Hoggy Warty Hogwarts
written by sebeuntiin

warning! boys love. komedi receh. ooc.


i. the foolish me wanted you to be mine (seoksoo)


"Oh, geez. Sekarang dimana aku harus duduk?"

Seokmin berkata sebal melihat kompartemen kereta yang penuh sesak oleh enam orang. Seharusnya ada dua tempat kosong kalau ditempati oleh Seungcheol, Jeonghan, Soonyoung dan Seungkwan—semuanya Gryffindor kecuali Seungcheol yang Slytherin—, tetapi tahun ini mereka kedatangan Lee Chan, adiknya dan pacar baru Soonyoung, Lee Jihoon.

Lee Jihoon tampak tidak enak dengan Seokmin dan mau berdiri untuk pamit pergi ke kompartemen rumahnya, Slytherin juga. Tapi Soonyoung menahan. Seokmin juga menyela. "Ya sudah," ujarnya pasrah. "Aku ke kompartemen sebelah."

Seraya bergerak ke kompartemen berikutnya, Seokmin agak bersyukur. Setidaknya dia tidak perlu menjadi orang ketiga diantara dua pasangan. Dia sendiri sudah geli melihat Seungcheol yang tangannya sudah ada di antara Jeonghan beberapa saat tadi.

Lelaki itu menggeser pintu kompartemen dengan keras. Satu anak laki-laki dengan jubah Ravenclaw di pangkuannya terlonjak, agak terganggu. Buku tebal yang tadi dipegang anak itu terjatuh. "Maaf," ujar Seokmin, mengambil tempat di seberang anak itu.

Anak itu hanya mengangguk pelan lalu kembali membaca. Seokmin melihat ke sekitar kompartemen, merasa canggung. Hanya mereka berdua yang ada di kompartemen, rupanya anak itu mungkin sedikit penyendiri. Rambutnya coklat hazel dengan bibir melengkung yang mirip kucing. Seokmin bisa saja mengira bahwa peliharannya adalah kucing bila tidak melihat kandang burung hantu di rak atas kompartemen.

"Um," Seokmin menggumam, tidak tahu harus ngomong apa. Sepanjang dia bersekolah sampai tahun keenamnya ini, tidak pernah sekalipun melihat anak itu. Maksudnya, anak-anak di Hogwarts kan banyak. "Namamu?"

"Hong Jisoo." jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Salam. Namaku Lee Seokmin." ujar Seokmin, tersenyum selebar-lebarnya. Apa daya, Jisoo diam saja. Seokmin jadi bosan. Kompartemen Soonyoung dkk pasti ramai. Untung ada kereta makanan datang, jadi Seokmin membeli satu (karena dia sedang krisis uang) cokelat kodok.

Dari bungkusan cokelat kodok itu muncul kartu segi lima seperti biasanya. Seorang laki-laki yang mengendarai sapu terbang dan memegang snitch dengan bangga. Namanya... Jaden Hong.

"Tuan Jisoo, aku baru saja mendapatkan sebuah kartu. Dan namanya—marga lelaki ini mirip sekali denganmu," kata Seokmin, berusaha memulai pembicaraan. "Lucu sekali kalau orang ini adalah ayahmu."

Hong Jisoo mengangkat kepalanya dan melihat kartu yang Seokmin sodorkan, setelah sekian waktu diam saja. Jisoo memperhatikan kartu itu sebelum kembali membaca. "Orang itu ayahku,"

Oh. Oh. Lalu kemudian sepanjang perjalanan sisa itu mereka berdua diam saja.


Lewat peristiwa itu, Seokmin kenal dengan yang namanya Hong Jisoo, anak Ravenclaw tahun ketujuh yang nilai O.W.L-nya sepuluh kali lipat dari nilai Seokmin. Jisoo juga jarang berbicara dan tidak punya terlalu banyak teman. Dia tipe anak yang memilih menghabiskan waktu liburannya di ruang rekreasi untuk membaca dibanding pergi ke Hogsmeade.

Jeonghan kenal Jisoo dengan dekat, karena dulu mereka pernah bertetangga. Berkat dia Seokmin bisa modus menemani Jisoo di perpustakaan dan absen ikut ke Hogsmeade, cuma untuk memelototi muka Jisoo selama tiga jam.

