REMAKE 'BROKEN HART' by ELLA FOX

BAB 10

Selama lima minggu berikutnya, kami disibukkan kembali ke dalam rutinitas. Setelah bekerja setiap malam kami menuju ke rumahnya dan bercinta sampai saatnya aku harus pulang. Pada akhir pekan kami tetap dirumah bersama-sama sepanjang hari.

Seks yang kami lakukan berlanjut menjadi lebih panas dari biasanya, yang berarti mengkhawatirkan. Mengapa kebutuhan itu tidak berkurang sama sekali? Aku putus asa untuknya sepanjang waktu, sangat amat butuh untuk bersamanya, itu membunuhku.

Untuk pertama kalinya, aku menantikan Soohyun kembali ke perguruan tinggi. Tahun ini dia pindah ke perumahan di luar kampus dengan seorang teman. Itu berarti aku akan bisa datang dan pergi tanpa menarik perhatiannya ketika aku menghabiskan malam di luar.

Hari ini hari kepindahannya. Jongin, Mingyu, Wonwoo, Ahreum, Ahra dan aku semuanya membantu untuk memuat truk sewaan untuk pindahan mungil yang kami sewa.

Dengan semua bantuan dari semua orang, kami membuat pekerjaan menjadi cepat. Kami sudah memindahkannya keluar dari rumahku dan memindahkannya ke dalam apartemen barunya kurang dari lima jam.

Menjelang sore kami semua benar-benar kelaparan. Dengan mudah kami memutuskan makan pizza dan makan di atas kardus-kardus di apartemen Soohyun. Ini adalah makan malam yang menyenangkan dan akhir yang baik untuk hari yang melelahkan. Jam setengah tujuh kami bubar. Soohyun harus membongkar kardus-kardusnya dan Ahreum dan Ahra harus kembali ke urusan sekolah untuk diselesaikan, jadi kita tidak akan bertemu besok untuk makan malam hari Minggu. Kami mengucapkan selamat tinggal, kami semua berpelukan dan berciuman, berencana untuk bertemu hari Minggu berikutnya. Aku sangat senang bahwa aku hampir melompat keluar dari apartemen. Jongin memintaku untuk menghabiskan malam di rumahnya, dan aku sangat senang.

Sepanjang malam bersama-sama terdengar seperti surga dunia.

Aku menyalakan stereo di mobil saat aku menyusuri jalan bebas hambatan, mendengarkan Greenday dengan volume keras. Dalam empat puluh menit aku masuk ke halaman rumah Jongin, prima dan siap untuk segala sesuatu yang aku harap kita akan lakukan malam ini. Menyambutku di pintu depan, ia memberiku ciuman selamat datang.

"Kau di sini dan kita akhirnya memiliki seluruh waktu tanpa terganggu. Ayo jangan buang-buang waktu sedetikpun!"

Meraih tanganku, dia menarikku menaiki tangga.

"Yang pertama akan menjadi cepat. Kejantananku sudah keras seperti batu selama berjam-jam menontonmu membungkuk dan mengangkat kardus-kardus. Kau memiliki pantat sexy yang bagus Nona Do."

Menjatuhkan tasku di kaki tempat tidurnya, dia menarikku ke pelukannya. Tersenyum padanya, aku mengangguk setuju.

"Aku mendengarmu. Aku hanya bisa meneteskan air liur menontonmu mengangkat kardus dan memindahkan furnitur Mr. Kim."

Kami tidak membuang waktu untuk telanjang.

Meraih kepalaku, Jongin menarikku ke mulutnya untuk mencium saat ia mengarahkanku ke tempat tidur. Punggungku melengkung saat ia bergerak ke leherku dan memberiku beberapa kissmark kecil.

"Oh Jongin, aku tidak bisa menunggu. Bercintalah denganku."

Aku tidak perlu meminta dua kali. Membalikku, ia mengarahkan kejantanannya ke celah basahku dan mulai menekan maju. Dia mengatur dalam kecepatan keras, dan aku mendorongnya kembali bertemu dorongan demi dorongan.

"Aku tidak akan bertahan lama sayang. Sentuh clit-mu yang cantik dan buat dirimu datang."

