You can listening to Imagination by Shawn Mendes to feel the sory

Hope you like this fiction :)


Sehun itu ambisius. Nilai akademis segalanya. Tapi Sehun bukan tipe orang yang bisa mendapatkan nilai sempurna tanpa belajar. Sehun bukan jenius yang bisa pintar hanya dengan mendengarkan penjelasan gurunya. Sehun harus mencatat apa yang diajarkan gurunya di sekolah, lalu menyalin kembali catatannya menjadi catatan yang lebih rapih dan membaca untuk dipahami setiap malam.

Orang tua Sehun tahu mengenai potensi Sehun. Sehun itu rajin, pekerja keras, maka dari itu mereka menyekolahkan Sehun di sekolah khusus laki-laki terbaik yang ada di negaranya. Kenapa harus di sekolah khusus laki-laki? Karena mereka ingin Sehun fokus untuk belajar, tidak terganggu masalah percintaan atau hal-hal dasar lainnya.

"Ujian kimia kali ini terdiri dari dua bagian, tiga puluh soal pilihan ganda dan 5 soal essay…" Sementara pengawas menjelaskan tentang ujian akhir yang dilaksanakan hari ini, Sehun menggerakkan jari tangannya di meja, tak sabar. Pasalnya dia duduk paling belakang, sedangkan soal ditransfer dari depan ke belakang, otomatis dia yang terakhir mendapat soal di barisnya.

Begitu orang di depannya berbalik, "Oh Sehun," panggil orang itu. Sehun berusaha mengambil kertas soal yang ditahan orang tersebut sambil menaikkan alisnya seolah bertanya, ada apa? Orang tersebut tersenyum dan berkata, "I love you."

Sehun yang mendengarnya hanya mendengus kesal lalu membalas, "Yeah I love you too Kai."

"Kim Jongin! Jangan ganggu Sehun, kerjakan ujianmu sendiri." Kata pengawas yang melihat Kai tidak berpaling dari Sehun.

"Kerjakan dulu ujianmu Kai." Kata Sehun berusaha sabar.

Setelah diminta oleh Sehun, Kai baru menurut. Kai berbalik dan mengerjakan soal kimianya dengan senang hati.

Nah pertanyaannya, bukankah alasan orang tua Sehun memasukkan Sehun ke sekolah khusus laki-laki untuk menghindarkan Sehun dari masalah-masalah dasar seperti cinta? Well, itu kan sebelum mereka sadar kalau Sehun, walaupun laki-laki tetapi mempunyai kulit yang lebih putih dan mulus daripada perempuan, bentuk badannya pun dapat membuat laki-laki yang lurus menjadi belok, seperti Kim Jongin.

Awalnya Kim Jongin itu menyukai perempuan. Tapi begitu melihat Sehun, semuanya berubah. Setiap hari kerjaannya hanya menggoda Sehun saja. Awalnya Kai dan Sehun berada dalam satu gedung asrama yang sama, tapi Sehun yang tidak tahan karena Kai selalu menyelinap ke kamarnya di malam hari pun protes ke pihak asrama. Maka dari itu pihak asrama memindahkan Kai ke gedung lain. Dipindahkan asramanya malah menambah semangat Kai. Setidaknya Kai tahu kalau selama ini dia mendapatkan perhatian Sehun.


Sampai suatu saat, Sehun baru saja mendapatkan nilai yang buruk menurutnya untuk pelajaran kalkulus dasar. Sehun menyendiri di rooftop asramanya. Menangis. Tidak mungkin kan dia menangis di hadapan teman sekamarnya, Baekhyun. Bisa habis di bully dia nanti.

"Oh Sehun, aku mencarimu kemana-mana. Kenapa malah bersembunyi disini?" Kai menghampiri Sehun yang duduk bersandar pada pagar pembatas rooftop. Kai tahu mengenai nilai Sehun. Nilai setiap anak ditempel di papan pengumuman. Semua orang dapat melihatnya. Biasanya nama Sehun selalu berada di bawah namanya, menjadi nomor dua, tapi entah kenapa di ujian kali ini posisinya menurun.