Seokmin menemukan dirinya sering mencari sosok Jisoo saat mereka makan malam. Jisoo menjadi sangat menarik baginya. Butuh beberapa waktu hingga Jisoo mau tertawa lepas di depannya, tetapi saat itu terjadi Seokmin berani bertaruh hatinya jatuh ke perut.

Entah kenapa, dari kapan, dia sendiri juga tidak tahu, Seokmin kian tertarik kepada Jisoo.

Beberapa minggu kemudian, nyaris mencapai tiga bulan, dengan suara terbekap scarf tebal di tengah musim dingin, Seokmin menyatakan perasaannya. Wajah Jisoo saat itu memerah sekali—entah karena malu atau dingin, kemudian dengan suara madunya mengatakan "Ya."

Ciuman pertama mereka di ujung gang Hogsmeade, salju masih tebal di atas mata kaki mereka. Seokmin yang menginisiatifnya dan terkesan tidak romantis karena topiknya langsung diangkat tiba-tiba ketika mereka sedang membicarakan Kaye, burung hantu Jisoo. Tetapi Jisoo mengangguk, membiarkan Seokmin menciumnya dibalik tembok. Cepat, keduanya sama-sama menarik diri dan bermuka merah hingga lima belas menit ke depan.


"Seokmin," panggil Jisoo, dari suaranya tumpah ruah madu imajiner. Lebih dari tiga minggu jadian, Seokmin masih belum bisa menoleransi suara Jisoo. Dia jarang berbicara, tetapi suaranya lembut dan manis sekali.

Seokmin menoleh, menggumam sebagai jawaban dari panggilan Jisoo. Salju mulai meleleh dibawah kaki mereka, menandakan musim semi telah datang. "Aku harus pisah dari sini," ujar Jisoo memberi tahu. "Seokmin pergi saja menemui teman-teman, aku akan belajar di ruang rekreasi Ravenclaw."

Setelah Jisoo melambaikan tangan, Seokmin berjalan sambil bersiul dan cengengesan ke arah asrama Gryffindor. Disana sudah menunggu Soonyoung dan Seungkwan, mencibir atas sikap Seokmin yang seperti ABG baru merasakan jatuh cinta. "Ooh, ini dia datang anaknya yang sedang dimabuk cinta oleh kakak kelas Ravenclaw yang nilainya sepuluh kali lipat nilainya sendiri."

"Aih," ujar Seokmin, masih cengengesan. "Sebut saja kalian cemburu."

"Bukan aku, tapi anak ini karena pacarmu katanya telah mendekati Bonon?—Benon? Siapalah itu dalam waktu yang berlebih. Berduaan di ruang rekreasi Ravenclaw dalam waktu yang lama, misalnya." kata Soonyoung mengabaikan teriakan Seungkwan; "Verrrrrnon!" di belakang.

Kerutan alis tampak di dahi Seokmin. "Jisoo kan sudah punya pacar. Dan pacarnya sedang duduk di depan kalian pada saat ini."

"Aku tahu, tapi," Soonyoung mengangkat bahu, "Melalui rumor yang aku dengar, Jisoo bukan tipe orang yang serius dalam menjalani hubungan. Maksudku, tidak pernah ada cerita dia pacaran selain denganmu. Bisa jadi ia bahkan tidak memberi tahu teman-temannya perihal kau."

Seungkwan mengangguk-angguk setuju. Kerutan alis Seokmin semakin mendalam, tetapi dia hanya mengangkat bahu tidak menanggapi dan membawa topik baru.


Berhari-hari berikutnya, Jisoo semakin sulit untuk ditemui. Seokmin maklum, sebab Jisoo sudah menginjak tahun ketujuh dan ujian N.E.W.T semakin dekat. Lelaki Gryffindor itu jadi terbiasa lagi pergi ke Hogsmeade bersama dengan teman-temannya.

Pernah satu hari di tengah malam, Jeonghan bertanya tentang Jisoo. Seokmin mengangkat bahu sambil memandangi kasur di atasnya. "Dia sedang belajar untuk N.E.W.T," jelas Seokmin pendek. "Cita-citanya ingin menjadi Auror."

