Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

High School DxD: Ichiei Ishibumi

Date A Live: Koshi Tachibana

.

.

.

A NINJA AND THE GUARDIAN ANGEL

By Bayu

.

.

.

Chapter 10. Undangan makan bersama

.

.

.

"Woooaaahh! Umaii! Umaaii!"

"Makanlah dengan tenang, Tohka. Kau itu berisik sekali, tebayou."

"Uhm! Kau sendiri biasanya juga sangat berisik! Bakaruto!"

"APAAA!? Coba katakan sekali lagi!"

"Ba-ka-Ru-To!"

Twiich!

"Gadis aneh!"

Semua penghuni ruang klub penelitian hal-hal gaib hanya bisa menghembuskan nafas panjang, lantaran interaksi dua orang yang kini malah saling mengejek.

"Rambut durian!"

"Kau cacingan!"

"Dasar kurus!"

"Tukang makan!"

"Ramen lovers!"

"Grrr..."

Mereka terus saling ejek tak ada yang mau mengalah hingga saling menggeram sambil menempelkan dahi.

Asia yang melihat hal itu, mengeluarkan suara lucu saat mukanya kian memerah. Sementara anggota klub yang lain (minus Koneko) tercengang dengan mulut menganga.

Yup. Semuanya sedang menikmati kue. Rupanya mereka diundang kemari adalah untuk ikut merayakan bergabungnya Asia ke klub penelitian hal-hal gaib. Juga masuknya Asia ke Kuoh Gakuen besok senin.

Origami tetap berwajah datar. Dia memakan kue di hadapannya dalam diam. Koneko (yang entah sejak kapan duduk di sampingnya) juga makan dengan tenang.

Sangat tenang.

Tanpa suara.

Sangat-sangat tenang malahan.

Tap!

Terlihat tangan mungil yang menepis tangan lain saat hendak mengambil sepotong kue terakhir.

Origami melirik ke samping setelah tangan kanannya ditepis ketika hendak mengambil kue terakhir.

Koneko memberikan pelototan tajam. Berhiaskan telinga kucing yang menegak dan wajah datar, tangan kanannya perlahan menarik piring berisi kue ke hadapannya.

Ctikk!

Origami menautkan alis, sumpit yang seharusnya menjepit kue malah menjepit ujung piring. Piringnya digeser koneko rupanya.

Ctiikk! Ctikk! Ctitikk!

Terjadilah pertarungan sengit dengan sumpit. Kue berputar-putar di atas piring yang kini bergeser ke kiri dan kanan akibat pertarungan sengit mereka.

Naruto dan Tohka menghentikan pertengkaran mereka, kepala mereka menoleh saat mendengar suara aneh.

Singg!

Entah kenapa mendadak suasana menjadi tegang. Selain suara 'ctikk!', hasil pertarungan Origami dan Koneko, yang ada hanyalah keheningan.

Sampai sebuah suara melengking membuyarkan keheningan itu...

"ORIGAMII! GANBAROO TEBAYOU!"

"YOSHAA! AYOO! KALAHKAN DIAA! ORIGAMII!"

Oh. Ternyata itu suara melengking dari satu grup. Bukan satu orang. Itu adalah suara dari grup "Duo berisik" member dari "Trio penuh kejutan" Yatogami Tohka dan Uzumaki Naruto. Dua siswa Kuoh Gakuen yang sukses membuat anggota Klub penelitian hal-hal gaib. Sweatdrop MASSAL!

"Apa-apaan mereka?" sahut Issei.

"Tadi mereka bertengkar, bukan?" Rias bengong.

"Hihihii...," Asia tertawa kecil.

Lalu, Kiba dan Akeno?

"Ayoo! Koneko-chan! Jangan menyerah!"

"Ara... ara... berjuanglah! Koneko-chan!. Ufufufufu..."

Mendadak Rias merasa bahwa dia membutuhkan obat sakit kepala segera.

"YAAA! KONEKO-CHAN YANG TERBAIIK! Setelah oppai buchou dan Akeno-san..." Issei turut memberikan semangat. Meski dengan cara yang agak memalukan.

"Ber-berjuanglah... Koneko-san." Asia menyambung teriakan Issei dengan suara gugup.

Suasana tegang dengan cepat berubah memanas, saat suara dukungan saling sahut-menyahut dari kelompok Naruto dan Tohka dan juga beberapa anggota klub penelitian hal-hal gaib. Mereka terus memberikan dukungan kepada Koneko dan Origami dengan penuh semangat.

