Seoul 14 Februari 2008..

"Ahhh... Ahm..mmhhaahh.." Suara erangan menggema dari sebuah ruangan di mansion megah di pinggiran kota Seoul.

Seseorang remaja yang memakai seragam SMA menaiki tangga rumahnya. Penasaran asal suara yang terdengar samar. Suara yang familiar di telinganya setiap hari.

Suara itu.

Suara hyungnya.

"Ahhh... There.. nyaahhhh..." Suara itu semakin jelas. Namja SMA itu mulai berjalan mendekat ke arah pintu yang sedikit terbuka. Memberinya sedikit celah untuk mengintip.

Degup jantungnya semakin terpacu. Namja yang mendekati pintu itu adalah Park Jimin. Ia sedang mendekati kamar hyungnya. Jatungnya semakin cepat saat mengintip apa yang ada di dalam ruangan itu. Ia meneguk salivanya.

Baju-baju berserakan di lantai.

Derit suara tempat tidur.

Suara kulit yang saling bertubrukan.

Dan...

"Ah... Taeh... Taehyunghh... Ahhh..."

"Terus hyung. Gerakkan pinggulmu lebih cepat!!" Titah seseorang yang menampar bokong sang kakak yang sedang menaik turunkan badannya di pangkuan lelaki itu.

"Taehhh... Ahhh... Akhh... AAKKHHH..." Pria yang bernama Taehyung itu mendorong submisivenya memposisikannya menungging. Tanpa aba-aba Taehyung melesakkan miliknya kembali ke dalam tubuh yang berada di bawahnya. Tubuh seorang kakak dari Park Jimin, Park Yoongi.

"Aarrrggghhhh... Taehhh... Harder... Aaahhh... akh... More..hhh..." Yoongi berteriak penuh kenikmatan mengabaikan seseorang di balik pintu yang tengah mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Shhh.. kenapa kau masih saja sempithh... Hyunghh... Bahkan tadi pagi aku sudah membobolmu berkali-kali.. haahh.. Aku tak ingin berhenti menumbukmu sayang... Ahhh..." dirty talk Taehyung membuat Jimin emosi. Bagaimana ia tak emosi. Hyungnya. Miliknya. Disetubuhi oleh orang lain. Dan bukan hanya sekali. Tangan Jimin sudah berada di kenop pintu bersiap untuk mendorong pintu tapi niatnya urung karena suara sang kakak.

"Taehyung-aahhh... Lakukanhh... Akuhh... Mencintaimuhh... Akhh...ah... Taehhh... Terushh..."

"Nado baby..."

Seketika Jimin membeku. Hyungnya mencintai pria brengsek itu. Air matanya menuruni pipinya begitu saja matanya menatap dua sosok yang masih bercinta di atas kasur. Perlahan ia menutup pintu itu dan memundurkan langkah kakinya. Berjalan ke dalam kamar miliknya yang kedap suara.

Memasuki kamar mandi yang memang tersedia di dalam kamarnya. Menatap dirinya yang menangis di depan kaca. Ia menghantam kaca itu hingga retak. Lalu sebuah senyuman tercipta di bibir manisnya. Senyuman penuh arti. Penuh rasa sakit dan kewarasan yang perlahan menguap.

Seoul 25 Desember 2009..

PRAAANNNKKKK...

Suara menggema di dalam mansion megah itu. Hari ini memang seharusnya ramai bukan?? Ini adalah natal yang seharusnya menjadi hari yang membahagiakan di setiap rumah yang sedang merayakannya. Kado-kado terindah yang tersusun indah di bawah pohon natal. Tapi hal itu tidak berlaku untuk keluarga Park hari ini.

"APPAAAAA... HENTIKAAANNNN... " Sara lengkingan seorang remaja berdengung di dalam mansion itu. Dia tak sanggup melihat saudara dan ibunya yang ditampar oleh sang ayah. Dia mencoba menarik sang ayah tapi dihempaskan begitu saja dan kini ia ditahan oleh bodyguard milik ayahnya yang notabene adalah salah seorang pengusaha besar di Korea.

