MEMORY

Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
Hanya sebuah cerita yang terlintas dikepala
Typo Everywhere, OOC, Gaje

Chapter 2 : Yang Telah terjadi

"Haruno Sakura" "Hadir" "Nara Shikamaru" "Hadir, hooam" "Uchiha Sasuke" "Hadir" "Akimichi Chouji" "Hadir" seperti itulah hari hari yang kulewati. Sudah 3 tahun aku kabur dari rumah, sekarang aku kelas 2 SMA. Aku bersyukur bisa hidup sampai sekarang, kalian tahu? ternyata hidup sendiri sangat tidak menyenangkan. Aku harus cari uang untuk membiayai hidupku yang entah mau dibawa kemana ini, tapi sekali lagi aku sangat bersyukur aku masih hidup sampai sekarang

Aku kadang membayangkan bagaimana keadaan rumah saat aku kabur waktu itu, apakah mereka akan sedih? Atau mereka akan tersenyum bahagia saat pembawa masalah mereka sudah hilang? Yah aku tak mau ambil pusing, itu bukan urusanku lagi. Tidak penting bagiku memikirkan hal yang telah kubuang

"Uzumaki Naruto" "Hadir" perlu kalian tahu, aku tak memakai marga ayahku lagi. Aku memakai marga ibuku. Saat berada di Tokyo aku bertemu dengan orang yang mau mendengar keluh kesahku, dia adalah anak dari pegawai pemerintah yang aku bertemu denganku saat dikereta. Kami mengobrol banyak tentang hidup kami, sampai tiba saatnya dia bertanya apakah dia bisa membantuku

Aku bertanya apakah akan sulit mengubah identitas seseorang, dan dia menjawab dengan senyuman kecil. Dia berkata untuk ikut dengannya dan bertemu dengan ayahnya dan menceritakan apa yang telah aku alami, dan ayahnya adalah orang yang baik. Tapi ayahnya mau melakukannya asal dengan syarat kalau aku tidak akan melakukan kejahatan, maksudku bagaimana bisa seorang manusia berumur 13 tahun melakukan kejahatan, bisa saja

Gaara, dialah orang yang telah membantuku hidup sampai saat ini. Dia lebih tua satu tahun dariku, dia terlihat seperti orang yang cuek dengan orang lain tapi saat kau sudah mengerti dirinya dia akan membuka diri. Ah, aku tinggal diapartemen kecil serba pas-pas'an, aku memutuskan untuk masuk sekolah yang biasa-biasa saja, ayah Gaara yang mengatur semuanya agar aku bisa bersekolah. Untuk biaya masuk ayah Gaara yang menanggungnya, aku tidak akan melupakan jasamu paman beralis tipis! Saat aku mulai nyaman dengan kota ini aku mulai mencari pekerjaan karena aku sadar kalau uang yang aku bawa tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupku sampai mati

Aku mulai mencari pekerjaan paruh waktu, mulai dari bangun jam 5 pagi untuk mengantar langganan koran dan juga pulang sekolah sebagai pelayan di sebuah restoran keluarga. Sebelum itu bos-bos itu melarangku kalau kau belum cocok untuk bekerja paruh waktu, tapi saat aku menjelaskan dengan sedikit "ngotot" mereka menerimaku asal aku tidak terlalu memaksakan diri

Semua kujalani dengan senang hati walau kadang aku harus menahan diri untuk menghemat pengeluaran. Saat aku mendapat gaji dari hasil kerja kerasku, aku merasa aku orang paling kaya didunia. Semua berjalan baik sampai tiba waktunya aku lulus dan harus masuk SMA, aku bahkan kebingungan saat mengatur keuangan waktu itu. Aku bahkan sampai meminjam uang dari bosku, saat itu aku tak lagi mengantar koran, aku sudah menetap di restoran keluarga

Aku memiliki bos yang sangat baik, saat aku meminjam uang untuk biaya masuk SMA dia memberikannya dan berkata "Kembalikan kapan saja saat kau sudah punya uang lebih" OH GOD BLESS YOU BOS! Itu adalah kata-kata terindah yang pernah aku dengar.

