!"] - Kai

["Cie, yang filmnya laku keras. Jangan lupa traktirannya lho, Hyung."] - Sehun

Kyungsoo membaca satu persatu sms yang masuk ke hp-nya. Rata-rata mengucapkan selamat karena filmnya yang lagi-lagi membuatnya terlihat miris, ia buta (kalau kalian mau tahu), berhasil masuk box office. Ingatkan Kyungsoo untuk mentraktir para member EXO yang lain.

Sampai ia berada di sms terakhir yang belum ia buka, itu artinya sms pertama yang masuk ke hp-nya, dan ia terpaku begitu membukanya.

"Soo, bagaimana kabarmu? Aku sudah menonton film barumu. Kau benar-benar hebat, Baby. Aku bangga padamu. And I miss you…"

Tanpa bisa dicengah, smartphone-nya lepas dari genggaman sang pemuda bermarga Do itu.

Dan terdengar isakan setelah itu.

EXO milik SM Entertainment

Kris x Kyungsoo

Romance, Drama, Friendship

.

.

.

.

.

Don't Worry My Dear

.

.

.

.

.

My Annoying Brother rupanya menjadi salah satu film yang mengantarkan Korea sebagai salah satu Negara yang mengirimkan filmnya ke festival film di Amerika. Dan Kyungsoo menjadi salah satu perwakilan pemeran yang berangkat kesana untuk menghadiri acara tersebut. Bersama Hyungnya di film, Jo Jung Suk, tak lupa sutradara dan sang penulis naskah, mereka berangkat ke Amerika menghadiri undangan.

Saat itu rupanya tengah musim dingin. Lewat kaca jendela, Kyungsoo dengan tenang memandang kearah luar yang hampir seluruhnya tertutup salju. Terlihat beberapa mobil mogok akibat salju yang menggunung, dan yah, hotel tempatnya menginap pun tak luput dari terpaan salju.

Untungnya, hotel yang panitia sediakan adalah hotel bintang 5. Dan tentu saja, Kyungsoo tak kecewa dengan pelayanan yang hotel ini sediakan.

Acara dimulai keesokan harinya pada malam hari. Cuaca tentu jadi makin dingin. Tapi karena ini acara formal, mau tak mau Kyungsoo harus memakai setelan yang tentu saja tak terlalu mampu menghalau dinginnya cuaca pada musim ini.

"Kau kedinginan ya, Kyungsoo-ya?" Jung Suk yang duduk di sampingnya menyadari tingkah juniornya itu.

"Lumayan, hyung. Cuaca sedingin ini kenapa masih menyalakan AC sih?" Kyungsoo merengut kesal.

Jung Suk tertawa menanggapi dan dengan gemas mencubit pipi mungil lawan mainnya itu.

"Kondisikan ekspresimu, Kyungsoo-ya. Lihat, para gadis banyak yang mencuri pandang tuh."

Dan ketika Kyungsoo menoleh, bukan para gadis yang ia dapatkan, tapi para artis senior yang umurnya lebih dari 40-an melirik genit kearahnya.

"Hyung!" pekik Kyungsoo sebal. Kalau sudah begini, ia suka lupa bagaimana bersikap di depan senior.

Lagipula seniornya satu ini juga tak mempermasalahkan. Bahkan kini tawanya makin kencang karena berhasil mengerjai Kyungsoo.


Hampir 2 jam-an duduk, rupanya hasrat panggilan alam tak bisa Kyungsoo tahan lagi. Setelah izin pada rekan-rekan semejanya, ia berjalan menuju toilet yang ada di belakang. Setelah mencuci tangan dan sedikit memperbaiki pakaiannya yang agak berantakan, Kyungsoo pun keluar dari toilet.

"Hai."

Tampak sosok yang sudah lama tak ia temui ini, berdiri menjulang di hadapannya.

"H-Hai." Kyungsoo tampak enggan membalas.

"Bagaimana kabarmu, Soo?" sosok itu tersenyum lembut kearah Kyungsoo.

Kyungsoo berjengit begitu mendengar panggilan itu. Panggilan yang sudah lama tak ia dengar secara langsung, dari satu-satunya orang yang memanggilnya begitu.

Orang yang saat ini berada di hadapannya.

"Baik, kurasa. Bagaimana denganmu… Kris?"

"K-Kris?" pria dihadapannya tercekat.

"J-Jelaskan. Mengapa kau memanggilku Kris?" wajah Kris agak panik setelah Kyungsoo memanggilnya dengan panggilan public-nya.

"Apa maksudmu? Bukankah namamu memang Kris?" Kyungsoo mendongak dan menatap datar sang pemuda blonde itu.

"Nama asliku, Soo."

"Soo? Berhenti memanggilku dengan panggilan itu, Kris. Dan… Maksudmu kau ingin aku memanggilmu Yifan? Ingatkan aku bahwa kita tidak akrab." Kyungsoo menatap tajam laki-laki berambut pirang di depannya.

"Jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, saya permisi." sedikit menunduk untuk berlaku sopan, Kyungsoo berlalu.

Tapi rupanya sang namja blasteran itu tak melepaskan Kyungsoo begitu saja. Ia menarik lengan Kyungsoo.

"Lepaskan!" pekik Kyungsoo.

