Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Oh Sehun
Kim Jongin
Do Kyungsoo
Yoon Bora
Kim Hyorin
Kang Soyou
Kim Dasom
Kyuhyun
Sungmin
and others.
PERHATIAN!
Ff ini mengandung unsur dewasa berbau seks, hubungan sesama jenis yang menyebabkan beberapa orang mungkin mual, Bahasa yang berantakan, dan typo yang walau sudah berusaha dihilangkan tapi tetap muncul. Tidak untuk area bermain anak-anak, anak polos, antigay/ homophobic, AntiChanbaek dan segala yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia yaoi.
NO CO-PAST
NO-REPOST
NO-PLAGIAT
Okay?
There always be a place for the good person. So, don't steal people's effort , be honest dear..
Mulailah dengan sebuah kata, susunlah menjadi kalimat dan kembangkan dalam sebuah paragraph.
Cerita yang hebat bukan tentang siapa, tapi tentang apa dan bagaimana.
Jangan takut bermimpi, jangan berhenti berimajinasi, jangan menyerah untuk berharap
Semua yang ada didunia berawal dari mimpi, imajinasi dan harapan...
Percintaan sesama jenis bukan hal tabu
Chanbaek bukan sesuatu yang semu
Hidup itu pilihan, tapi cinta tidak bisa memilih
…
..
.
Park Shi Ta
Present
( peringatan : Jauhkan sementara tangan kalian dari benda tajam dan keras disamping kalian )
…
..
.
King's Little Husband
chapter 1
...
..
.
Suara terompet istana menggema memenuhi sebuah ruangan luas dengan jendela-jendela kaca besar mengelilinginya. Puluhan orang-orang yang sedang berbisik kecil sehingga menimbulkan sedikit kegaduhan seketika menutup mulut dan menegakan tubuh mereka.
Sosok tinggi berjalan memasuki ruangan, menapakan kaki jenjangnya pada karpet merah cerah yang menjadi alas. Seluruh penghuni ruangan memberi hormat sementara sosok itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Dua sosok lain berdiri dibelakang sosok tertinggi dengan pakaian kebanggaan mereka, mengangkat wajah tinggi memperlihatkan betapa kuat dan gagahnya mereka.
Sang Raja duduk di kursi utama, sementara dua pengawalnya berdiri dibelakangnya. Suara terompet berhenti dan keadaan menjadi sangat hening.
"Bagaimana hasilnya Tuan Lee?" suara berat itu menyapu seluruh isi ruangan. Suara yang mampu mencerminkanbetapa kuat dan tangguhnya sosok itu.
Seorang pria paruh baya yang merupakan penasehat istana melangkah maju dengan membawa sebuah kertas ditangannya. Ia membukanya pelan dan berdeham sebelum akhirnya mulai bicara.
"Data ini diambil dari tiga tabib berbeda, untuk setiap orang. Setelah dua bulan ritual yang telah Paduka Raja lakukan, maka hasilnya adalah nihil. Semua negatif." Terdengar helaan nafas kekecewaan mengisi ruangan, tak terkecuali Sang Raja yang juga ikut menghela nafas pelan.
"Maafkan saya Paduka, kami telah berusaha melakukan yang terbaik." Ucap Tuan Lee sambil memberi hormat.
"Tidak masalah, terima kasih untuk kerja keras kalian. Aku rasa pertemuan ini kita ak_"
"Maaf Paduka, tapi kami memiliki beberapa calon lain."
"Apa?" kali ini salah satu dari dua pengawal setia Raja melangkah maju. Seorang pria bertubuh tinggi dengan kulit tan indahnya dia adalah Kim Jongin. Putra dari selir utama Kerajaan yang kini menduduki posisi sebagai Jendral penyusun strategi perang yang merupakan salah satu kaki tangan Raja. Dia terkenal dengan keahliannya dalam memanah dan pedang, karena itu tidak ada yang berani bermain-main dengannya.
"Tenang Jendral Kim!" ucap Sang Raja.
"Tapi tidak bisa seperti ini Paduka, anda butuh istirahat." Ucap Jongin sambil mencoba menyakinkan Raja-nya.
"Maaf Padaku, kami bukannya ingin membuat anda terlalu lelah. Namun anda tahu sendiri, bahwa rumor tentang berita sudah menyebar keseluruh Kerajaan tetangga memang benar adanya. Kami hanya tidak ingin Northwest mengalami kejatuhan kembali karena i_" ucapan Tuan Lee terhenti karena sebuah pedang terhunus di depan wajahnya.
Dia adalah Oh Sehun, pengawal kepercayaan Raja yang lain, putra dari Jendral Perang terdahulu yang kini posisinya diambil alih olehnya, ia mengabdikan dirinya untuk Sang Raja sebagai seorang ahli persenjataan. Dia adalah penguasa seluruh permainan pedang terbaik yang ada di Northwest.
Dia adalah sisi berlawanan dari Kim Jongin. Jika Jongin pria yang gegabah maka Oh Sehun adalah pria dengan penuh ketenangan yang mampu menghanyutkan pemikiran siapapun, namun bila sudah menyangkut tentang Sang Raja ia tak segan-segan memenggal siapapun dengan pedangnya. Ia sudah sangat dipercaya oleh pemimpin Negeri tersebut.
"Turunkan pedangmu, Jendral Oh!" ucap Sang Raja lembut. Dengan terpaksa sosok berkulit putih itu menurunkan pedangnya dan melangkah mudur.
"Jendral Oh, Jendral Kim. Kami hanya melakukan tugas kami. Kami hanya berharap bahwa hal itu bukanlah sebuah kutukan, kami ingin yang terbaik untuk_"
"Tuan Lee, silahkan lanjutkan rencana anda!" ucap Sang Raja.
"Baiklah paduka. Biarkan mereka masuk!" ucap Tuan Lee kepada para pengawal istana dan tak lama pintu terbuka menapakan beberapa pengawal yang melangkah serempak lalu dibelakang mereka diikuti oleh beberapa wanita dengan wajah bak dewi Yunani.
Kedua Jendral perang itu mengernyit dan melirik Raja mereka yang nampak menghela nafas pasrah.
"Perkenalkan Paduka, mereka adalah seluruh wanita terbaik yang kami ambil dari desa mereka. Biar saya perkenalkan." Ucap Tuan Lee.
"Dia adalah wanita dari desa Santhor , wanita yang terkenal dengan kesuburan mereka. Tidak diragukan lagi bahwa wanita-wanita di desa mereka mampu melahirkan anak-anak setiap tahunnya dan rata-rata adalah kembar. Dia adalah yang terbaik di desanya." Ucap Tuan Lee sambil meminta seorang wanita bertubuh tinggi dengan kulit putih dan bermata coklat terang dengan rambut panjang bergelombang yang indah.
"Yang kedua, dia adalah wanita dari desa Carvwenth, desa ini terkenal dengan pasukan mereka yang kuat karena rata-rata kelahiran disana adalah anak laki-laki dengan fisik yang kuat, jadi akan sangat baik jika Northwest memiliki putra mahkota yang kuat." Sang Raja hanya mengangguk sambil menatap wanita bertubuh tinggi dengan sorot mata tajam dengan mata berwarna abu-abu tua dan senyuman yang sangat manis.
"Dia yang ketiga, desa mereka terkenal dengan kepintaran anak-anak yang terlahir disana , kita tidak asing lagi dengan nama Lanthosa bukan? Desa dengan penghasil sastrawan-sastrawan berbakat, bahkan beberapa anggota istana berasal dari desa mereka." Sang Raja kembali mengangguk dan mendengarkan kembali semua wanita yang diperkenalkan hingga pada wanita keenam.
"Jadi Paduka, kami sudah mengatur_"
"Tunggu! Apa mereka akan menjadi selirku?" tanya Sang Raja.
"Itu semua tergantung Paduka sendiri, Paduka bisa menjadikan mereka selir jika Paduka mau."
"Tapi aku telah memiliki ratuan selir, aku tidak mungkin menambah jumlah mereka."
"Tidak ada yang mustahil Paduka."
"Tidak. Ini konyol, Paduka tidak bisa melakukannya." Ucap Jongin menahan emosinya, Sang Raja menatap pengawalnya lalu beralih menatap seluruh anggota istana yang mengharapkan persetujuannya.
"Bisakah aku tidak menjadikan mereka selir?"
"Tentu Paduka, itu tidak masalah. Sekarang saya akan membacakan jadwal untuk setiap wanita selama dua minggu ke depan_"
"Tuan Lee, jangan bercanda!" bentak Jongin yang melangkah maju. Sang Raja menaikkan tangannya meminta Jongin untuk kembali tenang.
Sang Raja menatap Tuan Lee sebentar lalu menghela nafas dan membiarkan pria paruh baya itu untuk melanjutkan pekerjaanya.
…
..
.
Menjadi orang nomer satu di negrinya membuat Chanyeol mau tidak mau harus mengesampingkan keegoisannya demi kebaikan seluruh rakyatnya.
Sebuah Kerajaan dianggap hebat bila Sang Raja dianggap layak. Chanyeol sebenarnya sangat layak untuk menyandang gelar itu. Dengan wajah tampan bak dewa Yunani , otak cerdas dan sifat yang bijaksana membuat Chanyeol sangat pantas dilihat dari segi apapun. Negeri yang ia pimpin sangat makmur dan wilayah mereka semakin meluas setiap waktunya, membuat Northwest menjadi pesaing ketat di dunia.
Namun satu hal yang membuat rakyat Northwest kecewa dengan Raja mereka, bahwa Sang Raja tidak mampu memberikan keturunan. Seberapa banyak wanita yang diangkat menjadi selir setiap minggunya, hingga beberapa wanita sewaan yang rahimnya akan dipinjam tidak juga membuat Kerajaan Northwest mendapatkan putra mahkota mereka.
Dulu sekali Chanyeol pernah memiliki seorang permaisuri, namun dua tahun tidak mendapat keturunan membuat sang permaisuri muak dan akhirnya berkhianat dengan berpura-pura diculik oleh Kerajaan lawan membuat sebuah peperangan tidak ter-elakan namun pada kenyataannya sang permaisuri telah jatuh cinta pada Raja tersebut.
Perang besar yang menewaskan banyak prajurit, membuat Ayahanda sang Raja meninggal dunia karena jatuh sakit, menyusul ibunda Sang Raja yang telah lebih dulu meninggal
Northwest sempat dalam keadaan hancur, namun akhirnya kembali bangkit . Chanyeol bersama dua Jendral kepercayaannya membangun kembali Kerajaannya dengan strategi baru, hingga akhirnya Northwest kembali berada pada masa jayanya.
Namun,
hanya saja satu hal yang masih membuat ketakutan para rakyat dan seluruh anggota Kerajaan yaitu bahwa Raja mereka tidak bisa memberikan keturunan. Berbagai hal mulai dijadikan kemungkinan bahwa Chanyeol mandul atau yang terparah bahwa itu semua adalah sebuah kutukan.