Sampai tiba dimana Akeno berjalan ke arah Naruto. Dia baru saja keluar dari ruang belakang yang sepertinya difungsikan sebagai dapur sambil membawa teko teh di atas nampan.

Dia menuangkan teh hangat ke cangkir yang telah kosong di meja. Aroma teh melati menyeruak bersama kepulan uap, dan hal itu sukses membuat Naruto menolehkan kepalanya.

"Oh. Sankyuu dattebayou, Hamejima-senpai."

"Ufufufu... tidak masalah kau boleh memanggilku dengan nama depanku, Naruto-san."

"Etoo... Meski aku tak keberatan, boleh aku tahu alasannya?"

"Itu sederhana. Karena kau itu aneh."

"Lho?"

"Kau itu aneh. Dibanding anak laki-laki lain di sekolah ini, kau itu sangat berbeda. Naruto-san. Dan juga, kau mudah akrab dengan semua orang. Bahkan setelah kau tahu bahwa kami adalah iblis setelah beberapa kejadian yang tlah berlalu. Kalau boleh jujur, apakah kau tidak merasa takut? Atau apa alasanmu sehingga kau tampak tak mempedulikannya?"

Selesai mendengarkan penuturan Akeno tentangnya, Naruto menyesap teh melati di meja, diperhatikannya Tohka dan Origami secara bergantian, kemudian pandanganya beralih kepada Akeno yang kini duduk di sofa yang berseberangan dengannya sambil menaruh kembali cangkir ke atas meja.

"Souka? Aku tak tahu kalau sifatku ini aneh. Hehehehe..."

"Itu hanya anggapanku saja. Naruto-san," Akeno sedikit cemberut.

"Iya iya... Ehmm, bagaimana mengatakannya ya? Singkatnya begini. Aku hanya berpikir jika berteman tak memerlukan persyaratan. Jika kau sungguh ingin berteman denganku, mari kita berteman. Yah! Sesuatu semacam itulah."

"Pfffhhh..."

"Hei! Aku tahu aku ini memang payah jika menjelaskan sesuatu tapi, aku juga tak merasa ada yang lucu di sana, ttebayou"

"Hihihihi... maaf aduh! Perutku sakit! Hihihii..."

"Kalau begitu, berhentilah bicara sambil tertawa, tebayou."

Naruto sewot. Dia berucap dengan mata menyipit dan nada datar.

"Maaf soal itu," Akeno menghentikan tawanya, mengetahui reaksi lawan bicaranya tadi, dia buru-buru minta maaf.

Setelah menghembuskan nafas panjang, dia melanjutkan kata-katanya.

"Kau itu sederhana sekali ya. Kau tahu? Mungkin jika semua orang berpikir sepertimu. Maka aku tak perlu kehilangan ibuku."

"Hah?"

"Eh! Lupakan saja. Hehehehe..."

Sekarang Naruto benar-benar tak mengerti. Apakah dia salah bicara? Dia memperhatikan kembali Akeno yang salah tingkah. Berpikir bagaimanapun, sepertinya itu bukan kesalahannya bukan?

Rias memperhatikan Queen dalam jajaran anggota keluarga iblisnya yang kini terlihat sedang mengobrol dengan salah satu tamu undangannya. Masih dalam suasana ramai akibat pertarungan Koneko dan Origami. (Yang berusaha mempertahankan kue terakhir mereka) lengkap dengan sorakan pendukungnya. Pandangan matanya mengernyit heran.

'Are? Kupikir kau tertarik pada Naruto-san sebagai laki-laki, Akeno. Ternyata bukan ya. Hm... Padahal aku berencana menjadikan mereka bertiga sebagai anggota keluarga kita. Tapi, sepertinya mustahil. Mereka tidak pantas menjadi iblis. Tunggu dulu? Ada apa denganku? Iblis itu serakah! Serakah adalah sifat dasar iblis. Oh kami- ittaii! Ekhem! Demi Mao-sama!'

Menyadari apa yg baru saja ia pikirkan, Rias membenturkan kepalanya ke meja dengan pelan.

'Mao-sama itu, kakak kandungku sendiri, kan? Hadeeh.'

Sungguh! Hal semacam ini adalah pertama kalinya Rias alami. Menyebut nama Kami-sama yang merupakan pantangan para iblis, dan juga. Dia bisa-bisanya melupakan bahwa pemegang gelar 'The Greet Devil Lucifer' adalah kakak overprotektif yang dia miliki dalam keluarga besarnya.