"Ikut aku." tampak muka Kris menggelap. Kyungsoo melihat tatapan itu.

Marah, terluka, sedih, dan segala ekspresi yang Kyungsoo tak ingin sebutkan satu persatu.

"L-Lepaskan aku!" teriak Kyungsoo parau. Wajah Kyungsoo memerah dan ia menatap Kris marah.

Tak ayal teriakan dari sang pemuda mungil membuat beberapa orang menoleh kearah mereka.

"JANGAN IKUT CAMPUR." Kris menatap mereka yang mencoba mendekat untuk melerai dengan tatapan tajamnya.

"DAN JANGAN MEMAKSAKU."

Sekali hentakan Kyungsoo akhirnya melepaskan cengkraman Kris, dan kembali ke mejanya.

Terlihat dari tempat Kris berada, badan Kyungsoo bergetar dan wajahnya terlihat menahan tangis. Tampak Jung Suk, dan rekannya yang lain mencoba menenangkan sang pemuda.

'Kenapa kau terus-terusan menolakku, Soo?'

Sang manager yang berada di dekatnya setelah menenangkan Kris, hanya bisa diam melihat ekspresi Kris yang menyendu.


Insiden yang menimpa keduanya, rupanya sampai ke internet yang tentu saja membuat para netizen heboh. Bahkan kejadian itu menjadi trending topic dunia selama beberapa hari.

"Kyungsoo, kau bertemu Kris disana?"

"Kyungsoo-ya, mungkin dia memang mantan anggota kita. Tapi bukan berarti kita tidak bisa tetap menjalin pertemanan kan?" Suho mencoba menasehati. Terlihat beberapa member EXO berkumpul di ruang tv dorm mereka.

"Kenapa kau membentaknya seperti itu?" lanjut Suho.

"Aku…"

"Aku tidak tahu, hyung." lirih Kyungsoo sembari menatap kosong layar tv yang bahkan tak dihidupkan itu.

"Kubuatkan cokelat hangat ya, Kyungsoo?" Xiumin memijat pelan pundak Kyungsoo.

Dan Kyungsoo menggeleng pelan.

"Kris, berhenti melamun seperti ini. Dan astaga, kau bahkan tidak menyentuh makananmu lagi!" pekik Megan, manager-nya, begitu masuk ke apartemen Kris.

"Makanlah Kris, dan berhenti memikirkan bocah Korea itu." sang manager menyodorkan sepiring pasta yang baru saja diambilnya dari delivery.

"Kau sendiri kan yang memilih keluar dari boyband-mu itu. Jadi jangan menyesal sekarang."

"Lagipula kalian sama-sama pria, Kris. Kau mau karirmu hancur hanya karena masalah ini?"

"Don't care."

"Kau mau membuat karir Kyungsoo hancur?" lanjut Megan tegas.

Kini Kris terpaku.

"Aku tidak boleh memiliki seseorang yang kucinta?" lirihnya kemudian.

Megan menghela nafas prihatin. Ia tahu seberapa besar cinta anak asuhnya itu kepada salah satu anggota di boyband nya dulu. Akan lebih mudah jika orang yang Kris cinta ini seorang wanita. Memang mungkin akan banyak yang tidak suka di awal.

Tapi jika orang yang Kris cintai itu Kyungsoo? Seorang pria?

Dunia bahkan akan menentangnya.

.

.

.

.

.

Kejadian itu rupanya masih hangat sampai beberapa hari. Tidak hanya di Korea, bahkan di Negara lain.

Seperti saat ini ketika Kris akhirnya berhasil dipaksa sang manager untuk keluar dari apartemennya, dan kembali bekerja.

"Kris, bagaimana tanggapanmu tentang insiden yang kau alami bersama salah satu anggota boyband mu dulu saat festival film kemarin?"

"No comment."

"Insiden itu masih membuat heboh sampai sekarang. Dari sumber yang kami dapatkan, kau terlihat ingin membawanya untuk ikut denganmu. Apa kami boleh tahu, kau ingin mengajaknya kemana?" sepertinya presenternya belum menyerah untuk mendapat jawaban.

Sungguh, kadang interview macam ini membuat Megan frustasi. Bisakah berhenti ikut campur urusan pribadi seseorang?

Kris hanya diam menatap sang presenter dengan tatapan kosong.

"Entahlah. Membawanya pergi jauh mungkin?" lirih Kris. Semua terdiam.

Yang membuat orang-orang di studio diam adalah ekspresi Kris begitu serius.

Catat, sangat.

Tentu Kris tidak menyerah begitu saja. Menyerah? Untuk Kyungsoo-nya?

Jangan harap.

Semenjak kejadian itu tak hentinya ia menelepon dan mengirimkan sms berkali-kali ke nomor Kyungsoo. Mencoba meminta maaf, dan menjelaskan semuanya.

Tentu saja tidak pernah diangkat, dan tidak pernah dibalas.

Hingga teleponnya yang ke ribuan kali, mungkin, akhirnya diangkat. Dengan sumringah, Kris menyapa Kyungsoo. Tanpa tahu bahwa selanjutnya, bukan Kyungsoo yang menjawab panggilannya.

"S-Soo?"

"Kyungsoo sedang tidur, Kris-hyung." suara berat yang tak Kris dugalah yang menjawabnya.