Tidak ingin membuat rakyatnya merasa terancam karena bagaimana pun keturunan adalah suatu kebanggaan bagi sebuah kerajaan, akhirnya Chanyeol memutuskan untuk menerima apapun yang disarankan oleh para anak buahnya.
Termasuk seperti sekarang. Meniduri wanita-wanita terpilih yang kemudian akan menjadi ibu dari calon penerus kerajaan.
Chanyeol menatap langit-langit kamarnya dengan tubuh telanjang berkeringat dan disebelahnya nampak seorang wanita yang berbalut sehelai kain sedang tertidur pulas. Chanyeol menghela nafas, merasa bersyukur karena wanita disampingnya adalah wanita terakhir malam ini, karena sejujurnya ia merasa sangat lelah.
Dengan segera ia bangkit, mengambil pakaian tidurnya dan berjalan keluar istana. Tidak ada satupun penjaga di depan kamarnya setiap ia melakukan penyatuan tubuh, karena menurutnya itu sangat memalukan, sehingga saat ini ia bebas berkeliaran tanpa ada satupun pengawal yang mengikutinya.
Chanyeol berdiri di balkon istana sambil menatap hamparan langit luas.
"Paduka?"
"Jongin?" sapa Chanyeol ketika melihat Jongin berjalan kearahnya sambil membawa sebuah busur.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?"
"Berlatih." Ucap Jongin sambil mengangkat busurnya pelan.
"Beristirahatlah ini sudah malam!"
"Tentu Paduka, lalu Paduka sendiri ?"
"Aku butuh udara segar, terjebak di dalam kamar bersama wanita-wanita itu membuatku sesak." Jongin menghela nafas, memasang wajah prihatin.
"Maafkan aku Paduka, tidak seharusnya Paduka mengalami ini. Tuan Lee sungguh keterlaluan."
"Tidak, ini bukan salah siapapun, mungkin benar ini sebuah kutukan."
"Tidak Paduka, jangan berkata seperti itu!" Chanyeol mengangguk pelan lalu tersenyum.
"Tidurlah! Ini sudah larut."
"Baik Paduka, aku permisi." Chanyeol hanya mengangguk membiarkan pengawalnya melangkah menjauh.
Dua bulan setelah malam itu pembacaan untuk hasil ritual Sang Raja dibacakan. Seperti biasa Tuan Lee akan berdiri ditengah ruangan dengan kertas berisi hasil-hasil dari beberapa tabib yang melakukan pemeriksaan.
Chanyeol berdoa dalam hati setidaknya salah satu dari wanita itu ada yang mengandung anaknya, karena jika tidak berarti ia harus meniduri wanita lain lagi hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka mau.
"…..nihil." Kesadaran Chanyeol kembali mendengar hasil akhir dari Tuan Lee. Ia memandang wajah seluruh penghuni ruangan yang nampak kecewa. Semua kerja kerasnya selama dua minggu penuh sia-sia. Lagi-lagi ia tidak mendapatkan apa yang mereka mau.
…
..
.
Chanyeol sedang berada diruangannya ketika Jongin dan Sehun melangkah masuk. Mereka memberi hormat seperti biasa sementara Chanyeol sedang memakai jubah hitamnya.
"Bagaimana?"
"Semua sudah siap Paduka."
Pagi ini mereka akan pergi ke pusat kota untuk melakukan survei lapangan seperti yang biasa mereka lakukan setiap bulannya.
Chanyeol memang tidak terlalu mempercayai laporan tahunan dari para anak buahnya, untuk itu ia dan kedua pengawalnya akan menyamar sebagai orang biasa untuk menanyakan secara langsung pada seluruh pedagang dan rakyat disana tentang kehidupan mereka.
Sejak kecil Chanyeol diajarkan untuk selalu memperhatikan kemakmuran rakyatnya untuk itu ia tidak pernah berberat hati mendatangi pusat kota atau desa-desa yang berada dibawah kekuasaannya.
Mereka mulai berpencar dan bertanya pada setiap pedagang yang mereka temui mengenai pajak dan hasil panen mereka. Chanyeol berjalan perlahan sambil melihat situasi ketika pendengarannya menangkap suara seorang nenek yang berteriak cukup keras disudut pasar , terduduk diatas karpet lusuh dan sebuah mangkuk dihadapannya.
"Tuan, Tuan kemari! Biarkan aku membaca masa depan anda. Nyonya hei, Nyonya, kemarilah!" panggil nenek itu.
Chanyeol mendekat lalu berjongkok, ia hendak meraih koin emas dibalik jubahnya namun tangannya ditahan untuk kemudian ditarik oleh sang nenek.
"Biarkan aku membaca garis tanganmu tuan." Ucap nenek itu dan Chanyeol tidak melawan. Ia hanya memperhatikan bagaiman nenek itu membersihkan telapak tangannya dan mengusapnya pelan.
"Aku melihat sesuatu yang baik. Harta, Kejayaan, kekuasaan dan tunggu! Pa..paduka?" ucap nenek tersebut.
"Ssst." Chanyeol meletakan telunjuknya di bibir, meminta nenek tersebut tidak bicara terlalu keras dan membongkar penyamarannya.
"Biarkan aku melihatnya lagi_"
"Tidak usah, aku akan memberikan_" ucapan Chanyeol terputus ketika nenek itu kembali menarik tangannya.
"Aku melihat kebahagiaan, anak laki-laki berlarian di dalam istana, tidak! aku melihat lebih dari satu. Paduka, mereka adalah putra mahkota, anda akan memiliki mereka." Ucap nenek itu senang. Chanyeol mengernyit, antara keterkejutan dan ketidak yakinan. Namun, ia mulai tertarik.
"Benarkah? " tanya Chanyeol sedikit antusias. Tapi kemudian sesuatu seolah menghantam kepalanya dan ia pun tersadar dengan segera menarik tangannya, lalu memasukan sebuah koin mas ke dalam mangkuk kosong nenek tersebut.
"Paduka?" panggil sang nenek membuat Chanyeol mengurungkan niatnya untuk bangkit.
"Anak ke-12 dari 12 bersaudara. Dia tinggal di desa Schanteela."
"Siapa?" tanya Chanyeol heran.
"Orang yang akan mengandung anak Paduka." Seketika bola mata Chanyeol membulat.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Takdir anda yang memberitahuku." Ucap nenek itu sambil tersenyum, Chanyeol tidak memberikan respon, ia membalik tubuhnya dan kembali berjalan.
Dari tempatnya nenek itu tersenyum senang menatap punggung Sang Raja yang telah menjauh , bercampur ke dalam kerumunan orang-orang yang berlalu lalang.
Ketika mereka kembali keistana, Jongin dan Sehun menemukan Raja mereka dalam keadaan tidak fokus diatas kudanya.
"Paduka, apa terjadi sesuatu?" tanya Jongin, Chanyeol tersadar lalu menggeleng pelan. Keduanya mengangguk dan kembali melanjutkan perjalanan, namun seketika Chanyeol berhenti.
"Apa kalian percaya ramalan?" tanyanya.
"Tidak terlalu. Bagiku ramalan seperti sebuah bualan, yah seperti 'kematianmu sudah ditentukan, kau akan mati dibawah hujan, tersambar petir' bukankah itu hanya akan menakuti-nakuti kita?" Ucap Jongin setelah memperagakan gaya seorang peramal membacakan masa depan.
Chanyeol mengernyit sambil merendahkan arah pandangnya, pikirannya terlihat kalut dan Sehun yang menyadari itu segera angkat bicara.
"Tapi terkadang ramalan membuat seseorang memiliki angan-angan yang besar. Seolah-olah kita akan mendapatkan hal tersebut dengan mudah tanpa kerja keras, menunggu dan kemudian takdir itu dalam genggamanmu. Tapi.." Sehun menjeda ucapannya lalu menoleh kearah Chanyeol.
"Tidak ada salahnya mempercayai ramalan, terkadang hal yang mustahil bisa menjadi nyata." Ucap Sehun lagi sambil tersenyum kecil lalu kembali melihat ke depan. Chanyeol terdiam memikirkan perkataan Sehun barusan.
Pikirannya berkecamuk. Antara percaya dan tidak, antara senang dan hampa, antara ingin mencoba atau melupakannya.
"Tapi Sehun-ah, sesuatu yang mustahil tentu saja tidak akan terjadi. Seperti aku yang bisa terbang." Ucap Jongin, Sehun memutar bola matanya malas.
Jongin memang terkenal dengan kegagahannya, namun terkadang cara berpikirnya seperti anak-anak. Dia melihat segala sesuatu dengan sederhana, itu mengapa terkadang Sehun tidak terlalu memperdulikan ocehan lelaki tan tersebut, namun ada saatnya juga ia meladeni 'ketololan' teman semenjak kecilnya tersebut.
"Kau bisa terbang, jika aku menendang bokongmu dengan keras." Ucap Sehun membuat Jongin geram dan mengejar langkah kaki kuda Sehun yang melaju lebih cepat.
"Yak! Kau itu lebih kecil dariku, seharusnya kau menghormatiku!" bentak Jongin. Chanyeol melajukan kudanya dengan pelan , pikirannya masih tidak menemukan titik terang. Namun satu hal yang ia bisa lakukan saat ini, jangan berhenti untuk berharap.
…
..
.
Harapan itu seolah pupus ketika Tuan Lee kembali membacakan hasil dari eksperimen terbaru yang mereka lakukan dengan kerjasama antara para tabib handal yang terkenal bisa membuat ramuan apapun .
Sebulan setelah pembacaan terakhir, Tuan Lee meminta semua tabib-tabib handal itu untuk membuatkan ramuan untuk Sang Raja yang kemudian akan diminum setiap Sang Raja akan melakukan ritual persetubuhannya. Tuan Lee sangat berharap pada hal itu namun sayang, harapan semua orang seolah pupus.
"Aku menyerah Paduka." Ucap Tuan Lee sambil menundukan kepalanya. Seorang pria tua bangkit dan melangkah ke depan, dia adalah salah satu tabib handal yang dibayar mahal oleh Kerajaan Northwest.
"Maaf jika aku lancang, namun menurutku anda memang tidak bisa memberikan keturunan Tuan. Bukan karena anda tidak mampu, karena bagaimana pun ramuan yang aku buat sudah terbukti berhasil selama ini, sekali lagi maaf Paduka, mungkin anda terkena kutukan."
"LANCANG!" Sehun dan Jongin melompat dan menghunuskan pedang mereka tepat di samping leher tabib itu. Membuat Si tabib bersimpuh dan memohon ampun dengan gemetar.
"Turunkan pedang kalian!" ucap Chanyeol dengan suara yang tenang. Jongin dan Sehun menghela nafas lalu menurunkan pedangnya dan melangkah mundur.
"Paduka, silahkan penggal kepalaku karena aku benar-benar tidak memiliki rencana ataupun ide lain lagi." Tuan Lee berlutut sambil memohon. Chanyeol menutup matanya dan menghela nafas pelan.
