warning!
cerita ini hanya fiksi biasa yang kemungkinan pernah dan/atau akan terjadi pada kehidupan seseorang
jika anda mengalaminya segera hubungi pihak Gereja, Masjid, Vihara, dan pihak yang Mampu lainnya!
jangan mau kalah dengan 'Mereka'
-iblis tak memiliki kuasa atas jiwa yang kuat-
.
.
.
kisah ini mengandung unsur supranatural yang berhubungan dengan kematian dan iblis
sedikit mengandung kepercayaan (im not mean to be SARA)
.
.
.
.
.
BxB
.
.
.
.
FF basic on imagination
name based on bias
I only own story
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
genre: horror (little), romance, drama, dll
.
.
.
.
.
.
.
Eixa Tuven
.
.
.
.
.
.
.
present
.
.
.
.
Exorcism
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
wacth out behind you
.
.
.
.
Odd Stranger
Chapter 302.04 pmJongdae memejamkan mata semenjak 5 menit yang lalu berusaha menyusun ulang ingatannya sejauh ini. Tapi gagal, ia malah tertidur pulas karena lelah dan efek obat antiseptic yang diberi dokter. Minseok ikut-ikutan tertidur. Ia paham lebih dari siapapun bahwa jarak kota Seoul dengan pinggiran Ilsan tidaklah dekat. Baekhyun kelelahan sama seperti Chanyeol, mereka berdua hanya diam dengan Chanyeol pelan-pelan menggemgam lembut telapak tangan Baekhyun sambil membiarkan pacarnya bersandar di bahunya. Hoseok diam seperti Jungkook, focus ke jalanan dan sesekali melirik ke arah jok belakang dengan was was.
Hanya suara lembut mesin mobil yang terdengar bersama nafas pelan ke-enam insan itu. Jungkook tiba-tiba saja memiliki sebuah panggilan. Nada deringnya berupa lagu BigBang tepat di bagian reff "Fxxk IT" tentu saja membuat yang sedang tertidur sempat bergerak dan membuka mata sebelum mencari posisi nyaman lainnya. Minseok pun bengitu, ia memindahkan dirinya agak ke tengah dan menggeliat sejenak sebelum meletakkan kepalanya di posisi yang nyaman. Tanpa tau itu bahu Jongdae.
Keberatan? Tentu tidak. Meski sudah terkena hangatnya penghangat mobil, musim gugur adalah musim gugur. Dingin yang dibencinya menjadi alasan lainnya kenapa Jongdae tak keberatan dan malah mencari posisi nyaman di sebelah tubuh Minseok yang terasa benar-benar hangat.
Jungkook melirik dari kaca spion hanya bisa memandang diam kedekatan dua manusia di jok terbelakang itu. Ada secerah kesedihan di manik matanya dan bibirnya sedikit dimanyunkan kesal.
Ia tidak suka.
03.01 pm
Bangunan dari tumpukan bata merah dan dilapisi semen serta cat putih. Memiliki sebuah menara untuk tempat lonceng, lantai pertama diisi kursi-kursi panjang dan sebuah mimbar, lantai kedua tempat orgen diletakkan di sebelah undak-undakan untuk para paduan suara, dan lantai ketiga tertutup. Di belakang bangunan itu diikuti tiga bangunan lainnya. Asrama, sekolah, dan kantor.
Gereja yang mengagumkan karna telah melawan waktu.
Percayalah, awalnya asrama itu dan sekolah itu tak ada. Hanya ada bangunan gereja dan bangunan kantor yang dibagi-bagi menjadi ruang sembayang, dapur, kamar anak-anak asuhan gereja, dan lainnya. Meski keempat bangunan itu sudah 'wah' dan sempurna sekarang tetap saja tak mengubah tujuan dan fungsi awal. Memberikan kehidupan untuk anak yatim dan/atau piatu serta jalan atau peta bagi mereka yang tersesat dan tak tau arah.
Minseok ditemukan di depan pintu gereja saat pintu itu masih dari kayu oak dan dindingnya berdebu karna belum terlapisi cat. Ia tumbuh cepat dan mengagumkan lalu bertemu Kim Seokjin dalam sebuah acara pengakuan dosa ibu angkatnya itu. Cepat dan lambat Minseok senyam-senyum sendiri dengan segala ingatan yang tiba-tiba saja muncul ke permukaan hatinya. Tentang masa kanak-kanaknya yang meski susah tetap ia syukuri.