"Diam Park Jimin. Wanita jalang perlu diberi pelajaran. Dan anak pertamanya yang berani-beraninya membelanya yang berselingkuh dengan namja itu. Pergi kalian dari sini." Teriak sang ayah murka.

"Kami tak perlu kau suruh pun akan pergi dari sini. Kau bisa ambil anakmu itu." Sang ibu yang jatuh tersungkur berdecih dan berdiri menarik sang anak sulung yang membelanya tadi, "Ayo Yoongi. Kita pergi."

"Tap..tapi... Eomma... Jimin..." Sang kakak memandang iba asiknya yang baru saja pulang membeli kue natal untuknya dan berakhir dengan hal mengerikan.

"TIDAAAKKKK... HYUNG... YOONGI HYUNG... JANGAN PERGI..." Teriakan sang adik semakin menjadi saat sang kakak ditarik paksa oleh ibunya. Yoongi pun mencoba melepaskan cengkraman sang ibu tapi tak bisa.

"Diam... Cepat ikut eomma... Kita akan lebih bahagia dengan keluarga Min daripada di sini." Yoongi hanya menunduk mengikuti tarikan sang eomma, sungguh ia tak bisa melawan sang ibu yang telah melahirkannya.

"Kami pergi. Tuan Park yang terhormat " ucap sang ibu final. Yoongi hanya menatap nanar adiknya dan juga sang ayah yang bahkan tak menengokan kepalanya sedikitpun. Ibunya sudah berselingkuh sejak lama dengan seorang pengusaha lain yang lebih kaya daripada ayah Jimin. Yoongi dan Jimin memang se-ibu tapi tidak se-ayah.

Di depan pintu sudah ada pria berjas hitam menjemput ibu dan anak yang melangkahkan kakinya keluar. Meninggalkan hati yang terhianati dari seorang Tuan Park dan tangisan pilu dari adik tercinta Park Yoongi, Park Jimin.

Seoul Agustus 2015

Seorang anak berdiri menatap kosong pada batu nisan di hadapannya. Tak ada air mata yang terlihat menetes. Hanya sebuah seringaian yang mengerikan.

"Aku akan menghancurkannya Appa. Tenang saja. Sebentar lagi. Hanya sedikit lagi. Keluarga Min akan hancur dan Hyungie akan kembali padaku. Menjadi milikku selamanya setelah aku menyingkirkan kekasih bodohnya itu. Appa pasti bangga padaku." Lalu pria itu berlalu dengan tawa yang menggema keseluruh penjuru. (Bayangin ketawanya Joker kalau lagi gila.)

Seoul, Now...

Mata berat seorang yang tengah berbalut selimut mulai berkedip. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dala kelopak matanya. Ia menggeliat mencoba bergerak tapi tubuhnya tertahan oleh sebuah lengan kokoh yang melingkari pinggangnya. Ia melihat siapa orang yang memeluknya. Sebuah senyuman tersemat di wajah orang itu. "Pagi hyungie ku sayang." Sapa orang itu.

"J-Jimin." Mata Yoongi membulat. Ia ketakutan dan menundukkan kepalanya.

"Hyung." Jimin menarik dagu hyungnya agar bertatapan dengannya dan menangkup wajah itu dengan kedua tangannya, "Maafkan aku. A-aku hanya... Aku hanya marah kau meninggalkanku lagi. Sudah cukup dulu ibu membawamu dariku. Aku... Aku mencintaimu hyung. Sungguh mencintaimu. Hiks. Maafkan aku. Hyungie... Hiks.." Jimin meneteskan air matanya. Isak tangis kerinduannya tak bisa ia bendung lagi. Ia memeluk hyungnya dan menenggelamkan kepalanya di bahu yang lebih tua.