Saat ketegangan dalam suasana pertandingan berlangsung, dan Rias yang masih sibuk dengan lamunannya sendiri, terdengar suara ketukan pintu, menandakan ada seseorang di luar ruangan yang hendak masuk.

Akeno yang kebetulan duduk dekat dengan pintu (Naruto dan Akeno duduk di sofa dekat pintu masuk) lekas membukakan pintu dan menyambut tamu.

"Ara-ara. Kaicou?"

"Hn. Apa ada sesuatu? Di dalam ramai sekali."

Rupanya yang datang adalah sang Seto-kaicou. Dia tidak sendiri melainkan bersama dua orang lainnya. Seorang siswi berambut hitam panjang yang juga berkacamata dan seorang siswa berambut kuning gelap yang tengah tersenyum.

Akeno pun langsung mempersilahkan mereka masuk, kemudian keruang belakang untuk menyiapkan dua cangkir teh.

Rias yang awalnya melamun sedikit terkejut mengetahui bahwa sahabatnya (lengkap dengan muka datarnya) datang berkunjung.

"Oh. Hei, Sona."

Dia berniat menyapa dengan mengatakan itu, namun jawaban yang diterimanya adalah tebasan nagitana dari siswi berambut hitam panjang, salah satu orang yang datang bersama seito-kaicou ke klubnya.

Naruto jongkok di dekat tiga orang yang baru datang. Dia mengambil dua benda berbentuk serupa dan berdiri setelah menempatkannya di dua piring yang berbeda.

Siswa yang berdiri di samping, Seito-kaicou ternganga habis. Sedangkan Seito-kaicou dan siswi tadi (yang masih menggenggam nagitana di tangannya) memasang ekspresi hampa.

Anggota klub penelitian Ilmu gaib (kecuali koneko yang menatap intens Naruto) tampak sibuk menahan tawa.

Tak peduli dengan hal itu, Naruto terus berjalan hingga sampai di depan Koneko dan Origami. Dia menyodorkan benda tadi yang ternyata kue yang telah terpotong oleh tebasan Nagitana barusan.

"Nih! Daripada berebut, akan lebih baik membaginya, tebayou."

Origami menerima salah satu kue setelah berterima kasih, sedangkan Koneko langsung memakan kue lain dengan cepat. Tak lupa telinga kucing dan ekor yang bergoyang-goyang karena senang.

Tohka berdiri di hadapan Naruto. Dia menatap intens padanya setelah menepuk bahunya. Wajah mereka sangat dekat menandakan kumatnya rasa ingin tahu Tohka yang abnormal.

"Muu, apa kau sakit, Naruto?"

"Hah? Apa maksudmu, tebayou?"

"Tadi kau menyoraki mereka, kan?"

"Eh!? KAULAH YANG PALING KERAS MENYORAKI MEREKA! BAKA TOHKA!"

JDUAAKK!

"MO! Ittaiinaa!" Tohka mengeluh sambil mengelus dahinya, dia baru saja menerima sundulan dari teman berisiknya itu. Kadang Issei pun dibuat heran. Kenapa mereka bisa sangat dekat dan akrab padahal sering bertengkar, meski hanya karena hal spele.

"EKHEM!"

Suara deheman yang cukup keras barusan, berhasil mengalihkan perhatian Duo berisik dari pertengkaran yang akan kembali timbul.

Di samping Rias, duduk di kursi pendek yang sejajar. Sang Seito-Kaicou, Shitori Souna menatap mereka dengan wajah tegasnya.

"Jadi, bisa jelaskan kenapa kalian bisa di sini, Uzumaki-san, Yatogami-san, Tobiichi-san?" ujarnya.

"Anoo... kami hanya diundang kemari oleh Gremory-senpai untuk ikut merayakan bergabungnya Asia ke Klub dan juga mulai bersekolah di sini," jawab Naruto jujur.

"Lalu, kenapa ada suara keributan saat aku berada di ruang kepala sekolah? Para guru yang ada di sana jadi ribut karena melihat sebuah pohon tumbang, kau tahu?"

"Naruto-san hebat! Dia mempermalukan 'si ayam panggang' hanya dengan satu teknik sederhana!"

"Hah? Apa maksudmu, Rias?"

Dan akhirnya Rias menceritakan semua kejadian. Mulai dari kedatangan tamu undangannya, datangnya Raiser dengan seluruh peerage-nya, hingga pesta perayaan bergabungnya Asia ke anggota keluarga iblisnya.