Kai juga mengerti kalau Sehun tidak mau berbicara, jadi Kai ikut duduk di sebelah Sehun, bersandar pada pagar pembatas yang sama dan memainkan game di ponselnya. Kai sedang gemar-gemarnya memainkan twenty. Dia juga tahu mengenai permainan itu dari Sehun. Sehun sudah berhasil mencapai 20x20 dan Kai ingin melewati rekor Sehun. Tapi saat ini rekornya baru 20x14.

"Mau duel?" Kai menghentikan permainannya, menoleh ke arah Sehun. Terlihat jejak air mata di wajahnya, tidak banyak, tapi tetap saja terlihat.

Kai dengan cepat mengangguk, mengubah mode permainannya menjadi two players. "Siap?" Tanya Kai.

"Ya!" Dan Sehun pun menekan tombol playnya.

"Hey, aku kan belum siaaap." Kata Kai, walau pun tidak terima, tetap saja memainkan bagiannya.

"Ya ampun Kai berhenti mencuri angka-angka besarkuuuu." Sehun kesal.

"Aku tidak sengaja. Kenapa juga kau menyimpannya di bawah?"

"Argggh itu tadi kau mengambil 17 ku Kai."

"Aku menaaang!" Kai bersorak girang. Terlihat tulisan you win di sisi layar Kai dan you lose di sisi layar Sehun.

"Kau curaaaang." Kata Sehun kesal. "Aku mau duel ulang!"

"Ayolah Oh Sehun, akui saja kekalahanmu."

Tapi Sehun menggelengkan kepalanya pelan. "Aku sudah kalah di kalkulus dasar, aku tidak akan kalah juga main twenty."

Karena kelihatannya Sehun serius sekali untuk duel ulang, Kai pun menurutinya. Kali ini Kai tidak mencuri punya Sehun sekali pun, "Kau tahu Oh Sehun? Kau tidak perlu sekeras itu pada dirimu sendiri. Aku sanggup kok membiayai hidup kita nanti."

"Jangan bicara yang aneh-aneh Kai." Hanya itu jawaban Sehun.


"Habis ini mau kemana?" Tanya Kai setelah mereka selesai menyelesaikan ujian kimianya.

"Tidur." Jawab Sehun singkat.

"Oooh. Kutemani ya?"

Sehun berhenti berjalan, berpikir, "Bukannya kau ada janji sama Suho? Urusan osis itu? Jangan bilang kalau kau lupa Kai."

"Tidak. Tapi sepertinya Suho tidak akan keberatan kalau aku menemanimu tidur dulu sebentar."

Sehun mendengus, "Aku sudah besar Kai, aku bisa tidur sendiri. Tidak perlu ditemani dulu. Lagi pula aku kan cuma tidur siang." Sehun menahan kesalnya.

"Yasudah, ku antar sampai asrama ya." Kata Kai.

"Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri."

"Yasudah ku temani sampai depan sekolah." Tawar Kai lagi.

Entah Sehun yang sedang lemas atau Kai yang kebanyakan makan cokelat, tapi akhirnya Sehun bilang, "Terserah."


"Orang-orang membicarakanmu tadi." Baekhyun berkata begitu masuk ke kamarnya dan Sehun.

Sehun menghela nafasnya, baru saja mau tidur. "Biarkan saja. Mereka kan laki-laki, mulutnya saja yang seperti wanita." Sehun menjawab, masih dengan memejamkan matanya.

"Sehun aku kan sedang berbicara denganmu. Coba lihat aku sebentar. Ini masalah serius." Baekhyun menahan kesal.

Sehun bangun dari tidurnya dan mengacak rambutnya kesal. "Penting apanya sih Baek?"

Baekhyun menghela nafas untuk memperpanjang kesabarannya dan duduk menghadap Sehun. "Mereka bilang kalau kau hanya mempermainkan Kai. Setelah tidak membutuhkan Kai, kau akan membuangnya."