"Tuan Lee dan Tuan tabib. Jangan seperti ini, aku tidak akan menghukum kalian atas kejadian ini,ini bukan salah kalian. Kita pikirkan lagi lain kali, sekarang beristirahatlah! Dan Tuan Lee, tambahkan dua kali lipat untuk bayaran para tabib, lalu berikan para wanita itu semua keinginan mereka sebelum dipulangkan!" Tuan Lee mengangguk dan segera berdiri.
Satu per satu anggota Kerajaan memberi hormat dan meninggalkan ruangan dengan wajah kecewa. Chanyeol kembali menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ia bersandar pada singgasananya , melepaskan seluruh kepenatan yang ada.
"Paduka."
"Kalian juga bisa pergi jika kalian mau."
"Tidak kami tidak akan pergi. Jangan menyerah Paduka, ini bukanlah sebuah kutukan pasti ada cara untuk masalah ini." Chanyeol membuka matanya ketika teringat sesuatu dan segera menatap kedua pengawalnya.
"Jongin, Sehun. Bisakah kalian pergi ke desa Schanteela dan dapatkan informasi mengenai keluarga yang memiliki 12 orang anak dan laporkan padaku siapa anak kedua belas dalam keluarga itu." Meskipun Jongin dan Sehun merasa bingung, namun mereka segera mengangguk dan kemudian bergegas pergi.
"Jongin, Sehun. Tolong lakukan dengan benar, kali ini aku mencoba mempercayai ramalan itu. Anak ke 12 itu adalah satu-satunya yang bisa memberiku keturunan." Tubuh keduanya menengang, mereka tercekat dan tidak mampu mengeluarkan satu patah kata pun.
"Ba-baik Paduka." Ucap keduanya lalu memberi hormat sebelum akhirnya pergi.
…
..
.
Chanyeol terlihat sedikit was-was menantikan kabar dari dua orang pengawal setianya. Waktu sudah larut dan ia tidak mendengar satupun kabar mengenai kedatangan Jongin dan Sehun.
Desa Schanteella memang berada cukup jauh dari istana, karena awalnya desa itu adalah daerah perebutan tiga Kerajaan mengingat posisi desa itu tepat berada di pinggir hutan perbatasan. Namun karena kemenangan Northwest akhirnya desa itu jatuh ke tangan Chanyeol.
Ketika pintu diketuk dan Chanyeol mempersilahkan masuk , ia segera menahan nafas saat Jongin dan Sehun melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Bagaimana?" tanyanya penuh harap.
"Kami sudah mencari informasi di desa tersebut Tuan. Tidak ada satupun keluarga yang memiliki 12 anak. Keluarga dengan anak terbanyak adalah keluarga petani, mereka memiliki sebelas orang anak. Tiga diantaranya laki-laki dan sisanya perempuan. Namun anak bungsu dikeluarga itu adalah laki-laki, bukan perempuan."
Hati Chanyeol terasa bergemuruh, otot kakinya seolah lemas dan harapannya kembali pupus, namun mengingat ia seorang Raja , Chanyeol tetap menampakan senyum tenangnya seolah semua baik-baik saja.
"Terima kasih Jongin, Sehun."
"Maafkan kami Paduka." Ucap Jongin dengan rasa bersalah yang besar karena telah membuat Sang Raja kecewa.
"Tidak apa-apa. Mungkin peramal itu berbohong padaku." Ucap Chanyeol menyembunyikan kekecewaanya. Mungkin ia memang tidak akan bisa memiliki keturunan, mungkin peramal itu memang telah menipunya demi sebuah koin emas.
…
..
.
"Aku tidak mau!" bentak seorang anak laki-laki sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan wajah yang dibuang kesamping.
"Heh! Kau pikir kami akan menurutimu seperti ayah? Sudah sana cepat! Cuci itu semua disungai!"ucap gadis berambut sebahu berwarna coklat dengan mata bulat yang besar.
"Kenapa harus aku?" bentak anak laki-laki itu.
"Karena kau laki-laki." Sahut gadis yang lain ,seorang gadis berambut coklat bergelombang panjang dengan tubuh tinggi dan bibir yang sangat tipis.
"Jika kau tidak mau maka kenakan rok seperti kami!" itu gadis yang lain. Gadis dengan rambut hitam selengan dan kulit yang sangat putih.
"Aku akan melaporkan ini pada ayah. Ini adalah bentuk penindasan." Ancam si anak laki-laki.
"Laporkan saja, lihat apa yang bisa kita laporkan pada ibu." Itu gadis terakhir yang terpendek diantara ketiga gadis lainnya. Gadis berkulit coklat indah dengan rambut panjang yang dijalin.
"Kalian benar-benar. Mana sini!" bentak anak laki-laki itu kesal. Sebuah keranjang diberikan kepadanya dan dengan penuh emosi ia melangkah menjauhi kakak-kakak perempuan dengan sebuah keranjang berisi botol-botol kaca bekas.
Sepanjang perjalanan menuju sungai yang berada di dekat rumah mereka lelaki itu mengumpat kesal atas perilaku tidak adil dari kakak-kakaknya, dan mengingat bagaimana ibunya selalu membela mereka karena bagi ibunya anak perempuan akan mendatangkan keberuntungan dan tidak menyusahkan karena ketika pernikahan nanti mereka tidak terkena biaya apapun atau yang lebih baik mereka bisa menikahi konglomerat nantinya.
Seperti keempat kakak perempuannya yang terdahulu yang telah menikah dan memiliki keluarga kini. Kakak pertamanya Sooyoung menikah dengan seorang keturunan bangsawan dan kini menetap di kota bersama suaminya bahkan sudah memiliki dua anak dari hasil pernikahan mereka.
Lalu kakak kedua dan ketiganya yang kembar Yoona dan Yuri yang dinikahi secara bersamaan oleh seorang pengusaha kain yang sangat sukses . Kabar baiknya, kedua kakaknya itu sama-sama mencintai pengusaha itu dan memilih untuk berbagi. Ia tidak mengerti apa yang membuat mereka melakukannya, dan ia tidak mau memikirkannya.
Lalu kakak keenamnya Sooyeon menikah dengan jendral dari Kerajaan Zochanea dan kini menetap di Negeri tetangga tersebut. Pernikahan mereka adalah pernikahan terbesar yang pernah ada di desa tersebut sehingga membuat ayah dan ibu mereka sangat bangga.
Berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya Donghae dan Leeteuk yang harus mengeluarkan biaya untuk pesta pernikahan mereka. Untung saja Keempat kakaknya yang telah menikah mau membantu mereka jika tidak, keluarga mereka yang miskin tidak mampu memenuhi semua persyaratan dari calon pendamping mereka.
Bahkan kakak-kakak perempuan mereka bersama-sama memberikan rumah untuk kedua kakak laki-lakinya agar tidak tinggal bersama di rumah kecil mereka yang sesak.
Itu mengapa ibunya sangat menyayangi keempat kakak perempuan mereka dan menjaga mereka seperti sebuah kristal. Itu sebabnya Bora, Hyorin, Soyou dan Dasom selalu menjadi kakak yang menjengkelkan baginya karena mereka selalu dengan seenaknya memerintah , seperti sekarang contohnya.
Ia berpijak di pinggir sungai yang licin dan ketika akan mengangkat keranjang berisi botol-botol yang telah selesai dicuci itu ia tergelincir karena panggilan kakak keduanya yang melengking .
BYUUR!
"Yak! Baekhyun, aku memanggilmu dari tadi? Kenapa lama sekali? Dan_ tunggu! Pantas saja kau lama, kau bermain-main dengan air ternyata." Ucap Hyorin yang kini berdiri di dataran lebih tinggi dari adik laki-lakinya yang baru saja bangkit dan berjalan ke pinggir sungai dengan wajah kesal dan tubuh basah kuyup.
"Sudah sini biar aku saja yang bawa ke dalam!" ucap Hyorin lalu mengangkat keranjang itu sambil mengomel tentang tingkah adiknya yang tidak pernah berubah. Sementara Baekhyun, mengepalkan tangannya kesal dan ia merasa ingin membunuh seseorang.
…
..
.
Baekhyun berjalan dengan kesal setelah mendapat omelan panjang dari ketiga kakaknya yang lain dan tentu saja ditambah satu lagi bonus didiami oleh ibunya. Ibunya memang bukan tipikal ibu yang cerewet,namun keterdiaman ibunya jauh lebih menyiksa bagi Baekhyun.
Setelah mengganti pakaiannya yang basah dengan pakain kering ia segera pergi dari rumah dan memilih untuk berjalan-jalan atau mengunjungi rumah sahabatnya. Sebenarnya ia belum menentukan tujuan karena yang ada dipikirannya tadi hanyalah bagaimana cara untuk keluar dari rumahnya dan terbebas dari omelan-omelan berisik kakak-kakaknya.
Baekhyun tersenyum ketika langkahnya membawanya pada sebuah rumah yang cukup besar –lebih baik dari rumahnya- dengan sebuah halaman yang besar. Itu adalah rumah dari seorang penjahit baju yang terkenal. Do Ryewook,ibu dari sahabatnya Do Kyungsoo.
"Kyungsoo-ah!" panggil Baekhyun dari pintu gerbang dan sosok yang sedang membawa potongan kain ditangannya hanya melirik lalu melanjutkan langkahnya tanpa berniat membukakan pintu.
"Yak! Isssh! Bocah itu selalu mengabaikanku." Ucap Baekhyun lalu melompat menaikki pagar dan dalam hitungan detik ia sudah berada di dalam rumah itu.
"Kyungsoo-ah, aku ingin menceritakan sesuatu!" ucap Baekhyun sambil mendekat kearah sebuah ruangan penyimpanan kain dan baju hasil ibunya, namun sebelum Baekhyun melangkah masuk Kyungsoo telah mendorong tubuh Baekhyun keluar lalu mengunci pintunya.
"Pasti tentang kekejaman kakak-kakakmu lagi."
"Memang apalagi?"
"Kalau begitu pergilah! Aku sudah muak mendengarnya. Aku harus membantu ibuku."
"Aku bisa membantumu." Ucap Baekhyun sambil tersenyum. Kyungsoo membulatkan matanya, lalu menggeleng. Secara otomatis ingatan-ingatan masa lalu dimana Baekhyun yang membantunya namun malah membuat bencana terlintas di pikirannya, membuatnya segera menggeleng .
"Tidak, terakhir kau membantuku kau merusak satu kodi pakaian ibuku. Tidak lagi." Kyungsoo mendorong tubuh Baekhyun untuk keluar dari halaman rumahnya, tapi Baekhyun menggeliat dan memohon.
"Kali ini aku tidak akan menyentuh mesin jahit itu, aku berjanji."
"Aku mendengar itu ratusan kali Byun, tapi selalu berakhir dengan malapetaka ketika aku mempercayai ucapan manismu." Ucap Kyungsoo sambil menarik kerah baju Baekhyun sementara satu tangan lagi ia gunakan untuk membuka pintu pagarnya.
"Terima kasih."
"Untuk apa?"