Jongdae mengamati lemat-lemat semua ekspresi yang ditunjukan wajah Minseok yang dapat berubah dalam hitungan detik setiap kali langkah mereka bertambah mengikuti sang pastor menuju sebuah rungan di bangunan sebelah selatan gereja. Dari lorong yang ia lewati banyak pintu di kanan kirinya, menandakan ada banyak ruangan, ia dapat mendengar suara riuh dari luar dan dari pintu berdaun dua di ujung lorong.
Hoseok menghentikan langkahnya dan mengamati ke lima orang yang sedari tadi mengekori dirinya dengan patuh dan diam, "kurasa kita perlu makan siang?" ia bertanya dan hanya mendapat reaksi diam dari semuanya. Hanya suara anak kecil saja yang terdengar, beberapa dari mereka mulai mengecek jam tangan masing-masing.
"Tidak?" tanyanya lagi sembari memiringkan kepalanya tak percaya. Namun semuanya membalas anggukan cepat.
Hoseok tersenyum dengan lebarnya membuka pintu berdaun dua di depannya, membiarkan seluruh rombongannya masuk kedalam ruang atas 4 meja panjang dengan kursi panjang pula. Meski pun bukan jam makan siang dan makan malam masih sekitar 4 jam lagi, bau masakan meruak dari salah satu pintu di antara dinding batu ruangan luas itu.
"Silahkan duduk, aku akan kembali," Hoseok tersenyum sebelum melenggang menuju pintu yang mengeluarkan bau sedap itu, dan ia juga sempat melirik tajam Minseok yang sudah siap mengekor.
"Tanganmu terluka," tangkas Jungkook tegas saat Minseok mengerucutkan bibirnya tak suka. Ia ingin membantu dan menyapa orang dapur yang dulu memberinya makan tiap hari.
Ingatkan lagi bahwa saat Jungkook berkata tangan Minseok terluka hingga lengan dan lehernya, Baekhyun menunduk sedih. Dan mereka semua hanya dapat duduk dalam diam yang canggung. ChanBaek yang menuru Minseok tak pernah bisa diam dan selalu menaikkan mood diam saja.
"MWO?! Minseok dan Jungkook datang??!" sebuah teriakan datang dari pintu tempat Hoseok pergi.
Lalu suara seseorang berlari dengan sepatu terdengar. Maka pintu itu terbuka, seorang laki-laki sedikit berpeluh dengan kemeja putih dan celana kain abu-abu memasang senyuman bahagia dan tidak percaya memekik cempreng, "Minseok! Jungkook! Eh? Baekhyun!" pemilik nama-nama itu langsung melihat si laki-laki yang berjalan mendekat.
Minseok, Jungkook, Baekhyun, ikut-ikutan tersenyum tak percaya dan mendekati laki-laki yang ternyata berwajah tampan dengan surai pastel. "Chim-chim!"
Membiarjan Jongdae dan Chanyeol saling tatap plus jawdrop, "Chim-chim?"
Yang dipanggil Chim-chim membulatkan matanya saat mendapati perban melilit Minseok dan Baekhyu, air wajahnya khawatir. "Minnie, Bacon, kalian kenapa? Kookie, kamu menjatuhkan mereka ke kandang kucing garong, ya?! Aduh kalian ini, gak pernah ketemuan sama aku sekalinya ketemu pas penuh luka doang," tuduh chim-chim dengan mata melotot.
Lagi, Jongdae dan Chanyeol saling tatap bingung, "Minnie? Bacon? Kookie?"
Jungkook melipat tangan di dadanya, "jangan menuduh sembarangan bantet, aku kira mereka berdua jatuh dari pohon dan dicakar kucing. Tapi aku tidak tahu! Makanya aku kemari mengekor Hoseok-hyung."
Si Minnie dan Bacon menengahi pertengkaran antara Chim-chim dan Kookie, "sudahlah Chim, dimana Hoseok-hyung? Kookie jangan buat rusuh di sini."
Si Chim-chim mengalah dan menghela nafas, "Hoseok-hyung sedang menyuruh Kyungsoo-hyung membuat makanan untuk kalian." Atentsinya jatuh ke arah Jongdae dan Chanyeol yang terlupakan.
Jimin maju mendekati dua lelaki itu sambil membulatkan matanya, "Eh? Jongdae?"
"Park Jimin? Bagaimana dengan Yoongi, semua baik? Aku tak menyangka kau kenal dengan Minseok," sambut Jongdae hangat sambil tersenyum.
"Haha, kebetulan aku satu panti asuhan dengan muridmu itu, dan selain ia yang sibuk kerja semuanya baik," Jimin tersenyum lebar hingga matanya menyipit.