"C-Chanyeol?"

"Ya. Bagaimana kabarmu, Kris-hyung?"

"Fine, I guess. How are you?"

"Buruk, karena terus-terusan melihat Kyungsoo terpuruk beberapa hari ini."

"D-Dia baik-baik saja?" nada Kris terdengar khawatir dan takut. Chanyeol menghela nafas berat.

"Berhentilah menyakiti Kyungsoo kami, Kris. Kau sudah pergi. Jadi jangan pernah kembali lagi."

"Aku tidak pernah pergi darinya, Chanyeol. Kau pikir saat aku memutuskan keluar, aku tidak punya niatan untuk membawanya ikut bersamaku?!" Kris menggeram marah.

"Kau pikir kau siapa punya niatan ingin membawanya? Dia bukan milikmu lagi, Kris-hyung!"

"Apa maksudmu?"

Hening sesaat.

"Bagaimana jika aku juga memiliki perasaan terhadapnya? Aku selalu berada di dekatnya, Hyung. Dan mungkin saja…"

"…Aku bisa memilikinya."

Dan setelah itu, Chanyeol memutus panggilan. Dan ketika Kris mencoba kembali melakukan panggilan, hanya ucapan dari operator yang ia dengar.

"Son of a bitch!" Kris melempar hp-nya marah. Dan pada hari itu, ketika Megan datang ke apartemen Kris, yang ia lihat adalah ruangan yang begitu hancur berantakan, dan Kris yang duduk sembari menatap kosong keluar jendela dengan banyak botol alkohol kosong di sekitarnya.

Dan Megan tak tahu lagi harus bagaimana.

"Kyungsoo, kau tidak mencoba bicara baik-baik dengan Kris-hyung?"

"Kau tidak dengar berita terbarunya, Kyungsoo? Katanya dia membatalkan beberapa jadwal karena masalah kesehatannya."

"Lay-hyung, katamu saat kemarin kau ke China, kau bertemu dengan Kris-hyung kan?" Sehun menoleh kearah Lay yang sebelumnya hanya diam memperhatikan.

Lay mengangguk.

"Dia benar-benar jauh dari kata baik-baik saja." Lay menjawab sembari menatap Kyungsoo dengan pandangan sulit diartikan.

"Teleponlah barang sekali saja, Kyung. Menghancurkan karir seseorang bukanlah sesuatu yang baik bukan?" Xiumin mengusap lengan Kyungsoo.

"Maksudmu aku menghancurkan karirnya, hyung?!"

"Menghancurkan hati seseorang juga termasuk menghancurkan segalanya yang orang itu punya, Kyungsoo." Xiumin menjelaskan.

"Dan lihat dirimu? Kau pikir kau sendiri tidak hancur karena itu?"

"Kris berhenti minum-minum seperti ini! Kau ini kenapa sih sebenarnya?!" teriak Megan begitu melihat Kris berada di bar apartemen. Ia kelihatan begitu mabuk.

"Soo, it's that you?"

"Kris…" Megan menatap miris keadaan Kris saat ini. Mata yang sayu, pakaian yang berantakan, dan rambut yang tak tertata, bukan Kris yang biasanya.

"Hi baby, I miss you."

"Forgive me, Soo."

"Soo…"

"Yifan."

Hingga suara dari seseorang menginterupsi rancauan Kris.

"D-Do Kyungsoo?!" Megan yang pertama kali sadar, tergagap begitu melihat seorang pemuda berpakaian hitam berdiri disampingnya.

"Hei, bagaimana kau bisa disini, son?" Megan belum bisa menghentikan rasa terkejutnya. Sepertinya julukan satansoo memang cocok melekat pada pemuda mungil ini. Bagaimana bisa datang tiba-tiba tanpa disadari?

"Mampir mungkin?"

"A-Ah begitu." Megan mengangguk kikuk.

"Ada apa dengannya?" Kyungsoo memperhatikan Kris yang terlihat begitu berantakan.

"You know? Semenjak insiden kalian berdua di festival lalu, keadaannya benar-benar buruk. Bahkan aku sudah membatalkan banyak jadwal untuknya."

"Tentu kau tahu sebabnya…" Megan menatap Kyungsoo penuh harap.

"Bisa kau tinggalkan kami berdua? Aku akan mencoba bicara dengannya."

"A-Apa? Thank you, Kyungsoo. Tapi mungkin tidak sekarang. Dia sedang mabuk, dan-"

"Tidak apa-apa." Kyungsoo tersenyum lembut kearah Megan. Dan Megan tentu saja luluh dengan senyuman itu.

"Kris?" Kyungsoo menyapa Kris setelah duduk di samping sang blonde yang Kyungsoo akui, saat ini benar-benar berantakan.

"Hmm?" Kris menoleh kearah sumber suara. Kris terpaku sesaat.

"Aku bermimpi? Ah ya pasti. Tidak mungkin Soo-ku ada disini. Hahaha!" untuk kembali meminum alkohol nya untuk yang kesekian kali.

"Apanya yang tidak mungkin?"

Hening menyelimuti keduanya untuk sesaat.

"Kau benar-benar mencintainya? Kyungsoo?" Kyungsoo mencoba bertanya dengan hati-hati.

"Huh? Pertanyaan macam apa itu? I love him so much. He's mine."