"Kau berkata bahwa aku manis." Kyungsoo memutar bola matanya malas. Ketika pintu itu berhasil terbuka, Kyungsoo bernafas lega sebelum ,
"Bibi!"
"Hei, Baekhyun-ah!" sahut Ibu Kyungsoo dari ruang kerjanya dengan jendela yang menghadap ke halaman.
"Sial!" gumam Kyungsoo sambil menutup matanya.
Ibu Kyungsoo berdiri di dekat jendela ketika usai membukanya dan mendapati putra dan sahabat putranya di depan rumah.
"Bagaimana kabar bibi?" teriak Baekhyun.
"Baik. Kenapa tidak masuk Baek?"
"Jangan coba-coba!" bisik Kyungsoo penuh ancaman dan menahan tangan sahabatnya namun Baekhyun tersenyum lebar dan menepuk pundak sosok dihadapannya, sebelum beralih menatap Ryewook.
"Bolehkah?"
"Tentu boleh sayang! Masuklah, bibi memasak makanan yang enak."
"Yipi!" seru Baekhyun sambil menghempaskan tangan Kyungsoo, ia tersenyum manis lalu melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Kyungsoo yang nampak kesal yang hanya bisa menghela nafas kesal.
…
..
.
Chanyeol berbaring diatas ranjangnya dengan kedua mata terbuka , menatap kearah langit-langit ruangan besar dan megah tersebut. Ia merasa bersyukur karena malam ini dan seterusnya hingga waktu yang belum di tentukan ia tidak akan menghabiskan waktunya untuk melakukan ritual persetubuhan dengan beberapa wanita pilihan dari penasehat istana.
"Paduka, mereka adalah putra mahkota. Paduka akan memiliki mereka."
Ucapan peramal itu masih terngiang di telinga Chanyeol dan berputar-putar seperti sebuah mantra. Entah mengapa setiap mengingat itu ia akan tersenyum kecil. Anak memanglah menjadi sebuah tolak ukur dalam mencapai kebahagiaan bagi sebagian orang.
Meskipun Chanyeol bukan salah satunya, namun mengingat betapa rakyatnya bersedih karena menginginkan seorang putra atau putri mahkota darinya membuat ia selalu berharap dan berharap bahwa suatu hari rakyatnya benar-benar bisa melihat seorang putra atau putri mahkota berlarian di dalam istana .
"Putra ke-12 dari 12 bersaudara. Dia tinggal di Desa Schanteella."
"Tidak ada keluarga yang memiliki 12 anak Paduka, yang terbanyak adalah keluarga petani yang memiliki 11 anak, tapi anak bungsu mereka adalah laki-laki."
Seketika harapan Chanyeol kembali pupus. Senyumnya hilang tergantikan dengan sebuah raut wajah sedih dan putus asa. Tidak ingin telalu lama berlarut dalam kesedihannya, Chanyeol memilih menutup matanya. Berharap bahwa sebuah keajaiban sungguh-sungguh ada.
…
..
.
"Yak! Bangun Baekhyun-ah!" Baekhyun menutup kepalanya dengan bantal dan kembali bergelung dalam selimut usangnya. Itu adalah suara Bora , kakak perempuannya yang sangat berisik dengan suara yang melengking.
"Bagunlah! Ini sudah pagi."
"Lalu? Aku masih mengantuk, aku ingin tidur lebih lama." Ucap Baekhyun dengan suara paraunya.
"Kita harus ke ladang, ini musim panen."
"Aku tahu."
"Lalu?"
"Aku tahu kalian akan menyuruhku memanen seluruh sayuran itu sementara kalian duduk manis di bawah pohon. Aku tidak mau." Ucap Baekhyun masih bertahan di balik selimutnya. Tidak mendengar ocehan kakaknya lagi, Baekhyun merasa bernafas lega. Hingga akhirnya ia merasakan tarikan keras di kakinya dan ketika membuka mata ia hanya merasakan sakit pada pantatnya karena membentur lantai kayu dengan keras.
"Hah! Ini lebih baik." Ucap Soyou sambil menepuk kedua tanganya bangga. Baekhyun merintih kesakitan sambil menatap kakaknya yang lain dengan wajah kesal. Soyou memiliki tenaga yang kuat dibanding yang lain dan dia tidak segan-segan menggunakannya pada siapapun, termasuk adik bungsunya yang seharusnya dijaga dengan baik.
"Kalian benar-benar iblis." Gumam Baekhyun kesal dan kedua gadis dihadapannya hanya menaikan satu alis ,bibir dikelupas keluar dan mengedikkan bahu. Baekhyun mencoba bangkit sambil memegang bokongnya yang terasa berdenyut, tarikan Soyou benar-benar tidak main-main, bahkan Baekhyun masih bisa merasakan cengkraman kakak perempuannya itu.
"Bersiaplah! Dan kita berangkat!" ucap Hyorin yang muncul dari balik pintu kayu tua milik Baekhyun.
Baekhyun menyeret kakinya dengan malas sambil membawa dua buah keranjang dan sebuah sekop kecil. Mereka memiliki ladang berukuran cukup besar, dan darisanalah mereka bisa bertahan hidup sebenarnya bila kakak-kakak mereka yang telah menikah tidak mengirimkan uang atau makanan.
Mereka memiliki beragam jenis sayuran, ada lobak, wortel, kubis, tomat dan masih banyak lagi. Ketika Baekhyun sampai, beberapa bagian sudah dipanen dan ia tahu itu adalah pekerjaan ayahnya, kini giliran mereka yang melanjutkan sementara ayah mereka beristirahat.
Waktu masih lah sangat pagi, bahkan matahari belum sepenuhnya muncul. Udara sangat dingin membuat Baekhyun terkadang mengeratkan jaket tuanya yang juga sudah nampak usang.
Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Mereka mengambil pekerjaan masing-masing,namun ketika dua jam berlalu satu persatu gadis itu memutuskan istirahat meninggalkan Baekhyun sendiri dengan pekerjaannya.
Baekhyun mendengus kesal, dugaannya memang tidak pernah meleset. Ia mengumpat selama pekerjaannya ketika keempat kakaknya mulai memerintahnya dengan seenak mereka. Dan Baekhyun tahu, selain menurut tidak ada yang bisa ia lakukan lagi.
"Dasar gadis-gadis menyebalkan." Gerutunya.
…
..
.
Baekhyun yang usai mandi berjalan melintasi kamar kakak-kakak perempuannya yang cukup besar-tidak seperti kamarnya yang sempit- ia tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Ia memutuskan untuk menguping dan seketika senyumnya melebar. Dengan cepat ia membuka pintu.
"Kapan? Dimana acara itu berlangsung?" seru Baekhyun senang. Keempat kakaknya hanya menatap malas dan tidak menggubris ucapan Baekhyun. Baekhyun yang tidak kehabisan akal melompat keatas ranjang dan ikut duduk melingkar bersama keempat kakaknya membuat mereka merasa risih namun membiarkan adik kecilnya itu.
"Aku sudah menyiapkan pakaian yang bagus. Aah, aku harap dia akan jatuh cinta padaku." Ucap Bora sambil mencakupkan kedua tangannya dan memasang wajah penuh harap.
"Aku dengar dia berasal dari Kerajaan Ramonas." Ucap Dasom membuat mata ketiga gadis lainnya membulat.
"Wah, apa seorang Pangeran? Pangeran berkuda putih dan membawa pedang di tangannya?"
"Noona, kau tahu sendiri bahwa Pangeran saat ini lebih menyukai naik kereta kuda yang ditunggapi oleh seorang pria gendut dan bau." Ucap Baekhyun membuat senyum Hyorin menghilang dan berubah jadi cibiran.
"Kau merusak imajinasiku Baek."
"Aku hanya bicara fakta."
"Pasti dia sangat tampan. Tinggi,gagah, wajah seperti Dewa Yunani, senyum yang menawan. Ah, pasti dia sangat tampan."
"Jika dia setampan itu, dia tidak akan repot-repot mencari pasangan hingga ke Desa kita. Tentu para tuan putri lah yang akan mereka pilih sebagai pendamping mereka, bukan anak petani miskin seperti kalian. Wajahnya pasti jelek dengan banyak tai lalat di wajahnya dan hidung seperti penyihir." Baekhyun terkikik geli sambil membayangkannya.
"Yak! Byun Baekhyun pergilah! Kami tidak butuh komentarmu." Bentak Soyou. Baekhyun bangkit dan mengangkat kedua tangannya tanda ia menyerah.
"Jadi bolehkah aku ikut?" tanya Baekhyun penuh harap.
"Kau gila? Ini pesta untuk para perempuan ,selain perempuan dilarang masuk." Ucap Bora.
"Tapi aku ingin menikmati makanan mereka, pasti makanan disana akan sangat enak."
"Ya, selamat mengkhayalkan makanan-makanan lezat itu Baek!" ucap Hyorin sambil terkikik.
"Bisakah noona membungkuskan beberapa untukku?" Baekhyun memasang wajah penuh harapnya yang terlihat menggemaskan.
"Oww, adikku yang malang." Soyou mendekat dan mengelus wajah adiknya dengan sayang, lalu mendorong keningnya keras membuat Baekhyun terlonjak.
"Lalu kau ingin kami terlihat seperti gadis-gadis tidak tahu diri yang menyembunyikan makanan di balik gaun mereka hah?" bentak Soyou membuat ketiga gadis lainnya terkikik. Baekhyun memasang wajah cemberutnya.
"Aku hanya ingin kue-kue itu."
"Jika begitu datang dan dapatkan sendiri!" ucap Dasom.
"Apa boleh?"
"Tentu saja, setelah kau berhasil menjatuhkan para pengawal dengan pukulan lembut dari tangan kecilmu." Baekhyun mendesah kesal sambil menatap satu per satu wajah kakaknya.
"Aku yakin tidak ada satupun diantara kalian yang terpilih"
"APA!?"
"Hanya orang buta yang mau memilih kalian sebagai istri mereka. Lagipula itu hanya pesta kecil, aku akan menghadiri pesta yang jauh lebih megah." Ucap Baekhyun angkuh sambil berjalan kearah pintu.
" . kecil yang kau maksud adalah salah satu pesta terbesar yang pernah ada di desa ini. Kau tidak akan bisa menghadiri yang lebih megah dari pada ini, kecuali jika kau bisa menikahi seorang Raja." Baekhyun mengedikkan bahunya dan membanting pintu dengan keras.
…
..
.
Kyungsoo menutup matanya kesal sambil menyapu kulit-kulit kacang yang mengotori halaman rumahnya yang sedang ia bersihkan. Dengan perlahan ia mengumpulkan sampah itu dan memasukannya ke dalam keranjang, namun ketika ia berbalik ia masih menemukan sampah kulit itu berserakan.
Ia menutup mata dan menghela nafas.
"YAK! Bisakah kau tidak membuang kulit sampah itu sembarangan?" bentak Kyungsoo pada sosok yang duduk diatas pohon sambil mengunyah kacang yang ia simpan di balik sakunya.
