Boy Meets Evil - Bag 1
BTS Fanfiction
by Mickyours as Baby Micky
KookMin
Disclaimer : BTS - Themselves
Originals story is mine
Genres & Warnings: Alternate Universe - Bad Language, Typo, Smoking, Alcohol, Mild Sexual Content, Implied Homophobia, Bisexual Character, Bashing Chara, Transgender,Mild Nudity & Exhibitionism, Character Development, Drama, Romance, Angst, Comedy, Friendship.
.
Saat gelap menyapa angin membelai udara, nafas kian memburu ketakutan yang tertanam dalam hati, suara yang tercekat tidak dapat menolongmu di balik kegelapan. Dentingan dan aroma besi berkarat menelusup di sela-sela udara memberikan pertanda bahwa nyawa telah di ujung tombak.
Taipan besar telah murka dan perang tidak dapat dihentikan lagi. Dunia bawah tanah akan segera berduka, dan lautan darah akan menjadi sejarah baru.
Berjejer orang-orang bertahta, dari yang terendah hingga yang paling berkuasa. Di selimuti dengan ketakutan, keberanian, dendam dan ambisi. Mereka meregang nyawa untuk mempertahankan martabat, separuh mati sia-sia karena tidak bersalah.
"Selama Wu Yifan tidak menyentuh tahta milikku, aku tidak akan menginjakkan kakiku kedalam lubang itu." Taehyung menghela nafas kasar menatap Jungkook, Taipan muda paling berpengaruh di depannya. Jengah rasanya dia ingin memaksa akan tetapi sadarlah dirinya bahwa Jungkook tetaplah pada pendiriannya.
"Katakan itu pada kakakmu Jeon, aku bahkan tidak sudi hanya untuk merengek padamu tentang hal ini. " kata Taehyung, dia lelah bahkan dia telah menanggalkan kebesarannya di depan Jungkook hanya untuk sekedar meminta pemuda itu kembali ke dalam lubang. Meskipun Taehyung tahu mengapa pemuda yang lebih muda darinya itu enggan untuk kembali ke lubang, bahkan sekedar untuk melihat pun dia tidak sudi.
Jungkook menyesap wine miliknya penuh nikmat, memandang datar pada sahabat lamanya; Taehyung. Dia tidak mengerti mengapa lelaki itu mau datang jauh-jauh dari Las Vegas kembali ke Korea hanya untuk menemuinya, membahas hal yang jelas-jelas akan dia tolak mentah-mentah.
"Kamu datang kemari hanya untuk ini? Pergilah kamu menyia-nyiakan waktu Kim."
Taehyung memutar bola matanya lagi, dan Jungkook pun merasa jengah.
"Jeon, kakakmu tidak akan diam saja. Dia akan membuat rencana agar bisa menyeret mu kembali ke lubang itu."
"Aku tahu." Jungkook menyahut tenang, tidaklah dia peduli pada Taehyung yang tengah menatapnya tajam. Taehyung peduli dia tahu, hanya saja dia tidak ingin bersikap gegabah yang pada akhirnya akan mengacaukan segalanya.
Teringat dengan sang kakak; Jeon Yunho, si penguasa daratan Asia. Taipan paling kejam yang pernah ada itulah gelarnya, pangeran kematian sebutan miliknya. Dan Jeon Jungkook hanyalah adik kecil yang terseret dalam arus kegelapan keluarganya. Di usia muda telah menjadi Taipan yang di segani berkat kepintaran dan kelicikkannya. Dia pernah merambah dunia bawah tanah untuk membuktikan bahwa dia tidaklah berlindung di balik jubah sang kakak. Namun Jungkook memilih untuk menjadi Taipan biasa, tapi itu tidaklah semudah membalik telapak tangan. Nama besarnya akan selalu berakhir pada titik yang sama, keturunan klan paling hitam. Klan Jeon, penguasa Asia.
Orang-orang yang sama akan gentar mendengar namanya, berpikir seribu kali hanya untuk mencoba berjabat tangan. Kenyataan akan selalu menampar dan terasa menyakitkan.
"Jeon."
Jungkook kembali pada dunianya,"Aku harus pergi." dia mendesak membuat Taehyung mau tidak mau mengangguk menyetujui.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu." dan anggukkan Jungkook mengakhiri pertemuan itu.
.
Jimin terlalu sibuk dengan bunganya hingga tidak tahu jika cakrawala telah menguning, Mawar merah itu terlihat memikat dengan segala artinya. Jimin hanya sangat menyukai bunga karena meraka Indah, lupakan segala makna yang terkandung dalam setiap tangkainya, Jimin hanya melihat keindahan itu.
Jimin tersentak, sebuah tangan berada di bahunya, berbalik menemukan wajah tua sang paman tengah gelisah di balik senyum samarnya.
"Ada apa paman?" lembut dan begitu perhatian itulah dia.
"Nak, Jihoon sedang sakit dia ada di Seoul."
Jimin membeku, inilah yang paling dia hindari, sesuatu yang berkaitan dengan pusat kota itu membuatnya sesak. Luka lama yang masih basah kembali terbuka.
Dia hanya bisa mengatupkan mulutnya rapat, mencegah berkata tidak pada lelaki tua di depannya. Meski hatinya menjerit tidak terima tetapi logika tetaplah berperan dominan pada tubuhnya.
"Apa paman ingin pergi?" suaranya bergetar tidak bisa dia tahan, pamannya menyerit sebelum akhirnya mengerti keadaan keponakannya.
"Maaf Jimin, aku sangat menyesal harus mengatakan ini."
