Part 3

Jantung Luhan seolah-olah turun melesat ke perutnya, ketika bibir Sehun berlahan menyentuh bibirnya. Sehun tidak bergerak setelah itu, tetapi nafasnya menjadi berat menabrak pipi Luhan.

Sedetik

Dua detik

Tiga detik

Kejadian semalam tiba tiba terlintas begitu saja di kepala luhan, dia masih ingat dengan jelas lembutnya kecupan bibir sehun pada bibirnya. Aah. Kata kata hyungnya semalam seperti kata cinta buat luhan. Tidak. Tidak. Luhan harusnya tidak terlalu memikirkan hal itu sampai membuat pipinya sedikit bersemu merah sekarang. Dia mengaduk aduk sup rumput laut dihadapannya. Dia merasa tak siap bertemu hyungnya pagi ini. Luhan harap hyungnya segera bangun sendiri dan segera sarapan disini dengannya.

"Luhan, kenapa sup ini asin sekali?", sehun menghentikan suapan supnya ketika rasa asin yang terlalu menyerang lidahnya. Tak biasanya adiknya ini membuat rasa terlalu seperti ini.

"A,apa?! Ah! Ini memang asin sekali! Maafkan aku hyung. Aku akan menggantinya", luhan bergegas membawa sup itu ke dapur setelah dia mencicipinya sedikit dan terkejut dengan rasanya. Luhan bodoh! Ini hasilnya kalau tadi sembari masak dia memikirkan hyungnya itu terus. Bahkan selama di meja makan dia tak berani menatap mata hyungnya itu. Hyungnya duduk dengan biasa saja seolah melupakan kejadian semalam. Apa disini hanya luhan yang terlihat salah tingkah?

Aah! Luhan mengacak rambutnya frustasi.

"Hei luhan..soal tadi malam..terakhir aku ingat aku sedang minum bir di halaman..kenapa tiba tiba aku terbangun di kamar? Apa kamu membawaku kesana?"

Deg.

Luhan terdiam kaku. Ah. Dia mengerti sekarang. Ternyata hyungnya benar benar mabuk dan lupa. Luhan berbalik ke meja dengan sup-yang sudah diperbaiki-ditangannya, wajahnya dia buat tersenyum.

"Tidak hyung, aku rasa hyung berjalan sendiri kekamar semalam"

Entah luhan salah mengartikan apa tidak, sejenak dia liat wajah hyungnya itu terkejut. Tapi kemudian dia juga tersenyum pada luhan.

"Aku rasa kau benar luhan"


"Luhan, hyung berangkat ya"

"Hati hati hyung"

Percakapan pagi seperti biasanya mengiringi kepergian hyungnya. Dan seperti biasa pula luhan selalu disana, didepan pintu, mengantar dan menatap punggung hyungnya sampai tidak terlihat lagi. Luhan masih saja memandang pintu yang telah tertutup itu. Sejenak dia memejamkan mata dan berusaha menghirup nafas banyak banyak. Luhan terlalu berharap pagi ini. Dia terlalu bodoh masih saja mendengar suara berat hyungnya malam itu. Luhan kira saat itu lah akhirnya luhan dapat mengerti isi hati sehun. Luhan terlalu senang dan berharap.

Sehun bagi luhan adalah lebih dari hyung. Dia mencintainya pada pandangan pertama. Wajah itu, badan itu, bahkan sikap sehun. Semua luhan suka. Luhan benci perasaan ini. Harusnya dia berusaha melupakan sehun. Hyungnya. Tapi dia tak bisa-tak mau-.

Luhan ingin memiliki sehun seutuhnya.


'Ngh..hyung..'

Badan luhan mulai memanas.

Luhan mengerang pelan, kedua tangannya meraba leher, dada, perut dan nafasnya tertahan ketika dia merasakan penisnya sudah begitu keras dalam genggamannya.

'Aaah..sehun hyung..'

Rintihan lirih keluar dari bibir mungilnya. Luhan ingin merasakan lebih. Luhan ingin tubuh nyata hyungnya disini. Menindihnya. Memuaskannya.

Tubuh luhan mengeliat diatas ranjang. Dia semakin memaju mundurkan tangannya pada penisnya dengan cepat. Dan klimaksnya datang ketika luhan meneriakkan nama sehun keras keras. Luhan lengket oleh keringan dan tangannya basah karna sperma. Nafasnya masih sedikit berpacu keras. Luhan masih lemas. Dan sedkit merasa malu sendiri.

Matanya dia pejamkan dalam dalam. Menyadari bahwa dia baru saja mendapatkan klimaks dengan memikirkan hyungnya.