"Only mine." lirih Kris.

Kris menangis setelah menjawab pertanyaan itu.

"Don't leave me, Soo. Don't leave me…" isak Kris.

Dan Kyungsoo tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk pemuda blonde di sampingnya ini.

.

.

.

.

.

"Ugh, dimana ini?" Kris menoleh ke sekeliling. Ketika sadar ia ada di apartemennya, ia kembali menyamankan diri di ranjangnya. Rupanya hangover masih bertahan.

"Mau sampai kapan kau terus-terusan tidur, tuan muda Wu?"

Eh? Suara siapa itu? Jangan bilang…

"S-Soo?!" Kris terduduk dan menatap nanar seorang pemuda yang tengah berdiri di dapur apartemennya.

"Astaga, aku jauh-jauh ke China hanya untuk melihatmu mabuk dan menyeretmu kembali ke kamar."

"S-Soo.."

"Sttt, diam. Mandilah dulu, setelah itu kita sarapan." Kyungsoo tampak sibuk memasukkan sosis ke masakan yang ia buat.

"Tapi…"

"Kau berani membantahku?" Kyungsoo menoleh dan melotot kearah Kris. Kalian tidak bisa membayangkan perasaan Kris sekarang melihat seorang pemuda mungil melotot kearahnya dan mengacungkan pisau kepadanya.

"A-Aku mandi sekarang! Ini aku otw ke kamar mandi!" teriak Kris panik lalu berlari agak sempoyongan menuju kamar mandi. Kyungsoo tertawa melihatnya.

"Baby?" Kris mengintip dari dalam pintu kamar mandi.

"Hmm?"

"Ketika aku keluar kamar mandi, kau tetap akan ada disana kan?" Kris bertanya lirih.

Kyungsoo tersenyum.

"Tentu saja, bodoh."

"Hmm, kau jauh-jauh ke China untuk menemuiku?"

"Tidak juga. Kebetulan aku ada acara disini."

"Eh?"

"Begitu." Kris tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Kyungsoo menahan tawa begitu melihat raut wajah Kris.

"Aku bercanda, Kris. Kau in benar-benar bayi besar ya? Aku mencoba tidak peduli lagi padamu tapi tingkahmu membuatku terpaksa membatalkan beberapa jadwal untuk datang kemari."

"Kenapa teleponku tak pernah kau angkat?" sahut Kris tiba-tiba.

"Kau pikir perbincangan apa yang akan kita lalui setelah sekian lama?" Kyungsoo mencoba tak peduli dan terfokus untuk menghabiskan nasi goreng di hadapannya. Kyungsoo sedikit berbangga mengetahui rasa dari makanan yang ia buat.

"Lagipula Chanyeol juga sudah mengangkatnya, kan."

"Dia bilang kau tidur. Kau mendengar pembicaraan kami?" Kris terkejut.

"Aku memang tidur. Chanyeol yang bilang padaku kalau ia mengangkat telepon darimu. Dia bilang kalian akhirnya hanya saling menanyakan kabar."

"Hanya itu? Dia hanya bilang itu?" Kris menatap curiga.

"Tentu saja. Memangnya kalian membicarakan apa lagi?" Kyungsoo sekarang membalas tatapan Kris.

"Kenapa hp mu bisa ada padanya, Soo?"

"Hm? Kami sekamar."

"B-Bukankah Chanyeol sekamar dengan Suho?"

"Beberapa minggu ini dia minta sekamar denganku. Chanyeol bilang ia ingin membuat sub unit bersamaku. Jika sekamar, kata Chanyeol kami jadi punya lebih banyak waktu untuk berdiskusi." jelas Kyungsoo santai tanpa menyadari perubahan ekspresi dari lawan bicaranya.

"Dia ingin merebutmu dariku, Soo!"

"Mwo?! Merebut bagaimana?" Kyungsoo sedikit terlonjak mendengar teriakan Kris yang tiba-tiba.

"C-Chanyeol bilang dia ingin memilikimu!"

"Kau seperti tidak tahu Chanyeol saja. Dia kan memang suka bercanda." Kyungsoo mencoba mencairkan suasana.

"Tapi suaranya terdengar sangat serius, Soo."

Kyungsoo terdiam.

"Sudahlah Kris, jangan membicarakan orang lain."

"Kau bahkan tidak mau memanggilku Yifan lagi."

"B-Bukannya aku tidak mau. A-Aku hanya malu." Kyungsoo menunduk dengan pipi yang memerah.

Kris tersenyum lebar melihatnya. Harusnya dia sadar seberapa tsundere-nya si mungil di depannya ini.

"Aku rindu padamu tahu…" Kris mengusap lembut tangan Kyungsoo lalu menggenggamnya erat.

"Aku juga." ucap Kyungsoo pelan.

"Apa? Bisa kau ulangi lagi, baby?"

"Aku bilang aku juga, Yifan bodoh!" teriak Kyungsoo.

"Aku juga merindukanmu…" bisiknya setelah itu.

Kris merasa hatinya menghangat setelah mendengarnya.

"Kau tahu, Soo? Jika kau bertingkah seperti ini, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu orang tuamu lho~"

"Kalau begitu siapkan diri untuk bertemu orang tuaku suatu hari nanti, my king~" tak disangka Kyungsoo membalas ucapan Kris dengan wajah yang dengan sengaja ia imut-imutkan.