"Dengarkan dulu penjelasanku maka aku akan menurutimu." Ucap Baekhyun lagi membuat Kyungsoo geram. Lelaki bermata bulat itu menggeleng pelan.
"Tidak. Tidak. Tidak."
"Ayolah, aku sangat membutuhkan bantuanmu." Ucap Baekhyun Baekhyun lagi.
"Tidak. Kali ini aku tidak akan menurutimu."
"Baiklah maka aku akan_" Baekhyun mengangkat tangannya yang penuh dengan kacang keudara dan siap melemparkannya ke seluruh halaman yang sudah sangat bersih.
"Hentikan! Jika kau berani melakukannya, aku tidak akan memaafkanmu."
"Untuk itu dengarkan dulu penjelasanku Kyungsoo!" Kyungsoo menatap Baekhyun tajam, lalu mengedikan kepalanya meminta Baekhyun turun dan lelaki itu dengan senang hati segera memanjat turun.
…
..
.
Dengan wajah bahagia Baekhyun berjalan menuju rumahnya, Kyungsoo telah mengiyakan rencananya malam ini berkat rengekan dan rayuan mautnya. Baekhyun tahu, lelaki yang pernah ia selamatkan dulu ketika tenggelam dan kini menjadi sahabatnya itu bukanlah orang kejam seperti yang terlihat, Kyungsoo sangat cepat merasa kasihan.
Kini seluruh keluarga Byun tengah duduk untuk melaksanakan acara makan malam yang dimajukan karena keempat anak gadis mereka akan menghadiri pesta pencarian jodoh di balai kota.
Mereka duduk dengan kedua tangan dicakupkan dan mata tertutup. Tuan Byun seperti biasa memimpin doa. Dari semua anggota keluarga yang nampak bersungguh-sungguh dalam doa mereka, hanya Baekhyun yang membuka satu matanya dan mengincar sepotong daging diatas meja yang sangat jarang bisa mereka nikmati.
Baekhyun yang merasa doa ayahnya terlalu panjang dan berbelit dengan perlahan-lahan mengulurkan tangannya untuk mencuri sepotong daging diatas piring di depannya.
"….terima kasih atas semua kelayakan yang selalu kami dapatkan, terima kasih untuk BYUN BAEKHYUN!" Baekhyun segera menarik tangannya dan kembali duduk lalu menutup kedua matanya berpura-pura tidak melakukan apapun.
Baekhyun berdecih kesal karena ia selalu ketahuan setiap kali ingin mencuri start, ia tidak mengerti bagaimana ayahnya bisa tahu sementara matanya tertutup rapat. Dan dengan wajah sedih ia menatap potongan-potongan daging di depannya .
Ketika usai makan malam. Ia segera berlari menuju rumah Kyungsoo , menyelinap melalui jendela kamarnya ketika ibunya membantu keempat kakak perempuannya berdandan, sementara ayahnya tertidur di kamar.
"Kyungsoo!" panggil Baekhyun melalui jendela kamar Kyungsoo. Jendela itu terbuka dan menampilkan wajah malas sahabatnya. Dengan cepat Baekhyun memanjat jendela yang tidak tinggi itu dan masuk perlahan.
"Baek, aku tidak yakin dengan ini."
"Ayolah Kyung, kau sudah berjanji tadi."
"Aku tidak berjanji, aku bahkan tidak berkata aku setuju."
"Tapi kau diam, diam berarti setuju." Ucap Baekhyun yang segera melepas bajunya.
"Jika aku tidak pulang dengan selamat karena ini, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri Baek."
"Setuju." Ucap Baekhyun tanpa memperdulikan ancaman Kyungsoo.
…
..
.
Sebuah tenda besar dibangun di balai desa , lapangan besar itu disulap menjadi sebuah tempat pesta yang megah dan indah. Para gadis memasuki ruangan tersebut dengan pakaian tercantik mereka, bahkan banyak yang berasal dari desa yang berbeda.
Desa Schanteella terkenal dengan gadis-gadis mereka yang cantik dan para pria yang tampan, itu mengapa banyak para bangsawan yang mencari pasangan hidup atau sekedar selir ke desa tersebut.
Meskipun sesungguhnya desa tersebut berada dibawah kekuasaan Kerajaan Northwest namun masih banyak Kerajaan-Kerajaan lain yang mengadakan pesta pencarian jodoh di desa tersebut karena letaknya yang strategis.
Para pengawal berjajar di sekeliling tenda besar tersebut, memastikan bahwa keadaan aman. Sementara sesekali mata mereka akan melirik gadis-gadis cantik yang memasuki ruangan.
"Tunggu!" ucap seorang pengawal pada dua orang gadis bergaun hijau dan merah muda yang terlihat sangat cantik dengan rambut panjang mereka yang menyentuh pinggang.
"Iya Tuan?" ucap gadis berbaju merah muda dengan suara yang lembut.
"Apa kalian membawa senjata?" tanya pengawal itu dengan wajah dingin namun perlahan berubah melihat sikap gadis bergaun merah muda yang nampak sangat menggoda.
"Tidak Tuan." Ucap gadis berbaju merah muda itu sambil mengerlingkan matanya nakal.
"Kau?"
"Ti-tidak." Jawab gadis yang bergaun hijau gugup.
"Kenapa dengan wajahmu, kau terlihat pucat." Ucap sang pengawal pada gadis bergaun hijau.
"Ini adalah yang pertama untuk temanku ini Tuan, tentu dia merasa gugup. Iya kan Soo-ie?" Ucap gadis bergaun merah muda sambil merangkul temannya.
"Apa kami boleh masuk Tuan pengawal yang tampan." Mendadak seringaian muncul di wajah sang pengawal ketika gadis bergaun merah muda mengelus pipinya.
"Tentu cantik." Ucap pengawal itu sambil memandang lapar.
Kedua gadis itu masuk lalu mulai membaur bersama para undangan yang lain.
"Kita nyaris ketahuan Baek!" bisik Kyungsoo kesal sambil menarik gaun hijau yang membuatnya susah berjalan.
"Hanya nyaris. Tenang saja Kyung, nikmati pestamu. Kita berpencar!" ucap Baekhyun sambil mengibaskan rambut panjangnya lalu berjalan ke arah meja makanan.
Matanya membulat besar ketika melihat berbagai macam hidangan kue tersaji disana. Dengan cepat ia mengambil dan memakan kue-kue itu, lalu berseru senang ketika lidahnya merasakan betapa lezatnya kue-kue tersebut.
Beberapa orang mulai berkerumun ketika pengawal mengumumkan bahwa sang pangeran telah datang. Namun Baekhyun tidak terlalu peduli, ia lebih memilih memasukan kue itu ke dalam mulutnya atau ke dalam kantung yang ia letakkan dibawah gaunnya.
"Hm, ini nikmat_" ucapan Baekhyun terputus ketika akan memasukan makanan itu ke dalam mulutnya.
"Menikmati makananmu manis?" ucap seorang pengawal yang tadi berjaga di depan.
"Hm, tentu."
"Dan menikmati curianmu?" seketika mata Baekhyun membulat, pengawal itu menyeringai.
"Ikut aku, maka aku tidak akan melaporkanmu sebagai pencuri." Ucap pengawal itu. Baekhyun mencoba mencari jalan keluar, namun ketika pengawal itu menyentuh pundaknya dan memintanya melihat ke meja disebrangnya ,Baekhyun mengutuk kepolosan sahabatnya yang tengah berjalan meninggalkan ruang pesta mengikuti seorang pengawal yang lain.
"Bagaimana?"
"Baiklah!" ucap Baekhyun dengan memasang wajah manisnya.
Baekhyun melihat sekelilingnya yang cukup gelap. Ia dibawa ke sebuah tempat yang cukup dijauh dari tempat pesta. Disana ia bisa melihat Kyungsoo yang kebingungan dan sedikit ketakutan ketika digoda oleh empat orang pengawal .
"Wow, gadis cantik lainnya." Ucap pengawal itu.
"Kyungsoo kemari!" panggil Baekhyun dan Kyungsoo berlari kecil kearahnya. Baekhyun memberikan tatapan pada pengawal disampingnya agar meninggalkan mereka berdua tapi pengawal itu menggeleng.
"Ini pertama kalinya untuk temanku, dia gugup dan dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Jadi biarkan aku menenangkannya, aku tidak akan kabur." Ucap Baekhyun memasang wajah memelasnya dan pengawal itu mengangguk lalu melangkah kearah teman-temannya yang lain.
"Kenapa kau mengikuti mereka bodoh?"
"Mereka berkata mereka menangkapmu karena kau ketahuan mencuri."
"Hah, kau benar-benar membuat kita dalam masalah"
"Sekarang ikuti perkataanku. Setelah ini aku akan meminta mereka agar membiarkanmu pergi ketoilet. Lalu ketika kau sampai di tempat pesta buatlah kebakaran sebesar mungkin_"
"Apa!?" pekik Kyungsoo dan Baekhyun kembali memeluk Kyungsoo, pura-pura menenangkannya sambil menatap kearah pengawal itu dengan senyum manisnya.
"Ikuti saja perintahku Kyung, jika ingin kita selamat. Setelah kau yakin api itu membesar, segera berteriak kebakaran. Kau mengerti? Aku akan menahan mereka disini." Ucap Baekhyun lalu memasukan sebuah korek ke dalam saku Kyungsoo yang ia curi dari pengawal tadi.
"Tuan, temanku ingin buang air kecil. Dia terlalu gugup."
"Baik biar kami antar!"
"Tidak usah! Dia sangat pemalu, aku takut dia akan menangis nanti. Itu akan membuat kalian repot nanti. Tenang kami tidak akan kabur, aku akan diam disini bersama kalian." Ucap Baekhyun. Pengawal itu menimang sebentar lalu akhirnya mengangguk.
"Jangan terlalu lama!" Kyungsoo mengangguk lalu melirik Baekhyun ragu dan segera melangkah pergi.
Baekhyun mendekat dengan senyum manisnya, namun tangannya segera ditarik membuat tubuh mereka bertabrakan.
"Aah, kau kasar sekali Tuan." Ucap Baekhyun memasang wajah berpura-berpura malu. Pengawal-pengawal itu tersenyum dan menyentuh pipi Baekhyun lalu mengecup tangannya.
Baekhyun berdoa di dalam hati semoga Kyungsoo tidak memilih untuk pulang kerumah dan meninggalkannya dengan lima pengawal yang haus belaian.
"Tuan, tubuh kalian sangat gagah. Bagaimana cara kalian membuatnya?" ucap Baekhyun sambil mengelus lengan salah satu pengawal yang melingkarkan tangannya di pinggang Baekhyun.
"Kami sering berlatih. Kau suka?"
"Hm." Baekhyun mengangguk imut dengan senyum manisnya, membuat sisi lelaki di dalam dirinya meraung kencang.
…
..
.
Tiga ekor kuda menghentikan langkah mereka, ketika sang tuan yang berada diatas mereka menarik tali pengaitnya.