Pertanda tidak baik, Jimin tahu itu.
"Jihoon di rumah sakit, aku tidak bisa pergi Jimin, kamu satu-satunya yang bisa menemani Jihoon sampai dia sembuh."
Jimin ingin menolak tapi dia tidak bisa, ini hanya hal kecil dia tidaklah se-pengecut itu kan?
"Tidak perlu khawatir, Rumah sakitnya masih jauh dari pusat kota."
Dia berharap apa yang di katakan pamannya benar.
.
Seorang pemuda berdiri tepat di depan pintu saat dia membukanya. Dengan masker hitam yang membuatnya misterius, Jungkook memerintahkan pemuda itu masuk. Menggiring jauh kedalam ruang kerjanya.
"Bagaimana?" Jungkook bertanya, datar dengan ketenangan yang mengagumkan.
Lelaki itu meletakkan sebuah map dan Jungkook segera mengambilnya, menukarnya dengan sekantong emas dan uang. Lelaki itu undur diri dari hadapannya.
Lembar demi lembar telah Jungkook baca, dia puas dengan hasil kerja anak buahnya. Map itu berisi data seseorang.
Park Jimin, orang yang pernah Jungkook buang. Orang yang meninggalkan Jungkook dengan segala Cinta Kasihnya. Orang yang telah Jungkook hancurkan masa depannya.
Dan lucunya sekarang Jungkook malah begitu menginginkan pemuda itu untuk berada disisinya.
Jungkook tidaklah senaif itu menyadari bahwa Jimin akan kembali hanya dengan Kata maaf, Jimin-nya tidaklah sepolos itu untuk memberikan Jungkook kesempatan kedua. Jimin tidaklah semuda itu membuka pintu hatinya untuk bajingan macam Jungkook. Jimin-nya bukan sosok naif yang bisa di bodohi dengan janji.
Jimin-nya yang rapuh telah membuat Jungkook kehilangan kewarasannya.
Jadi, ketika dia mengetahui bahwa dia begitu menyesal atas kesalahannya dan ketika dia menyadari Jimin begitu berarti untuknya, Jungkook dengan segala kelicikannya telah membuat rencana. Dia akan menarik Jimin kembali, dia akan membuat Jimin bergantung padanya lagi, dia akan membuat Jimin kembali mencintainya. Dia akan mengurung Jimin dalam sangkar emasnya dan tidak akan pernah Jungkook lepaskan lagi
Tidak akan pernah.
Bahkan sekalipun mereka harus hidup dalam kebohongan dan Cinta yang semu.
Jungkook akan tetap mempertahankan Jimin sekalipun dia harus membunuh Jimin-nya.
"Kamu akan kembali padaku sayang."
Jungkook akan menarik Jimin kedunianya yang kelam.
.
Jimin baru saja datang dari ruang dokter yang merawat Jihoon, pemberitahuan mengenai penyakit yang diderita sang sepupu. Tidak terlalu serius hingga Jimin patut mengerutkan kening seperti itu. Gelisah-tidak nyaman, pemuda berusia 26 tahun itu menggerang. Bersandar pada finding putih rumah sakit, mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah. Dia berada di Seoul sekarang, lebih tepatnya di pinggiran pusat kota itu sendiri. Mungkin keberadaan dirinya cukup jauh dari pusat kota tapi faktanya dia tetap merasa gelisah.
Satu yang Jimin harapkan, dia tidak bertemu dengan orang-orang di masa lalunya. Jimin belum siap membuka lembaran usang itu, terlalu sesak dan begitu menyakitkan.
"Oh Jimin." Menoleh, Jihoon melambai kecil kearahnya dan Jimin hanya membalas tersenyum kecil.
"Maafkan aku, tidak seharusnya kamu berada disini. Jimin kamu harus kembali, aku tidak apa-apa, sungguh-" Jimin menghentikan Jihoon sebelum pemuda mungil itu berbicara lebih jauh lagi.
"Kamu mengusirku?" Jimin berusaha mengelak, Jihoon yakin itu. Jihoon melenguh karena dia merasa gugup. Berpikir harus dari mana dia memulai cerita, ini penting untuk Jimin tapi dia tidaklah pandai untuk berbicara agar Jimin mengerti maksudnya.
"Ada yang sakit?" Jimin panik sebab Jihoon terlihat kesakitan.
"Aku baik-baik saja Jim."
"O-oke."
Keheningan mencekik, canggung sebab mereka tidaklah terlalu dekat sejak berpisah 6 tahun yang lalu. Jihoon hanya bingung bagaimana cara agar Jimin dan dirinya bisa berbincang lebar tanpa lelah. Dan Jimin sendiri terlalu takut untuk memulai, selama 6 tahun terakhir perangainya telah berubah.
"Jim, 'orang itu' mencarimu."
Jihoon memandang takut pada Jimin, bisa dia lihat tubuh itu menegang.
Jimin merasa sesak nafas untuk sesaat jadi dia berinisiatif untuk menghirup udara segar di luar. Cara lain untuk menghindari pembicaraan itu. Jimin tidak siap, itulah jawabannya.
"Jimin kamu harus pergi, Seokjin bilang bahwa Taehyung juga telah kembali. Mereka akan terus memburumu Jimin. Bahkan 'Orang itu' mengirim mata-mata untuk mencari informasi dirimu.
Jimin, pergilah sebelum semuanya terlambat."
Tbc?
Apakah ini Bagus? Oh semoga kalian menyukainya :))
RnR please :))
#Slowupdate wkwk