Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
Happy Reading!
.
.
Begitu Sasuke dan Sakura tiba di pintu masuk KG Ent., Sasuke membukakan pintu untuk Sakura dan dengan sopan Sakura berterimakasih karena pemilik manik onyx itu sudah mau mengantarnya. Sakura merasa lebih aman jika ada seseorang menemaninya.
"Yah, soal itu. Pastikan kau tidak pergi sendirian di tengah malam. Terlalu berbahaya. Bisa saja penguntit yang sesungguhnya yang benar-benar berjalan di belakangmu," Sasuke menakut-nakuti dengan nada serius. Sakura pun terkekeh dan mengatakan pada Sasuke untuk mencamkan peringatan itu baik-baik. Sampai akhirnya mereka tiba di pintu salah satu studio. Ini studio tetangga studio rekaman Sakura.
Sasuke mengeluarkan kunci-kunci dalam satu gantungan dari sakunya dan mencoba satu per satu kunci itu ke dalam lubang kunci.
"Kakashi-san memberimu kunci itu?" tanya Sakura, agak terkejut begitu tahu Sasuke memiliki kunci duplikat studio itu. Seingatnya, Sasuke berada di KG Ent., hanya dalam kolaborasinya dengan Kakashi.
"Yeah, Kakashi-san tau betul betapa telitinya aku. Jika ada yang menyentuh pekerjaanku selagi aku pergi, aku pasti langsung bergerak," tutur Sasuke yang tersenyum dan melambaikan tangan pada Sakura sebelum masuk.
"Katakan pada Naruto aku minta maaf karena terlalu lama menghabiskan waktumu!" imbuh pemilik manik onyx yang akhirnya menutup pintu. Lucu, pikir Sakura. Seakan-akan gadis itu berharap kata terakhir Sasuke seperti 'Lain kali kita ngopi lagi ya!' Yah, walau mustahil mengingat mereka sendiri baru pertama kali bertemu.
Sakura berjalan menuju studio rekamannya tadi dan membuka pintu tanpa membukanya; lagipula, Naruto tau kalau Sakura akan kembali. Sakura memang mengirimnya pesan tadi. Walaupun laki-laki pirang itu belum membacanya. Namun Sakura tetap menganggap kemungkinan Naruto terlalu sibuk sehingga tak menyadari notifikasi dari ponselnya sendiri.
Ya, ternyata Sakura salah.
Begitu membuka pintu, Sakura lekas menutupnya kembali. Dapat dirasakannya darahnya mengalir deras menuju kedua pipinya yang kemudian merona, Sakura memijat kedua matanya berharap apa yang baru dilihatnya di dalam lekas musnah dari ingatan.
'Ya ampun, kenapa tidak kuketuk dulu?!'
Setelah memutuskan untuk membuka mata, Sakura mendapati seseorang baru keluar dari salah satu ruang studio. Tanpa melihat siapa sosok itu, Sakura segera menunduk, menyembunyikan wajah merahnya.
"Sakura-san, kenapa?" Pertanyaan barusan sukses membuat Sakura mendongak dan menyadari kalau itu Sasuke.
"Mukamu merah," tunjuk Sasuke.
"A-Aku pergi ke studio tapi- Naruto, dia… ternyata memanggil kekasihnya datang," Sakura menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menunduk dan bicara dengan intonasi rendah.
"Harusnya kuketuk pintunya."
Sasuke tertawa setelah menyadari apa yang terjadi.
"Jangan lagi, mereka benar-benar melakukannya? Sekarang? Dasar," Sasuke lanjut tertawa bahkan lebih keras sampai akhirnya Sakura meninju lengannya, menaruh telunjuk di depan bibir seolah mengatakan pada Sasuke untuk diam atau Naruto akan mendengarnya.
"Oh, percayalah. Mereka tak akan dengar apa-apa," ujar Sasuke yang akhirnya sukses menahan tawa.
"Oke, aku mau bilang sesuatu," imbuh Sasuke yang berhasil mendapatkan kembali ketenangannya.
"Aku akan ke toilet sebentar. Jadi kau pergilah ke dalam lalu duduklah sampai aku kembali. Aku ingin memperdengarkan lagu baruku padamu."
Sakura setuju mengingat tak ada lagi alasan untuknya kembali ke studionya yang tadi sejak Naruto menghabiskan waktu berdua dengan kekasih. Sakura masuk ke dalam dan memandang ke seluruh penjuru studio, berjalan hati-hati kala mendekati mixing board dan komputer takut tidak sengaja menyentuh sesuatu yang akan berefek pada hasil pekerjaan Uchiha muda itu. Tidak lama kemudian, Sasuke memasuki studionya dan mendapati Sakura yang sedang menatap timbunan cup ramen instan di pojok meja.
"Maaf, itu makan siangku dan makan malamku. Tadi aku tak punya waktu untuk membersihkannya."
"Itu tidak sehat," ujar Sakura yang duduk di kursi putar dan mendekatkan posisi duduknya ke meja dimana komputer dan mixing board untuk composer diletakkan.