"Dan kenapa aku harus peduli?" Sehun menghela nafas, "Aku bahkan tidak mempunyai hubungan apa pun dengan Kai."

"Kalau begitu jelaskan padaku kenapa kau membalas pernyataan cinta Kai di kelas tadi pagi?"

Sehun mengernyitkan dahinya bingung, "Yang mana?"

"Tadi pagi, sebelum ujian kimia, saat Kai memberikan kertas soal."

Sehun mengangguk paham, "Itu kan pernyataan cinta biasa, bukan berarti Kai mempunyai perasaan khusus padaku atau bagaimana. Cinta kan bukan hanya pada pasangan, Kai kan menyatakan cintanya sebagai teman hyung."

"Aku paham kalau sekarang kau sedang mengalami fase denial, tapi Kai kan tidak begitu Hun. Dia serius mengenai pernyataan cintanya."

Sehun menggelengkan kepalanya dan merebahkan kembali badannya, "Aku malas membicarakan hal ini. Aku saja tidak memusingkan omongan mereka, kenapa kau yang pusing?"

"Lalu kalau sampai mereka menghakimimu lagi seperti yang sudah-sudah bagaimana?" Baekhyun berkata, kesal. "Ayolah Oh Sehun, jelaskan pada mereka. Sebenarnya apa hubunganmu dengan Kai? Kenapa kau tidak menolaknya kalau memang benar kau straight seperti katamu selama ini?"

"Karena tidak ada yang harus kujelaskan, mereka punya hak untuk mengatakan apa pun, aku tidak akan mengonfirmasi apa pun yang mereka pikirkan. Lagi pula kenapa hanya aku yang didesak? Kenapa Kai tidak ditanyai juga?"

"Demi Tuhan Oh Sehun! Karena selama ini Kai yang selalu mengejarmu, orang lain selalu melihat kau mengacuhkan Kai. Orang lain mana tahu kalau sebenarnya kalian.."

Sehun malas berdebat lagi, jadi Sehun memutuskan untuk keluar kamar dan menuju tempat favoritnya, berharap bisa mendapat sedikit ketenangan.


Aku hanya ingin tahun terakhirku sekolah bisa dijalani dengan tenang. Pikir Sehun. Sehun menyandarkan kepalanya ke pagar pembatas rooftop kesayangannya. Tinggal satu tahun lagi sekolah menengahnya selesai, kenapa dia tidak bisa menyelesaikannya dengan tenang?

Kim Jongin itu.. entahlah, Sehun itu awalnya sangat terganggu akan kehadiran Kai. Siapa yang tidak terganggu kalau ada yang menyelinap tiap malam ke kamarmu untuk melihatmu tidur kan? Tapi sejak Kai menemaninya waktu itu Sehun mulai terbiasa akan keberadaan Kai disampingnya. Kai itu kalau sedang banyak Tanya menyebalkannya setengah mati, tapi disisi lain Kai itu bisa membantu Sehun kalau Sehun lagi kesulitan memahami pelajaran. Mau bagaimana pun kan Kai lebih cerdas dari pada Sehun. Yang terpenting bagi Sehun, Kai itu selalu ada kapan pun untuk Sehun, tidak seperti kedua orang tuanya yang sibuk.

"Katanya mau tidur?" Kai menghampiri Sehun dan duduk disebelahnya.

"Ada Baekhyun di kamar." Sehun tahu bukan salah Kai, tapi tetap saja Sehun kesal sama Kai.

"Kenapa?" Tanya Kai.

"Apanya yang kenapa?"

"Kenapa kesal begitu?"

"Karena tidak jadi tidur." Jawab Sehun singkat.

"Mau duel twenty?" Tawar Kai.

"Tidak mood." Jawab Sehun singkat.

Kai hanya mengangkat bahunya cuek. "Seperti wanita yang sedang PMS saja." Kai berkata sambil membuka aplikasi twentynya.

"Terserah." Gumam Sehun malas.

Kai menutup lagi aplikasi yang baru dibukanya. "Serius Sehun. Kau kenapa?"

"Jangan pura-pura peduli begitu." Kata Sehun pelan.

