You

.

.

.

.

.

.

Haruno Sakura, Uchiha Sasuke

.

.

.

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

.

JIKA TIDAK SUKA DENGAN CERITA YANG DIBUAT AUTHOR ATAU ADEGAN DI DALAMNYA, SILAHKAN KLIK TOMBOL BACK! DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!

Selamat membaca!

oOo

"Yak, bagus Sakura-san."

Seorang wanita berambut merah muda tersenyum memamerkan gaun berwarna merah yang dia gunakan. Sang Desainer, Deidara tersenyum penuh kepuasan ketika gaunnya di gunakan. Sangat indah dan dia menyukai karyanya.

"Bagus, terima kasih banyak, Sakura-san."

Haruno Sakura, seorang aktris multitalent yang bisa melakukan apa saja. Menyanyi, menulis buku, bermain film, menjadi model, semua sudah dilakukan oleh wanita berusia dua puluh lima tahun itu. Masih sangat muda, tetapi telah mampu menjadi seorang wanita paling kaya di Jepang.

Tetapi, yang membuatnya semakin terkenal adalah keramah tamahan miliknya. Sakura terkenal ramah pada fansnya dan ringan tangan, dia suka sekali membantu sesamanya. Lalu, dia tidak memilih untuk mengambil job apapun yang ditawarkan.

Memainkan peran antagonis maupun protagonis, Sakura mampu memerankannya dengan baik. Banyak fotografer maupun sutradara yang memakai jasanya. Karena produk apapun yang di promosikan oleh Sakura akan laris manis dalam sekejap.

Tetapi meskipun begitu, banyak yang tidak suka dengan Sakura. Tentu saja beberapa orang yang iri. Sesama temannya misalnya. Tidak heran jika dia tidak memiliki teman dari kalangan entertainment.

"Terima kasih, Sakura-san."

Deidara tersenyum dan berjalan mendekati Sakura. Wanita itu tersenyum manis.

"Bagus, Sakura-san. Gaun itu sangat cocok olehmu." Deidara memegang bahu Sakura. "Aku menyukainya."

"Terima kasih banyak, Deidara-san."

"Kamu boleh memiliki gaun itu."

"Eh? Benarkah?" Sakura memandang Deidara dengan pandangan tidak percaya. "Gaun ini sangat mahal karena dijual terbatas, bukan?"

"Tidak masalah. Itu bonus dariku."

Sakura membungkukan badannya dan berjalan menghampiri sahabatnya. Yamanaka Ino adalah sahabatnya sedari sekolah menengah pertama. Gadis berambut pirang itu merangkap menjadi managernya.

"Kerja bagus, Sakura."

Ino memiliki badan yang sedikit lebih kurus darinya. Wajahnya cantik dengan mata biru dan rambut pirang miliknya. Banyak yang menawarinya menjadi aktris atau model, tetapi Ino sama sekali tidak tertarik dengan hal itu.

Sakura tahu, Ino tidak bisa meninggalkannya seorang diri. Jika gadis itu menjadi aktris atau model sepertinya, mereka tidak akan bisa bersama seperti ini.

Karena Ino adalah saksi betapa kelamnya masa lalunya.

"Apa kaa-san akan menjemputku?" Sakura menerima air mineral dari Ino.

"Dia akan datang bersama dengan Sarada. Gadis itu sama cerewetnya dengan dirimu. Dia menelponku hampir setiap menitnya dan itu membuatku sakit kepala."

Tawa Sakura tak terbendungkan. Wanita berambut pink itu semakin cantik kala tertawa atau tersenyum.

"Benarkah? Mungkin aku akan memberikannya pengertian sekali lagi untuk mengerti, bahwa sang Mama sedang bekerja."

Ino tersenyum.

"Mama!"

Suara langkah kaki terdengar disertai dengan suara anak kecil. Seorang gadis kecil berambut hitam memeluk kaki Sakura, membuat beberapa orang gemas melihat tingkah mereka.

"Hei putri kecil Mama." Sakura menggendong Sarada dan mencubit hidung itu. "Kamu tidak nakal, bukan?"

"Sara jadi anak baik hari ini!"

Mebuki yang berjalan di belakang Sarada hanya mampu tersenyum.

"Sakura, ayo kita pulang." Mebuki menatap Ino. "Ino, mau pulang bersama kami?"