Yang lebih tua mengankat tangannya memeluk sang adik yang juga ia rindukan. "Nado..."

Jimin kaget dan menjauhkan badan mereka. Melihat Yoongi yg tersenyum tipis membuat dada Jimin menghangat.

"Katakan lagi hyung." Mata Jimin mulai berkaca-kaca.

"Aku mencintaimu Park Jimin. Sangat mencintaimu. Bukan sebagai adikku. Tapi sebagai kekasihku. Aku mencintaimu walau aku tau ini salah. Aku sangat menhhmpptt..." Ucapan cepat Yoongi terpotong saat Jimin tiba-tiba menciumnya. Hanya sebuah ciuman lembut yang menempel.

Jimin menjauhkan wajahnya dan menangkup pipi Yoongi. "Nado hyungie. Nado saranghae. Nae taeyang. Jadilah matahariku selamanya. Kau cahaya satu-satunya dalam hidupku." Yoongi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lalu mereka berpelukan. Terlalu terhanyut dalam pelukan manis dan tak menyadari sebuah seringaian muncul diantara mereka.

Seminggu kemudian mereka melaksanakan pernikahan. Jimin melamar Yoongi sehari sebelum pernikahan dan Yoongi mengiyakan karena dilamar dengan cincin dan baju tidur Kumamon yang sangat lucu-menurut Yoongi. (*plakk authornya sengkpek)

Malam pengantin mereka tentu saja dilakukan di kamar 'spesial' milik seorang Jimin. Di dalam sana sudah ada seseorang yang terikat di atas ranjang. Kedua tangannya diikat masing di sisi kepala ranjang. Kakinya pun telah di rantai hingga posisi mengangkang.

"Sialan. Lepaskan aku." Namja yang terikat berteriak tak terima ke orang yang mengikatnya. Yang mengikat hanya tersenyum miring.

"Kau harus menikmati ini sayang." Katanya sembari mendudukkan badannya di atas sang kekasih. Ah tidak.. di atas sang suami. "Kau senang mengikatku bukan?? Seharusnya kau senang aku membalas perlakuan cintamu Chim. Ahh.. hmm..." Namja yang di atas mendesah saat belah bokongnya menggesek sesuatu yang sudah keras di bawahnya. Ya. Namja yang terikat itu Jimin. Dan yang mengikatnya tak lain adalah sang istri. Min Yoongi. Ups. Park Yoongi.

"Sialan. Kau akan menyesali ini Nyonya Park." Seringaian muncul di wajah tampan seorang Park Jimin.

"Coba saja Tuan Park." Seringaian itu dibalas oleh Yoongi. Kini Yoongi menurunkan badannya. Menempatkan bibirnya diantara kaki suaminya. Membuka celana suaminya perlahan dan menarik milik sang suami keluar dari sarangnya, "Sudah tak sabar heh?" Senyum meremehkan tersemat diwajah yang lebih tua sembari memberi jilatan bak kucing ke milik Jimin yang sudah mulai basah dan tegang.

"Sialan... Sejak kapan kau jadi seagresif ini... Arrrggghhh... Shittt..." Jimin tak kuasa menahan erangannya saat istri manisnya memasukkan miliknya ke dalam mulutnya dan memanjakannya. Pertanyaan Jimin hanya dibalas dengan.

Hisap... Jilat... Kulum... Gigit... Hisap... Dan mata yang mengunci ke arah sang suami.

Jimin frustasi karena sungguh ia ingin sekali menarik surai sang istri dan menaik-turunkan kepala itu. "Aaakkkhhh... Begitu sayang..." Racaunya saat Yoongi menaik-turunkan kepalanya dengan cepat. Pinggul Jimin mulai bergerak tanda ia akan sampai sebentar lagi.

Klik...