Akan aku ceritakan satu kisah yang bisa membuatku tersenyum, kalian ingat kan gadis yang aku bungkam mulutnya dibelakang sekolah? Aku bertemu dengannya disini, dikota Tokyo. Aku berfikir apa yang dia lakukan disini, apakah dia merasa bersalah padaku sampai mencari keberadaanku sampai disini? it's IMPOSIBLE

"Anoo, apa kau tahu alamat ini?" dia terus bertanya seperti itu pada orang yang lewat tapi orang-orang hanya menggeleng. Karena aku adalah pria yang baik hati, aku menghampirinya dan menanyakan apa ada yang bisa kubantu

Saat dia melihatku dia tersentak kaget, "Kau?! Namikaze Naruto?" itulah perkataan yang ia lontarkan padaku.

"Namikaze? Mungkin kau salah orang, jadi ada yang bisa kubantu?" tanyaku waktu itu

"Tidak, aku sangat yakin kau itu Namikaze Naruto" dia sangat ngotot menerka siapa diriku sampai akhirnya aku menyerah dan mengiyakan perkataanya, tapi aku tak lupa apa tujuanku sebenarnya saat menghampirinya

Dia menunjukkan secarik kertas berisi alamat, Aku hanya bisa memiringkan kepalaku saat membacanya, aku tidak tahu. "Hoi Teme, kau tahu alamat ini?" aku menanyakannya pada orang yang berada lumayan jauh dariku, dia berjalan sangat pelan seperti siput

Dia berjalan menghampiriku dan gadis didepanku, dia mengambil alih kertas itu. "Dobe, aku tahu kau bodoh, tapi kau jangan sampai tidak tahu kalai ini alamat didepan apartemen kita!"

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil merenges senyum bodoh. "Baiklah, ikuti kami" itu ucapku pada gadis itu, saat aku bertanya apa yang dia lakukan di kota ini dia menjawab kalau dia pindah kesini untuk ikut dengan bibi dan pamannya. Aku hanya bisa mendengarkan dalam diam sampai dia bertanya kenapa aku kabur dari rumah

"Bukan urusanmu" dengan cepat kata-kata seperti itulah yang keluar dari rumah, "Hoi Dobe, kau mengenalnya?" tanya orang didepanku

Aku menjawab kalau gadis ini hanya kenalan saat SMP sebelum aku pindah ke Tokyo, "Hati-hati lho, bisa jadi dia disuruh orang tuamu untuk membawamu pulang" itu yang Teme katakan. Dengan cepat aku langsung berbalik dan memegang pundak gadis itu dengan erat

"Kau bukan suruhan orang tuaku kan?!" aku bertanya seperti itu dan dia menjawab kalau dia tidak tahu. Aku menghembuskan nafas lega

Kami pun sampai didepan rumah yang gadis itu maksud, gadis itu membungkuk dan sangat berterima kasih karena sudah membantunya. Aku dan Teme pun hanya mengatakan sama-sama, lagipula alamat ini searah dengan apartemen kami

Kami pun beranjak pergi, "Hoi Sasuke, apa kau punya sesuatu untuk dimakan malam ini?"

"Hmm, tidak. Kau?"

"Tidak juga" "AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

Uchiha Sasuke, dia tinggal diapartemen yang sama denganku, kamarnya tepat berada disamping kamarku, jadi bisa disebut aku dan Sasuke adaah tetangga. Aku mulai mengenalnya saat masuk SMA, saat itu dia baru diapartemen, dan saat aku keluar dari kamar kebetulan aku bertemu dengannya, kami memakai seragam yang sama

Dia terus memandangku dengan dingin sampai dia berkata "Mohon Kerja samanya" aku merasa tersanjung bisa diberikan perkataan seperti itu. "YA!" aku menjawabnya dengan cepat

