Jimin masih terjebak di rumah Bosnya.

#yoonmin #bts #gs #m

The Boss
2

"Kita belum selesai, Sayang." Senyuman tercetak di wajah Yoongi seiring dengan jemari basahnya meraih dagu Jimin lantas mempertemukan singkat bibir tipisnya dengan bibir penuh gadis itu. Kedua mata Jimin terpejam, tangannya terkalung di leher Yoongi dan dia mengejar mulut pria tersebut ketika kecupannya berakhir, kembali memperangkap belahan bicara itu dan mencecap kemanisannya. Yoongi menyeringai menyadari gadis di pelukannya sudah semakin berani dan agresif.

Tanpa melepaskan pagutan, perlahan pemuda bersurai hitam membuat Jimin bergerak. Menuntunnya berjalan sembari memegang bahu sempit serta pinggang ramping gadis tersebut sehingga ketika ujung heels-nya terantuk karpet, ada Yoongi di sana yang sigap mendekap, menjaganya supaya tidak terjatuh. Satu ciuman terakhir dan bibir tipis memaksa untuk lepas dari kuluman Jimin. Wanita muda itu terengah, sepasang mata kecilnya menatap Yoongi dan butuh beberapa detik baginya untuk sadar dia sudah berpindah tempat.

Pipi Jimin merona saat merasa punggungnya sudah menempel di salah satu sisi dinding kamar mewah bosnya, terlebih ketika pria yang lebih tua meletakkan tangan di sebelah kepalanya guna menahan badan yang mencondong ke depan seolah ingin memperangkap tubuh mungil itu. Jimin mengalihkan mata ke samping, tak kuasa membalas tatap lurus sepasang manik sayu yang memiliki candu lebih memabukkan daripada puluhan butir ekstasi sekaligus.

Yoongi tersenyum kecil melihat sosok yang sudah terpojok dan hanya dapat merona malu tersebut. Diraihnya sejumput surai coklat Jimin, menelusuri dengan jemari tangan lalu membawanya ke permukaan bibir sementara sepasang matanya tidak lekang menatap perubahan ekspresi wajah gadis di hadapannya yang semakin memerah dan gelisah karena salah tingkah.

"Kh." Pria itu menahan geli, merasa takjub sekaligus tidak menyangka masih ada orang blak-blakan, polos, dan spontanitas seperti Jimin di dunia yang hanya memikirkan ambisi serta penuh kepalsuan ini. Keluguan dan kejujurannya dalam menghadapi Yoongi membuat pemuda tersebut kagum.

Si mungil masih belum berani memandang pria yang memojokkannya ke tembok, membuatnya tidak sadar jika Yoongi sudah berjongkok, merebahkan kedua lutut di lantai dan saat ujung jemarinya menyentuh pergelangan kaki Jimin, gadis itu terlonjak kaget.

"Ma-maaf, Sajangnim—" Jimin tergagap, merasa gugup maksimal karena dia hampir reflek menendang Yoongi namun atasannya hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin melepas sepatumu karena sepertinya kau tidak nyaman memakai ini terlalu lama," ujarnya santai.

"Ti-tidak, biar saya saja—" Jimin hendak menolak uluran tangan pucat Yoongi tapi pria tersebut bergeming, tetap meraih ujung pita yang membelit pergelangan kaki si gadis yang menjadi aksen pemanis dari high heels warna peach yang dia kenakan malam itu. Tanpa bicara dia mengurai ikatan pita dan menunggu Jimin beranjak sendiri dari pijakannya di atas sepatu baru kemudian menyingkirkan dua alas kaki tersebut ke samping.

Mata Jimin mengikuti Yoongi yang bangkit berdiri dan entah kenapa seperti bertambah tinggi beberapa inci dari sebelumnya. Pria itu tersenyum.

"Kau tidak cocok dengan hak tinggi. Kau lebih cute seperti ini," katanya ringan dan makhluk yang sudah lebih dulu merona karena disebut cute, sama sekali tidak sadar senyuman namja yang membuat dia mendongak hanya untuk memandangnya itu samar berubah menjadi seringaian.