"Tunggu. Apakah kau juga akan ikut N.E.W.T?" tanya Soonyoung, menatap Seokmin ngeri. Seokmin lantas tertawa keras, melempar bantal ke muka Soonyoung sebagai jawaban.


Dia bertemu dengan Jisoo lusanya. Kalau saya belum mengatakannya, Seokmin punya kebiasaan untuk mengintip ke dalam perpustakaan, bisa jadi Jisoo ada di sana, jadi Seokmin bisa menemani. Biasanya penjaga perpustakaan menatapnya dengan alis terangkat, karena niat Seokmin ke perpustakaan bukan untuk menjadi jenius, tapi untuk modus.

Di hari itu Seokmin mengintip lagi dan mendapatkan sosok Jisoo, yang sudah berhari-hari tidak dilihatnya. Sang Gryffindor ingin melipir mendekat, tetapi ternyata Jisoo tidak sendiri. Di sebelahnya ada seorang laki-laki bule yang sangat menyebalkannya ganteng, dan Seokmin tidak menyukai bagaimana mereka tidak terlihat sedang belajar, dinilai dari senyum manis Jisoo dan tawa menyebalkan si bule itu.

Seokmin tidak jadi menghampiri. Seusai mendengar kisahnya, Soonyoung manggut-manggut sementara Seungkwan emosi sendiri. "Nah! Yang itu namanya Vernon. Aku sama sekali tidak suka dengannya—suka sedikit sih—dia anak Ravenclaw juga. Katanya mereka sering berduaan."

Setelah itu masih banyak yang Seungkwan ocehkan, tetapi Seokmin tidak terlalu peduli. Dari ruang rekreasi dia berdiri dan sprint ke asrama Ravenclaw, beberapa kali menubruk orang. Jisoo ada di lorong menara tak jauh dari asrama Ravenclaw, menoleh ketika ada suara gusrak-gusruk di belakangnya.

Jisoo ditarik ke sebuah lorong menara yang terpencil dan punggungnya dibanting ke tembok. Lelaki itu pasti kebingungan, sebab Seokmin langsung mencium bibirnya dan berinisiatif melibatkan lidah dan lumatan bibir. Tangan Jisoo mencengkram bahu Seokmin.

"Seokmin," peringat Jisoo. "Ini di lorong. Kita bisa kelihatan."

"Aku tahu," Seokmin mendesah, menarik leher Jisoo untuk ciuman dalam sekali lagi. Berharap semua ciuman itu membawa pikiran kalutnya hanyut. "Aku tahu."

Jisoo mengerang. Sudah tidak lucu lagi. Seokmin menarik diri dan membiarkan wajah mereka berdekatan. Muka Jisoo memerah padam. Seokmin menutup mata, mendesah berat dan membiarkan kepalanya lunglai di bahu Jisoo. Itu tidak keren sama sekali. Mencium tiba-tiba di lorong menara sekolah.

"Seokmin...?" suara Jisoo membuatnya semakin merasa bersalah. Apalagi, Jisoo meraih kepalanya dan mengusap-usap pundaknya dengan sikap menenangkan. Dengan perilaku khas kekasih itu, Seokmin menemukan dirinya ada di ambang ragu.

Ragu apabila mungkin, mungkin, Jisoo pernah berbuat begini kepada Benon—maksudnya Borrnon.


Keadaan setelahnya juga tak begitu membantu. Seokmin berkali-kali meminta maaf, sebab sudah mencium tanpa minta izin. Jisoo memaklumi, kalimatnya yang terakhir sebelum mereka berpisah; "Tak apa, Seokmin kalau ada masalah tolong diselesaikan secepatnya." menambah beban tak enak di hati Seokmin.

Dia kembali dengan wajah kuyu dan tidak di dalam mood untuk melanjutkan kelas. Akhirnya, Seokmin melewatkan semua penjelasan dari guru. Catatannya kosong melompong, berbanding terbalik dengan pikirannya. Kalau dipikirkan Jisoo memang agak pendiam dan tidak sesemangat Seokmin. Jisoo bisa jadi hanya menerimanya karena terpaksa, karena tidak enak menolak, atau mungkin dia lebih suka pada cowok—argh. Seokmin headbang ke buku, mendesah frustasi.