Suatu hari dia berkata kalau dia akan kehabisan uang, dia berkata kalau kakaknya akan terlambat mengirim uang bulan ini. Aku menyarankannya untuk bekerja paruh waktu dan mengajaknya bekerja di tempatku dan dia setuju. Kebetulan waktu itu tempat bekerjaku kekurangan tenaga dan dia langsung bekerja. Ada yang tidak kusuka darinya, saat dia bekerja dia selalu dipandangi gadis-gadis yang datang, it's bad for my popularity

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Baiklah, Saya punya kabar buruk dan kabar baik, mana yang ingin kalian dengar terlebih dahulu?" guru yang baru saja masuk

"Berita buruk terlebih dahulu, karena lebih baik bersakit-sakit dahulu bersenang senang saat ada uang" begitu ucap salah satu murid

Pak Guru mengangguk pelan, "Nilai ulangan Fisika kalian buruk"

"Semua" sambungnya

"Tidak mungkin!" "Mana mungkin!" "Yah kalau aku sih pasti tidak termasuk" "Sombong kau!" "Diam kau!" "Mungkin aku termasuk" "Itu bohong!" "Sensei pelit" "Pasti kabar baiknya aku lolos" "Seharusnya aku contek punya Shikamaru kemarin" "Heh,,?"

"Ini petaka, sebaik-baiknya kabar baik tak akan bisa menutupi rasa sesalku"

Naruto menundukkan kepalanya ke meja, kepalanya terasa berat memikirkan ulangan yang akan ia ulang besok. "Baiklah, kalian sudah puas? Sekarang bagian kabar baiknya"

"Kalian mendapat teman baru, silahkan masuk" Pak Guru memanggil seseorang dibalik pintu kelas

Saat pintu terbuka terlihatlah gadis cantik dengan wajah manisnya, "OHHH BIDADARI!"

"Hyuuga Hinata, salam kenal" ucap gadis itu

"AH, Aku Kiba! Jadilah pacarku!" teriak salah satu murid dengan gigi taringnya

"Ehh.. ?" gadis itu hanya bisa merenges kecil saat mendengar hal seperti itu

Pak Guru mencarikan tempat duduk dan melihat sekitar dan menemukan tempat duduk didekat orang yang terlihat lesu. "Hyuuga-san, kau bisa duduk disamping Uzumaki-kun"

"Uzumaki? Yang mana sensei?"

"Uzumaki-saaaaan! Angkat tanganmu" teriak sensei dengan tegasnya

Dengan lemas orang itu mengangkat tangan serta kepalanya. Nampak jelas wajah pucat darinya, "Uzumaki-kun, perkenalkan dirimu" perintah sensei dengan wajah menakutkan

"Kenapa harus aku? Padahal disamping Chouji juga ada bangku kosong" Naruto bergumam sambil berdiri

"Kau mengatakan sesuatu? Pendengaranku agak buruk akhir-akhir ini" Cuma orang licik yang berkata seperti itu

Naruto memandang kedepan dengan malas, dan ia menemukan gadis yang berdiri tegap disamping Pak guru, gadis yang ia bantu kemarin, gadis yang pernah ia bungkam mulutnya. "Uzumaki Naruto, mohon kerja samanya" Naruto masih syok akan kabar buruk dari gurunya

Hinata berfikir sampai dia lupa caranya berfikir, Ia bingung dengan orang yang akan duduk disampingnya. Uzumaki bukanlah nama yang ia tahu dari seorang Naruto, Naruto menoleh kebelakang dan berbicara pada Sasuke yang ada dibelakangnya, "Hoi Sasuke, tukar tempat duduk"

"Ogah" jawaban singkat, padat, dan jelas yang dapat membuat Naruto jengkel

Hinata segera menuju ke tempat duduknya, Hinata memandang Naruto aneh. Pandangan yang penuh dengan pertanyaan Hinata tujukan pada Naruto, sedangkan Naruto tak menggubrisnya, ia hanya menopang dagunya sambil memandang Hinata datar.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Aku rasa dunia ini memang sempit, bisa-bisanya orang dari kotaku yang dulu bisa sampai di Tokyo dan anehnya lagi aku bisa bertemu dengannya, satu sekolah dengannnya, satu kelas dengannya, dan dia juga duduk tepat disampingku

Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang, dengan kemauanku sendiri aku bisa membuatnya menjadi lebih baik. Semua tidak sesuai dengan keinginanku, kadang diatas kadang juga dibawah. Saat itulah aku punya teman yang bisa dimanfaatkan, "Teme! Bagi satu ramen cup-mu!"