"Akhirnya kita sampai." Ucap lelaki berjubah hitam yang menutupi kepalanya-Jongin-
"Ini benar desanya?" tanya yang berjubah coklat –Chanyeol-
"Benar Paduka. Aku dan Sehun sudah pernah kemari bukan? Kami masih ingat dengan jelas." dan Chanyeol hanya mengangguk ketika melihat hamparan desa tersebut dari sebuah jalanan setapak.
Chanyeol dan kedua pengawalnya sedang melakukan survei tahunan yang biasa mereka lakukan yang kali ini bertempat di sebuah desa di pinggir hutan, Schantella. Biasanya mereka akan pergi dipagi hari dan kembali dimalam hari atau diesok harinya. Namun entah mengapa kali ini tiba-tiba Chanyeol meminta kedua pengawalnya untuk berangkat ketika petang sehingga mereka sampai di desa tersebut tepat saat malam hari.
…
..
.
Baekhyun menggigit bibirnya, ketika merasakan sebuah tangan mulai dengan kurang ajar menyentuh bokongnya.
"Kenapa temanmu lama sekali?" tanya salah satu pengawal.
"Dia memang memiliki masalah dengan pencernaannya." Ucap Baekhyun berbohong. Keringat sudah menghiasi keningnya.
"KEBAKARAN!" kelima pengawal itu terlonjak dan tiga diantaranya segera berlari. Baekhyun tersenyum dan bergumam pelan, dan sialnya seruannya di dengar oleh dua pengawal yang lain.
"Ah, kau mengerjai kami ya pencuri kecil?" Baekhyun menggeleng lalu melangkah mundur namun sial tubuhnya terjebak disebuah batang pohon besar dibelakangnya.
"Hei! Dia membohongi kita!" ucap salah satu pengawal memanggil pengawal lainnya, dan seketika mereka berhenti lalu berbalik. Baekhyun kebingungan lalu dengan gerakan cepat ia mendorong keras kedua pengawal itu dan berlari sekencang mungkin.
"Yak kau!" teriak tiga pengawal yang kini berlari mengejar Baekhyun , sementara dua pengawal lainnya memilih kembali.
Baekhyun berlari sekencang mungkin dan berusaha melepaskan sepatu hak tingginya. Ketika melihat sebuah pertigaan ia berbelok lalu memilih menaikki sebuah pohon yang tepat berada di tikungan pertigaan itu.
Dari atas Baekhyun dapat melihat ketiga pengawal yang tertinggal itu mulai mendekati pertigaan tempatnya berada. Baekhyun terkikik karena merasa persembunyiannya pasti tidak akan ketahuan.
Namun tiba-tiba Baekhyun merasa sesuatu berjalan di tangannya, ia menoleh dan memekik.
"Huwaa semut-semut." Pegangannya terlepas dan ia tergelincir namun tangannya masih sempat memegang dahan yang lain sehingga hanya tubuhnya yang menggantung kebawah.
Baekhyun berusaha meraih dahan pohon dengan kakinya, meskipun pohon itu rindang namun ia tetap takut ketahuan dan tangannya sudah tidak kuat.
Ketika ia mendengar suara pijakan-pijakan di tanah yang mendekat Baekhyun menggigit bibirnya dan berusaha memanjat dahan lain, namun sayang tangannya terlepas. Dan ia pun terjatuh dengan mata tertutup pasrah. Namun sesuatu yang janggal terjadi.
Baekhyun membuka matanya ketika tubuh bagian bawahnya mendarat disesuatu yang berbulu dan terdengar suara ringkikan kuda. Mata Baekhyun bertatapan dengan sosok di depannya, namun ia tidak terlalu fokus ketika mendengar seruan tiga pengawal yang sudah sangat dekat.
Karena posisinya yang berhadapan langsung dengan si penunggang kuda, memudahkannya untuk menarik jubah sosok di depannya dan membungkus tubuhnya bersama, lalu dengan gerakan cepat ia memegang wajah sosok itu dan menciumnya.
"Hah, kemana dia?"ucap ketiga pengawal itu yang kini sedang berhenti untuk menarik nafas. Baekhyun merapatkan tubuhnya dengan mengaitkan kedua kakinya di pinggang lelaki tersebut, lalu menendang pantat kuda itu pelan agar berjalan.
Ketika kuda itu melewati ketiga pengawal yang sedang kelelahan. Baekhyun menekan bibirnya semakin keras karena sosok itu hanya mematung sejak tadi. Baekhyun menggigit bibir sosok itu membuat dirinya seolah-olah sedang berciuman panas dengan sosok asing yang tidak ia kenal agar penyamarannya tidak ketahuan.
Kuda itu terhenti setelahnya ketika sang penunggang menarik talinya. Baekhyun melepaskan ciumannya dan melirik kebelakang lalu ia bernafas lega.
Dan ketika menyadari sosok dihadapannya menatapnya dengan wajah dingin dan tatapan tajam, Baekhyun menelan ludahnya dan tersenyum bodoh.
"Maafkan aku, aku terpaksa melakukannya." Ucap Baekhyun sambil melepaskan tautan tubuh mereka.
"Hei, apa yang kau lakukan pada_" ucapan Jongin terputus dan gerakan Sehun yang akan mengeluarkan pedangnya terhenti ketika Chanyeol mengangkat rendah tangannya.
"Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud kurang ajar tuan." Ucap Baekhyun sambil melompat turun dan membungkuk.
"Aku harus pergi Tuan-Tuan." Ucap Baekhyun lalu berlari menjauh.
"Paduka anda baik-baik saja? Gadis kurang ajar itu_" kembali ucapan Jongin terhenti ketika Chanyeol menaikkan kembali tangannya.
"Ayo kita cari penginapan!" ucap Chanyeol lalu segera menjalankan kudanya pelan. Memilih tidak membahas kejadian yang baru saja ia alami, kejadian teraneh dan terkonyol selama hidupnya.
…
..
.
Baekhyun mengetuk jendela Kyungsoo setelah berhasil memanjat masuk ke dalam rumah sahabatnya itu. Jendela terbuka dan menampakkan wajah kesal lelaki bermata bulat itu.
"Aku hampir mati." Ucap Baekhyun sambil memanjat masuk. Kyungsoo memberi jalan namun tidak berkomentar.
"Kau pikir bagaimana aku bisa sampai kesini hah?" ucap Kyungsoo dingin.
"Berlari?" tanya Baekhyun dengan ragu membuat Kyungsoo memutar bola matanya malas.
"Lebih tepatnya berlari ketakutan dengan sebuah sepatu berhak tinggi hasil curian dari ibuku."
"Itu belum seberapa, aku lebih parah. Aku dikejar oleh para pengawal lalu aku digigit semut ketika memanjat kau tahu aku terjatuh dari atas pohon."
"Lalu kenapa kau masih hidup?" tanya Kyungsoo kesal sambil membuka rambut palsu Baekhyun dan memaksanya membuka gaun milik ibunya.
"Kau tidak senang aku masih hidup? Ck, Aku beruntung terjatuh diatas kuda seseorang. Tapi kau tahu? Aku melakukan kesalahan fatal. Coba tebak!"
"Kau membunuh si pemilik kuda."
"Hei, tidak. Coba lagi!"
"Kau membunuh kudanya?"
"Tidak. Coba yang lain!"
"Ini yang terakhir. Kau membunuh keduanya."
"Yak! Aku tidak membunuh siapapun."
"Ooh."
"Aku mencium si pemilik kuda itu." Kyungsoo menolehkan kepalanya setelah meletakkan rambut palsu ibunya di meja belajarnya.
"Wow. Aku terkejut. Lalu apa dia mati?" tanya Kyungsoo dengan wajah datar, seolah tidak tertarik dengan petualangan malam Baekhyun.
"Yak! Tidak Kyungsoo dia selamat, tapi_"
"Apa?"
"Aku tidak berhasil menyelamatkan sepatu ibumu." Ucap Baekhyun sambil menggerakan kaki-kaki kecilnya yang lecet dan kotor. Kyungsoo melirik kaki sahabatnya dan menghela nafas. Ia sebenarnya ingin marah, tapi ia tidak tega memarahi sahabatnya yang dalam kedaan buruk.
"Dan sialnya lagi, kue-kueku yang malang hancur." Ucap Baekhyun sambil menatap kantung berisi kue yang sudah hancur ditanganya.
…
..
.
Baekhyun melangkah dengan kesal sambil membawa dua buah kantung besar berisi persediaan makanan mereka setelah mereka menjual hasil kebun mereka dipasar.
Baekhyun mengoceh kesal seorang diri sementara Bora dan Dasom berada di depannya , keduanya berjalan dengan wajah cemberut akibat insiden kemarin. Kebakaran itu semakin besar dan menghanguskan bagian belakang tenda pesta , Baekhyun tidak tahu jika Kyungsoo yang terlihat polos ternyata cukup sadis untuk menuangkan banyak minyak tanah dari lentera yang ia kumpulkan.
Sehingga dengan terpaksa sang pangeran dibawa kembali ke istana dan pesta tersebut dibubarkan. Sejujurnya, Baekhyun merasa bersalah karena acara pencarian jodoh itu dibatalkan, namun ia tidak memiliki cara lain untuk bisa melarikan diri. Tapi melihat sikap kakak-kakak perempuannya yang semakin menjengkelkan membuat rasa iba Baekhyun menguap hanya meninggalkan rasa kekesalan atas sikap semena-mena mereka.
"Hei! Aku lelah!" ucap Baekhyun dengan suara memelas.
"Diam!" seru keduanya kesal.
"Kenapa harus aku yang menjadi korban?"
"Diam!" Baekhyun mencibir mendengar teriakan kedua kakaknya lagi sambil memperbaiki letak dua kantung tersebut di pundaknya.
Ketika mereka tiba dijalan setapak dimana disisi mereka adalah semak-semak yang menuju kehutan. Baekhyun melihat seekor burung yang indah bertengger diatas sebuah dahan pohon.
Ia menurunkan kantung-kantung itu dari pundaknya, lalu mengeluarkan sebuah ketapel dari dalam kantung celananya dan siap membidik buruk tersebut namun sayang burung itu terbang dan bertengger di dahan lainnya.
Baekhyun melangkah mengikuti burung itu tanpa memperdulikan belajaan mereka yang ia letakkan sembarangan diatas tanah.
Baekhyun mengendap ketika burung itu seperti hendak tertidur. Ketika ia membidik lagi, burung itu terbang dan malah sebuah sarang burung terjatuh tepat di depannya. Baekhyun melihat isi sarang burung itu dan ia terkejut saat melihat anak-anak burung yang mencicit dan membuka mulut mereka lebar-lebar.
Bora dan Dasom yang tidak mendengar ocehan adiknya lagi segera menoleh, dan mereka terkejut melihat barang belanjaan mereka tertinggal dibelakang. Dengan emosi diubun-ubun ia mengumpulkan seluruh kemarahannya lalu,
"BYUN BAEKHYUN!"