Ah.

Apa yang sudah luhan lakukan.


Siang itu di Busan University Laboratory.

Luhan meletakkan kepalanya dalam dalam pada lipatan tangannya di meja ruangan . Tenaga luhan terasa terkuras habis siang itu. Malam nanti dia tak ingin kembali ke rumah. Dia merasa malu dan merasa bersalah. Kenapa dia melakukan hal memalukan itu dikamarnya? Memenuhi hasrat remajanya dengan memikirkan hyungnya sendiri! Tidak. Dia takkan bisa bersikap normal pada hyungnya kalau bertemu nanti. Luhan akan tinggal sementara disini. Menjadikan lab sebagai rumah keduanya-mungkin-.

"Kau kenapa luhan? Perutmu sakit?"

Xiumin datang dan duduk disamping luhan, membuka laptopnya dan menyalakannya. Dia melirik luhan yang masih menyembunyikan wajahnya pada lengannya.

"Aku tidak apa apa xiumin" , luhan menjawab tanpa merubah gerakannya.

"Benar kau tidak apa? Kenapa kau lemas begitu?"

"kalau kau ada masalah berbicaralah denganku. Setidaknya membantumu meringankan sedikit bebanmu"

"Aku kan juga temanmu, kau boleh bercerita apapun denganku"

Luhan mengangkat kepalanya, menatap xiumin yang kini juga menatapnya. Temannya itu tersenyum manis. Tetiba luhan merasa tersentuh dibuatnya.

"Terima kasih xiumin..kamu memang yang terbaik..tapi aku sungguh masih baik baik saja"

"Oke luhan, kalau kau sudah merasa tak baik, berceritalah padaku"

Luhan mengangguk pasti.


Malam itu masih ditempat yang sama. Luhan masih menyelesaikan laporan risetnya tatkala bayangan wajah hyungnya melintas di kepalanya. Sedang apa dia sekarang? Apakah dia sudah makan? Luhan harap hyungnya itu tidak minum bir lagi dibelakang halaman. Udara sudah mulai dingin menjelang musim salju datang, dia tak ingin sehun sakit. Besok.. Apakah hyungnya bisa bangun tepat waktu? Apakah dia masih sempat sarapan tanpa luhan? Ah luhan alih alih menjadi kuatir.

Tiba tiba ponsel luhan berbunyi nyaring di ujung sofa -tempat luhan tidur-. Luhan berdiri meraihnya dan kaget nama Oh Sehun menghiasi layar ponselnya. Dia duduk disofa sebelum mengangatnya.

"Halo hyung"

"Luhan..", Sehun terdiam sejenak seolah tak percaya mendengar suara adiknya itu.

"Luhan..malam ini aku ingin mandi air panas. Apa aku cukup menekan tombol auto pada kran airnya?"

"..."

"Ugh, selama ini aku tak perna menyiapkan air panasku sendiri. Itu sebabnya aku bertanya padamu"

"FUH..HAHAHA!", diujung sana luhan tertawa terbahak bahak menyadari hyungnya sangat tak mahir soal seperti ini. Pantas luhan selalu mengkhawatirkannya.

"Hei jangan tertawa seperti itu pada hyungmu. Selama ini kau yang selalu menyiapkan segalanya untukku..hyung tak bisa apa apa tanpamu"

Sehun tersenyum menyadari dia akhirnya telah berhasil membuat luhan tertawa, didekapnya note kecil yang ditemukan sore tadi sepulang dia dari kerja di atas meja dapur. Luhan menulis beberapa note buat dia. Beberapa coretan mengatakan dia akan menginap dirumah temannya seminggu ini untuk mengerjakan riset (luhan berbohong pada sehun karna dia tak mau membuat hyungnya itu khawatir luhan tidur di lab kampus). dan beberapa lainnya memberitahu sehun bahwa luhan telah membuat beberapa makanan di kulkas dan sehun cukup menghangatkannya di microwave nanti.

"Ah,maafkan aku hyung. Iya hyung cukup menekan tombol auto. Dan mesin itu otomatis akan menyiapkan air panas untuk hyung"

"Hei luhan.. Apakah kau tak apa sibuk begini? Kau boleh sibuk tapi jangan melupakan kesehatanmu ya"

"Iya hyung aku mengerti"

"Dan..terima kasih buat makanannya"

"Jangan lupa dihangatkan dulu hyung. Aku juga membuat beberapa di kulkas. Bisa buat sarapan hyung besok"

"Terima kasih luhan"

"Malam ini hyung jangan minum di taman lagi ya? Udara sudah mulai tak ingin hyung sakit"

"Iya aku mengerti luhan"

"Dan besok jangan sampai telat bangun!"

