TT
.
'You don't know how I feel, So mean, so mean'
.
Jeon Wonwoo/Kim Mingyu
Seventeen Members
Warning:!: OOC!
.
.
.
Siang di musim semi itu begitu cerah, matahari yang bersinar terang dan bunga bunga yang sudah mengembangkan kuncupnya membuat berpasang mata yang memandangnya ikut merasakan euforia pertengahan musim yang menerbangkan ribuan kelopak bunga sakura. Namun tak ada yang lebih cerah lagi bagi seorang Jeon Wonwoo saat tangan keduanya terkait erat, seakan jika direnggangkan sedikit saja maka pemuda bersurai blonde disampingnya akan pergi bersama kelopak bunga sakura yang memenuhi jalan ini.
"Wonwoo-ya, kau mau itu?"
Suara merdu pemuda disebelahnya melebarkan senyum Wonwoo. Ia menatap tepat ke dalam semesta hitam pemuda disebelahnya. Wonwoo mengangguk malu dengan rona merah dikedua belah pipinya, yang membuat pemuda disampingnya ikut tersenyum dan mengusak pelan surai mint Wonwoo.
Pemuda itu berlalu, membuat kedua tautan tangan mereka terlepas. Wonwoo menatap kecewa tangan yang kini hanya bisa menggapai udara. Ingin rasanya menggapai tangan itu lagi, namun hanya punggung tegap yang ditangkap Wonwoo dari pemuda itu.
"-woo... Wonwoo?... Ya! Jeon Wonwoo"
Wonwoo mengerjabkan matanya beberapa kali. Ia memandang kepada dua sahabatnya yang sudah berdiri didepannya dengan wajah yang tampak kesal. Wonwoo mengerutkan dahinya, seingatnya tadi ia berada di jalan yang ditutupi kelopak bunga dengan pohon sakura di kiri-kanan jalan bersama pujaan hatinya. Mengapa ia sudah sampai kekelas?.
"Apa yang kau lamunkan? Ah... jangan bilang kau menghayal ten-"
"Sudahlah, ayo kekantin sebelum ramai"
Wonwoo segera beranjak, tak lupa membereskan peralatan tulisnya yang berserakan diatas meja dan menyimpannya kedalam laci. Ia berjalan keluar mendahului kedua sahabatnya yang membuatnya dihadiahi decakan sebal.
.
.
.
Keadaan kantin cukup ramai. Ditambah dengan teriakan teriakan siswa siswa yang sudah tidak sabar menunggu antrian. Wonwoo menatap jengah kepada kerumunan orang kelaparan disana. Mereka tidak perlu berteriak toh makanan di kantin ini tidak akan habis.
"Wonwoo, Jihoon. Biar aku saja yang pesan. Kalian mau pesan apa?"
"Aku mau chocolate milshake saja"
"Aku mau jajangmyeon dan susu pisang. Kami cari meja kosong ya Hyung"
Jihoo menarik Wonwoo memasuki area kantin lebih dalam. Namun langkahnya terhenti tatkala netranya menangkap pemuda yang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kepada Jihoon.
"Akh.. kenapa ada dia sih?! Kau cari saja meja sendiri aku akan membantu Jeonghan Hyung"
Jihoon dengan cepat berbalik dan berlalu tanpa menunggu jawaban dari Wonwoo dulu, menenggelamkan tubuhnya di antara kerumunan orang orang yang mengantri.
Wonwoo menghela nafas, ia sudah biasa ditinggal begini ketika di kantin. Alasannya tak lain dan tak bukan adalah pemuda dengan mata segaris yang sudah ia hapal betul sebagai fans nomor 1 Jihoon. Pemuda itu bahkan nekat setiap hari berjalan di koridor kelas Wonwoo saat jam pelajaran hanya untuk memberikan flying kiss untuk Jihoonnya. Jihoon yang dikenal dengan sifat jutek dan tak suka basa basi dan hal tak berguna tentu saja sangat merasa terganggu. Bahkan ia pernah memaki pemuda itu didepan banyak orang saat pemuda itu menyatakan cinta. Namun sepertinya hal itu tak membuat cinta pemuda itu untuk Jihoon memudar.