Suara itu membuat burung-burung di dalam hutan dan binatang lainnya ketakutan membuat tiga orang pria diatas kudanya menoleh sekitar dengan terkejut saat para binatang nampak mulai berisik.
Sementara Baekhyun yang berada diatas pohon nyaris terjatuh karena mendengar teriakan kakaknya namun ia hanya mencebik dan terkikik.
Tanpa sengaja matanya menatap sebuah apel merah diujung dahan yang ia naiki dan matanya berbinar. Ia dengan perlahan memeluk dahan pohon itu dan menggunakan kakinya untuk mendorong.
Tinggal sedikit lagi buah apel itu berada digenggamannya ia mendengar suara desisan yang familiar, Baekhyun menoleh kebelakang dan mendapati seekor ular menatap kearahnya.
Baekhyun berguling dan lagi-lagi kakinya menjulur dari atas pohon. Ia mencoba mengeratkan pegangannya, namun dahan pohon yang ia pegang sangat kasar dan besar sehingga jari-jarinya terasa sakit.
Ia berusaha mengeratkan jemarinya, namun semakin ia berusaha semakin sakit pula permukaan kasar kulit pohon itu di tangannya. Keringatnya menghiasi dahinya dan ia menggigit bibirnya ketika ia merasa tidak kuat lagi.
"Ibu, ayah aku mencintai kalian" ucap Baekhyun sambil menutup matanya ketika ia tidak sanggup lagi untuk berpengangan, dan ia melepaskannya dengan pasrah.
BRUK
Lagi-lagi ia merasakan sesuatu yang berbulu menjadi tempat pendaratannya, namun belum sempat ia membuka mata, sesuatu yang menjadi tempat bertumpunya bergerak dan tubuh Baekhyun seperti terdorong ke depan lalu menabrak sesuatu yang empuk.
Ketika mendengar suara ringkihan kuda, Baekhyun menyadari dimana posisinya sekarang. Lagi-lagi ia terselamatnya oleh seekor kuda, ia membuka matanya dan mendorong sesuatu yang empuk namun berotot di depannya.
Itu adalah sebuah dada, ketika ia mendongak ia dikejutkan dengan sosok pria yang sama dengan yang semalam telah ia cium. Baekhyun melirik sekitar dan ia baru menyadari jika ada dua pria lainnya yang sedang mengacungkan pedang kearahnya melalui dua sisi berlawanan.
Matanya melotot dan jantungnya berdetak dengan kencang. Ia tidak ingin mati di tangan tiga pria asing berwajah dingin di hadapannya. Bibirnya bergetar dan kemudian ia memberanikan diri untuk bicara.
"Ma-maafkan aku. A-aku terjatuh dari atas sana." Ucap Baekhyun sambil menunjuk keatas pohon yang diikuti oleh pandangan Jongin dan Sehun, namun Chanyeol hanya mengunci tatapannya pada sosok di depannya.
"Aku mohon jangan bunuh aku!"
"Kau mata-mata kan?" ucap Jongin, Baekhyun merasa semakin tegang. Seluruh saraf ditubuhnya seperti membeku, bahkan darahnya seolah berhenti mengalir. Ia tercekat. Namun dengan segera ia menggeleng pelan.
"Aku penduduk asli desa ini. Namaku Byun Baekhyun, ayahku seorang petani disini. Kami tinggal tak jauh dari sini. Aku bukan mata-mata." Ucap Baekhyun cepat.
"Kami tidak per_" ucapan Jongin kembali dihentikan oleh Chanyeol.
"Bawa kami ke rumahmu."
"Apa? Tapi untuk apa?" tanya Baekhyun terkejut.
"Menemui orangtuamu." Baekhyun membulatkan mulutnya dan matanya pun terbuka lebar.
…
..
.
Bora dan Dasom mengomel sepanjang hari karena tubuh mereka pegal membawa barang belanjaan yang banyak sampai kerumah membuat Soyou yang sedang membersihkan rumah hanya menggeleng pelan dan Hyorin terkikik melihat kedua saudarinya yang nampak berantakan.
"Dia benar-benar keterlaluan." Ucap Bora sambil memijat betisnya yang berdenyut nyeri.
"Adik kalian memang selalu membuat masalah kan? Lalu kemana perginya?" tanya ibu mereka yang kini sedang memasak untuk makan siang.
"Entahlah. Aku tidak peduli, mungkin dia tersesat dihutan." sahut Bora kesal.
"Atau mungkin ia diculik." Tambah Dasom sambil memijat punggungnya yang juga terasa pegal.
"Siapa yang mau menculik anak seperti dia? Tidak ada." Ucap Soyou sambil tetap melanjutkan menyapu.
"Yah, berdoa saja dia tidak membuat masalah lagi. Kita tidak memiliki apa-apa lagi untuk mengganti seluruh kenakalan yang ia lakukan. " Ucap ibu mereka sambil tersenyum kecil dan menggeleng pelan.
Tak lama terdengar suara ketukan di pintu membuat kelima wanita itu menoleh.
"Ibu, i-ini aku." Ucap Baekhyun dari depan pintu. Bora berdecak dan langsung bangkit dengan wajah kesal.
"Lihat apa yang akan aku lakukan padanya." Ucap Bora sambil berjalan menuju pintu.
"Yak, kau tahu Byun_" ucapan Bora terhenti ketika pintu terbuka dan menampakan adiknya bersama tiga pria lainnya. Dan demi Tuhan mereka bertiga sungguh tampan.
"Astaga!" ia memekik lalu menutup pintu dengan keras dan berlari ke dalam rumah untuk memberitahu ibu dan saudarinya yang lain.
"Baek-Baekhyun diluar. I-ia bersama tiga pria asing. " Ucapnya gugup dan berteriak heboh di dalam rumah membuat yang lain membulatkan mata.
"Apalagi yang dilakukan anak itu?"Soyou berdecak sambil menggeleng lelah.
"Dan sialnya mereka semua tampan." Sambung Bora.
"APA!?" pekik ketiga gadis lainnya.
"Segera rapikan diri kalian!" teriak Bora yang telah berlari ke dalam kamar mereka.
Baekhyun tersenyum canggung sambil melirik tiga orang disampingnya dengan takut. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan keempat saudari cantik itu dengan wajah ramah dan lemah lembut, bersama ibu mereka. Membuat Baekhyun memutar bola matanya samar sebelum akhirnya kembali gugup mengingat ketiga sosok di sampingnya.
"Ada yang bisa kami bantu? Apa Baekhyun kami telah melakukan kesalahan?" tanya ibu Baekhyun sambil menarik putranya ke dalam dan menyembunyikannya di balik tubuhnya.
"Ibu aku bisa menjelaskannya."
"Diamlah!" bisik Dasom sambil menyiku tubuh adiknya.
"Jika tidak keberatan, silahkan masuk dan kita bicarakan di dalam. Sebentar lagi suamiku datang dan kita bisa membicarakan ini baik-baik." Ucap Nyonya Byun lalu mempersilahkan tamunya masuk.
Saat berbalik ia memberikan tatapan tajam pada Baekhyun dan lelaki itu hanya bisa menundukan wajahnya sambil mencibir.
Chanyeol, Jongin dan Sehun duduk di atas kursi kayu di rumah keluarga Byun. Jongin menggerak-gerakan pantatnya merasa tidak nyaman. Tak lama keempat gadis keluarga Byun datang dan membawakan makanan serta minuman untuk mereka atas perintah Nyonya Byun.
"Ibu! Aku hanya melakukan kesalahan kecil. Ibu jangan marah." Ucap Baekhyun sambil menarik-narik baju ibunya yang mengabaikannya sejak tadi.
"Mereka yang memintaku membawa mereka kerumah kita. Aku hanya terjatuh dari pohon dan sialnya aku jatuh diatas kudanya, lagi." Ucap Baekhyun tanpa sadar membuat Nyonya Byun menoleh.
"Aah! Maksudku lagi-lagi aku terjatuh dari atas pohon dan tepat jatuh di kuda tuan itu. Ibu, jangan marah~" rengek Baekhyun.
"Ibu~" rengeknya lagi. Chanyeol melirik kearah dapur dan melihat tingkah Baekhyun yang sedang merayu ibunya. Lalu matanya beralih menatap foto-foto keluarga yang terpajang di dinding.
Matanya tertuju pada sebuah foto dimana sepasang suami istri duduk disebuah kursi dengan anak-anak mereka dibelakang lalu dua bayi di dalam pelukan sang istri. Chanyeol mulai menghitung jumlah anak tersebut dalam hati.
Satu..
.
.
Dua..
.
.
Tiga..
.
.
Empat..
.
.
Lima…
.
.
Enam..
.
.
Tujuh..
.
.
Delapan..
.
.
Sembilan..
.
.
Sepuluh…
.
.
Sebe…
Pintu terbuka dan menampakan seorang pria paruh baya berdiri diambang pintu dengan wajah kelelahan lalu berganti menjadi sebuah keterkejutan ketika melihat tiga orang asing di dalam rumahnya.
"Selamat siang ada yang bisa ku bantu?"
"Suamiku! Sebaiknya kita makan siang dulu!" panggil Nyonya Byun . Tuan Byun mengangguk dan meminta dengan sopan ketiga tamunya untuk berjalan keruang makan. Jongin dan Sehun saling lirik, namun melihat Raja mereka berjalan mengikuti sang tuan rumah mereka hanya bisa pasrah.
Semua orang duduk disebuah meja kayu panjang dan besar yang memang dibuat untuk menampung belasan orang dulunya. Tuan Byun tidak menanyakan apapun dulu karena ia tahu putra bungsunya telah membuat onar lagi dan berakhir dengan ternaknya yang harus dikorbankan untuk menjadi ganti rugi.
Kini semua orang tengah berdoa, seperti biasa Tuan Byun yang memimpin, dan seperti biasa pula Baekhyun akan mengintip sambil menargetkan sepotong daging ayam dihadapannya.
Ketika ayahnya sibuk mensyukuri apapun yang diberikan Tuhan mereka, Baekhyun menujulurkan tangannya.
"….sekali lagi terima kasih untuk semua berkah dan BYUN BAEKHYUN!" Tuan Byun berteriak membuat Baekhyun kembali pada posisi berdoanya namun tiga orang tamu mereka membuka mata terkejut sambil menatap sekitar namun keluarga Byun nampak berdoa seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa membuat mereka sedikit bingung.
Ketika Tuan Byun kembali melanjutkan doanya, Chanyeol membuka matanya pelan dan melihat sosok Baekhyun yang membuka satu matanya dengan lidah menjilat-jilat bagian bawah bibirnya sambil menatap kearah piring berisi potongan daging, dan tanpa sadar satu sudut bibir Chanyeol terangkat.
"Silahkan dimakan Tuan-Tuan!" Chanyeol hanya mengangguk, sementara Jongin dan Sehun menatap makanan mereka dalam dua cara berbeda. Sehun dengan tenang dan Jongin dengan kelaparan –dia punya nafsu makan yang besar diantara keduanya-
"Apa aku boleh tahu apa yang membawa kalian kerumah kami?" Chanyeol meletakkan sendok dan garpunya lalu melirik Baekhyun, membuat Tuan Byun mengerti.