"Aaaaarrrrggggghhhhh... Sialan... Park Yoongi... Lepaskan..." Jimin mengerang tak suka. Matanya memancarkan amarah. Yoongi. Istrinya. Hyungnya yang ia sayang dan begitu polos untuknya. Memasang cockring saat ia hampir sampai pada puncak kenikmatannya.

"Apa aku melakukan kesalahan... Master??"

Jimin semakin mengerang mendengar suara sensual istrinya. Yoongi mengambil sesuatu dari dalam lemari 'mainan' Jimin. Ia mengangkat sebuah dildo bervibrator. Mendekati ranjang dan duduk berhadapan dengan Jimin yg terikat. Yoongi mengangkang menunjukkan lubang berkerutnya ke arah Jimin.

"Kau tahu Chim--" Yoongi mengarahkan dildo yang ia pegang ke depan lubangnya, "-akuhh.. engghh... Selalu melakukan iniihh... Ahh... Saat memikirkanmu... Aaaakkkhhh..." Yoongi berucap sembari memasukkan dildo itu ke dalam rektumnya.

"Aaakkkhhh... Jimiinnnnhhhh... Jiminnn... Jimhhhh..." Racau Yoongi saat ia menyalakan vibrator itu dengan kecepatan maksimal dan mengeluar masukkannya ke dalam rektumnya. Jimin menelan ludahnya susah payah melihat pemandangan di hadapannya. Pemandangan yang tak pernah ia duga saat bercinta dengan seorang Yoongi-hyungnya. Biasanya Yoongi hanya akan menangis dan terisak di sela-sela desahannya beberapa bulan yang lalu. Tapi saat menikah dan bahkan baru tadi mereka menikah, istrinya berubah 180 derajat. Menjadi istri yang berani dan begitu menggairahkan. Membuat seorang Park Jimin gila semakin menginginkan istrinya lebih dari sebelumnya.

"Kau terlihat seperti jalang. Kau tau itu?! Apa lelakimu dulu juga selalu melakukan hal ini?" Kata-kata Jimin bak pisau menyayat tapi bukannya menurunkan gairah seorang Yoongi tetapi namja pucat itu semakin mempercepat gerakan pinggulnya dan tangannya. Sebelah tangannya sibuk mengeluarkan dildo dan sebelah lagi memompa kejantanannya. Dan "AAAAKKKHHH JIMIIINNNHHH..." Ia datang dan terkulai lemas. Ia menarik dildo dari dalam tubuhnya dan membuangnya asal. Memandang sayu ke orang yang sangat ia cintai.

Yoongi merangkak dan mendudukkan dirinya di atas paha Jimin. Ia mengoleskan cairannya ke milik Jimin dan sedikit mengurut benda tegang yang berkedut milik Jimin. Jimin hanya memandang datar ke arah Yoongi.

"Apa kau marah??" Tanya Yoongi sembari menggesekkan belah pantatnya ke kejantanan Jimin. "Aku selalu melakukannya bahkan sebelum aku mengenal Taehyung. Anghh..." Yoongi mendesah menggoda Jimin sembari memilin nipplenya sendiri.

"Apa maksudmu?" Sang suami masih mempertahankan wajah datarnya.

"Aku melakukannya bahkan sebelum melihatmu berfantasi memasukiku tiap malam Chim. Akh..." Yoongi menarik nipple miliknya sendiri dengan kuat. Jimin memasak wajah syok blank terbaik miliknya. "Taehyung hanya mainanku. Aku sengaja membuatmu melihatku bercinta dengan Taehyung. Aku ingin menyulut keinginanmu menggagahiku. Tapi kau tak juga melakukannya dan aku malah bertunangan dengan Taehyung." Yoongi memasang wajah yang dibuat sesedih mungkin, "Dan kau menyingkirkannya setahun yang lalu." Yoongi menyeringai mengerikan. Jimin mengerutkan keningnya mencoba memproses apa yang dikatakan istri manisnya yang kini berubah binal.