"Chim, Yoongi-hyung itu kakaknya Jongdae?" tanya Minseok. "Kamu udah pernah ketemu Jongdae, dong?"
Jimin hanya mengangguk sekaligus nyengir, "dulu waktu rapat perusahaan sama pas makan malam." "ngomong-ngomong Baek," sekarang atensinya kembali ke Baekhyun.
"Ini Chanyeol yang waktu itu kamu ceritain kan?" Jimin hanya mendapat anggukan dari Baek.
Chanyeol menyipitkan matanya, "kenapa?"
"Kapan nikahnya?"
"Yak! Chimin bantet! Jangan urusi urusan orang! Kau sendiri kapan nikahnya?! Prof. Jongdae suruh Yoongi-hyung segera menikahi si bantet ini!" Baekhyun menyela dengan suara cempreng setengah berteriaknya langsung memeluk lengan Chanyeol dan menatap sinis Jimin.
Minseok maju dengan cepat menyumpal kedua mulut Jimin dan Baekhyun dengan telapak tangannya, ia memasang seringai dan aura gelap untuk menatap mereka. "Jika kalian berteriak lagi akan kukurung kalian di menara lonceng."
Diam seketika, baik Baek maupun Jimin mereka diam dan mengangguk. Minseok melepaskan sekapannya dan memilih untuk duduk di kursi panjang. Yang lain mengikutinya.
"Tenang, sebentar lagi makanan siap," Jimin menjelaskan. "Jadi, kalian yang menurut Hoseok-hyung mulai jarang berkunjung sedang apa kemari? Bahkan membawa mereka bertiga." Rautnya penasaran pandangannya mengitari mereka berlima.
Mereka, kecuali Jungkook, terdiam tak berani menjawab atau sekedar membalas mata Jimin. Jungkook hanya memangku dagunya dan mengangkat bahu saat mendapati Jimin memberi tatapan penuh tanda tanya.
Sebelum canggung lama terjadi, Hoseok masuk dengan membawa nampan makanan. Dengan sigap Jimin mengambil nampan itu agar Hoseok bisa mengambil nampan berisi makanan lainnya. Minseok juga bangkit dan membantu, sementara Baekhyun hanya duduk dengan sisanya.
Semua makan tersusun rapi di atas meja dengan keheningan, Jimin dan Hoseok terlalu sangsi untuk mengeluarkan suara saat merasakan aura gelap suram dari para tamu. Hanya dentang alat makan yang terdengar, sesaat yang lalu Jungkook telah kembali setelah menelpon. Chanyeol berusaha membantu Baekhyun untuk menyuap makanan, dan saat semua piring mengosongkan meja makan, tidak ada yang berbicara sama sekali. Minseok saling menatap dengan Jongdae, saling berbicara dalam diam mencari keputusan.
Keputusan Minseok, "Hoseok-hyung, bagaimana tanggapanmu untuk hal ini."
Jimin mengangkat alisnya, "hal ini?"
Jungkook mencodongkan dirinya menatap Minseok, "jelaskan hal ini."
Minseok hanya memalingkan wajahnya menatap Baekhyun dan kemudian Hoseok. Meminta salah satu dari mereka untuk menceritakan.
"Dua bulan lalu menurut penuturan Minseok, Baekhyun bertindak di luar kesadarannya. Aku mendiaknosanya sebagai sleep walking namun dalam level ekstrim dengan kemungkinan ada gangguan kejiwaan sehingga aku melakukan hipnoterapi untuk mengetahui ada apa dengan alam bawah sadar Baekhyun-ssi. Sejauh ini Baekhyun-ssi sudah mengalami kemajuan semenjak kejadian dua bulan lalu. Pagi ini, Baekhyun-ssi datang untuk terapi rutinnya, dan aku sudah bisa menyimpulkan apa penyebabnya," bukan Hoseok atau Baekhyun yang menjelaskan sepanjang dan detail itu tapi Jongdae yang membalas tatapan semua dengan raut serius.
"Aku belum pernah berurusan dengan ini sebelumnya, tapi mahluk astral bukan keahlian psikolog seperti saya. Tapi menurut keterangan tambahan dari Chanyeol-ssi dan Minseok, sudah lama Baekhyun mulai beberapa kali bertindak tidak wajar seperti berusaha menyakiti diri sendiri dan suaranya berbeda. Ini kukira kepribadian ganda karena dikatakan Baekhyun-ssi dalam keadaan sadar sehingga terjadi trauma. Dan ternyata bukan kepribadian ganda jika melihat kejadian barusan," Jongdae membenahi kaca matanya dan menatap Hoseok, "katakan Pastor, Hoseok-hyung, apa mahluk seperti itu dapat di-, entahlah mahluk seperti itu bisa diapakan."