Dan Kris-lah yang paling tidak bisa menahan serangan seperti ini.

"K-Kyungsoo memanggilku rajanya! Kyungsoo memanggilku rajanya!" pekik Kris girang.

Senyum Kyungsoo menghilang. Harusnya dia sadar kalau pria pirang di depannya ini selalu berlebihan. Dan catat, itu membuat Kyungsoo malu.

"Shut up Kris, lanjutkan makanmu."

"Tentu, baby~" dengan patuh Kris kembali duduk dan melanjutkan sarapannya.

"Berarti aku boleh memanggilmu my queen?" lanjut Kris riang.

"Aku bukan wanita." desis Kyungsoo.

"My king~" Kris belum bisa menghilangkan cengiran bodoh dari wajahnya.

Kris tak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat ini. Dan tentu saja, akhirnya ia kembali makan dengan lahap. Lagi-lagi Kyungsoo mencoba menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan.


"K-Kris, harusnya kita memakai masker tadi. Orang-orang melihat kearah kita." lirih Kyungsoo sembari menunduk menghindar dari jepretan beberapa orang yang ada disana.

"I'ts okay, Soo. It's okay." Kris merangkul pundak Kyungsoo protektif. Reflek Kyungsoo melepas rangkulan Kris. Terkejut, Kris menatap Kyungsoo kecewa karena berpikir Kyungsoo tidak mau dirangkul olehnya.

"Kau tidak mau terjadi skandal bukan?" bisik Kyungsoo.

Kris menghela nafas.

"…Ya."

Keduanya tidak bisa terlihat bersama di tempat umum. Pada akhirnya setelah Megan memohon berkali-kali pada Kris agar mencari tempat lain, alih-alih café yang sebelumnya ingin Kris singgahi bersama Kyungsoo-nya, Kris mengalah dan mengajak Kyungsoo ketempat yang lebih privat. Hei, Kris juga sadar kalau akhir-akhir ini dia terlalu memberi banyak masalah untuk managernya itu.

"Maaf Soo, sebenarnya aku ingin mengajakmu ke café favoritku, tapi Megan terlalu cerewet."

"Kau beruntung memiliki manager sebaik dirinya, Kris." Kyungsoo tertawa kecil sembari memandang luasnya pantai yang entah dimana ujungnya.

"Paling tidak kita bisa menghabiskan waktu berdua diluar." lanjut Kyungsoo pelan.

"B-Baby? Kau masih marah denganku?" tanya Kris hati-hati.

"Kenapa aku harus marah denganmu?"

"Buktinya saat festival itu kau membentakku."

Kyungsoo terdiam.

"Ah, benar. Saat itu aku marah."

Kris mencoba menahan diri untuk tidak membenamkan kepala ke dalam pasir.

"W-Why?"

"Aku hanya tidak tahu bereaksi seperti apa, Kris. Maksudku, dulu kita berada di grup yang sama. Setelah perpisahan sekian lama, apa menurutmu wajar jika kita baik-baik saja saat pertama kali bertemu?"

"I don't care about that, baby. Yang kutanyakan adalah tentang hubungan kita."

"Hubungan? Mantan teman se grup?"

"Jangan membuatku marah, Do Kyungsoo." suara Kris berubah berat.

"M-Maaf, Kris." Kyungsoo menciut.

Kris mode marah, akan sangat, sangat, sangat menyeramkan. Dan Kyungsoo tahu akan hal itu.

"Kris, aku mencintaimu. Sangat. Tapi kita berdua adalah public figure. Sama-sama seorang pria. Kau tahu seberapa besar dampak yang akan kita terima jika hubungan kita terkuak, bukan?" Kyungsoo mencoba menenangkan Kris yang masih memerah menahan emosi.

"Aku tidak peduli, Soo. Kenapa aku harus memperdulikan pendapat orang lain daripada memperdulikan orang yang kucinta?!" teriak Kris parau.

"Calm down, handsome." Kyungsoo mengusap lembut pundak lebar Kris. Ah, betapa rindunya Kyungsoo menyentuhnya seperti ini.

"Kris, kau bahkan keluar dari grup untuk menggapai keinginanmu yang sebenarnya. Aku tahu jika kau tidak nyaman menjadi seorang idol. Kau tidak bisa hanya peduli dengan hubungan kita saja. Tapi orang tuamu, keluargamu, saudara, sahabat-sahabatmu, kau tidak boleh menyakiti mereka dengan berita semacam ini jika sampai ke public."

"Dari awal kita harusnya sadar, bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah berhasil." Kyungsoo tersenyum putus asa, dan menerawang jauh kearah lautan luas.

Dan tidak ada yang begitu menyakitkan bagi Kris, selain melihat pujaan hatinya terluka seperti sekarang ini.

"Kenapa aku tidak bisa memilikimu, Yifan?" lirih Kyungsoo dengan air matanya yang mengalir tanpa malu lagi.

"Bagaimana kalau kau ikut denganku? Ketempat yang sangat jauh. Sangat jauh, sampai orang-orang tidak bisa mengikuti kita." Kris membuka suara setelah sekian lama mereka terdiam.