Aku meluncurkan tangan kananku ke celah basahku. Aku mulai menggosok clit-ku. Sensasinya lebih baik dari nikmat. Mencapai lebih ke bawah aku menyentuh kejantanannya ketika bergerak masuk dan keluar dariku, dan menilai dari kecepatan napas dan dorongannya, dia menyukainya. Tangannya meluncur dari pinggang ke payudaraku dan perasaan diisi oleh kejantanannya saat aku menyentuh clitku dan dia menarik putingku mengirimku ke ujung.

Aku meneriakkan pelepasanku, sensasinya intens saat ia mengubur wajahnya di leherku dan mulai datang dalam diriku.

Setelah beberapa menit berbaring bersama masih menyatu, kami memisahkan diri dan membaringkan diri di atas bantal di kepala tempat tidur, berdampingan. Jongin menyalakan TV dan bolak balik mengganti saluran sampai memutuskan pada sebuah episode dari salah satu acara komedi. Kami menghabiskan setengah jam berikutnya berbaring bersama-sama, kaki saling terkait dan tangan saling menggenggam, saat kita tertawa sepanjang acara.

Ini seperti aktifitas 'normal' sebuah hubungan bahwa aku lagi-lagi telah berharap bahwa mungkin ini bisa menjadi sesuatu. Saat acara selesai, Jongin berdiri dan menyeretku keluar dari tempat tidur.

Menaikkan alisnya padaku dia berkata, "Kau pernah berenang telanjang?" Dia kadang-kadang begitu tak terduga, itu menggemaskan.

"Ya, aku pernah. Aku melakukannya beberapa musim panas lalu dengan teman-temanku. Dingin, tapi menyenangkan."

Aku punya pikiran gelisah bahwa dia kemungkinan besar berenang telanjang dengan Jongin-bots nya yang cantik, dan aku merasakan monster bermata bulat menegakkan kepala jeleknya.

"Aku rasa kau melakukannya sepanjang waktu, kan?"

Dia menggeleng kearahku saat kami berjalan menuruni tangga.

"Tidak dengan orang lain. Aku tidak pernah membawa wanita ke sini. Meskipun aku suka berenang telanjang."

Seketika rasa lega yang kurasakan. Aku tahu dia memiliki banyak wanita, dan itu sesuatu yang harus aku hadapi. Tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa aku benci memikirkan hanya menjadi seperti setiap wanita lain, seperti dia sedang menjalani daftar posisi seks dan pengalaman.

Ternyata tidak ada wanita telanjang lain yang berada di kolam renang, atau tempat tidurnya dalam hal ini adalah melegakan. Ketika kami mencapai pintu Prancis di ruang besar yang mengarah ke luar, aku ragu sesaat. Ada jarak dari halaman belakang kejalanan, dan tetangganya tidak bisa melihat dari atas ke halaman, tapi aku harus bertanya.

"Kau yakin tidak ada yang bisa melihat kita, kan?" Dia menggelengkan kepalanya ke arahku.

"Sayang, aku tidak akan pernah membiarkan orang lain melihatmu telanjang. Kau milikku."

Itu semua jaminan yang aku butuhkan. Dan dalam beberapa detik kami berada di luar di teras. Jongin memintaku untuk duduk sementara ia menyalakan sistem stereo luar, kemudian pergi untuk melakukannya. Aku berbaring di kursi panjang kolam renang dan menikmati rasanya udara malam yang hangat pada kulit telanjangku dan pemandangan bintang-bintang di langit. Stereo luar hidup dengan playlist U2, sebuah band yang kami berdua sukai.

Aku menengok ketika aku mendengar dia mendekat, dan aku menyaksikan dengan apresiasi saat ia melangkah ke arahku, benar-benar percaya diri dalam ketelanjangannya.

Terus terang, ia harus percaya diri. Dia adalah pemandangan indah untuk dilihat, telanjang atau berpakaian. Aku tersenyum sebagai tanda terima kasih karena ia memberiku segelas anggur. Ini adalah zinfandel lezat, dan aku menikmati ledakan rasa dingin yang meluncur dari atas lidahku.

Mengambil gelas, Jongin meletakkan di atas meja sebelah kursi tamanku dan menarikku berdiri. Dia tersenyum padaku saat ia membungkuk dan menempatkan satu tangan di bawah lututku, tangan yang lain di punggungku.