"Iya luhan"

Mereka terdiam sejenak

"Luhan..berbicara seperti ini denganmu agak aneh bagiku. Biasanya aku bisa langsung menatapmu"

"Iya hyung benar"

Sehun tidak berkata lagi. Dan luhan merasa senang dengan percakapan ini. Luhan merasa bahagia. Dia benar mencintai hyungnya. Luhan tak ingin mengakhiri sambungan ini

"Luhan..rumah ini begitu besar buatku. Cepatlah pulang..Hyung merindukanmu"

Luhan menutup mulutnya, tidak. Tidak.

Luhan mohon jangan berkata manis seperti itu pada luhan.

Luhan selalu berharap lebih padanya.

"Hyung sinyalnya semakin jelek, aku tutup telfonnya. Good night"

Tanpa menunggu persetujuan, luhan menutup sambungan telfonnya. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Air matanya berlahan turun. Luhan lemah jika menyangkut segala tentang sehun. Dia merasa sedikit lelah dengan semua ini. Dengan segala perasaannya yang ingin segera dia curahkan pada sehun. Tapi dia tidak bisa.

Sedang Sehun diujung satunya masih memegang erat ponselnya.

"Aku membuatnya menangis lagi"

"Maafkan aku luhan"

"Aku benar benar pria brengsek! Menciummu dan mengatakan banyak hal tentang kita kemudian berpura pura lupa keesokan harinya"

"Aku minta maaf luhan"


"Kepala bagian Oh? Anda tak apa?"

Sehun memasuki ruangan kerjanya dengan rambut berantakan dan dasi kendor. Dia terlihat mengerikan pagi ini. Krystal terheran heran tak biasanya kepala bagiannya itu tak terlihat rapi.

"Ah selamat pagi krystal"

"Ada apa denganmu? Kau bertengkar dengan luhan?"

"Tidak krystal. Beberapa hari ini luhan sibuk mengerjakan risetnya dan bermalam dirumah temannya. Dan aku otomatis mengurus diriku sendiri, bangun pagi sendiri, dan menyiapkan sarapan pagiku sendiri. Aku sudah bersyukur tidak datang telat kekantor pagi ini"

Sehun mendudukan pantatnya pada kursi empuk miliknya, dia menghirup oksigen banyak banyak menetralkan nafasnya sejenak.

"Kemarilah, aku kan merapikan rambut dan dasimu kepala. Apa kata seluruh anak buahmu jika melihatmu seperti ini"

Krystal menyisir rambut sehun dan membantu menyimpulkan dasinya. Persis yang selalu luhan lakukan padanya setiap pagi. Krystal tanpa sadar menggelengkan kepalanya pelan,

"Kau seperti Hyuna saja, ditinggal luhan sebentar sudah begini berantakan"

"Hm, iya kau benar"

"Hyuna pernah bilang padaku, kalau luhan adalah orang yang sangat berharga buatnya sejak kedua orang tuanya tiada. Dia bisa kuat selama ini karna ada luhan disampingnya"

"Ya..aku rasa aku pernah mendengarnya berkata seperti itu.."

Ingatan Sehun kembali disaat Hyuna tengah dirawat di rumah sakit. Di kamar serba putih itu disaat Sehun tengah menemani Hyuna.

"Sehunna..jika aku mati luhan akan sendirian.."

"Hei jangan berkata seperti itu, masih ada aku disini. Aku akan menjaga luhannie dengan baik. Aku kan memastikan dia takkan kesepian"

Istrinya itu menatapnya. Wajahnya yang cantik sudah semakin memucat karena penyakitnya. Rona merah di pipinya sudah hampir tak terlihat walaupun kini dia tengah tersenyum pada suaminya.

"Kau benar sehunna.."

"Aku bisa menyerahkan luhan padamu"

"..."

"Dan.. Dia juga bisa menggantikanku mengurusmu"

Sehun hampir saja lupa! Hyuna pernah berbicara hal aneh padanya.

'Dan.. Dia juga bisa menggantikanku mengurusmu'

Apa maksudnya itu? Menggantikan mengurusku?

Apa mungkin maksud Hyuna pada waktu itu adalah ...

Itu tidak mungkin!