Souna menghembuskan nafas panjang.

"Naruhodo. Kesampingkan hal ini nanti, Rias. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan. Ini penting!"

"Hah!?"

.

.

.

Grigory.

Bertempat di 'Dunia bawah' (Underworld). Salah satu tempat selain (Meiykai) tempat para iblis dan merupakan wilayah Malaikat jatuh. Tempat ini tampak seperti lingkungan sosial pada umumnya. Ada pasar. Apartemen kecil. Juga jalan setapak. Hal yang membedakan tempat ini dan lingkungan manusia hanyalah langit yang berwarna ungu, juga penduduk yang bersayap gagak.

Di ruangan yang luas. Seorang pria paruh baya sedang menjelaskan suatu hal kepada dua orang gadis dengan raut muka serius.

"Begitulah keadaannya. Apa kalian yakin akan melakukannya? Ini bisa saja menjadi misi bunuh diri bagi kalian."

"Kami mengerti. Karena itulah kami menerimanya."

"Baiklah. Kalian sudah kudaftarkan sebagai penyamaran di sana."

"Ha'i!"

Setelah membungkuk, kedua gadis itu berlalu meninggalkan ruangan.

Pria itu, Azzel menghembuskan nafasnya. Tangannya meraih cangkir di atas meja, dengan elegan Azzel meminum isi cangkir itu. Mulutnya mengerucut sambil menghela nafas.

"Haaahhh.. sepertinya dia telah membuat hal yang memusingkan. Apa-apaan cara berpikirnya itu! Perang katanya? Ya ampun!"

Dia mengerutu sambil membaca berkas laporan yang menumpuk. Tiba-tiba dia menyunggingkan senyuman, setelah meletakkan berkas ke atas meja. Dia berucap lagi.

"Tapi, dengan begini semuanya akan lebih mudah kurasa. Benar begitu, kan?" dia menutup matanya sembari menyambung kata-katanya."Sirzerxh."

.

.

.

"Jadi, apa tanggapanmu mengenai hal ini, Rias?"

Dua orang sedang membicarakan hal serius, Shitori Souna yang bernama asli Sona Sitri, menampilkan ekspresi serius. Sedangkan lawan bicaranya hanya menanggapi dengan santai.

Mereka berada di taman belakang sekolah. Mereka datang ke sini setelah acara di ruang klub selesai. Alasan kenapa mereka tidak menyertakan peerage-nya adalah...

"Haaaahh... kalau Issei-kun melihat ini, aku pasti akan sangat kerepotan. Tapi kau tenang saja, Sona, tak akan ada masalah kok!"

Sona mengernyit.

Rias menutup map yang ia baca, dia meletakkan kaca mata bacanya di atas map, lalu berucap.

"Hei, jangan melihatku seperti itu."

"Kau serius?"

"Yup!"

"Kau tahu apa artinya kan?"

"Tentu!"

Sona menghela nafas.

"Haaahh. Baiklah. Ngomong-ngomong, aku mendapatkan 3 buah bidak cadangan dari Belzebub-sama"

"Aku tahu! Aku juga mendapatkannya."

"Bagaimana menurutmu? Trio Kyoto itu?"

"Sona..."

Rias bangkit dari tempat duduknya, dia meletakkan map di kursi yang ia duduki tadi. Matanya menyipit tajam.

"Jika kau berencana menjadikan mereka iblis, maka aku akan melawanmu."

Sona sedikit tersentak. Namun kemudian dia tersenyum.

"Jadi, kau juga mengincar mereka, hah?"

Untuk beberapa saat, mereka beradu pandang. Kemudian Rias berbalik badan membelakanginya.

"Bukan. Memang benar. Aku berencana membujuk mereka untuk masuk dalam peerage-ku. Tapi, aku berubah pikiran. Mereka tak pantas menjadi iblis."

Angin berhembus, membawa helaian rambut merah dalam sebuah tarian. Sona terdiam, menemukan topik baru, dia pun mulai bertanya.

"Lalu, bagaimana dengan 'dia'?"

"Oh. Yakitori itu? Ya. Kami akan bertanding di rating game. Seminggu lagi."

"Hmmm?"

"Kami akan berlatih di villa Gremory. Jadi, tolong ya."

"Aku mengerti. Tapi, apa kau bisa menang?"

Rias menunjukkan cengiran.

"Tenang saja. Timku akan menang telak."

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Maaf atas keterlambatannya. Chapter 10 selesai.