Hanya begitu saja ia mengangkatku dari kakiku dan memutarku. Aku belum pernah terbawa oleh perasaan sebelumnya, dan itu menyentuhku dengan cara yang aku tidak tahu itu bisa. Aku tersenyum dan melemparkan kepalaku ke belakang saat ia berputar-putar.

Aku masih tertawa ketika ia tiba-tiba melemparku ke udara, melemparku ke kolam renang. Aku muncul di permukaan cekikikan dan menyibak rambutku keluar dari mataku.

Dia berdiri di tepi kolam tersenyum padaku, dan aku tidak membuang waktu berenang melintas ke arahnya. Aku memegang di tepi kolam dan menatapnya, menikmati pemandangan saat aku tertawa. Ya Tuhan, dia tampan. Tatapanku berjalan dari kakinya ke wajahnya. Mencapai matanya, aku tersenyum pada panas yang aku lihat dipantulkan kembali padaku dalam tatapannya.

"Jongin, kau anak nakal dan kau tidak bermain adil." Dia terkekeh saat aku mengatakan ini, dan aku mengambil kesempatan, menyambar pergelangan kakinya dan menariknya ke dalam kolam.

Dia muncul ke permukaan, terbatuk-batuk dan tertawa. "Kyungsoo! Kau penyelinap kecil, kau pasti memberikan sebaik kau mendapatkannya!"

Kami menghabiskan setengah jam berikutnya saling menyiprat, mencebur, dan berenang satu sama lain, bersenang-senang. Ini aku yang akhirnya menyerah, mengatakan bahwa aku perlu untuk mengambil napas. Menarikku kepadanya, ia memerintahkanku untuk bertahan. Aku mematuhi dan memeluk punggungnya, kakiku di pinggangnya dan kepalaku di bahunya. Membungkus lengannya di punggungku, dengan lembut ia mengayunkan kami bolak-balik di dalam air. Ini sangat nyaman, kami berdua diam-diam menikmati air dan malam saat Bono menyanyikan 'All I Want Is You' pada sistem stereo. Saat Jongin mengayun kami ke sana kemari di dalam air, aku bertanya-tanya mengapa dia pikir dia tidak bisa menjalani suatu hubungan. Dia begitu baik dalam hal ini. Tenang, nyaman, menarik dan penyayang, dia benar-benar sempurna. Apa yang aku lewatkan?

Hampir seolah-olah dia merasakan bahwa arah pikiranku serius, ia menghilangkan salah satu tangannya dari belakangku dan menangkup payudaraku. Hanya seperti itu, aku berhenti berpikir.

Melengkungkan tubuh, aku bersandar ke dalam air dan mengapung , kakiku di pinggangnya adalah satu-satunya hal yang menyatukan kami. Raut wajahnya saat ia menatap ke arahku adalah salah satu pujian terbaik yang pernah aku dapatkan. Dia tampak benar-benar terpesona, seakan aku hidangan bintang lima dan terbaik yang pernah hadir, semua menjadi satu.

Sekarang kedua tangannya bebas, ia tidak membuang waktu menggeser kedua tangan ke tubuhku dan payudaraku ditangkup di tangannya. Aku memiringkan kepalaku kembali dan menatap bintang-bintang, berpikir bahwa aku akan membayar satu juta dolar untuk mengabadikan momen ini.

Tangan kirinya bergantian di antara putingku, menggoda dan menarik-narik mereka. Ini adalah sensasi yang indah dan aku mengerang.

"Jongin, rasanya nikmat sekali." Perlahan-lahan ia mulai berjalan mundur, meluncurkan kami melalui air menuju tangga. Ketika ia akhirnya sampai di sana, ia duduk dan menempatkanku ke pangkuannya. Menggeser tangan kanannya ke bawah ia menjalankanjarinya ke atas celah sensitifku, dan aku menggigil dalam kesadaran.

Kali ini seksnya lebih lambat dan lebih dalam, dan merasa ingin lebih, lebih dari sekedar bercinta, lebih dari seks. Saat aku meledak dalam orgasme, aku mengubur wajahku di rambutnya untuk menyembunyikan air mataku yang memenuhi mataku saat ia mencapai orgasmenya sendiri.