Ngomong ngomong soal cinta, Wonwoo jadi teringat akan crushnya. Bibibirnya turun, andaikan crushnya seperti Hoshi-pemuda dengan mata segaris yang cinta mati dengan Jihoon-, maka ia pastikan ia adalah orang yang paling bahagia. Jangankan mencintainya, Wonwoo saja tak yakin jika crushnya itu tahu jika ia menyukainya.
'Andaikan itu semua kenyataan'
Wonwoo masih menghayal, memandang langit langit kantin. Membayangkan bagaimana jadinya jika ia bersama dengan pemuda yang sudah ditaksirnya semenjak tahun pertama ia menduduki sekolah jenjang atas.
Wonwoo meringis ketika merasakan sensasi dingin di bahu kanannya. Ia menatap kemejanya yang sudah berwarna kuning, akibat dari es jeruk yang tumpah. Ia menatap seorang perempuan yang berkali kali membungkuk meminta maaf yang Wonwoo balas dengan bungkukan juga. Lagipula ini tak sepenuhnya salah gadis itu, ia juga melamun sambil berjalan. Gadis itu menawarkan bantuan untuk mencucikan bajunya namun Wonwoo menolak dengan halus dan mengatakan jika ini bukan masalah besar dan membiarkan gadis itu pergi.
Wonwoo menatap kemeja bagian bahu sampai lengan kanannya dengan miris. Sehabis ini ia harus presentasi kedepan kelas. Bagaimana dengan penampilannya yang terlihat tak pantas?.
Masih bergejolak dengan kemejanya, sebuah jaket terulur kehadapan Wonwoo.
"Pakailah"
Wonwoo mendongak, ia kenal suara ini. Suara yang membuat hatinya beberapa tahun ini jadi tak menentu.
Ia menatap jaket yang terulur dan pemiliknya secara bergantian. Tangannya terjulur, mengambil jaket itu lalu mendekapnya di dada.
Ia masih memandang jaket itu dengan pupil yang melebar, memegang sesuatu milik pemuda itu untuk yang pertama kalinya sampai sampai tak sadar jika pemuda itu sudah berlalu.
.
.
.
Jeonghan dan Jihoon datang dengan dua nampan berisi makanan diatasnya. Mereka memandang bingung Wonwoo yang menopang dagu dengan kedua tangan dan senyum senyum tidak jelas.
"Kesambet apa kau sampai seperti orang gila begini?"
Perkataan Jeonghan hanya berlalu tanpa tanggapan pemuda dengan surai mint yang masih tersenyum.
"Dan juga, Jaket siapa ini?"
Kali ini Jihoon yang berbicara. Wonwoo menatap keduanya dengan pandangan berbinar-yang membuat keduanya semakin mengernyitkan dahi mereka.
"Ini punya Mingyu" jawab Wonwoo yang masih mempertahankan senyumnya.
Tentu saja jawaban itu membuat Jeonghan dan Jihoon terbelak. Walaupun Wonwoo dan Mingyu sekelas, mereka tak memiliki interaksi yang berarti. Bahkan mereka tidak seperti teman sekelas-dikarenakan interaksi ysng begitu minim. Apalagi meminjami jaket? Setahu Jeonghan Mingyu itu tidak suka barangnya disentuh orang lain, apalagi meminjami. Tentu saja bukan tipe Mingyu yang Jeonghan kenal.
"Bagaimana ceritanya?"
Jihoon bertanya antusias. Tentu saja ini berita bagus. Setidaknya ada sedikit kemajuan dalam hubungan percintaan sahabatnya yang dikenal dengan sifat yang cukup dingin-namun beda lagi saat sudah dengan Jeonghan dan Jihoon.
"Tadi-"
Dan Wonwoo pun menceritakan kronologis yang menyebabkan ia mengantongi jaket milik Mingyu.
.
.
.