Jimin seketikan memucat dan menatap Baekhyun khawatir, penjelasan Jongdae memang sedikit berbelit-belit untuk menyamarkan maksud aslinya. Jungkook sendiri mengatupkan rahangnya dengan alasan yang tidak jelas mengepalkan tangannya.
"Baekki," Jimin bersuara, "kerasukan?" ia berusaha bernafas dengan normal.
Hoseok berdiri, "ada baiknya sekarang kita ke ruanganku, dan Jimin tolong bawa Sehun ke ruanganku."
"Hoseok-hyung, apa Baek akan baik-baik saja?" Chanyeol mengeratkan pelukan terhadapn pinggang Baekhyung meminta kepastian awal.
"Dia akan baik-baik saja, aku akan berusaha." Hoseok tersenyum dan menuntun semuanya melalui lorong yang tadi dan beberapa kali berbelok hingga menaiki tangga, berbelok lagi dan memasuki sebuah ruangan.
Ini ruang kerja Hoseok, yang bisa dikatakan ruang anak nakal karena setiap anak yang ketahuan berbuat salah akan dipanggil kemari. Tentu saja Minseok pernah kemari bersama dengan Jimin sebelum Hoseok menempatinya.
Ada sofa panjang dan dua single sofa. Chaenyeol dan Minseok mengapit Baekhyun di sofa panjang dan Jungkook Jongdae masing masing di single sofa. Hoseok setelah meminta mereka duduk mencari sesuatu di rak buku yang menempel di dinding.
Tak lama jimin muncul dengan anak lelaki yang jangkung dan putih, itu yang diminta Hoseok untuk Jimin jemput. Sehun.
"Hoseok-hyung, ini Sehunnya," ujar Jimin santai sambil menuju sisi kosong di sebelah Minseok.
Hoseok kehilangan raut ramahnya, ia menghampiri Sehun den berbisik. Sehun menyerngit lalu menatap Baekhyun dengan tatapan datar. Kemudian mengalihkan atensinya keluar jendela, lalu berbisik kepada Hoseok yang langsung mengusap wajah lelah.
"Tolong bawakan teh kemari, ya," timpal Hoseok kea rah Sehun dan Jimin bergantian.
Saat keduanya pergi dan pintu tertutup. "Kalian bisa menyimpulkan jika Baekhyun diinginkan mahluk lain, ini akan berbahaya."
"Minseok, kenapa dua bulan lalu kau tidak langsung menghubungiku?" lanjutnya masih dari tempatnya berdiri di depan rak buku.
"Hoseok-hyung kau tahu aku mengambil jurusan psikolog dan aku realis, aku sama sekali tidak terpikirkan akan membutuhkan jasa gereja dalam urusan ini, maaf hyung." Minseok membalas iris gelap Hoseok dengan raut bersalah.
Hoseok mendesah kesal, "Baek, tidaklah mungkin mahluk seperti itu masuk kesini, kan?" pertanyaan retoris Hoseok hanya membuat semua di ruangan itu memandanginya bingung.
"Memang seharusnya seperti itu, menurut Sehun ia tidak ada di sini tapi tepat di seberang jalan," Hoseok tersenyum lelah sambil bersandar.
Jongdae Jungkook Chanyeol yang sejak awal tidak tahu harus berkomentar apa memilih duduk nyaman dan diam menatap Hoseok dan ruangan itu bergantian dengan gelisah. Jongdae terutama, ia realist sama seperti Minseok, bedanya Minseok yang memang tumbuh di tempat ini telah menerima fakta keberadaan Tuhan dan ciptaan lainnya.
"Hoseok-hyung, apa ini bisa dilepaskan dari Baekhyun?" tanyanya serius, "bagaimana pun juga Baekhyun-ssi pasienku dan aku tidak bisa mengelak bahwa ini pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini yang kuharap bisa kujadikan riset penelitian, kuharap kau tidak keberatan Baekhyun-ssi."
"Kau menjadikan musibah seseorang untuk penelitian? Kau gila atau apa Jongdae-ssi?" itu Jungkook dengan nada kesal.