Pada saat ini aku menerima apa yang ada dalam kepalaku yang sudah aku ketahui dalam hatiku sejak pagi dia datang ke kamarku dan memintaku untuk mengambil langkah kepercayaan. Aku tidak hanya mencintainya sebagai teman. Aku jatuh cinta padanya.

Bertekuk lutut, menyeluruh, sepenuhnya benar-benar jatuh cinta.

Sial.

Setelah kami selesai di kolam renang, kami ke dalam rumah untuk mandi membasuh klorin, dan kemudian meringkuk di tempat tidur. Aku menonton televisi, sementara Jongin membaca iPadnya.

Semuanya terasa begitu nyaman, begitu tepat. Ketika aku mulai menguap, Jongin memasukkan iPad kembali dan meletakkan bukuku di meja samping. Mematikan lampu, ia menarikku padanya, seperti yang dia lakukan pada malam pertama, punggungku di dadanya.

Meletakkan dagunya di bahuku, ia dengan lembut mengusap sepanjang lekuk pinggulku dan membuatku santai untuk tidur.

Aku terbangun di tengah malam, ruangan bermandikan kegelapan.

Tubuhku berapi-api saat Jongin dengan lembut memijat celahku. Melengkungkan punggungku, aku mengerang sambil ia terus melanjutkan serangan lembutnya. "Aku minta maaf aku harus membangunkanmu sayang. Aku mencoba untuk kembali ke tidur, aku benar-benar mencoba. Tapi karena denganmu seperti ini, tubuhku punya pikiran sendiri. Aku membutuhkanmu." kupu-kupu di perutku melebarkan sayapnya. Dan aku terengah-engah saat aku menoleh dan menyuruhnya untuk membawaku. Mengangkat kakiku, dia masuk dari belakang, kami berdua berbaring miring.

Percintaan yang kami lakukan benar-benar bergairah, lambat dan intens. Dia menaikiku melewati dua orgasme sebelum mendapatkan pelepasannya sendiri.

Setelah itu aku hampir berhasil sampai ke kamar mandi dan kembali sebelum jatuh tertidur lagi.

Pagi ini terbangun pada Jongin yang mengguncang tubuhku. Aku menggerutu karena aku sungguh-sungguh bangkit karena kewaspadaan, menyebabkannya menertawakanku.

"Kau benar-benar sangat buruk di pagi hari bukan?" responku adalah memberitahunya untuk enyah.

Dia menertawakanku.

"Aduh Kyungsoo. Untungnya, aku tahu apa yang membuatmu bahagia di pagi hari."

Meraihku dari tempat tidur, dia membawaku ke kamar mandi dan menempatkanku dibawah dibalik pintu.

"Mandilah sehingga kau menjadi manusia lagi kemudian temui aku di dapur."

Menghidupkan semua jet, aku masuk ke kamar mandi. Seperti biasa,sesaat setelah memiringkan kepalaku kebelakang dan air mulai memijat kepalaku, aku senang. Beberapa orang membutuhkan kopi untuk bangun. Aku hanya perlu mandi. Aku sangat senang menemukan sikat gigi yang aku gunakan malam pertama itu masih berada di tempat sikat gigi. Aku sudah membawa punyaku sendiri, hanya untuk jaga-jaga—tetapi aku tidak dapat menyangkal bahwa itu bagus untuk melihat bahwa ia tidak membuang yang satu ini.

Dua puluh menit kemudian aku di dapur, duduk memakai kemeja dan celana Jongin yang aku ambil setelah malam pertama kami berhubungan seks. Aku menyaksikan ia selesai membuatkan kami telur Benediktus. Mulutku penuh air liur ketika ia meletakkan piring kami dan melompat ke atas bangku di sampingku. Benediktusnya lezat, sama seperti semua yang Jongin masak. Dia sangat berbakat di dapur. Setelah sarapan kami dengan cepat mencuci piring dan mendiskusikan apa yang akan kita lakukan hari ini. Pada akhirnya kita memutuskan bahwa kita ingin menghabiskan hari di rumah —kata-kata Jongin, bukan aku. Tapi aku menyukainya—.