Luhan berdiri mematung didepan pintu rumahnya. Malam ini dia terpaksa pulang karena desakan . Ini sudah seminggu sejak luhan menginap di lab universitasnya. Dan menghawatirkan kesehatannya. Malam semakin dingin karna di Busan saat ini sudah memasuki musim dingin dan hujan salju hampir setiap hari turun. Sedang di lab tidak mempunyai penghangat yang cukup untuh luhan. Itu sebabnya terpaksa 'mengusir'nya pulang.

Salju masih saja turun dan luhan masih tetap bergeming didepan sana. Tangannya meraba ragu kenop pintu dan dia terkaget ternyata rumahnya tidak terkunci. Luhan yakin hyungnya sudah pulang dan dia lupa mengunci pintunya. Luhan sedikit mendengus mengingat hyungnya memang pelupa, dan itu bisa membahayakannya jika saja bukan luhan yang membuka pintu saat ini.

Luhan masuk perlahan dan langkahnya terhenti melihat Sehun di kamar nunna-nya tengah duduk didepan fotonya. Dia membelakangi luhan. Luhan menatap punggung lelaki itu.

"Hyuna.."

"Aku sudah memikirkan kata katamu waktu itu."

"Dan aku kini sudah memutuskan"

Luhan melihat sehun mengangkat jarinya dan melepas cincin pernikahannya. Dia meletakkan cincin itu disamping foto nunna-nya. Apa maksudnya itu?!

"Aku mengembalikannya padamu.."

"Kenapa hyung?!"

Luhan sudah tak tahan lagi!

"Luhan! Kau sudah pulang?"

Sehun terkejut luhan berdiri dibelakangnya, mukannya memerah dan tangannya mengepal. Dia meminta penjelasan dari sehun.

"Kenapa hyung melepas cincin itu?!"

"Hyung ingin melupakan nunna?!"

"Luhan..bukan begitu maksud hyung"

Sehun berdiri dan berjalan kearah luhan

"Hyung berubah aneh. Hyung bersikap aneh juga padaku"

"Itu karna kau menghindariku-"

"Aku tidak menghindari hyung!"

"Jangan berbohong padaku luhan! Tatap aku kalau kau berbicara jujur"

Air mata luhan sudah menggenang disisi matanya. Mukanya memerah menahan marah, dia menatap sehun dengan matanya yang berair

"A,aku.. Malam ini akan bermalam di rumah temanku-"

Tangan besar sehun menangkup kedua pipi luhan. Kedua tangan itu hangat disaat udara semakin dingin. Sehun diam tak berbicara. Dia menarik lehernya dan menempelkan bibirnya ke milik luhan. Berlahan dengan lembut sehun mulai menjilat milik luhan yang mungil dan merah.

Awalnya hanya menjilat, kemudian sehun mengigit bibirnya dan luhan sedikit mendesah. Seketika itu lidah sehun masuk kedalam mulut luhan. Lidah sehun menyentuh langit langit mulutnya, memainkan lidahnya disana. Luhan tak kuasa menolak segala perilaku hyungnya. Dia hilang dipermainan sehun. Kedua kakinya seolah melemas. Luhan menyukainya.

Tunggu.

Tak seharusnya mereka melakukan hal ini.

Sehun menghentikan aksi mulutnya. Dia memeluk luhan erat.

"Jangan pergi kemana mana luhan"

"Aku mencintaimu"

Bisikan Sehun seperti nyanyian yang indah pada telinga luhan. Nafas memburunya membuat luhan merinding. Luhan mematung tak tau harus berbuat apa. Sehun membuat otak dan badannya menjadi tak sinkron. Seluruh kekuatannya hilang.

Didekapan sehun, luhan membuka matanya dan melihat foto nunnanya diujung ruangan.

Tidak!

Mereka tidak boleh seperti ini.

Luhan tak boleh menyakiti nunna-nya.

Luhan menyentak tubuh sehun menjauh darinya.

"Tidak hyung! Kau tak boleh seperti ini!"

"Kau tak boleh menghianati nunna"

"Aku..aku tak boleh menyukaimu hyung"

"Aku juga tak boleh menghianatinya"

"Aku tak kan memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi"

Luhan berbalik dan mengambil tas besarnya kembali, dia segera berlari keluar rumah itu. Dibelakangnya dia mendengar sehun memanggil namanya. Dia tidak perduli. Luhan tak mau menoleh kebelakang lagi.

Dia tau dia mencintai hyungnya.

Tapi dia juga tak bisa menghianati nunna-nya.

Luhan terus berlari pergi, tak merasakan dinginnya salju.

Dia ingin menghilang dari semua ini.

- to be continue -


/happynewyear2017semuanyaaaaaa/

/ditahun ini cintai hunhan terus yaa/

Kiss kiss seluruh HHS :*