Fault

Author: charmingloki

Beta reader: minamishiho

Disclaimer: Yuuri on Ice milik MAPPA, Mitsurou Kubo, dan Tadashi Hiramatsu.

Tidak ada yang diambil untuk keuntungan pribadi.

Hanya memenuhi asupan belaka.

Brokolo gara-gara Yuuri on ice udah abis.

Entah kapan season 2 nya.

Dan kemungkinan karakternya OOC.


Aku bermimpi bertemu dengan Ibu.

Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Dia semakin menjauh dariku. Aku mengejarnya, namun aku tak dapat meraihnya.

Ibu...

"Yurio... Yurio..."

Yuri Nikiforov adalah nama anak yang tengah tertidur pulas itu. Namun tidurnya terganggu ketika ada yang memanggil namanya dan menoel-noel pipinya.

"Yurio sayang, ayo bangun."

Kali ini ada yang menggesekkan pipinya dengan pipi seseorang. Siku empat di kepalanya muncul.

"Berisik, Viktor!"

"Kau tidur pulas sekali. Bukankah hari ini kau ada latihan dengan Yakov?"

"Malas."

Hanya satu kata, kemudian Yuri menutup tubuhnya dengan selimut lagi sampai kepala.

"Yurio, matahari sudah tinggi. Ayo bangun." Viktor tidak mau menyerah untuk membangunkan Yuri.

"Berisik."

Yuri menyibakkan selimutnya dengan kesal. Di depannya, Viktor membawakan sepiring pirozhki beserta lilin yang sudah menyala.

"Selamat ulangtahun yang kelimabelas, Yurio."

Yuri terdiam.

"Ayo tiup lilinnya."

"Aku bukan anak kecil lagi, Viktor."

Viktor hanya tersenyum. Yurio hanya menurut dan kemudian meniup lilinnya.

"Kau sudah besar, Yurio. Tidak bisakah kau memanggilku ayah?"

"Katakan dulu siapa ibu kandungku."

Senyum Viktor memudar. Yuri tahu ayahnya akan murung saat ditanya siapa ibunya.

Viktor kembali tersenyum. "Ja, ayo kita sarapan. Aku sudah memasakkan makanan untukmu. Tidak enak kalau sudah dingin. Kau juga tidak boleh terlambat karena Yakov pasti akan marah besar."

Yuri menyipitkan matanya. Lagi... lagi... dia mengalihkan pembicaraan. Sudah beberapa kali Yuri bertanya, namun ujung-ujungnya, Viktor selalu mengalihkan pembicaraan. 8 tahun Yuri bertanya, Viktor hanya bisa diam, lalu mulai membicarakan hal yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dia tanyakan.

Basi.

Yuri mengekor di belakang Viktor menuju meja makan. Ditopangnya sebelah pipi dengan satu tangan. Matanya sibuk memperhatikan Viktor yang sedang asik mengambil makanan dan menyusunnya di meja makan.

"Guruku menyuruhku mengumpulkan akta kelahiran. Besok paling lambat."

"Ah, aku lupa."

Siku empat di kepala Yuri muncul, "Sejak kapan kau bisa ingat sesuatu, heh?" Lagi-lagi basi.

"Nanti aku akan mengirimkannya ke sekolah."

"Mana? Biar aku saja."

"Tidak, tidak. Harus orangtua yang mengantarkannya ke sekolah. Kemarin aku sudah membuatkan dan sepertinya sudah selesai. Besok aku akan minta mengantarkan surat itu ke rumah."

"Hoh, baiklah. Terserah kau saja."


Yuri duduk di sebuah kafe dan memesan minuman latte sebelum pelayan yang menunggui mereka pergi untuk mengambilkan pesanannya. Dihadapannya duduk Otabek Altin, salah satu dari sangat sedikit orang yang dipanggilnya sahabat. Malah mungkin cuma satu-satunya. Maklum, Yuri bukanlah orang paling ramah sedunia. Oke, kalimat barusan agak sarkatis.

"Aku baru tahu kalau ayahmu Viktor Nikiforov," ujar pemuda tegap berwajah datar itu. Tak berapa lama setelah dia berkata demikian, minuman pesanan mereka datang.

"Aku menyesal ayahku Viktor Nikiforov." Yuri memasang wajah kesal. Lawan bicara Yuri tersenyum.

"Dia melegenda. Lima kali memenangkan medali emas berturut-turut."

Yuri memasang wajah cemberut, "Otabek, bisakah kita tidak membicarakan ini?"

"Oh, maaf. Tapi aku penasaran akan alasan kenapa dia pensiun dini. Padahal pair skaternya dan mantan muridnya masih eksis di dunia skating."

"Pair skater? Mantan muridnya? Ayahku pernah jadi pelatih?" Wajah Yuri kebingungan.

"Kau tidak tahu?" Otabek menyeruput tehnya.

"Tidak. Bisa kau ceritakan?" Yuri menaruh minat pada pembicaraan. Otabek mendekatkan kursinya ke Yuri.

"Kudengar ayahmu tertarik saat melihat orang yang meniru progamnya yang diunggah di internet. Lalu ayahmu yang kehilangan motivasi skating langsung menuju ke Jepang dan membuat Yakov marah besar saat itu."

Yuri tahu darimana Otabek tahu cerita itu. Darimana lagi? Tapi dia tidak pernah dengar soal ini sebelumnya. Memang sih dia agak tidak peduli dengan status orang yang sayangnya adalah ayahnya selagi masih menjadi pro figure skater, tapi kalau kabarnya sebesar ini, bukankan setidaknya dia pernah dengar walau sedikit?