Wonwoo menatap sebuah paper bag bermotif bunga-yang berhasil ia curi dari kamar noonanya- dengan sebuah jaket yang sudah terlipat rapi. Ia hanya memandangi benda itu tanpa melakukan apa apa. Namun otaknya sudah berkelit dari tadi.
"Apa aku harus memberinya sesuatu?"
"tidak mungkin" Wonwoo berguling di atas kasur.
Ya, ia bingung harus mengembalikan barang milik Mingyu bagaimana. Jam sudah menunjukkan pukul 11.47 malam dan selama itulah Wonwoo memikirkannya.
"Haruskah aku menulis kartu ucapan?"
"Ah, tidak! Bisa bisa nanti dibacanya didepan kelas. Mau ditaruh dimana mukaku"
Wonwoo menekuk wajahnya. Ia duduk bersila dan menatap paper bag itu dengan pandangan nelangsa.
"Akh! Peduli amat"
Wonwoo menarik selimut hingga menutupi wajahnya dan mencoba terlelap. Membiarkan paper bag itu tergeletak di ujung tempat tidurnya. Sepertinya ia akan memikirkan itu lagi besok.
.
.
.
Bel istirahat telah berbunyi 5 menit yang lalu. Tak heran jika dikelas ini sudah tak berpenghuni. Hanya tinggal 2 kepala, yang satu sedang membaca buku dan satunya lagi sedang mengintai yang satunya.
Keduanya tak lain adalah Mingyu dan Wonwoo. Mingyu yang membaca buku dan Wonwoo yang mengintai.
Wonwoo memantapkan hatinya. Ia akan mengembalikan jaket Mingyu hari ini. Ia menenteng paper bagnya dan berjalan pelan mendekati mingyu.
Wonwoo meletakkan paper bag itu tepat dihadapan mingyu, yang membuatnya mengalihkan fokusnya dari buku.
"Ini jaketmu, makasih soal kemarin"
Mingyu melirik kedalam paper bag itu, dan menemukan bomber jacket berwarna navy didalamnya lalu mengangguk.
"Oh, soal itu tidak masalah" dan Wonwoo hanya menjawab dengan deheman kecil.
Suasana canggung menyelimuti mereka berdua. Mingyu kembali memfokuskan pandangannya ke buku dan wonwoo yang berdiri sambil meremas tangannya.
"Kalau begitu, aku permisi dulu"
Wonwoo memilih mengakhiri kecanggungan diantara mereka dengan pergi. Walaupun ia ingin waktu lebih lama bersama Mingyu, entah kapan lagi ia bisa berduaan dengan Mingyu.
Wonwoo pun berjalan keluar, menyusul Jeonghan dan Jihoon yang sudah duluan ke kantin.
"Seokmin, ini jaketmu"
Teriakan itu otomatis menghentikan Wonwoo. Bukan tentang intensitas bunyinya yang cukup besar, namun isi perkataannya. Wonwoo membalikkan tubuhnya. Disana ia melihat Seokmin-teman sekelasnya juga- sedang berdiri di hadapan Mingyu sambil melihat isi paper bag yang berada di atas meja.
"Ya! mengembalikannya tidak usah berlebihan juga. Pakai paper bag segala dan apa ini, motif bunga? Hee... aku tidak tahu kau sefeminim ini Gyu"
Jadi jaket itu milik Seokmin? Bukan milik Mingyu?
Wonwoo menunduk, menyembunyikan air mata yang sudah mengelinang di pelupuk matanya. Jika tahu itu milik Seokmin, Wonwoo tak akan seperti orang gila yang terus tersenyum mencucinya dan memikirkan segala macam cara untuk mengembalikannya. Pantas saja Mingyu mau meminjaminya jaket, toh itu bukan punyanya.
Wonwoo menggeleng, lalu berlari cepat keluar kelas. Tidak menyadari sepasang mata yang terus mengawasinya sambil menapikkan senyum yang sulit diartikan.
.
.
End/Tbc
Rencananya ff ini mau dibuat series gitu yang berisi pengejaran Wonwoo yang sia sia :v tapi liat respon pembacanya, mau lanjut atau ngak?