"Hmm, kau akan membawaku kemana kalau kau akhirnya bisa membawaku pergi?"

"I don't know. Pokoknya ketempat dimana hanya ada kita berdua saja disana."

"Kalau hanya tinggal berdua saja tidak seru lho. Kalau misalnya kita butuh bantuan, siapa yang akan membantu?"

"Kan kau sudah punya aku. Dan aku memilikimu." balas Kris.

"Kalau suatu hari nanti aku pergi lebih dulu?"

"Stop it."

"Apa kau mau tinggal sendiri-"

"Berhenti, Kyungsoo!" bentak Kris.

"Jangan bicara hal-hal menakutkan seperti itu."

"Kumohon." Kris memeluk tubuh mungil Kyungsoo begitu eratnya.

Kyungsoo menatap kosong langit yang mulai menggelap.

"Bagaimana kalau keluar angkasa?"

Kris terdiam.

"Kita bisa patungan lalu membeli salah satu planet yang tidak berpenghuni. Kita berdua bisa memulai kehidupan baru disana, Yifan." Kyungsoo menerawang.

"Tapi kalau planet itu tidak berpenghuni, lantas kita membelinya kepada siapa? Ah, Tuhan?" Kyungsoo mulai meracau.

Kris tidak bisa menahan tangisnya lagi.

"Kau dan aku. Hanya ada kita berdua. Dan aku tidak perlu lagi menutupi segala hal yang tidak ingin kututupi. Aku tidak perlu berpura-pura lagi."

"Bukankah itu ide yang bagus, Yifan?" Kyungsoo menoleh dan menatap Kris berkaca-kaca.

"Tentu saja, Baby. Ide yang sangat bagus." bisik Kris lembut.

Dan di pelukan Kris-lah, Kyungsoo akhirnya menangis keras. Menumpahkan segala yang telah ia pendam sekian lama.

.

.

.

.

.

"Kau mau kembali sekarang, Baby?" Kris memandang Kyungsoo yang tengah membereskan barang-barangnya dengan tatapan tidak rela.

"Kau ingin aku selamanya tinggal disini?" Kyungsoo menoleh sekilas.

"Ya."

Kyungsoo mendekat kearah Kris dan mengusap lembut pipi tirus penyuka Galaxy itu.

"Aku punya kehidupanku sendiri, Kris."

"Kehidupan tanpaku? Kehidupan macam apa?" tanya Kris polos.

"Jangan besar kepala!" Kyungsoo memukul pelan kepala Kris.

Terdengar pekikan dari Kris dan ia menggumam kesal.

"Kuantar ke bandara ya?"

"Jangan. Nanti orang-orang pasti akan bertambah curiga."

"Kalau aku ikut ke Korea bagaimana?" Kris belum menyerah rupanya.

"Apalagi itu!"

Kyungsoo tidak habis pikir apa yang membuatnya jatuh cinta dengan pria blasteran kekanakan macam Kris ini.

"Hei, kita juga tidak akan pisah selamanya kan? Buktinya hampir 2 tahun tidak bertemu tidak masalah."

"Dan setelah bertemu denganmu lagi, pertahananku jebol, Baby!"

"Berhenti teriak-teriak pagi-pagi begini!" Kyungsoo membalas dengan teriakan pula.

"Lagipula kalau kita tidak pernah bertemu lagi, artinya kau melepasku?"

"Tentu saja tidak! Aku menahan diri dan berencana melamarmu disaat ulang tahunmu yang ke 30."

"A-Apa?! Melamarku? Kau gila ya?!"

"Memangnya kau tidak mau menikah denganku?"

Kyungsoo mengangkat bahu. Tak tahu harus membalas apalagi. Kris kadang-kadang menyeramkan karena tidak bisa ditebak pola pikirnya.

Tidak mendapat jawaban, Kris merajuk dan menutup seluruh badannya dengan selimut.

Kyungsoo menghela nafas lelah. Kalau begini bagaimana ia bisa pergi dengan tenang?

Kyungsoo berjalan mendekati ranjang.

"Hei handsome, kita masih punya cukup banyak waktu sebelum berpisah. Menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?" perlahan Kyungsoo menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Kris lalu naik menduduki perut sang kekasih.

"S-Soo?" Kris melotot melihat pemandangan yang tersaji saat ini.

"Hm?" Kyungsoo tersenyum nakal sembari menelusuri dada bidang Kris dengan telunjuknya.

Kris tidak bisa menutupi kegugupannya. Oh God, Kyungsoo-nya yang polos bertingkah seperti ini? Langit mau jatuh ya?

Kris tidak tahu harus senang atau takut.

"B-Baby, jangan membuatku kehilangan akal." Kris mencoba bertahan agar tidak terangsang sama sekali.

"Oh, aku malah ingin membuatmu hilang akal, Yifan sayang. Bagaimana dong?" Kyungsoo menunduk dan menggigit pelan ujung telinga Kris.

Dan setelah itu Kris tidak bisa menahannya lagi.

Pagi itu, dengan Kris yang sepenuhnya mendominasi, suasana di dalam apartemen salah satu actor China itu penuh dengan peluh dan desah yang saling menyahut.

"Y-yifan, nghh!"