Yoongi mengulurkan tangan, menangkup sebelah wajah Jimin lantas sekali lagi mempertemukan bibir mereka. Si gadis menutup mata, kali ini membiarkan pria di depannya meneguk apa yang dia inginkan sebanyak-banyaknya dan menenggelamkan diri ke dalam harmoni lembut pagutan yang disuguhkan. Jimin mengesah ketika lidah lunak Yoongi menyusup masuk ke dalam mulut dan mulai lincah menjelajah. Dia mendongak, memberi akses lebih mudah pada pria muda tersebut begitu kecupannya mulai berpindah menuruni garis rahang menuju urat di leher jenjang meninggalkan bekas kemerahan. Jimin memekik kecil merasakan sengatan-sengatan serupa gigitan serangga saat gigi Yoongi mendarat, menggambarkan pola pada kulitnya.

Selagi berpagutan, tangan berurat Yoongi perlahan meraih kerah pakaian Jimin dan membawanya turun terlepas dari kedua lengan meski blus tersebut masih menggantung di bagian pinggang. Dia menyusupkan tangan ke punggung si gadis, membuatnya membusur menempelkan badan ke depan, kemudian melepas kaitan bra Jimin dalam sekali klik lantas menarik benda itu dan membuangnya ke sembarang arah. Dikulumnya pangkal tulang selangka Jimin, dari tengah dada dia meratakan ciuman hingga ujung bahunya, dan gadis mungil mengerang begitu merasakan sebuah telapak tangan besar meremas salah satu gundukan dadanya. Yeoja itu memekik saat jemari panjang menjepit serta memilin putingnya dengan gemas, membuat bagian bawah tubuhnya kembali menghangat dan basah.

Yoongi menarik diri, kedua matanya diam menatap sosok berambut panjang yang tengah bersandar di dinding dengan dada terengah naik-turun dan nyaris seluruh kulit kecoklatannya mengkilat karena peluh juga saliva. Jimin membisu, memandang lurus manik kelam mata sayu Yoongi. Bibir gemuknya bercelah akibat memburu udara dan sepasang matanya berkedip lemah kehabisan tenaga di depan godaan yang tiada berjeda.

Yoongi menggeram. "You're so fucking sexy—" lalu tangan beruratnya kembali meraih pelipis Jimin, mendapatkan jalan bicara gadis itu, melumatnya dengan buas hingga desahan panjang terdengar namun hal tersebut hanya membuat Yoongi mengerang dan memperdalam gerakan lidahnya menyiksa milik Jimin.

Jemari si gadis mencengkeram lengan ber-sweater hitam yang memeluknya, dapat merasakan pergerakan tangan itu menjamah seluruh bagian tubuhnya tanpa terlewati dan kembali menarik naik ujung rok blus, menyusup ke dalam untuk menangkup bulatan bokongnya. Yoongi mengakhiri ciuman, meninggalkan mulut Jimin terbuka kehabisan napas sementara dia menjatuhkan diri, berlutut, bersamaan tangannya menarik turun sebuah kain berwarna merah muda yang kemudian tergolek di antara kedua pergelangan kaki si gadis. Jimin menunduk, memandang celana dalam dengan aksen renda di bagian tepi dan memiliki noda basah di tengah-tengah yang baru saja dilepas Yoongi dari dalam roknya, seketika pipi wanita itu memerah matang.

Yoongi tersenyum, nyaris mirip seperti sebuah smirk. Dia mengelus kaki kiri Jimin, memegangnya, dan mengangkatnya perlahan dari permukaan lantai nyaris mengakibatkan gadisnya hilang keseimbangan. Pria itu membuat kaki Jimin menekuk lalu meletakkannya di atas bahu.

"A-apa..." Jimin tidak paham dengan maksud Yoongi hingga kemudian pria tersebut membuka roknya dan memasukkan kepala ke dalam.

"AH! O-Oppa—ahh!" Jimin memekik. Tangannya mendarat di puncak bulatan yang menonjol tertutupi kain blusnya. Itu kepala Yoongi, terbenam di antara kedua kaki Jimin dengan tangan memegang pinggul serta bokongnya mematri gadis tersebut supaya tetap berada di tempat sementara dia menggunakan mulut serta lidah untuk menyapa bagian selatan tubuhnya.

Jimin mendongakkan kepala, matanya terpejam, mulutnya terbuka melantunkan suara berisik desahan dengan tangan merabai tembok mencoba mencari pegangan. Napasnya sudah tersengal diselingi beberapa rengekan merasakan organ intimnya diobrak-abrik oleh lidah jahanam Yoongi. Beberapa kali dia mencoba mendorong kepala itu menjauh namun pria yang lebih tua bergeming, bahkan semakin memperdalam gerakannya mengusap puncak klitoris Jimin membuat si gadis mengerang putus asa hampir menangis.