Kami berdua berlari ke lantai atas untuk memakai pakaian renang kami. Dia memakai celana pendek hitam sederhana, sementara aku mengenakan bikini merah. Menuju ke kolam renang, Jongin menyetel Coldplay pada sistem stereo luar, kemudian kita berbaring di kursi panjang berdampingan dan menyerap sinar matahari. Aku ingat bahwa tidak ada yang dapat melihat ke halaman dan aku memutuskan untuk melepas atasan bikiniku. Duduk tegak, aku melepasnya, kemudian menggosokkan tabir surya pada payudaraku. Aku mendengar asupan napas keras Jongin di sampingku, dan aku berbalik dan memberinya seringai.

Kami saling tersenyum ketika aku mendengar iPhoneku berdering. Itu bukan salah satu dari nada dering pribadi, jadi aku tidak tahu siapa yang menelpon.

Jongin berlari kecil melintasi halaman dan meraih teleponku dari meja di teras. Ketika ia melihat layar, langkahnya berhenti.

Keheningan membentang saat telepon berhenti berdering. "Jongin, siapa?" Bahasa tubuhnya mengkhawatirkanku. Dia mencengkram teleponku erat-erat dan dia tidak bergerak, ia pun tak berkata apa-apa. Berdiri dari kursiku, aku bertanya lagi. "Jongin, siapa yang menelpon?"

Menghentakkan kaki ke arahku, dia melambaikan telepon ke arahku.

"Itu adalah bajingan dari kompetisi tarimu. Aku tidak menyadari kau masih berbicara dengannya."

Astaga, dia cemburu. Dasar idiot. "Ya Tuhan, Jongin. Dia hanya teman. Ya, dia terus menelpon sejak kompetisi itu. Dan tidak, aku belum berbicara dengannya. Ada apa sih denganmu?"

"Si brengsek itu mencelamu di depan keluarga kita. Aku mengira kau bilang padanya kau tidak bersedia, jadi di sinilah dia, masih menelpon! Katakan sekarang, apa kau berpikir akan mengencani bajingan ini?"

Untuk sesaat, aku hanya bisa melongo padanya.

"Apa kau kehilangan pikiranmu? TIDAK! Sudah pasti aku tidak memikirkan kencan dengan Sehun. Aku berkomitmen untuk APAPUN ini. Aku telah berhubungan seks dengan tiga orang tepatnya dalam hidupku. Kau, laki-laki di SMA yang mengambil keperawananku, dan seorang pacar di kampus. Sebelum kau, aku bahkan tidak berhubungan seks dalam tiga tahun terakhir. Apa kau benar-benar melihatku seperti seorang pelacur yang bersetubuh dengan siapa saja yang akan melakukan sesuatu seperti itu?"

Menjalankan kedua tangan melalui rambutnya, ia menatapku frustrasi.

"Tidak! Aku tidak melihatmu seperti itu. Maafkan aku. Ini—well, sebelumnya aku tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan seseorang sebelum bertemu denganku. Entah bagaimana kau sudah menjadi begitu penting dalam diriku. Aku peduli. Aku ingin kau hanya bersamaku."

Di dalam kepalaku, aku melakukan tarian kecil kebahagiaan. Sial, kupikir kita mungkin akan membuat kemajuan!

"Jongin, kau mengatakan bahwa kau ingin ini menjadi hubungan yang nyata?"

Bagian bawah jatuh keluar dari perutku saat ia menatapku dengan ngeri.

"Sebuah hubungan resmi—seperti pacaran? Tidak! Aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak pernah bisa melakukan itu. Untuk saat ini, aku ingin kita hanya menjadi satu-satunya. Tapi aku tidak bisa menjadi pacar. Aku tidak menginginkan hal itu. Aku tidak akan pernah berkomitmen untuk siapapun, Kyungsoo. Bahkan kau."

Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti pisau di perutku, dan aku dipotong-potong dengan cepat. Aku bodoh untuk berharap ini bisa menjadi berbeda. Aku harus segera keluar dari sini dan membuat jarak di antara kami.

Ini sudah terlalu banyak, tapi aku tidak pernah memberi seseorang kepuasan untuk melihatku ketika aku jatuh, dan aku tidak akan memulai. Aku perlu memainkan ini dengan tenang, dingin dan utuh, tidak peduli bagaimana. Aku memberinya senyum kecut.

"Aku baik-baik sekarang, tapi suatu hari nanti aku akan menginginkan lebih. Mari kita hentikan sekarang, untuk menghindari hal itu. Aku peduli padamu sebagai teman, tapi karena hanya itu saja yang bisa dijalani, kita perlu kembali ke situ. Sekarang." Dia benar-benar terlihat terperangah.

