Disclaimer: Yuri on Ice bukan punya Zee oke? Oke.

p.s. chapter ini lebih serius dari chapter-chapter sebelumnya. /halah/

Selamat Membaca!

.

.

.

Alasan Ketiga

Kehidupan dan cinta mengajarkanku tentang dunia baru yang tidak pernah kutahu sebelumnya.

Semua orang berkata bahwa ia merebutku dari dunia. Tetapi faktanya, dialah dunia yang selama ini aku cari.

Dunia baru yang memberikanku rumah hingga aku lupa caranya untuk pulang.

Dia, Yuri Katsuki. Seorang pria yang ketika tidurpun wajahnya seindah pahatan kelas dunia dan hembusan napasnya setenang angin diwaktu senja, adalah dunia baru yang aku temukan.

"Yuri! Aku membeku…!"

"K-kau dingin! Berhenti menempel padaku!"

"Ah~ dinginnya… Ayo saling menghangatkan, Yuri!"

"EEEEEH?!"


"Yuri, setelah ini, kau ingin aku bagaimana? Aku menyarankan agar kau istirahat untuk persiapan program besok."

Yuri baru saja selesai latihan untuk esok hari. Seperti biasa, Victor sebagai pelatih juga hadir untuk menemani Yuri.

"Jangan bertingkah seperti pelatih sekarang." Victor mengerutkan dahi, jadi selama ini Victor bertingkah seperti apa?

"Ajak aku jalan-jalan." Ucap Yuri sembari tersenyum.

Victor membalas senyuman itu dengan senyum lebarnya.

"Serahkan saja padaku!"

Terasa seperti kencan, eh?


"Victor… ulang tahunmu tepat pada hari natal, iya kan?"

"Ya!" Jawab Victor disertai senyumannya yang biasa.

"Kau ingin hadiah apa?"

"Di Rusia, kita tidak merayakannya sebelum hari ulang tahun yang sebenarnya."

"Begitu, ya…"

Saat Yuri mencari jawaban, matanya berkilau meskipun ia tidak mengatakan apapun. Dia sedang mencari sesuatu sekarang. Misalnya seperti batang dowsing.

Victor hanya mengawasinya tanpa memulai percakapan.

Mata Yuri membulat, ia berlari menuju sebuah toko yang menarik perhatiannya.

Dengan mata yang berbinar-binar, ia berbalik menghadap Victor.

"Victor! Ayo masuk ke toko ini!"

Itu toko perhiasan, dengan berbagai macam benda berkilau didalamnya.

Yuri selalu ingin mempunyai benda keberuntungan, tetapi Victor adalah keberuntungannya yang nyata. Hal yang akan ia lakukan ini merupakan ungkapan terima kasihnya pada Victor.

Dan rasa terima kasih itu jatuh pada sepasang cincin yang berkilau dibawah cahaya lampu.


Kadang-kadang, ketika terpojok, seorang atlet bisa melakukan sesuatu yang tak terduga. Seperti yang mereka katakan, tidak ada yang benar-benar tau tentang apa yang ada didalam hati seseorang.

Di malam yang ramai dengan suara dentingan bel yang menggema, cincin itu terlingkar sempurna pada jari manis Victor.

"Terima kasih atas semua yang kau lakukan hingga sekarang. A-aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik." Yuri berkata dengan gugup.

Victor hanya menatapnya dalam diam, dengan senyuman kecil yang tercetak di bibirnya.

Mungkin memang tidak ada yang lebih baik dari ini.

Victor menggenggam tangan Yuri dengan lembut, merasakan halus permukaan kulitnya. Ia memasangkan pasangan cincinnya pada jari manis Yuri.

Mereka tersenyum dalam diam, menatap satu sama lain.

Membiarkan keramaian malam mengabaikan mereka dan dunianya.


"Ada apa dengan cincin kalian berdua itu?"

Christophe, orang pertama yang menyadari keberadaan cincin itu untuk pertama kali, mengungkapkan rasa penasarannya.

Yuri tersnyum gugup. "Anu… ini…"

"Mereka sepasang!" Pamer Victor dengan bangga sembari mengangkat tangannya dan tangan Yuri berdampingan.

Pichit memandang kedua cincin itu bergantian. Terlihat sangat jelas bahwa ia sedang berpikir. Setelah satu pikiran kecil terlintas dibenaknya, ia dengan reflek beranjak dari tempat duduknya.

"Selamat atas pernikahan kalian!"

Yuri dengan terburu-buru menyangkal apa yang ada dipikiran teman seperjuangannya itu. Tetapi justru Pichit dengan tidak acuh justru berteriak dengan lantang dan mengumumkan kesalahpahaman itu kepada semua orang.

"T-tunggu, ini bukan…"

"Benar, jangan salah paham." Dengan cepat Victor memotong penjelasan Yuri.

Yuri menghela napas, lega karena akhirnya Victor membantu.

Dengan percaya diri, Victor kembali bicara. "Ini cincin pertunangan. Kami akan menikah."

Seketika kedua kaki Yuri menjadi jeli.

Yuri kembali berusaha menjelaskan, sementara Victor tertawa tanpa peduli.

Tetapi tanpa orang-orang tau, kedua orang tersebut, mengaminkan didalam hati mereka.


Victor mempunyai tiga alasan untuk pergi ke Jepang.

Alasan ketiga, untuk membuat rusa betina menyadari keberadaan rusa jantan disisinya.

Alias, membuat Yuri Katsuki jatuh cinta pada Victor Nikiforov.

END

.

.

.

AAAH! BERES! /terharu/

Terima kasih buat yang udah baca sampai sejauh ini… meskipun zee sangat sangat sadar kalo cerita ini jauh dari kata sempurna.

Semoga ketiga chapter Three Reasons Why dapat menghibur dengan segala kekurangannya! /yey/

Sampai jumpa di cerita-cerita berikutnya~

Dan oh! Ditunggu juga buat reviewnya~

Z.