Ino mengibaskan tangannya.

"Tidak perlu repot-repot, bibi. Aku akan pulang bersama Sai."

"Hoo.." Sakura tersenyum menggoda. "Jika begitu, kirim salam untuk pelukismu tercinta."

Menggendong Sarada yang menceritakan segala hari-harinya, Sakura berlalu meninggalkan studio pemotretan.

.

.

.

"Kita akan meluncurkan produk baru kita."

Kakashi menampilkan sebuah ponsel keluaran terbaru.

"U'Phone. Setelah kita meluncurkan berbagai produk, kita sekarang akan meluncurkan ponsel pertama kita. Aku yakin, produk kita akan langsung menguasai pasaran karena berbagai fitur telah kita masukan ke dalamnya," ucap Kakashi. "Bagaimana menurut anda, Itachi-sama, Sasuke-sama?"

Uchiha Corp sedang melakukan rapat besar, meski hari sudah semakin larut. Mereka sengaja merapatkan produk perdana mereka pada malam hari. Beberapa petinggi besar perusahaan Uchiha hadir untuk mendengarkan peluncuran produk pertama kita.

"Bagaimana dengan iklannya?" tanya Itachi.

"Untuk itu aku sudah memiliki beberapa rekomendasi untuk model yang akan mengiklankan produk terbaru kita."

Kakashi membagikan kertas berisi daftar nama beberapa model.

"Ada Hyuuga Neji, Inuzuka Kiba, Mei Terumi, Uzumaki Karin, Tenten, maupun Yugao." Kakashi memandang orang-orang penting dihadapannya. "Apa ada usulan lain?"

"Bagaimana dengan Haruno Sakura?"

Suara bariton milik Uchiha Sasuke terdengar. Beberapa mata memandang Sasuke termasuk dengan sang kakak.

"Tarif Haruno Sakura sangat tinggi, Sasuke-sama." Kakashi memandang atasannya.

"Kau pikir, kita perusahaan nomor berapa, Kakashi?" tanya Sasuke. "Aku ingin Haruno Sakura yang menjadi model untuk produk kita. Bagaimanapun caranya, kamu harus membuatnya menjadi model kita."

Sasuke bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang rapat. Menarik napas panjang, Itachi juga bangkit.

"Kita cukupkan rapatnya sampai disini, selamat malam."

.

Melonggarkan dasinya, Sasuke berjalan menyusuri lorong perusahaannya.

"Sasuke!"

Sasuke menghentikan langkahnya dan menatap kakaknya.

"Aniki, ada apa?" Sasuke mendesah lelah.

"Kau gila! Haruno Sakura, kamu tahu bukan, apa yang telah terjadi pada kalian?"

"Aku tahu. Lalu masalahnya dimana?"

"Dia tidak mungkin menerima tawaran ini, Sasuke."

"Dia akan menerima tawaran ini." Sasuke memandang kakaknya dan Itachi merasa bulu kuduknya berdiri. "Dia akan menerimanya."

oOo

"Mama, bangun!"

Sakura membuka matanya ketika Sarada masuk ke dalam kamarnya. Hari ini dia libur dan memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di rumahnya. Lagi pula, sesekali dia perlu waktu untuk putri kecilnya.

Haruno Sarada lahir empat tahun yang lalu. Ayahnya? Sakura bahkan tidak ingin mengingat siapa pria brengsek yang telah menanamkan benih di rahimnya. Semuanya terlalu kelam.

"Sarada, mama mengantuk." Sakura membalikan badannya.

"Mama bilang mau menonton film denganku." Sarada merajuk manja. Membuat wajahnya berkali-kali lipat lebih menggemaskan.

"Iya sayang, mama bangun." Sakura mengusap rambut putrinya.

"Kalau begitu, Sara mau menyiapkan sarapan bersama nenek!"

Sakura tidak bisa menahan senyumnya dan menyingkirkan selimutnya. Mengikat rambutnya, Sakura memandang ponselnya yang bergetar.

"Moshi-moshi, Ino?"

"Sakura, aku ada berita penting untukmu."

.

.

.

"Uchiha corp?"

Sakura membaca proposal produk yang diberikan Ino. Sahabatnya itu datang dalam waktu dua puluh menit setelah menelponnya.