Yah, seperti itulah hidupku. Kadang aku berfikir lebih enak dirumah, semua tersedia walaupun harus pada waktunya. Tapi aku membuang fikiranku itu jauh jauh, aku tidak akan berubah jika tidak keluar dari neraka kejam itu.

Bagaimana keadaan Ibuku? Dan juga Ayahku? Dan tentu saja Menma, maaa, siapa peduli, Aku? Bodo amat. Aku sudah lepas dari mereka, semua akan indah pada waktunya, kalau tidak berusaha semua akan sia-sia. Tunggu dan kau akan mendapatkannya

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Nee Nami- , hmm Uzumaki-san, kenapa kau mengubah namamu?" tanya Hinata saat jam istirahat

Naruto melirik Hinata dari ujung mata, ia ragu harus menjawabnya atau di abaikan saja. Naruto menarik nafas panjang, "HOI DOBE! Apa yang kau lakukan?! Kita akan kehabisan roti daging, cepatlah"

"TEME! Ayo berjuang agar mendapatkannya" Naruto berteriak semangat saat Sasuke memanggilnya

"YA!" begitu pula dengan Sasuke, wajah tanpa keraguan untuk bertahan hidup

"Apa yang kau bicarakan dengan murid baru itu?" tanya Sasuke ditengah tengah larinya

"Bukan apa-apa, dia hanya bertanya apa pelajaran selanjutnya" balas Naruto

/

/

/

/

Hari berikutnya Hinata masih bertanya tentang nama Naruto, Naruto lagi-lagi tak menggubrisnya. Naruto berfikir apakah hal itu sangat penting sampai ia harus menceritakannya. Hinata tak ada bosannya menanyakan hal itu, ia merasa kalau ia harus tahu alasan kenapa Naruto mengubah namanya

"Apa itu hal yang penting? Lagipula aku kabur dari rumah juga tidak ada yang peduli!" Naruto muak mendengar pertanyaan itu setiap hari

"Kabur? Bukannya kau dipindahkan orang tuamu?" itu yang Hinata katakan untuk membalas ucapan Naruto

Naruto bertanya untuk memastikan perkataan Hinata barusan. "Pindah? Siapa yang bilang seperti itu?"

Hinata menjawab kalau sensei yang membicarakannya saat pelajaran walaupun Hinata dan Naruto beda kelas. Namikaze Menma juga menjawab ha yang sama, saat orang lain bertanya tentang Naruto, Menma menjawab kalau dia pindah untuk kebaikannya sendiri.

Naruto menggigit bibirnya sendiri setelah mendengar penjelasan Hinata, "Uzumaki-san? Uzumaki-san?" panggil Hinata membuyarkan lamunan Naruto

Naruto berfikir kalau Menma juga sama busuknya seperti orang tuanya, dia menyimpulkannya setelah mendengar penjelasan Hinata barusan. "Kenapa aku kepikiran terus, ternyata semua sama saja"

"Panggil saja Naruto, Hyuuga-san" balas Naruto pada Hinata

"Hmm, baiklah. Kalau begitu panggil saja aku Hinata" mereka berdua mulai mengakrapkan diri

Sasuke datang dengan dua bungkus roti ditangannya. "Jangan coba-coba menggoda murid baru, Dobe" ledek Sasuke

"Berisik! Lagipula aku juga tidak menggodanya!"

.

.

.

.

.

To Be Continued

TBC