"Y-Yifan, berhenti menyentuh itu- ngahhh!" desahan keras Kyungsoo menjadi peringatan bagi Megan yang rupanya tengah berdiri di depan pintu apartemen Kris untuk segera menyingkir.

"Seriously, son? Right now?!" Megan memerah dan buru-buru pergi meninggalkan sepasang sejoli itu menikmati kegiatan panas mereka.

"Aku tidak tahu kalau mereka sudah sejauh itu." Megan mengelus dadanya kaget.

Kris dan Kyungsoo kembali ke aktivitasnya masing-masing. Kris sudah baikan, tentu saja, dan kembali melakukan rutinitasnya sebagai actor dengan penampilan segar seperti biasanya. Ia kini tengah mempromosikan film Hollywood yang ia bintangi bersama Vin Diesel yang akan tayang Januari ini. Sedangkan Kyungsoo sendiri masih sibuk dengan boyband EXO-nya, dan tengah merencanakan film barunya.

Mereka sering bertukar cerita lewat telepon ataupun sms, kadang Line, karena Kris suka mengirim emoticon sedemikian rupa pada Kyungsoo, walaupun tidak terlalu sering mengingat kesibukan keduanya.

Namun tidak semua berjalan dengan baik-baik saja. Kau tahu kalau para netizen itu pintar-pintar bukan?

Banyak spekulasi yang beredar di internet. Tentang Kyungsoo dan Kris yang bersitegang di festival film, lalu setelahnya Kris tampak down dan banyak jadwalnya terpaksa dibatalkan, sampai akhirnya netizen mengirimkan bukti bahwa Kyungsoo ke China dan bertemu Kris (termasuk keduanya yang ketahuan berjalan-jalan bersama), hingga Kris bisa kembali seperti semula.

Teman? Banyak yang meragukan hubungan mereka hanya sebatas itu.

["Serius? Mereka berdua benar-benar dating?"]

["Astaga aku tidak menyangka diantara banyak moment Kaisoo maupun Chansoo, Kyungsoo malah menjalin hubungan dengan Kris. Dan benar-benar sebuah hubungan!"]

["Tentu saja mereka tidak sekedar teman. Dan setelah kabar ini menguak, banyak bukti tentang kedekatan mereka, bahkan sebelum Kris hengkang dari EXO.]

["Aku tidak tahu harus senang atau menangis…"]

["Kalau mereka berdua benar-benar gay, mungkinkah karir mereka akan tetap bertahan?"]

"Kyungsoo, sepertinya kau sudah menemui Kris ge ya? Lihat, kabarnya ia sudah pulih dan kembali melakukan aktivitas." Lay menscroll layar tabnya dengan raut serius.

"Errr, dan banyak yang menyebutkan namamu juga, Kyungie." Baekhyun menyodorkan hp nya untuk menunjukkan beberapa artikel.

Kyungsoo menghela nafas lelah.

"Aku tahu… Aku tahu…" Kyungsoo memandang hp Baekhyun sekilas.

"Kyung, mungkin kami sedikit melalui batas privasi. Tapi ada yang ingin kami tanyakan padamu." Suho menatap Kyungsoo serius.

"Apa, Hyung?" Kyungsoo balas menatap bingung leader-nya tersebut.

"Kau dan Kris-hyung, kalian… bersama?"

Tampak member EXO yang lain menatap Kyungsoo penasaran. Kecuali Chanyeol yang melirik Kyungsoo sekilas lalu kembali membaca komiknya.

"Tentu saja. Kalau bukan untuk menemuinya, untuk apa aku kemarin jauh-jauh ke China?"

"Kau tahu bukan itu maksud Suho-hyung, Kyungie!" pekik Baekhyun.

"Jangan teriak-teriak di depanku, Baek!" Kyungsoo menarik rambut cokelat Baekhyun. Ia melotot tajam kearah si cabe satu ini. Pantas saja julukan cabe diberikan pada Baekhyun.

"Aku tahu maksud kalian. Dan kami memang 'bersama'. Puas?!"

"Sudahlah, aku mau tidur. Kalian tidurlah, ini sudah larut." Kyungsoo malas meladeni pertanyaan rekan-rekannya dan berdiri untuk masuk ke kamarnya saja.

Kai mencengkram lengan Kyungsoo dan memaksanya untuk duduk kembali.

"Pembicaraan belum selesai, hyung."

"Apa-apaan sih! Kalau kalian masih ingin melanjutkan pembicaraan ya sana. Tapi jangan melibatkanku!" pekik Kyungsoo kesal.

"Kyungsoo-ya…" Xiumin mengelus lembut puncak kepala Kyungsoo.

Kyungsoo terdiam.

"H-Hyung…"

"Kau tahu masalah apa yang kalian dapat kalau kalian benar-benar berhubungan.? Astaga Kyungsoo, kau benar-benar Gay?"

"Satu-satunya yang kucintai hanya Yifan, hyung. Hanya Yifan." Kyungsoo menatap kosong langit-langit asrama.

"Kyungsoo, kau mau aku mengadukan masalah ini kepada eomma-mu?" tiba-tiba Chanyeol membuka suara.

"A-Apa?!"

"Oi Chanyeol!" pekik Baekhyun.

"Jangan ikut campur, Chanyeol. Ini masalahku." Kyungsoo menatap tajam si happy virus itu.