"Maksudku bukan tidak higienis."
Sasuke menggenggam cup-cup kosong itu dan membuangnya ke tempat sampah di pojok ruangan.
"Tapi ramen kan enak," bela Sasuke sambil duduk di sebelah Sakura.
"Tetap saja," Sakura ikut membela diri.
"Memakannya sepanjang waktu tidak sehat." Sakura menatap lurus layar komputer. Seakan-akan meminta Sasuke untuk segera memutar lagunya.
"Hai', okaa-san," balas Sasuke sambil membuka file dan memperdengarkan lagunya pada Sakura. Saat dimana musik diputar untuk mengisi studio kecil ini, dua orang di dalam studio itu berhenti bicara. Sakura menutup matanya sejenak, memasang konsentrasi penuh. Sasuke menatap gadis bersurai soft pink itu, menyaksikan setiap perubahan ekspresi gadis itu sekaligus menduga-duga apa yang dipikirkan Sakura selama mendengarkannya. Namun Sasuke tak bisa membaca apa pun dari wajah Sakura. Wajah pemilik manik emerald itu bagai prasasti kosong, Sasuke tak dapat membaca apa pun dari wajah cantik gadis di sampingnya. Sasuke gugup, lebih gugup daripada saat pertama kalinya memperdengarkan lagunya pada Kakashi selaku produser. Tapi kenapa? Sasuke pun ingin tahu kenapa. Pemilik manik onyx itu tak sadar sudah menahan napasnya sampai akhirnya menghelanya saat Sakura mengangguk setelah lagu berakhir.
"Itu sangat bagus."
Sasuke tersenyum mendengarnya, kepercayaandirinya telah kembali.
"Aku tahu, itu hampir sempurna tapi ada satu bagian yang membuatku merasa kurang."
Sasuke mengulang bagian lagu yang dimaksud dan seketika Sakura ikut bersenandung nada itu. Sasuke menatapnya, dia dibuat tertegun lantaran gadis itu ingat betul melodinya padahal baru mendengarkan sekali.
"Apakah bagian itu?" tanya Sakura. Sasuke mengangguk, masih terlalu takjub untuk bicara.
"Yeah, akan kubuat lagu ini sempurna," imbuh Sakura dengan semangat membara. Sakura bertopang dagu seolah sedang berpikir.
"Bagaimana kalau memelankan tempo di intro, lalu percepat saat menuju pertengahan lagu dan menambah sedikit suara piano di akhir? Sesuatu seperti lagu sebelumnya namun suara piano yang lebih terdengar di akhir lagu."
Itu mungkin akan bekerja. Sasuke lekas berbalik ke komputer, mengklik program guna membuat perubahan seperlunya. Sasuke benar-benar tak bicara sedikit pun, sibuk menyaring pekerjaannya. Sakura menyaksikan ekspresi serius pemuda itu sampai akhirnya Sasuke memutar lagi lagunya setelah pengeditan.
Sempurna. Sakura mengangguk sebagai apresiasi untuk idenya dalam improvisasi lagunya Sasuke. Begitu lagunya mendekati akhir, Sakura tersenyum cerah pada Sasuke dan bangkit dari kursi untuk bertepuk tangan. Sasuke membalas dengan tersenyum bangga.
"Sakura-san, sepertinya kita jadi tim yang hebat," klaim Sasuke dengan nada formal, membuat Sakura tergelak.
"Kenapa begitu, Uchiha Sasuke-san? Emosi dan ideku yang lebih mendominasi di sini."
.
.
.
Setelah selesai, Sakura meninggalkan studio Sasuke, dengan pemuda itu yang terus berterimakasih pada Sakura dan mengantarnya ke pintu studio rekamannya walaupun Sakura sendiri menegaskan kalau itu tidak perlu – lagipula hanya ada dua studio di lantai gedung ini; studio Naruto dan Kakashi. Dimana studio Kakashi digunakan Sasuke juga. Dan studio Naruto digunakan Sakura juga. Dibanding megacuhkan kekeraskepalaan Sakura, Sasuke lebih memilih tetap berjalan di sepanjang lorong membiarkan Sakura mengikutinya menuju studio Naruto. Sasuke tampak ingin mengatakan sesuatu, namun begitu tiba di depan pintu, dia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Sasuke terlihat bimbang sebelum akhirnya berpamitan pada Sakura dan kembali menuju studionya.
Sakura agak heran melihat ekspresi pemuda yang tampak ingin mengatakan sesuatu tapi enggan. Akhirnya Sakura mencoba untuk tak terlalu acuh. Sakura merasa seharian ini sudah memikirkan terlalu banyak hal. Sakura pun memasuki studionya, untuk kali ini dia sudah mengetuknya. Kekasih Naruto pamit pulang dan meninggalkan dua orang yang akan melanjutkan pekerjaannya. Sakura tidak bisa benar-benar memandang lurus dengan matanya saat Naruto tersenyum padanya, namun dengan sopan pemuda itu menitah Sakura untuk masuk ke bilik rekaman.