Kecuali kalau ayah sialan itu sengaja ambil berbagai tindakan agar aku tidak pernah mendengarnya.

Rasa ingin tahu memenuhi pikirannya."Siapa nama orang itu?"

"Katsuki Yuuri."

"K-katsuki Yuuri?"

"Ayahmu pernah melatihnya. Tapi dia gagal mendapat mendali emas dan mendapat peringkat kedua. Kemudian ayahmu kembali ke dunia skating dan memutuskan mengambil pair skating dengannya."

"Dia perempuan?"

"Laki-laki." Kata Otabek datar. Yuri langsung tersedak.

"Memang bisa?"

"Entahlah? Tanya saja Yakov. Dulu dia yang melatih mereka berdua."

"Cerita itu sudah berapa lama?"

"16 tahun yang lalu."

Yuri langsung bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya. Sudah lama dia curiga bahwa kemungkinan orang itu tahu jawaban akan pertanyaan yang ada dipikirannya, tapi percakapan barusan membuat kecurigaannya menguat.

"Mau kemana?" tanya Otabek.

"Menemui Yakov."


Sudah sejak lama Yuri ingin tahu siapa ibunya. Kalau Yakov mengenal ayahnya begitu lama, dia pasti mengetahui siapa ibu kandungnya.

"Oi Yakov. Kau dimana?" teriak Yuri begitu sampai di ice rink.

Siku empat muncul di kepala Yakov, "Kau sama saja seperti ayahmu, suka seenaknya. Datang terlambat lalu berteriak-teriak seperti di hutan."

Yuri tidak terlalu memperhatikan omelan Yakov barusan karena pria tua itu marah sama seringnya dengan Viktor Nikiforov lupa kapan hari buang sampah, dengan kata lain amat sangat sering. Pemuda cantik berusia 15 tahun itu menghampiri Yakov dengan eskspresi super serius.

"Ada yang ingin kutayakan denganmu."

Wajah Yakov melunak, "Bertanya?"

"Kau sudah mengenal ayahku begitu lama. Kau pasti mengenal siapa orang yang melahirkanku?"

Yakov bingung dengan pertanyaan Yuri, "Aku memang mengenal ayahmu sudah lama tapi aku tidak tahu ayahmu pernah berhubungan dengan siapa saja. Selama dia berkarir di dunia skating, memang banyak yang terpesona olehnya, namun aku tidak melihat dia dekat atau pernah berhubungan serius dengan siapapun."

"Apa benar kau tidak tahu sama sekali?"

"Dulu, Viktor membawamu yang masih merah di dalam gendongannya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menangis setelah itu. Aku tidak berani menanyakannya lebih lanjut."

Yuri menelan kekecewaan atas pernyataan Yakov. Pupus sudah harapan dia tahu siapa ibunya dari orang yang dia pikir serba tahu tentang kehidupan ayahnya.


"Aku pulang."

Tidak ada yang menyahut. Apa dia sedang keluar? Pikir Yuri sambil langsung masuk ke dalam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tidak biasanya ayahnya tidak ada di rumah jam segini.

Bosan, pemuda berambut pirang itu otomatis meraih remote TV di atas meja dan tanpa sengaja tangannya menyentuh sebuah amplop coklat yang diletakkan di sebelah benda yang dia cari.

"Amplop apa ini?"

Yuri membuka amplop itu dan melihat isinya.

"!"

"Kau sudah pulang, Yurio?" Tanya Victor yang tiba-tiba muncul dari arah dapur. Senyum santainya yang biasa menghiasi wajahnya.

Kaget, pemuda berusia 15 tahun itu buru-buru mengembalikan kertas itu ke dalam amplop.

"Ya, aku sudah pulang."

Viktor masuk ke ruang TV dan senyumnya membeku begitu melihat Yuri memegang amplop coklat tersebut. Dia segera merebutnya. Tangannya gemetar.

"Apa kau melihat isinya, Yuri?" Tanyanya serius dengan wajah pucat pasi.

"Tidak. Memang apa isinya?"

Raut wajah Viktor langsung terlihat lega. "Bukan apa-apa. Kau sudah makan?"

"Belum."

"Baiklah. Kau ganti baju, sana. Makan malam sebentar lagi siap."

"Baiklah."

Yuri menuju kamarnya. Setelah pintu kamar tertutup, tubuhnya langsung lemas, merosot duduk dengan punggung bersandar di daun pintu.

Apa? Tulisan macam apa barusan? Kata-kata yang dia lihat sesaat sebelum mengembalikan surat itu ke dalam amplop berputar tanpa henti di kepalanya.

.

.

.

Telah lahir Yuri Nikiforov.

Nama Ayah : Viktor Nikiforov.

Nama Ibu : Yuri Katsuki.

.

.

.

Bersambung


A/N: Demi apa saya sampai tergila gila dengan Yuri! on ice.

Ini pertama kali saya buat untuk fandom ini setelah 5 tahun tidak menulis cerita.

Drama. Ya, drama.

Efek kebanyakan nonton drama.

Dan jadilah cerita abal ini.

Gak tahu ceritanya mau dibawa kemana.

Terima kasih yang sudah membaca.


Another notes: Halo! Saya minamishiho, beta reader fanfic ini! Cuma mau ngasih tau, authornya saat ini lagi pulang kampung, jadi untuk chapter selanjutnya paling bisa di update diatas tanggal 8 Januari. Ato kalo dia mau ketik pake hape dan kirim ke gue buat di beta, bisa aja lebih cepet, tapi nggak janji.

Udah, mau ngasih tau itu aja sih. See you!