Seminggu Seokmin bergelut, nilainya jadi jauh lebih buruk dari sebelumnya. Bahkan Soonyoung yang biasanya paling cerewet, hanya bisa menggeleng dramatis sambil menepuk pundaknya.

"Ada apa denganmu?" tanya Jeonghan kemudian hari, mereka berdua sedang berjalan di lorong menara. Seokmin menceritakan singkat tentang Jisoo, dan gosip tentang Jisoo yang mungkin main-main dengannya, dan tentang Bornon? Benon yang terlihat terlalu dekat dengan Jisoo.

"Apakah ini pertama kalinya kamu berkencan?" tanya Jeonghan, terlihat geli. "Pacaran bukan berarti pasanganmu harus hanya punya kau, satu-satunya yang dia punya hanya kau saja. Meski Jisoo pendiam, dia tentu punya teman yang dekat dengannya untuk mengobrol dan tertawa. Dia adalah orang yang normal, tentu saja."

Seokmin tertegun. Dia tidak pernah berlari sebegitu kencangnya menuju ke asrama Ravenclaw. Menuju Jisoo.


"Mmm... Siapa...?"

Dua anak berjubah Ravenclaw itu pasti bingung melihat seorang anak berwajah mirip kuda dengan jubah Gryffindor dan nafas ngos-ngosan berdiri di depan asrama Ravenclaw. "Jisoo," kata Seokmin cepat. "Aku mencari Jisoo."

"...Kalau boleh tahu... Siapanya?" tanya satu anak itu, tidak pasti.

"Pacarnya."

Keduanya terlihat terkejut. Seokmin mendengar salah satu dari mereka berbisik panik; "setahuku Jisoo-hyeong tidak punya pacar?" dan jujur itu meruntuhkan kepercayaan dirinya. Mereka buru-buru berkata begitu menyadari pandangan Seokmin berubah, "Ah tentu, akan kami panggilkan. Jisoo-hyeong tadi sedang bersama Vernon di ruang rekreasi."

Begitu Jisoo tiba di depan asrama, Seokmin sudah tidak ada.


"Kau payah."

Seokmin meringis atas sarkasme Jeonghan. "Aku tahu."

"Kau seperi anak kecil, pengecut."

Ringisan Seokmin semakin menjadi. Lelaki itu membenamkan dirinya ke dalam selimut. "Yang itu aku juga tahu."

"Maksudku, bagaimana bisa kau tiba-tiba patah semangat cuma gara-gara perkataan sesimpel itu? Seriusan, Lee Seokmin? Aku taruhan sekarang Jisoo pasti sangat bingung dengan perilakumu. Demi Janggut Merlin, dia bahkan tidak tahu apa yang telah diperbuatnya hingga kau menjadi sangat labil seperti ini."

Diam.

Jeonghan mendesah. "Lalu apa yang akan kau lakukan dengannya?"

"Aku tidak pasti," kata Seokmin. "Mungkin membiarkan saja. Tidak ada kata putus, tetapi putus secara diam-diam dan sepihak. Seperti hubunganku dengannya yang mungkin memang hanya sepihak saja."

Jeonghan mendesah. Seokmin mendesah juga.

Soonyoung bangkit dari ranjang tingkat atasnya. "Bisakah kalian berhenti mendrama? Ini tengah malam dan aku tidak ingin tidurku dipenuhi oleh mimpi buruk karena kepikiran tadi. Geliiiiii."


"Seokmin!"

Wush.

"Seokmin,"

Wuush.

"Seokmin!"

Swuuuuush.

"Kau lama-lama jadi bodoh ya," komentar Seungkwan pada saat suatu makan siang. Setiap Jisoo ada dan menyapa, Seokmin selalu lari seperti diikuti kecoak terbang. Semua orang bisa tahu kalau dia sedang menghindari Jisoo.

"Diamlah," balas Seokmin lesu, menusuk jeli makanan penutupnya dengan tidak nafsu. "Aku sedang tidak ingin berdebat."

Seokmin sadar teman-temannya itu tidak menjawab, mata mereka terpaku di belakang Seokmin. Lelaki itu menoleh. Jisoo berdiri di belakangnya dengan raut muka yang tidak terbaca.

"Hai," katanya pelan. Seokmin masih membenci betapa lembut suaranya terdengar. "Aku mungkin butuh membicarakan beberapa hal kepadamu."