"Apa? Tidak! Aku tidak—aku butuh—Oh Tuhan. Jika itu yang kau inginkan—sial. Aku tidak pernah ingin menyakitimu. Ini semua keegoisanku. Tapi itu aku. Aku bajingan egois. Itu sebabnya aku melakukan seks dan lari."

Aku tersenyum dan menggeleng. "Kau belum menyakitiku Jongin. Aku seorang gadis dewasa, dan aku baik-baik saja. Semuanya baik-baik saja. Pelarian ini jalannya, dan itu tidak punya tempat untuk pergi kecuali jatuh. Hadapilah, kita sudah menjalani ini selama dua bulan, padahal kau biasanya hanya bertahan tiga minggu. Lagipula kau mungkin sudah mencapai kapasitasmu untuk berada bersamaku."

Dia tampak seolah-olah dia sakit, dan ia menatapku sejenak, tanpa kata. Akhirnya ia berbicara.

"Aku tidak merasa seperti itu sama sekali, jangan pernah berpikir seperti itu! Aku tidak mau—maafkan aku. Aku sangat menyesal. Sial, apa yang telah kulakukan? Kau akan meninggalkan aku, ya kan? Kau tidak akan bisa terus bekerja denganku setelah ini kan?"

"Jongin jangan konyol. Ini bukan seolah-olah kita punya hubungan. Kita hanya berhubungan seks demi Tuhan. Kita akan baik-baik saja. Jangan seperti perempuan."

Ini benar-benar membunuhku di dalam untuk bermain dengan cara seperti ini, tapi aku punya harga diri. Aku harus keluar dari sini dan pergi menjilat lukaku secara pribadi.

"Oke. Kukira itu tidak apa-apa. Um. Apa kau ingin berenang atau sesuatu? Atau—menonton film? Tidak ada alasan bagimu untuk pergi sekarang. Kita bisa menghabiskan hari bersama-sama, kan? "

Aku menggeleng padanya.

"Tidak. Kita sudah selesai untuk hari ini. Aku baik-baik saja. Aku akan keluar selama semuanya baik-baik saja." Tersenyum padanya, aku berbalik dan berjalan kembali melintasi halaman untuk mengambil atasan baju renangku dan dengan cepat memakainya kembali. Ketika aku menyeberang kembali melintasi rumput dia masih berdiri di mana aku meninggalkannya. Aku mengulurkan tanganku, tapi dia menatapku kosong.

"Panggilan dari bumi ke Jongin. Aku butuh teleponku." Mengangguk, ia menyerahkannya kembali padaku. Aku berlanjut masuk ke dalam rumah, berlari kecil ke lantai atas dan dengan cepat mengganti baju, melemparkan barang-barangku kembali ke tasku. Mengambil napas dalam-dalam, aku berjalan kembali ke lantai bawah. Jongin duduk di salah satu kursi jalan masuk di bagian bawah tangga. Dia kembali dalam mode luar angkasa, tidak menyadari aku telah menuruni tangga. Aku berdeham tiga kali sebelum ia terkunci kembali ke kesadaran, melompat dari kursi dan datang untuk mengambil tasku.

Aku tersenyum canggung padanya sejenak, kemudian melangkah melewatinya untuk berjalan ke pintu. Melihatnya saat aku membuka pintu, aku mengisyaratkannya untuk mengikutiku.

"Ayo Jongin, aku harus pergi."

Beralih kembali ke pintu aku berjalan pergi, belum terlalu jauh saat aku berjalan menabrak dada yang kekar. Mengambil napas terkejut, aku melihat ke atas untuk melihat Mingyu yang menatapku.

"Hey Kyungsoo! Bagaimana kabarmu?" Mengangkatku dalam pelukan, dia memutarku dalam lingkaran sebelum memberiku ciuman cepat ketika Jongin berteriak.

"Jauhkan tanganmu dari dia sekarang!"

Kami berbalik untuk menganga pada Jongin. Ya Tuhan, apa dia ingin Mingyu tahu kami melakukan sesuatu? Dasar idiot.

"Sial bro. Aku mulai berpikir kau punya masalah mengendalikan kemarahan. Kau benar-benar perlu untuk bercinta, dan segera. Kau menjadi seperti brengsek pemarah akhir-akhir ini."