Sakura pun menyanggupinya, dia berjalan memasuki bilik rekaman dan menutup pintunya rapat. Memasang headphone-nya dan mengambil posisi di depan mic, gadis berambut soft pink itu mulai memikirkan perkataan Sasuke saat di café; seputar bunga matahari. Sakura mencoba membayangkan perasaan itu. Setelah Sakura melatih suaranya beberapa lama, dia mengatakan pada Naruto -yang duduk di depannya berbatasan kaca bilik- bahwa dia sudah siap, dan mereka pun memulai rekaman.
Kedua alis Naruto terangkat saat Sakura bernyanyi. Naruto terlihat takjub, dan kekagumannya pada hasil rekaman mereka kali ini lekas diutarakan begitu Sakura selesai.
"Wah, Sakura. Aku awalnya tidak mengira lagu ini butuh banyak improvisasi tapi ternyata tambahan improvisasi bukan hal buruk. Ini jadi sempurna! Ayo kita coba lagi dengan kunci yang lebih tinggi, oke?" Sakura mengangguk sebagai tanggapan atas permintaan penuh antusiasme itu. Gadis itu mulai menarik napas dalam.
You never really got to lie
I just need you to say goodbye
Then I'll really let you go
And you'll never see me so just,
Stop wasting my time
.
.
.
Sakura berjalan keluar dari studio menuju basement. Sakura menatap lemas jam tangannya yang menunjukkan waktu yang berjalan terlampau cepat baginya. Sudah hampir fajar. Sudah semalaman dia bekerja, namun dia merasa puas karena berhasil menyelesaikan satu lagu lagi. Sakura akan segera kembali ke permukaan dunia musik setelah lama vakum dan dia ingin pastikan albumnya nanti sempurna, namun tentu saja ada tenggang waktu yang tetap harus dia kejar. Sakura hendak meninggalkan pintu utama sebelum akhirnya menyadari ada seseorang yang tidur di sofa lobby. Sakura mengerutkan dahi, jaket hijau itu tak asing baginya.
"Senpai?" gumam Sakura sebelum perlahan menepuk pundaknya. Laki-laki itu tak merespons.
"Sasuke-san?" Sakura mencoba lagi, menggoyang-goyangkan lengan sosok itu. Kali ini laki-laki itu berbalik dan melempar pandangan ke sekitar, sedikit melongo sebelum akhirnya beranjak duduk dan mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
"Sakura-san…" Sasuke mengerjapkan mata sejenak, masih tampak perbedaan tipis antara bingung atau mengantuknya dia. Sasuke pun menatap Sakura.
"Kau memanggil namaku?"
Spontan Sakura menggigit lidahnya.
"Maaf, senpai, aku lupa."
Sasuke menyeringai dan meletakkan satu lengannya di atas sandaran sofa, masih menatap Sakura walau dengan mata sayu lantaran mengantuk.
"Tidak apa… aku suka," ujar Sasuke sebelum menyandarkan kepalanya dan menggosok pelan pada sandaran kursi, membuatnya tampak seperti anak kucing.
Melihatnya membuat Sakura menggeleng cepat.
'Tidak, dia senpaimu, Sakura! Berhenti menganggapnya imut.'
"Senpai, kenapa masih di sini? Kenapa tidak pulang dari tadi?" tanya Sakura yang tahu betul tugas Sasuke sudah lama selesai.
Pemuda beriris hitam itu menggeleng tak suka.
"Panggil namaku saja, nona." Sasuke menggosok kedua matanya supaya berhenti mengantuk kemudian bangkit dari sofa dan berdiri di depan Sakura.
"Sebenarnya aku menunggumu."
"Aku?" Sakura mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Tapi kenapa?"
"Well, aku mulai penasaran jadi sebaiknya aku akan bertanya…" Sasuke mengusap tengkuknya, menatap ke arah lain sebelum akhirnya menatap wajah gadis itu lagi, menenggelamkan langsung pandangan onyxnya pada manik emerald di sana.
"Apakah kita bisa ngopi lagi lain kali?"
TBC
A/N:
Jangan tanya Naruto lagi apa sama siapa. Kalian imajinasikan sendiri X3
Ah ya, soal lagunya Sakura, itu kutipan lirik punya Lydia Paek yang coverin lagu Eyes Nose Lips milik Taeyang. Semoga lirik lagunya masuk ke pembicaraan SasuSaku soal bunga matahari itu XD
Buat yang masih bingung, intinya di gedung agensi itu ada berlantai-lantai, dan ada satu lantai yang isinya dua studio, satu tongkrongan(?)nya KakaSasu, satu lagi tongkrongannya NaruSaku. Sasuke beda agensi ceritanya, tapi bisa kubilang agensi Sasuke dan Sakura ini mitraan, jadi Sasuke sering jadi partner kolaborasinya Kakashi dan bikin lagu di studio Kakashi.
Terimakasih PinkyWhite-03, adora13, dan Onyxta Cherry453 yang review chapter lalu. Balasan review untuk yang log in ada di PM masing-masing. Makasih juga readers lain yang ikutin cerita ini.
Thanks for Reading!