Suara gemerisik tupai dapat terdengar dari taman tempat mereka berdiri. Seokmin diam selama beberapa menit menolak berbicara, menunggu Jisoo. Sementara itu si Ravenclaw terlihat tegang dan takut.

"Seokmin," panggil Jisoo, dan ketika Seokmin menoleh menatapnya, dia langsung mengalihkan pandangan. Jisoo terlihat sedih. "Aku tidak tahu kenapa kau menghindariku dan menolak untuk berbicara."

"Bukannya kau sudah tahu?"

Seokmin tidak bermaksud untuk menaikkan nadanya seperti menyindir, tapi ternyata pita suaranya mengkhianatinya. Sekarang Jisoo terlihat terkejut dan terluka. Seokmin ingin menonjok dirinya sendiri. Setidaknya kalau putus lakukanlah dengan manner.

"Maksudku," ujar Seokmin membenarkan. "Aku sempat dengar. Aku tidak dikenal sebagai pacarmu di asramamu."

"Mereka anak tahun kedua, Seokmin, bila orang yang kau bicarakan adalah kedua anak yang kau minta untuk mencarikanku," jelas Jisoo. "Aku tidak bisa bilang ke semua orang kalau kita menjalin hubungan, bukan?"

"Bagaimana dengan..."

"Vernon?" potong Jisoo. "Vernon ayahnya seorang Auror. Aku ingin menanyakan perihal Auror, hanya saja melewati Vernon. Anak itu memang sempat menyatakan ketertarikannya, tetapi aku menolak karena saat itu ada Seokmin."

Seokmin kehabisan kata-kata. Segeranya dia memeluk Jisoo. Tanpa izin, lagi. Lalu ciuman itu juga tanpa izin. "Astaga," pekik Seokmin. "Maaf. Maaf. Rupanya aku salah paham. Aku ini bego, begobegobego."

"Seokmin," ujar Jisoo. "Semua orang bisa salah paham, tentu saja. Tapi aku tak ingin putus."

"Kata siapa aku ingin putus?" ujar Seokmin cepat, terlalu cepat hingga tawa Jisoo pecah. Pertama kalinya dalam kian lama. Seokmin mencium bibirnya. "Maaf, aku tak minta izin melulu. Tapi untuk selanjutnya aku tak ingin minta izin."

"Mmm." Diantara gumaman itu Jisoo tersenyum manis.

Seokmin pemecah rekor, karena dia membuat Jisoo telat masuk kelasnya untuk pertama kali.


Note:

- Ordinary Wizarding Level adalah ujian yang dikenakan kepada murid tahun kelima untuk menentukan apakah dia cocok untuk melanjutkan sebuah mata pelajaran selama tahun pelajaran berikutnya.

-Nastily Exhausting Wizarding Test adalah ujian yang diikuti oleh murid tahun ketujuh untuk membantu mereka memilih karir tertentu setelah lulus. Auror contohnya, mereka hanya menerima para calon dengan minimal lima nilai N.E.W.T yang diatas rata-rata. Murid harus mendapatkan nilai O.W.L yang bagus supaya bisa ikut ujian N.E.W.T

-Auror adalah officers yang dilatih secara khusus untuk untuk menyelidiki kasus-kasus magic hitam (dark arts).

thanks wikia ;;;

Author's Note:

Haiiii. Saya kembali dengan karya baru. Ini serial dimana anak-anak sebong menjadi murid Hogwarts dan belajar disana. Tenang, pairingnya banyak kok. Dari sini udah hinted soonhoon verkwan jeongcheol wkwkwkwk

Maaf karena disini saya bikin Dokyeom jadi foolish dan childish. Maklum ya, kalo udah sama Soonyoung Seungkwan mah memang udah keliatan dork-nya ;;A;;

Kalau ditanya kenapa bikin serial bukan cerita berkesinambungan dengan multi chaptered? Jawabannya karena saya bisa up kapan aja /digampar/ saya memang suka rese ngadet kalo udah bikin cerita panjang. Saya ngga suka php-in pembaca dengan ngegantung ceritanya T_T Jadi saya bikin serial aja yang ceritanya pendek-pendek tapi masih bisa dikaitin. Selama liburan Desember-Januari saya usahain update cerita 'o')/