"Maafkan putraku, dia memang selalu membuat masalah." Baekhyun menundukan wajahnya dengan bibir yang dimajukan.
"Perkenalkan namaku Byun Kyuhyun. Kepala keluarga disini." Ucap Tuan Byun sambil tersenyum ramah.
"Itu istriku Lee Sungmin. Dan ini keempat putri kami, Byun Bora, Byun Hyorin, Byun Soyou , dan Byun Dasom. Lalu itu putra bungsu kami, Byun Baekhyun dan… sepertinya kalian sudah bertemu." Ucap Tuan Byun gugup.
"Aku Park, ini Kim dan ini Oh." Ucap Chanyeol .
"Kalau aku boleh tahu apa yang_"
Ucapan Tuan Byun terhenti ketika mendengar suara ketukan. Nyonya Byun mohon diri untuk membukakan pintu. Baekhyun tetap sibuk dengan makanannya hingga ia melihat sosok yang berdiri di ambang dapur mereka bersama sang ibu. Kyungsoo.
"Maaf menganggu acara makan kalian. Tapi aku memiliki urusan dengan Byun Baekhyun." Ucap Kyungsoo membungkukan tubuhnya. Baekhyun membulatkan matanya ketika melihat sebuah gaun merah muda di tangan sahabatnya dan dengan segera bangkit.
Semua melihat gaun yang dibawa oleh Kyungsoo namun tidak terlalu membawa perhatian lebih, kecuali Chanyeol yang mengernyitkan keningnya , dan ketika menyadari sesuatu ia tersenyum kecil tanpa satupun yang memperhatikan.
"Ikut aku!" tarik Baekhyun membawa sang sahabat meninggalkan ruang makan.
"Kau lihat, kau merobek gaun ibuku! Ini adalah gaun pesanan, aku bisa mati Baek jika ibu tahu!"
"Maafkan aku Kyungsoo, aku benar-benar tidak tahu."
"Lalu sekarang apa? Seharusnya aku tidak menuruti keinginanmu untuk menyamar menjadi perempuan demi bisa datang ke pesta itu hanya demi sebuah kue."
"Ssst! pelankan suaramu!"
"Biar semua mendengar aku tidak peduli."
Chanyeol menyeringai ketika samar-samar mendengar percakapan dua orang lelaki yang berada di balik ruangan tak berpintu dibelakangnya. Karena memang posisinya paling dekat dengan perbatasan ruangan tersebut sehingga ia dapat mendengar percakapan mereka.
"Jadi Tuan apa yang terjadi?" tanya Tuan Byun. Chanyeol mengalihkan perhatiannya, lalu berdeham dan menyeringai.
…
Baekhyun kembali dengan wajah senang setelah berhasil menenangkan sahabatnya. Tidak menyadari tatapan keluarganya yang berbeda. Ia berjalan dengan santai sambil menyeret tangan Kyungsoo dibelakangnya yang terlihat tidak rela. Seolah permasalahan itu hanya dianggap selesai secara sepihak, tentu pihak Baekhyun.
"Baekhyun!"
"Iya Ayah?"
"Kemasi barang-barangmu dan Ikut dengan Pa..Tuan Park." Ucap Tuan Byun membuat tubuh Baekhyun seketika membeku.
"Kenapa ayah? Apa aku melakukan sebuah kesalahan?" tanya Baekhyun pura-pura tidak bersalah.
"Kau.." Tuan Byun menghentikan ucapannya, lalu melirik kearah Chanyeol membuat Baekhyun ikut menatap sosok itu dan Chanyeol melirik gaun yang dibawa Kyungsoo dan sedikit mengedikan kepalanya.
Baekhyun menelan ludahnya susah payah karena penyamarannya telah terbongkar, dan parahnya sosok di depannya adalah sosok yang ia cium.
"Aku minta maaf ayah, aku minta maaf tuan." Ucap Baekhyun sambil bergantian menarik baju Chanyeol dan ayahnya.
"Aku tidak sengaja malam itu ,benar-benar tidak sengaja. Aku tidak memiliki pemikiran lain selain melakukannya. Aku tidak sengaja mencium Tuan Park, bahkan aku menggigit bibirnya." Ucapan Baekhyun sontak membuat seisi ruangan terkejut bukan main. Karena Chanyeol tidak menceritakan bagian itu, ia hanya mengatakan tentang ramalan dan siapa dirinya yang sebenarnya.
Chanyeol hanya melirik orang-orang sekitar dengan raut wajah canggung mendengar penuturan Baekhyun.
"Tuan aku minta maaf. Aku telah tidak sopan bahkan aku melingkarkan kakiku dipinggang anda dengan kencang. Aku sungguh tidak bermaksud kurang ajar, apa gigitanku terlalu kencang? Apa lilitanku terlalu kuat ? apa pinggang anda sakit karena itu? Apa_"
"Hmm.. baiklah! Kita hentikan ini. Baekhyun, kau harus menjadi anak yang berguna, kau mengerti? Sekarang kemasi barangmu dan ikut dengan Pa..Tuan Park!" Ucap Nyonya Byun. Baekhyun membulatkan matanya, lalu terduduk dilantai dan menangis seperti anak kecil.
Menggerak-gerakan kakinya, meronta dan menangis dengan keras. Ia tidak peduli jika saat ini terlihat sangat memalukan, namun ia sungguh tidak ingin ikut dengan sosok itu.
"Kalian mengusirku? Kalian tega melakukan ini? Huweeee. Ayah, kenapa ayah melakukan ini?"
"Ini! Sekarang jadilah anak yang berguna buat kami bangga!" ucap Soyou sambil melemparkan pakaian-pakaian Baekhyun yang digulung kain.
Baekhyun membulatkan matanya dengan bibir terbuka lebar sambil melihat gulungan pakaiannya di depan mata. Ia tidak percaya keluarganya mengikhlaskan dirinya untuk ikut dengan orang asing daripada mengganti rugi seperti biasanya.
Baekhyun menatap tajam satu per satu anggota keluarganya yang terlihat sangat lucu. Ia mengusap kasar air matanya, lalu bangkit.
"Baiklah, kalian memang tidak menyukaiku, aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal." Baekhyun berbalik dan memeluk Kyungsoo.
"Selamat tinggal Kyungsoo, aku akan merindukanmu."
"Hm. Selamat tinggal." Ucap Kyungsoo santai, sama sekali tidak membalas pelukan Baekhyun. Meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia tidak terlihat terbawa emosi ketika sahabatnya akan dibawa pergi oleh orang asing.
"Kau bahkan tidak menangis?" tanya Baekhyun setelah mendorong pundak Kyungsoo sedikit menjauh.
Kyungsoo membulatkan matanya lalu memandang sekelilingnya.
"Mereka bahkan tidak menangis, kenapa aku harus?" Seketika terdengar suara tawa tertahan di ruangan itu, namun Jongin malah tertawa kencang membuat Kyungsoo menatapnya dengan alis mengernyit.
Baekhyun mendengus kesal, lalu menghapus air matanya dengan cepat.
"Tuan Park! Ayo kita pergi darisini." Ucap Baekhyun dengan wajah yang ia buat angkuh dan setegar mungkin.
Chanyeol , Jongin dan Sehun membalikan tubuh mereka dan mengedikkan kepala lalu seluruh keluarga Byun memberikan hormat pada Raja mereka.
Kyungsoo menatap kepergian Baekhyun dengan tatapan kebingungan sebelum akhirnya Jongin berhenti di depannya sambil memasang wajah tersenyum.
"Kau manis." Lalu tatapan kebingungan Kyungsoo berubah menjadi sebuah kerutan di dahinya sambil memandang sosok Jongin yang meninggalkan rumah keluarga Byun dengan tatapan risih.
Sejak awal, sejak ia memasuki rumah Byun ia sudah merasa ada yang salah dengan cara pandang pria itu, namun Kyungsoo tidak tahu jika lelaki itu ternyata seorang yang tidak sopan dan tidak tahu diri. Mengatakan dirinya manis, bahkan disaat mereka tidak saling mengenal. Kyungsoo berharap ia tidak dipertemukan dengan sosok seperti itu lagi.
Ketika pintu tertutup Kyungsoo menatap kearah seluruh keluarga Byun yang nampak tersenyum senang.
"Ini sungguh terjadi, atau ini hanya sebuah kejutan?" Tuan Byun melangkah mendekat dan mengusak rambut Kyungsoo.
"Itu benar-benar terjadi Kyungie, yah! Setidaknya putraku bisa jadi orang yang berguna." Ucap Tuan Byun sambil tersenyum menatap kearah pintu.
"Dia harus menerima takdirnya." Sahut Nyonya Byun sambil memeluk pundak Kyungsoo yang nampak bingung menatap kearah pintu.
"Dia sungguh beruntung." Bisik Bora sambil menatap sedih kepergian adik bungsunya.
"Aku mungkin akan merindukan kenakalannya." Tambah Soyou.
"Aku harap Paduka tidak membuangnya ketika tahu senakal apa dirinya." Ucapan Bora membuat tiga saudarinya menoleh dan tertawa lalu saling memeluk.
"Kita pasti akan merindukan ocehannya."
Kyungsoo masih mengernyit tidak mengerti.
"Jika dia sungguh pergi, lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas gaun ibuku?" gumamnya kecil dan dihadiahi tatapan terkejut oleh kedua orangtua Baekhyun.
…
..
.
TBC
…
..
.
Okay sekarang silahkan timpuk aku dengan apapun karena udah bikin ff gaje ini wkwkwkw..
Sebenernya ini cemilan buat FF utama selanjutnya, tapi karena aku merasa terharu dengan pesan-pesan kalian ya udah aku putusin untuk post ini, itung-itung jadi bonus buat kalian. Wkwkwkwkwkw..
Maaf kalo disini bahasanya agak berantakan. Waktu itu aku udah ketik dengan rapi selama dua hari full, tapi tiba-tiba ilang gitu ajah . Jadilah aku ketika ulang dengan sedikit rasa sesek dan kesel wkwkwkw.. Tapi untungnya jadi hehehe…
Jangan tanya kenapa aku suka buat sifat Baekhyun kekanak-kanakan, karena di real life dia emang kayak gitu kan? Dan menurut aku manis ajah kalo Baekhyun manja dan Chanyeol dewasa. Aku suka ketika Chanyeol berusaha me manage sifat kekanak-kanakan Baekhyun, dan aku suka ketika Baekhyun yang nakal, cerewet, iseng dan berisik Cuma bisa diem karena Park Chanyeol.
Oke, semoga kalian suka dan kalo banyak peminatnya mungkin aku lanjut kalo nggak ya gapapa, kebetulan baru sampe chap 2 doang wkwkw.
Jaga kesehatan dan salam Chanbaek is real ya..
Silahkan review jika kalian berkenan ;)