"Aku selalu menginginkanmu menyiksaku dalam kenikmatan. Akhhh... Dan kau... Akhirnya melakukannya... Haah..." Yoongi memasukkan milik Jimin sekali sentak dan menaik turunkan badannya. Menarik pinggulnya hingga milik Jimin tersisa ujungnya lalu menghentakkan badannya turun berulang kali. Jimin mengerang nikmat tiap kali dinding rektum ketat itu menjepit dan serasa memijit miliknya.

"Kau tak tahu betapa sulitnya aku harus berpura-pura kesakitan dan menangis saat kau mencumbu dan memasukiku. haaahhh... Jimh..." Kini Jimin mengerti apa yang dibicarakan sang istri sejak tadi. Yoongi hyungnya sama-sama sakit jiwa seperti dirinya. Bedanya hyungnya adalah seorang masochistic yang terobsesi dengan adiknya. Dan Jimin kebalikannya. Wajah Jimin menyeringai senang. Dia menikmati istrinya yang kini begitu sensual. Menaik turunkan tubuhnya memijit miliknya sendiri dan terus mendesah. Bahkan tangan pucat itu tak henti-hentinya memijat nipplenya.

"Masterrhhh... Akkkhhhhhhaaakkkkghhhhhhh..." Yoongi berteriak nyaring saat mendapat orgasme untuk kedua kalinnya dan terengah di bahu sang suami. Meninggalkan Jimin dengan cock ring yang masih terpasang.

"Sudah puas jalang?!" Nada Jimin begitu dingin. Mengirimkan jutaan sengatan listrik ke badan Yoongi. Yoongi mendongakkan kepalanya mendekatkan bibirnya ke telinga Jimin, mengulumnya sensual dan berbisik, "Fuck me hard... Master..."

Brraaaakkkkkk...

Tubuh Yoongi terbanting di atas ranjang.. Kini Jimin sudah berada di atasnya. Borgol masih tersemat di kedua pergelangan tangannya. Entah bagaimana kepala ranjang bisa jebol. Kekuatan napsu Jimin kah?? (/Slap)

Jimin memarik kasar chocker yg dipakai Yoongi hingga lepas.. hell... Bandul chocker itu kunci borgolnya. Jimin melepas kedua borgol yang membelenggu tangannya lalu melemparnya sembarangan. Tangannya yang memerah bahkan berdarah tak mengehentikan aksinya. Tangan itu merambat mengarah ke leher mulus istrinya yang tak ia sentuh selama seminggu demi pernikahannya.

Badan Jimin membungkuk mengarahkan bibirnya ke arah telinga milik Yoongi dan berbisik dengan suara teramat dingin dan dalam, "Kau tau sayang? Aku berniat bermain halus denganmu." Sebuah jilatan halus ditelinga Yoongi. "Tapi kurasa kau ingin aku berbuat kasar padamu." Lingkaran tangan Jimin semakin mengerat mencekik Yoongi. "Bukankah begitu... Kitten??" Jimin menjauhkan dirinya. Memandang Yoongi yang tercekik tapi raut wajahnya begitu sensual dan terlihat begitu bernafsu.

Seringaian Jimin semakin melebar saat ia melihat Yoongi yang mulai meneteskan cairannya. "Kau ingin cepat heum??" Yoongi hanya mengangguk dalam cekikan Jimin. Jimin melepaskan cengkramannya dan beralih menarik surai Yoongi. Mengarahkan miliknya ke mulut Yoongi yang dipaksa untuk membuka. Jimin melepas cockringnya dan melesakkan miliknya masuk. Menghentakkan beberapa kali hingga mencapai puncakknya. Yoongi meneteskan air matanya tapi ia sungguh bahagia. Ini yang selalu ia inginkan. Melakukan semua ini dengan Jimin. Adiknya. Ah bukan. Kini. Suaminya. Ia menelan semuanya tanpa ragu.