"Oppa—ah, Yoongi..." tubuh molek Jimin menggeliat panas, merasakan aliran tak asing kembali datang, berkumpul di dalam perutnya, bergejolak hebat seiring lidah Yoongi bergerak, mengusap, berputar, dan menghisap di titik yang tepat.

Jimin mulai kehilangan rasio, dia memegang Yoongi di tempat dan perlahan ikut menggerakkan pinggul membalas cumbuan pria itu tanpa peduli pada kenyataan bahwa orang yang tengah dia jepit kepalanya di antara kedua kaki adalah atasan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Yoongi sendiri juga tidak ambil pusing gadis di depannya berlaku binal tanpa ijin, menggilas mulutnya dengan kewanitaan yang memanas, malah sebaliknya dia membalas dengan meremas kuat daging bokong Jimin dan memberikan beberapa gigitan keras di bagian dalam paha membuat melodi berdosa yang sudah terlantun dari bibir si gadis makin tak terkontrol menyuarakan namanya.

Jimin mengerang panjang, kepalanya terdongak dengan mata terpejam rapat, sepasang tangannya berpindah merabai dan memijat sendiri kedua dada membusung, memilin putingnya untuk mencari fraksi tambahan yang membuat godaan Yoongi di bawah sana terasa dua kali lipat lebih memabukkan. Dan saat dunia putih itu kembali menghantam menutupi pandangan, Jimin merasa ruang di dalam tubuhnya berkedut hebat, mengalirkan kehangatan yang menetes keluar. Di antara indera yang terperangkap dalam kenikmatan langit ke sembilan, samar dapat ia rasakan gerakan ujung lidah Yoongi menjilat tepat di lingkaran pintu masuknya, berpindah naik untuk mengulum klitoris yang masih menegang, baru kemudian dia menarik diri.

Badan Jimin terhuyung ketika kaki kirinya diturunkan dari atas bahu lebar Yoongi, namun untung pria yang lebih tua tak keberatan kedua pundaknya dipegang sebagai ganti tumpuan tangan. Gadis mungil yang kelelahan tak lagi sempat mengevaluasi namja yang kini sudah kembali berdiri tegak di hadapannya dengan lengan mendapatkan pinggangnya. Baru ketika dagunya diraih untuk dibawa ke dalam ciuman, Jimin perlahan membuka mata.

Yoongi tengah menatapnya. Tersenyum. Ujung hidungnya nampak basah dengan beberapa jejak cairan putih terlihat di sekitar mulut tapi dia seolah tidak keberatan. Pria itu memajukan kepala, mengulum singkat bibir Jimin, membuatnya mencecap saliva yang terasa berbeda dari sebelumnya dan Yoongi hanya berbisik tanpa dosa.

"You're sweet. Kau bisa merasakannya?"

Jikalau mungkin, wajah Jimin pasti akan berubah lebih merah dari warna marunnya yang sekarang.

"Sajangnim..." gadis muda tersebut mendesis, namun Yoongi hanya menatapnya dingin.

"Oppa..." Jimin mengganti panggilannya dan pria di depannya segera membalas dengan senyuman. "Hentikan...aku mohon..." dia memelas, tidak mau membayangkan dirinya terlena dan diobrak-abrik lebih dari ini. Dia sudah cukup malu dengan keadaannya sekarang, dia tidak ingin mempermalukan dirinya lebih jauh.

Tapi Yoongi masih tersenyum, mengusapkan tangan untuk menyeka butiran keringat yang melunturkan make up tipis gadis muda yang berdiri sendu di depannya. Dia mendekatkan wajah bersamaan dengan tubuhnya juga bergerak menghimpit badan mungil Jimin hingga menempel di permukaan dinding.

"Kau yakin kau mau menghentikannya?" suara Yoongi terdengar rendah, bagai sedang membuai bayi dalam keranjang namun Jimin malah mengeluh panjang. Gadis tersebut mencengkeram kuat lengan pria di hadapannya dan napasnya tercekat manakala merasakan bagian bawah tubuhnya ditekan oleh gundukan keras yang berasal dari balik celana hitam Yoongi.

Sajangnim menyeringai, menggerakkan monsternya untuk menggesek inti tubuh Jimin yang masih sensitif sambil mengulangi pertanyaannya. "Kau yakin kau mau menghentikannya?"

Jimin mengerang.

Yoongi-nim, kau benar-benar penggoda keparat!

-?-


Sajangnim telolet Sajangnim :v

Lanjut ga ya
Lanjut ga ya
Lanjut ga ya
Hahahahaha

*kabur ke bulan*