Ino memandang sahabatnya dengan was-was. Tadinya, dia mengira jika sahabatnya akan hidup tenang setelah penderitaan yang dia alami. Sakura bangkit dari masa lalunya yang kelam. Sahabatnya tidak akan menjadi seperti ini tanpa seseorang yang telah merusaknya.

"Dia menginginkanmu menjadi model bagi produk mereka. Mereka akan memberimu berapapun nominal yang kamu inginkan." Ino menarik napas panjang.

"Batalkan." Sakura melempar proposal yang dia pegang keatas meja. "Katakan aku tidak mau dan menolaknya."

Menarik napas panjang, Ino sudah tahu jawaban sahabatnya.

"Aku dengar, Uchiha Sasuke sendiri yang memerintahkan untuk menjadikanmu brand bagi produk baru mereka."

Sakura bangkit dari duduknya.

"Mau Uchiha itu bersujud di kakiku sekalipun, aku tidak mau menerimanya."

Ino memandang sahabatnya yang masuk ke dalam kamarnya. Dia harus segera menelpon ke Uchiha Corp.

.

.

.

.

"Permisi, Sasuke-sama." Kakashi melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan atasannya. "Yamanaka Ino selaku manager Haruno Sakura sudah memberikan jawaban. Haruno Sakura menolaknya."

Sasuke yang sedang memeriksa pekerjaan anak buahnya bahkan tidak menolehkan kepalanya.

"Siapkan undangan pesta untuk Haruno Sakura."

Kakashi mengangkat satu alisnya. Dia merasa ada yang ganjil, tetapi dia hanya memendamnya.

"Baik. Akan segera saya siapkan."

.

.

Sakura mengelus rambut Sarada dengan lembut. Gadis kecilnya itu sedang asyik menonton kartun kesukaannya, sedangkan dirinya bahkan tidak tahu sedang menontonnya atau tidak. Karena pikirannya berkecamuk.

Mau apa Uchiha itu datang kembali? Dia sengaja masuk ke dunia entertainment untuk menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan pria yang meninggalkan benih di dalam rahimnya. Pria yang membuat hidupnya menjadi berantakan.

Memeluk putri kecilnya. Sakura tidak akan pernah menyerahkan putrinya pada siapapun.

.

.

.

Sasuke mengusap rambutnya yang basah sebelum mendudukan dirinya di ranjangnya. Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari dan dirinya baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan pulang ke rumahnya. Tubuhnya terasa lengket, jadi dia memutuskan untuk mandi.

Tangannya mengambil sebuah buku yang dia letakan di meja nakas miliknya. Membukanya, onyx miliknya membaca potongan majalah yang dia tempel disana.

Haruno Sakura memiliki seorang putri yang cantik.

Haruno Sarada, gadis kecil yang modis dan cantik. Di usianya yang keempat tahun.

Haruno Sakura, tidak ingin anaknya berkarya di dunia entertainment.

Sebenarnya, apa alasan Sakura menyembunyikan Sarada?

Menarik napas panjang, Sasuke meletakan kembali buku yang dipegangnya. Sakura melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Dia tahu, Sakura sengaja menyembunyikan Sarada dari publik dan tentu saja menyembunyikan gadis kecil itu darinya.

Setelah malam itu, tidak ada seorang pun yang mengetahui kejadian itu. Tetapi, kakaknya mengetahui kejadian yang membuat Haruno Sakura menghilang dari hidupnya. Membuatnya merasa bersalah dan ingin menebus segalanya.

Meski harus ke Neraka, jika itu bisa mengembalikan Sakura. Maka dirinya akan melakukannya.

Tetapi, tidak ada yang bisa dia lakukan. Sakura sudah semakin jauh. Dan satu-satunya kesempatan adalah dengan menjadikannya Brand Ambassador bagi produk miliknya.

oOo

"Kamu yakin tidak mau datang?"

Sakura memandang undangan yang diberikan Ino. Dia meneguk ocha hangatnya sebelum menarik napas panjang.

"Aku ingin di rumah bersama Sarada. Lagi pula, besok aku harus mulai bekerja kembali, Ino."

"Tapi, disana kamu akan bertemu dengan banyak desainer, artis kenamaan dan masih banyak lagi. Kamu yakin akan melewatkan kesempatan ini?" tanya Ino.