"Jika Baekhyun-ssi menolaknya aku bisa menerimanya, tapi ada banyak pasien yang memilih ke psikologi dahulu sebelum ke gereja dan mereka bisa saja terlambat. Jika aku tau seperti apa perkembangan dalam masalah ini lain kali jika ada pasien seperti ini maka pihak gereja tentu saja bisa langsung menyelesaiaknnya tanpa ada darah dan luka," jawaban Jongdae terdengar datar tapi mimik seriusnya menyelesaikan perdebatan kecil itu.
"Jungkook, ini juga salahku seharusnya aku menyadari lebih awal. Mungkin aku bahkan akan membantu Jongdae untuk melakukan riset ini, tak apa kan Baek?" Minseok ikut-ikutan berkomentar dan Baek hanya mengangguk.
"Hoseok-hyung, sekarang kita harus bagaimana?" yang paling tinggi mengeratkan lengannya ke pinggang Baekhyun.
Hoseok mengangkat buku bersampul tebal warna hijau setinggi wajahnya, "kita berusaha mencari tahu alasan keberadaan itu dan mencoba membuatnya pergi, ini akan lama dan melelahkan."
Minseok secara spontan mengeraskan mimiknya dan menemukan Jongdae sedang menatapnya, raut keduanya tak bisa diartikan. Baekhyun dan Chanyeol sendiri saling menyalurkan rasa khawatir dan menenangkan. Jungkook memilih berdiri, "aku memiliki pekerjaan, aku akan datang dan membantu semampuku, Baekyhun, Chanyeol, Minseok, Hoseok-hyung, dan," ia tampak enggan sedetik, "Jongdae-ssi, aku pulang dulu."
"Kau mau naik apa?" tanya Chanyeol.
"Taehyung sudah menjemputku, dan kami buru-buru jadi dia tidak bisa mampir, maaf ya Hoseok-hyung!" Jungkook tersenyum dan segera melangkahkan kakinya cepat keluar dari ruangan.
Hoseok hanya menghela nafas sebelum bergerak menuju kursi di meja kerja, membolak balikan buku yang tadi diambilnya. "Tunggu Jimin dan Sehun kembali dulu, ya," ujarnya yang tak mendapat respon apa pun.
"Minseok," panggil Jongdae, "Taehyung yang disebut Jungkook barusan itu Kim Taehyung?"
Minseok menyerngit bingung, "dari mana kau tau?"
Jongdae hanya tersenyum mengangkat bahu, "aku pernah bertemu dengannya di beberapa rapat, sama seperti aku mengenal Jimin."
"Profesor Jongdae, boleh aku memanggilmu biasa saja dan menghilangkan bahasa formal?" tanya Baekhyun tiba-tiba.
Jongdae dan Minseok hanya bingung sesaat, "maksudku, anda dan Minseok sudah tidak menggunakan bahasa formal, nampaknya tak salah jika kita mencoba berteman, kan?"
"Bilang saja kau ingin berteman, Baek," komentar Chanyeol kelewat jujur.
"Yak!" Baek hanya memukul kepala Chanyeol yang tengah bersandar di bahunya pelan dan pipinya merona malu.
"Baiklah Baek, aku tidak masalah. Teman Minseok temanku juga," Jongdae terkikik dan membenahi letak kaca matanya.
"Oh, Hoseok-hyung," Jongdae memanggil Hoseok, sekarang Jongdae terlihat akrab dan supel sekali ya? Pikir Minseok dalam hati yang tiba-tiba mengingat betapa kaku dan formalnya dosen jeniusnya.
Hoseok mengangkat wajahnya dari buku, "bukan kah lebih baik jika Baekhyun tetap berada di sini untuk sementara waktu?"
Hoseok tersenyum jahil dan mengangguk, "Jongdae, kau cepat belajar. Akan kuminta mempersiapkan kamar untuk kalian berempat, tapi karena keterbatasan ruang mungkin kalian harus berbagi ruangan, tak apa?"
ChanBaek ikut-ikutan tersenyum jahil, "tak apa, hyung. Lumayan kan Minseok? Buat PDKT," celoteh Baekhyun dan Chaanyeol diikuti tawa mereka.
Dan, Minseok merona dan memilih untuk mengomeli kedua teman se-apartemen-nya. Dan Jongdae hanya mencelos di tempat, ia tidak punya informasi tentang siapa Minseok secara detail terutama hubungannya dengan Jungkook. Serta, hatinya tak bisa berbohong untuk tidak tersenyum jika ia bisa menghabiskan waktu dengan Minseok di satu kamar yang sama.
Eixa Tuven