"Kau suka saat aku bermain kasar dan menumbukmu tanpa ampun bukan?? Tenang saja. Kau akan mendapatkannya malam ini. Bahkan jika kau mau aku bisa mencambukmu atau mengikatmu. Mana pun yang kau inginkan Kitten. Eotte??"

Yoongi menyeringai senang. "Lakukan. Master. Apapun."

Malam itu ruangan itu dipenuhi desahan.. erangan.. deru nafas... Suara tamparan kulit dengan kulit.. dan tawa mengerikan dari sepasang suami istri yang menikmati malam pertama yang tak biasa.

(Kalian bayangkan sendiri saja.)

End

Bonus

Seoul 2005... Date unknown..

"Hyungieeeeee..." Seorang anak kecil berlari menuju kakaknya yang terpaut 5 tahun lebih tua.

"Happ..." Sang kakak menangkap dan menggendong adik manisnya yang kini berumur 10 tahun itu. "Chimchim kenapa lari-lari heum?" Sang kakak mencium pipi gembil adik kesayangannya dengan gemas.

"Coba hyungie tebak... Chimchim dapat ranking berapa?" Tanya sang adik penuh semangat.

"Hmm... Berapa ya?? 10??" Sang kakak mencubit pipi adiknya dengan gemas. Yang dicubit menggembungkan pipinya membuat yang lebih tua makin gemas.

"Yoongi hyung jahat. Chimchim dapat ranking satu tahuuuuu... Huh... Sebal... Baka.. baka!!"

Yoongi terkekeh mendengar adik manjanya merajuk. Dia heran kenapa adiknya selalu begitu manja padanya padahal ia sudah 10 tahun. Saat ini Yoongi sudah kelas 3 SMP dan sebentar lagi ia akan masuk SMA. Dua kakak adik ini memang pintar. Yoongi bahkan berada di kelas akselerasi sekarang.

"Hahahaha... Maaf maaf... Hyung hanya bercanda sayang. Adik kesayanganku ini ingin minta apa sebagai hadiah??"

Adiknya memasang pose berpikir yang malah terlihat imut. Tangannya kini menunjuk ke arah hidung sang kakak. "Hmm??" Yoongi menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.

"Chimchim mau hyung." Jimin menjawab dengan mata berbinar.

"Chim mau hyung??" Tanya Yoongi ragu sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya... Chim mau hyung jadi punyanya Chimchim dan mau hyung jadi istri Chimchim..." Teriakan riang itu membuat Yoongi terkejut tapi setelahnya tersenyum senang dan menciumi pipi adiknya. Jimin mencoba mengelak dan memegang pipi hyungnya lalu mencuri kecupan dari bibir manis hyung gulanya. "Jawab hyung.." Jimin mempoutkan bibirnya lucu.

Yoongi terkekeh, "Tentu sayang. Hyung hanya milikmu selamanya. Dan kau... Milik hyung selamanya."

banyak typo.. banyak berantakan... maapkan... kejar tayang... hari ini harusnya tadi apdet spesial ultah empi... tapi malah nonton kbs :"ini dlu ya... oiya ... akhir tahun ini aku tutup buku... i mean ngelarin story... yg Dangerous absent sama gatau yg mana.. hahaha...ada 2 epep lagi yg di wattpad.. mau aku pindahin ke sini juga...btw... Happy Birthday Empi... tadi Rapmin pun ngucapin di panggung.. dan Yoongi bilang di twitter dia yg ngucapin pertama di twitter... iyalah bang.. situ lagi goleran di depan tipi... temen2 abang lagi joget2 nyari saweran /eh..akhir kata-kata...review juseyo.. boleh hinaan... usulan... pendapat... kiritik saran apapun untukku *thanks buat reader-nim terutama yang review2 folow2 paporit2.. kalian terbaik... yang membuatku selalu semangat buat apdet (walau ngaretos :")kucinta kalian semua.. muah muah muah...selamat menistakan malam ulang tahun Empi * * *