"Siapa yang bilang aku pura-pura peduli? Kau ini sebenarnya kenapa?" Lama-lama Kai kesal juga. Dia kan tadinya ingin menemani Sehun tidur, tapi orangnya malah tidak ada di kamar. Begitu dihampiri malah dia yang dimarahi.

Sehun menegakkan badannya. "Yang aku minta untuk tahun terakhir di sekolah menengahku hanya agar aku bisa belajar dengan tenang. Melakukan apa pun dengan bahagia, tidak memikirkan perkataan orang lain tentangku yang memberikan penilaian tentang hidupku seolah hidup mereka sudah benar semuanya." Sehun meluapkan kekesalannya.

"Jadi ini mengenai perkataan orang lain? Tentang apa? Tentang kita?" Kai mulai mengerti.

Sehun mendengus sebal, "Mereka hanya menyalahkanku. Adil kan? Aku menjawab pernyataan cintamu salah, tidak menjawab lebih salah lagi. Apa sebenarnya mau mereka?"

"Kenapa didengarkan? Biasanya juga kau tidak menganggap mereka ada."

"Baekhyun. Mulutnya sudah seperti tante-tante saja, memberi tahuku harus berbuat ini lah, itu lah. Kenapa sih dia harus berlagak peduli? Orang tuaku saja tidak peduli."

"Kau tidak bisa menganggap semua orang tidak peduli padamu seperti itu, Baekhyun kan memang peduli padamu." Aku juga. Kai meneruskan dalam hati.

Sehun membuang mukanya agar tidak menatap Kai. Dia jadi merasa bersalah pada Baekhyun.

"Oh Sehun, aku mencintaimu." Kata Kai, entah untuk ke berapa kalinya.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Sehun bersuara. "Pernyataan cintamu yang membuat semua orang salah paham. Padahal cinta kan bukan hanya pada pasangan saja." Sehun berkata pelan.

"Yang salah paham itu kau, Oh Sehun. Mereka benar, aku menyatakan cintaku itu sebagai pasangan. Kau saja yang selama ini mengingkari kenyataan itu. Entahlah, kau seperti tidak mau terbuka untukku masalah itu tidak peduli seberapa besar perhatian yang kuberikan kepadamu."

"Tapi aku normal Kai." Kata Sehun pelan.

"Oh ya? Waktu aku demam kau orang pertama yang panik dan memanggil ambulan asrama padahal aku hanya demam Sehun, kau tidak peduli orang lain menertawaimu saat itu. Waktu aku tidak bisa mengerjakan tugasku karena harus membuat proposal osis, diam-diam kau sudah membuatkan tugas untukku. Kau pernah berbohong pada penjaga asrama karena ingin menemuiku. Ayolah Oh Sehun mengaku saja. Kau juga mencintaiku."

Sehun mengalihkan pandangannya lagi, apa iya aku juga mencintai Kai? Memangnya orang lain tidak akan berbuat begitu pada temannya?

Kai menghela nafas, pelan, "Kau tahu Sehun, kadang aku ingin memberi tahumu betapa cantiknya kau dilihat dari mataku. Aku kadang ingin memberi tahumu semua hal menyenangkan yang bisa kita lakukan bersama, banyak sekali yang ku pikirkan tentang kita. Aku membayangkan kita benar-benar bisa dengan bebas berjalan, tertawa, bergandengan tangan, bermesraan, dan banyak hal indah lainnya. Betapa inginnya aku memilikimu." Kai menghela nafas lagi, "Tapi aku tahu kau belum siap sampai sejauh itu kan?"

"Aku bingung." Jawab Sehun akhirnya.

"Tidak apa-apa. Aku akan menunggumu. Abaikan saja perkataan orang lain. Kita kan bisa bersikap seperti biasanya."

"Lalu setelah itu apa? Bagaimana kalau aku tidak bisa menerimamu?"

"Well, that's just me and my imagination then."


I just miss them so much and can't help to write about them again

Don't know what kind of story is this

Tell me, is it bad?