Disclaimer: Bungou Stray Dogs belongs to Asagiri Kafka and Harukawa Sango. I take nothing except pleasure from making this fic.
Note: ranpoakiko, headcanon, set after chapter 32, drabble. Terima kasih dan selamat membaca!
.
Résoudre un Mystère
a RanpoAkiko fanfiction
[Bahkan kisah mereka terlalu canggung untuk diceritakan]
.
Dan Akiko Yosano tertawa.
Sejujurnya bukan hal baru. Dokter satu itu juga sering tertawa menyeramkan begitu membahas tentang pengobatannya, atau mengenai kekuatan khususnya. Ranpo tahu. Tapi, kini, di antara sinar matahari yang menerobos melalui jendela-jendela tinggi, Akiko tertawa kecil, manis, dan cantik.
Ranpo merasa senyum itu tidak baik untuk jantungnya. Maka, "Dilarang tertawa!"
Tentu, mereka sudah lama menjadi rekan. Terlalu lama untuk dianggap sekedar teman sekantor. Tapi baru kali ini Ranpo melihat tawa Akiko yang tulus, tepat ketika Ranpo berkata bahwa jadi orang biasa tanpa kekuatan khusus itu tidak keren.
(Tepat ketika dia pikir Akiko akan menganggap orang biasa tanpa kekuatan khusus itu tidak sepadan untuk jadi rekannya.)
Ah, dasar. Sejak kapan pikirannya jadi rumit begini? Pasti karena dia masih tidak bisa mengenyahkan pandangan saat Akiko sekarat di dalam dunia novel tadi.
"Oh, ngomong-ngomong, Ranpo-san, aku penasaran."
Tidak boleh, tidak boleh. Ranpo adalah detektif terhebat di dunia. Dilarang berpikir kecuali untuk memecahkan kasus! "Hm?"
"Soal yang tadi." Akiko yang berjalan di sampingnya menoleh, tanpa tedeng aling-aling. Rambutnya tergerai indah. "Waktu di dunia novel. Kupikir kau hanya bisa melakukan deduksi saat memakai kacamata dari presdir."
"Mm, lalu?"
"Ya, agak aneh menurutku, karena katamu kau memakai kacamataku untuk menyelesaikan kasusnya."
"Ah." Benar juga. Kenapa, ya?
"Kenapa?"
Kalau berpikir dia bisa menyelesaikan kasusnya dengan kacamata siapa saja, maka kacamata dari presdir tidak ada gunanya. Kalau mengira dia hanya membat deduksi biasa, itu artinya Ranpo mengakui dirinya bukan pengguna kekuatan khusus. Jawaban yang mana pun itu tidak relevan.
Wanita ini. "Kau sengaja bertanya untuk berkata kalau aku bukan pemilik kekuatan khusus?"
Akiko tertawa lagi. Kalau begini, kesal pun Ranpo tidak bisa mengakui. "Tidak, kok. Hanya penasaran. Dan kupikir detektif terhebat di dunia pasti tahu alasannya."
Ranpo melirik ke kanan. Akiko masih memandangnya dengan ekspresi tantangan di sana. Akiko masih menunggu jawaban yang menyudutkannya. Akiko masih memasang senyum itu untuknya.
"Mungkin karena kau."
"Ha?"
Ranpo mendengus kesal. Sebal. Akiko ternyata lebih jahil daripada yang dia kira. "Karena kau, bodoh. Karena Yosano-san yang memakainya, aku jadi bisa mengaktifkan kekuatanku. Karena kacamata itu milikmu."
Dan karena kau percaya padaku.
Sialsialsial, Ranpo merasa kepanasan. Apa dunianya kini jadi merah? "Ah, sudahlah, lupakan. Ayo, cepat pulang."
Ranpo Edogawa, detektif terhebat di dunia, berlari karena tidak tahu harus berbuat apa. Di belakangnya, Akiko terbeliak, dan tertawa lebih cantik lagi. Semu merah menjalar di wajahnya.
"Dasar kekanakan."
Bahkan kisah mereka terlalu canggung untuk diceritakan.
.