"Aku tidak ingin bertemu dengannya, Ino. Aku yakin, dia sudah menungguku disana."

"Baiklah."

"Wakilkan aku." Sakura tersenyum. "Kamu bisa datang bersama Sai, apa salahnya? Aku akan telepon Deidara untuk mempersiapkan semuanya untukmu. Pastikan dirimu tampak cantik di hadapan Sai."

Ino tersenyum dan memeluk sahabatnya.

"Terima kasih, Sakura."

.

.

Sakura menekuk lututnya. Dia mengenakan baju rumahannya dan membiarkan televisinya menayangkan acara komedi yang menurutnya sama sekali tidak lucu. Dia memikirkan banyak hal.

Salah satunya adalah lelaki dari masa lalunya.

Dia benar-benar tidak sanggup jika harus bertemu dengannya lagi. Dia sengaja menghindari agar tidak berhubungan apapun dengan pria itu.

Suara bel rumahnya di bunyikan, Sakura mengangkat satu alisnya. Sarada sedang pergi ke supermarket bersama ibunya. Gadis kecilnya itu merengek ingin dibelikan es krim sedangkan dirinya sedang malas keluar rumah. Jadilah ibunya yang menemani gadis kecilnya itu.

Mengikat rambutnya asal-asalan, Sakura membukakan pintu rumahnya. Matanya memandang sekumpulan orang yang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Whoah, aku tidak menyangka jika dia benar-benar Haruno Sakura."

"Lihat, lihat, tanpa make up saja dia sudah sangat cantik."

"Benarkah kita harus mendandaninya? Aku gemetaran."

Seorang pria dengan masker maju ke depan. Sakura memandang pria itu dengan pandangan curiga.

"Anda.. siapa?"

"Nama saya Kakashi Hatake dan disini saya bersama dengan staff saya bertugas untuk mendandani anda."

"Hah?"

.

.

.

.

Sasuke meneguk sampanyenya dan meletakannya diatas meja. Uchiha memang selalu mengadakan sebuah pesta yang dihadiri oleh kolega-kolega miliknya. Tidak hanya dari sesama pebisnis, tapi ada juga dari kalangan artis ternama.

Matanya memandang sekelilingnya. Kakashi mengatakan dia berhasil menemui Haruno Sakura, tetapi belum ada kelanjutan dengan tugas yang diberikannya. Dia sengaja mengutus Kakashi, orang kepercayaannya. Karena dia tahu, Sakura tidak akan datang memenuhi undangannya.

"Dia tidak akan datang." Itachi memandang Sasuke. "Dia tidak akan mungkin datang."

Itachi terheran-heran ketika melihat senyuman adiknya.

"Dia akan datang, sebentar lagi."

.

.

Sakura duduk dengan wajah masam di dalam mobil mewah yang dikemudikan oleh Hatake Kakashi. Dia baru tahu, jika pria dengan masker dan berambut perak itu adalah tangan kanan Uchiha Sasuke.

Setelah memperkenalkan diri, tanpa meminta persetujuan darinya. Kakashi langsung saja memerintahkan orang-orang yang dibawanya untuk mendandaninya. Dan disinilah dirinya sekarang, berada di dalam mobil yang membawanya menuju Eagle hotel.

Mengenakan gaun hitam dengan make up tipis. Sakura mengakui jika orang-orang yang dibawa Kakashi sangat profesional. Karena nyatanya, dia bahkan tidak mengenali dirinya sendiri.

Mobil yang dikemudikan Kakashi sampai di Eagle hotel. Sakura segera turun dari mobil dan diantarkan oleh Kakashi hingga ballroom hotel itu.

Semua mata memandangnya ketika dirinya sampai disana.

"Bukankah itu Haruno Sakura?"

"Cantik sekali."

"Dengan make up natural saja dia sudah cantik sekali."

Sakura merasa risih ketika menjadi pusat perhatian. Meski dirinya sudah biasa menjadi pusat perhatian, tetapi dirinya merasa aneh.

"Selamat datang, Hime-sama."

Seorang pria dengan jas mengulurkan tangannya. Sakura menatap pria itu dengan pandangan tidak suka.

"Jangan sentuh aku, Uchiha!"

"Jangan membuat keributan disini, Sakura. Apa kamu mau, paparazi membuat gosip yang jelek sedangkan Ino sudah bersusah payah membuat imagemu menjadi baik."