Menggelengkan kepalaku kembali kepada Mingyu dan menggunakan seluruh kekuatan yang tersisa untuk tersenyum padanya. "Abaikan saja dia Mingyu. Aku datang untuk berenang di kolam renang dan Jongin marah karena aku menendang pantat dalam kontes putaran. Aku ingin pulang sekarang." Aku mengambil tasku dari Jongin dan melangkah keluar pintu.

"Jangan bodoh Jongin. Aku berada di tim renang. Tentu saja aku melakukan putaran tercepat!"

Berbalik, aku menemukan Mingyu melihat ke arahku, ke Jongin, lalu ke tasku. Oh, sial. Aku harap dia tidak memilih hari ini untuk menjadi super perseptif.

"Well boys, aku berangkat. Sampai jumpa di tempat kerja besok. Sampai jumpa!" Aku mengangkat pantatku keluar dari pintu dan lari ke mobilku.

Melemparkan tasku ke belakang, aku naik ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin. Aku baru saja akan menjalankan mobil ketika ada ketukan di jendelaku, dan aku melihat dan menemukan Jongin berdiri di sana. Aku punya tidak punya pilihan kecuali untuk menekan tombol untuk menurunkan kaca jendela ke bawah.

"Ada apa Jongin?" Merangkak di samping mobil, ia menatapku sejenak.

"Kyungsoo. Aku hanya—Aku minta maaf aku begitu kacau, sungguh. Kau mengagumkan. Wanita terbaik yang pernah aku kenal. Jika itu bisa siapa saja, itu pasti kau. Aku hanya tidak pernah ingin hubungan seperti itu. Sungguh. Aku sangat menyesal. Aku tidak pernah ingin menyakitimu. Aku peduli tentangmu. Tolong beritahu aku kau benar-benar akan baik-baik saja."

Aku menatapnya dalam diam sejenak, menatap wajah pucat nya. Apakah aku akan baik-baik saja? Persetan tidak. Aku merasa seperti seseorang telah merobek keluar hatiku dan menindasnya dengan bus kota. Aku sekarat di sini.

Tapi aku berkomitmen untuk menjaga senyum di wajah sialanku dan berjalan pergi dengan beberapa martabatku yang utuh. "Jongin, jujur, aku akan baik-baik saja. Aku seorang gadis dewasa. Tidak perlu merasa bersalah dan menatapku seperti aku ingin melukai nadiku. Aku yakinkan kau, aku tidak akan melakukan itu. Ini tidak akan berhasil. Kita sedang melakukan hal terbaik dengan berjalan pergi sekarang. Kita akan baik-baik saja. Kita melakukan seks. Semuanya sudah berakhir. Kita berdua manusia dewasa yang rasional. Aku akan menjumpaimu besok di tempat kerja. Sekarang mundur, dan biarkan aku pergi." Melangkah mundur, ia terus menatap saat aku menyelipkan mobil ke gigi. Dia praktis menjadi hijau.

"Ya Tuhan Kyung—Kyungsoo, kita tidak hanya melakukan seks. Jangan pernah mengatakan itu. Kita—Oh Tuhan, aku bahkan tidak tahu lagi. Aku kira kau benar. Sampai jumpa besok Kyungsoo. Berhati-hatilah."

Menginjak gas, aku melesat keluar dari halamannya. Aku melewati dua blok sebelum aku menepi dan membanting mobil ke taman.

Aliran air mata jatuh di wajahku dan aku meletakkan kepalaku di roda kemudi dan menangis.

TBC


caramel-hun's Note :

Jadi gini, kemaren itu aku buka fb eh liat stat salah satu akun yg berteman sama aku di fb, dia ngomongin ff ini, ada yg nyebut merek pula di komentarnya. Katanya 'Itu ff apaan tiap menit begituan' uhh akunya tersinggung tau)': Lagian dari novelnya ya emang gitu jalan ceritanya, terus juga kan udh ada peringatan kalo ff remake ini banyak sex-scene nya.

Intinya, aku mau bilang kalo gasuka ya gausah baca, simple kan?

Ohiya, makasih banyak yg udh baca n review:* Love you guys~!:*

See you next chapter!

02-01-2017

Big Love,

caramel-hun