"Jangan ikut campur katamu? Ini masalahku juga, Kyungsoo. Masalah member yang lain juga. Dan kau bilang jangan ikut campur?" Chanyeol membalas tatapan tajam Kyungsoo dengan tatapan tak kalah tajam.

"Hei Chanyeol, sudahlah…" Xiumin mencoba melerai.

"Seriously, Kyung? Dia sudah sering menyakitimu dan kau masih bertahan disisinya?! teriak Chanyeol marah.

"Kubilang jangan ikut campur, Park Chanyeol!" Kyungsoo emosi dan tanpa permisi masuk ke kamarnya. Terdengar bantingan pintu setelah itu.

"Chanyeol-hyung?" panggil Sehun hati-hati.

"Diam." Chanyeol melempar komiknya ke lantai dan berjalan cepat menuju ruang musiknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Hati-hati, Chanyeol membuka pintu kamarnya dan Kyungsoo lalu berjalan menuju ranjang tempat Kyungsoo tidur.

"Kyungsoo? Kau sudah tidur?"

"Kyungsoo-ya… Kyungsoo-yaaaa~" Chanyeol menepuk-nepuk pundak Kyungsoo. Catat, berkali-kali.

"Shut up, Chan."

"Ah, kau belum tidur?"

"Aku sudah tidur, tapi kau membuatku terbangun!" pekik Kyungsoo.

"Mianhae, Kyungsoo-yaa~" Chanyeol menyengir lalu mengelus rambut Kyungsoo sesaat.

"Hei, boleh aku tidur di ranjangmu?"

"Tidur di ranjangmu sendiri!" teriak Kyungsoo kesal.

"Baiklah." Chanyeol patuh lalu berjalan menuju ranjangnya.

"Kyungsoo?"

"Hm."

"Kau baik-baik saja?"

"Kurasa iya."

"Maaf ya, karena aku tadi membentakmu."

"Aku juga minta maaf, Chan." balas Kyungsoo.

"Kau yakin ingin melanjutkan hubunganmu dengan Kris-hyung?"

"Aku tidak punya alasan untuk tidak melanjutkan hubungan kami, Chanyeol."

"Kau punya banyak alasan untuk itu, Kyungsoo…"

"Chanyeol-"

"Aku sudah menganggapmu sebagai sahabat terdekatku, saudaraku, keluargaku, Kyungsoo. Aku bukannya ingin merebut kebahagiaanmu. Hanya saja aku ingin kau memikirkannya benar-benar. Masalah apa yang akan kalian berdua hadapi jika hubungan kalian terkuak, dan apa yang harus kalian jelaskan kepada keluarga kalian." Chanyeol mencoba menasehati.

"Kami akan melakukannya diam-diam, Chanyeol. Tidak masalah."

"Sampai kapan? Bagi Kris mungkin tidak masalah karena dia aktor. Ah, bahkan aktor Internasional. Hubungan tabu macam ini tidak akan mengganggu karirnya. Tapi kau? Seorang idol, Kyung. Tinggal di Negara yang masih belum terbuka dengan hubungan sejenis. Yang paling rugi disini adalah kau."

"Ini bukan masalah untung rugi-"

"Aku tahu. Dan bukan itu maksudku." potong Chanyeol.

"Tidak apa-apa, Chanyeol. Aku akan menghadapi apapun masalahnya. Dan jangan memberitahu eomma. Maksudku, aku pasti aku memberitahunya. Tapi tidak sekarang. Oke?" Kyungsoo memohon.

Chanyeol hanya mendesah pasrah sebagai balasannya.

"Ngomong-ngomong, Kris cerita padaku apa yang kalian bicarakan di telepon waktu itu. Dia bilang kau ingin merebutku darinya. Kau hanya bercanda kan, Chan?" lanjut Kyungsoo.

"Tentu saja aku hanya bercanda! Hei, aku ini masih menyukai dada wanita tahu! Aku hanya memanas-manasinya saja, Kyungsoo sayang~"

Kyungsoo mengerling malas.

"Dan aku tidak menyangka bahkan bercandaanku itu membuat Kris-hyung sampai terpuruk seperti itu. Berapa banyak botol bir yang ia habiskan?"

"Banyak."

Chanyeol menghela nafas.

"Sepertinya dia benar-benar mencintaimu ya, Kyung." ucap Chanyeol sembari menutup kedua matanya.

Kyungsoo tidak membalas. Hanya menatap langit-langit kamar dengan senyuman merindu.

.

.

.

.

.

Yang udah nonton My Annoying Brother siapa hayo? Seriusan, wajib banget nonton karena campur aduk banget isinya. Momen yang bikin lucu ada, dan yang bikin sedih juga ada :') Pengen banget spoiler tapi mending nonton sendiri deh X'D Intinya sampe keluar bioskop, saya sendiri gak bisa berhenti nangis…

Ngomong-ngomong fanfiction ini udah bisa dibilang END atau belum ya? Kalau belum, kira-kira lanjutannya enaknya nyeritain tentang apa? Sepertinya penikmat Krisoo jarang ya? :"

Monggo kritik, saran, bisa dikirim di kolom review. Jangan lupa Follow dan Fav nya ^^

Btw, ada yang tahu judul ff ini saya dapatkan darimana?