Sakura menggeram rendah. Dia bisa melihat Ino memandangnya dengan tatapan bingung.

"Meski aku datang kemari, itu bukan berarti aku menerima tawaranmu."

Sasuke menggenggam tangan Sakura dan membawanya ke berkeliling hotelnya. Kali ini, pesta diadakan di hotel yang baru di bangun olehnya. Sakura memasang senyum semanis mungkin ketika Sasuke membawanya mengelilingi hotel megah itu, meski kenyataannya dia merasa mual sekarang.

"Aku ingin sampanye." Sakura tersenyum. "Permisi sebentar."

Sakura menuju ke salah satu meja dan mengambil segelas sampanye. Dia menghabiskannya dalam sekali teguk sebelum mengatur napasnya.

Uchiha sialan! Seumur hidupnya, dia membenci Sasuke Uchiha lebih dari siapapun.

"Sakura-chan."

Sebuah suara yang serak menyapanya. Sakura menolehkan kepalanya dan tersenyum sopan ketika melihat menteri luar negeri ada di sampingnya.

"Oh, Danzo-sama." Sakura sedikit membungkukan badannya.

"Uchiha itu mengundangmu, ya. Aku tidak menyangkanya."

Sakura tersenyum manis.

"Yah, aku sebenarnya juga tidak ingin datang ke pesta ini. Tapi, seseorang datang dan menjemputku, jadi yah.."

"Oh iya, bisakah kamu datang ke Gold hotel besok malam?" tanya Danzo.

"Gold Hotel? Untuk apa?"

"Aku ingin kau memuaskanku." Danzo sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga Sakura. "Jika kamu tidak datang besok pukul sembilan malam, aku tidak akan segan-segan memblacklistmu, Sakura-chan."

Sakura merasa geram ketika Danzo melewatinya begitu saja. Orang tua sialan itu mencoba memerasnya dengan karirnya. Otaknya berfikir cepat. Dia harus segera mencari Ino dan membicarakannya dengan sahabatnya itu. Biasanya, Ino selalu memiliki ide yang tidak dia miliki.

Dan Sakura tidak tahu. Jika sedari tadi, mata Uchiha Sasuke terus menatapnya.

.

.

Tidak ada yang banyak bicara diantara mereka. Sasuke fokus pada jalanan di hadapannya, sedangkan Sakura hanya diam seribu bahasa. Selama pesta berlangsung, Sakura hanya bersama Ino membicarakan tentang Danzo, sedangkan Sasuke lebih fokus pada koleganya.

"Aku melihat perdana menteri Danzo tadi," ucap Sasuke. "Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada." Sakura menjawab sekenanya. Baginya, Sasuke tidak penting dan tidak harus tahu tentang permasalahannya.

"Aku wajib mengetahuinya, Sakura. Karena kamu adalah milikku."

"Milikmu?" Sakura memandang Sasuke sebelum tertawa sinis. "Sejak kapan? Sejak aku tidur denganmu, begitu?"

Sasuke menggeram. Ego dalam dirinya menolaknya untuk mengakui kesalahannya. Sebagai seorang Uchiha, harga dirinya sangat tinggi dan dia tidak suka merendahkan dirinya.

Awalnya, dia sama sekali tidak ingin mengakui kesalahannya. Setelah Sakura mengetahui kenyataannya, dia mencoba untuk melupakan wanita berambut merah muda itu. Tetapi semakin dirinya melupakan Sakura, semakin dia terjebak dalam jerat cinta yang telah dia tanamkan.

Dia tidak mau kehilangan Sakura lagi, jadi dia memutuskan untuk mencari wanita itu dan membuang jauh-jauh egonya.

"Aku minta maaf."

"Maaf?" Sakura memandang Sasuke. Dia bisa melihat wajah datar milik pria itu. "Setelah semua yang telah kamu lakukan, lalu kamu minta maaf? Bahkan maafpun tidak dapat menebusnya."

"Aku akan menebusnya untuk semuanya." Sasuke memandang Sakura. "Dan untuk putri kita."

"Dia putriku dan bukan putrimu, Sasuke-kun." Sakura bisa melihat rumahnya. "Biar aku beritahu satu hal, Sasuke-kun."

Sasuke menghentikan mobilnya tepat di depan kediaman Haruno.

"Ayah dari Sarada, bukanlah seseorang yang dengan mudah mempermainkan wanita."

oOo

"Lipgloss ini tidak membuat bibir kering dan warnanya tahan lama."

Ino memandang sahabatnya yang sedang tersenyum membawa sebuah Lipgloss. Hari ini mereka ada syuting iklan yang akan segera ditayangkan.

Dia memandang kertas yang dibawanya.

Sakura benar-benar bekerja keras. Sahabatnya itu tidak segan-segan mengambil dua sampai tiga job dalam satu hari. Bahkan, Sakura rela pulang pagi dan hanya tidur empat jam demi pekerjaannya.

Tubuh Sakura semakin kurus meski makannya banyak sekali. Dirinya juga menemukan vitamin di tas Sakura, vitamin yang dikonsumsinya agar mejaga daya tahan tubuhnya. Dia merasa sedih melihat kondisi Sakura.

Dan dia tahu, Sakura melakukan hal ini untuk melampiaskan emosinya. Membuang jauh-jauh kenangan tentang pria yang menghancurkannya. Sakura ingin membuktikan jika dirinya tidak pantas untuk dipermainkan.

"Terima kasih atas kerja kerasnya."

Sakura menghampirinya dan tersenyum.

"Kenapa wajahmu kusut begitu, Ino?"

"Kamu tidak harus melakukannya."

"Aku harus melakukannya, Ino." Sakura memegang bahu sahabatnya. "Aku membangun semua ini dengan susah payah dan tidak akan aku biarkan sesuatu menghancurkannya."

Ino memandang sahabatnya dengan tatapan sedih.

"Forehead.."

"Hahaha.. sudah lama sekali kamu tidak memanggilku dengan sebutan itu," ucap Sakura. "Terakhir kali saat sekolah menengah atas."

Sakura kemudian melanjutkan.

"Kosongkan semua jadwalku, aku akan menelpon Sarada dan bilang ada pekerjaan penting yang tidak bisa dibatalkan."

.

.

.

.

.

.

Sakura menghentikan mobilnya tepat di pelataran parkir Gold Hotel. Malam ini, dia akan memuaskan serigala yang kelaparan.

Dirinya sudah tidak perawan dan semua orang bisa melihatnya. Tentu saja, karena Sarada lahir dari rahimnya. Kesuciaannya telah diambil oleh seseorang yang membuatnya terpuruk.

Banyak pejabat negara yang menawarkannya uang untuk bisa tidur dengannya, meski hanya one night stand. Tetapi, dia menolaknya.

Dan sekarang, seseorang yang sangat penting bagi Jepang ingin tidur dengannya dan mempertaruhkan apa yang telah dibangunnya dengan susah payah. Dia yakin bisa menyelesaikannya dengan baik.

Danzo telah mengirimkan nomor kamar yang telah dipesannya. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam hotel, dirinya segera masuk ke dalam lift.

Danzo pintar sekali memilih tempat. Tidak banyak yang datang ke hotel ini. Dan meski beberapa pelayan kamar melihatnya, dia yakin mereka telah disuap oleh Danzo.

Memasuki kamar yang dipesan Danzo, Sakura membuka pintu kamar dan menemukan Danzo sedang meminum segelas wine. Begitu melihatnya, Danzo membalikan badannya.

"Selamat datang, Sakura." Danzo tersenyum. "Masuklah."

Sakura menutup pintu di belakangnya dan berjalan mendekat.

"Jadi, kamu menerima tawaranku?"

"Setelah aku memuaskanmu, jangan pernah ganggu aku lagi." Sakura memandang Danzo.

Meletakan gelasnya, Danzo berjalan mendekati Sakura.

"Tentu saja."

Sakura memejamkan matanya, bersiap menerima serangan yang akan dilakukan Danzo.

Ceklek!

"Berani menyentuhnya, aku akan menembak kepalamu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC!

Hohoho.. apa ini? -.- Saku Cuma iseng Bikin beginian, tiba-tiba aja ada ide muncul wahahahahaha..

Sebenernya ada ide lain sih, gegara liat Bungou Stray Dog, temanya berat, Cuma sayangnya gaada waktu buat bikinnya.. sedih :(

Sekian cuapcuap gaje Saku, sampai ketemu di chap selanjutnya!

-Aomine Sakura-