A Line Of Destiny

Naruto © Masashi Kishimoto

Highschool DxD Ichie Ishibumi

A Line Of Destiny Caesar Clown

.

.

.

.

Rate : M (Jaga- jaga)

Summary: Takdir dari sang ' Ramalan ' berubah. Dunia penuh kegilaan menunggunya. Kehidupan dengan alur yang rumit menghadangnya. Masalah demi masalah menantinya. Cinta pertama atau cinta baru yang akan ia pilih ? Benarkah ini takdir dari Tuhan ? Ataukah hanya cerita yang ditulis ulang oleh - Nya untuk sang ' Ramalan '

Genre : Adventure, Romance, Friendship

Pair : Naruto X…

" Naruto " : Talk

' Naruto ' : Thinking

" Ddraig " : Biju/Sacred Gear Talk

' Kurama ' : Biju/Sacred Gear Thinking

.

.

.

.

.

.

.

.

Matahari mulai melaksanakan tugasnya sebagai penerang bumi ini. Dan sekarang dia mulai terlihat dari tempat persembunyiannya, dan menerangi daerah Kuoh. Setelah matahari terbit para penduduk di daerah Kuoh mulai melaksanakan kegiatannya masing –masing. Tak terkecuali pemuda bersurai pirang cerah yang sekarang sudah menggunakan setelan lengkap seragam Kuoh Academy, yah walaupun tidak sepenuhnya rapi.

Entah mengapa rasanya sang tokoh utama ini sekarang jadi lebih rajin dari biasanya. Sambil berjalan, sang jinchuriki dari Sembilan biju tersebut memijat sedikit bagian bahunya. Yah, sepertinya dia lelah karena Rating Game semalam.

Tak terasa dia sudah sampai di Academy, tak ingin berlama – lama digerbang Academy dia langsung masuk area sekolah. Berjalan santai dengan bersenandung kecil dia menuju ruang kelasnya. Suasana memang masih sepi karena ini terlalu pagi untuk seorang siswa datang ke sekolah. Masih berjalan dengan santai dia kemudian menutup matanya untuk menikmati udara yang masih segar di area sekolah ini.

" Ikut aku, kita harus bicara sekarang juga. "

Laki – laki bersurai pirang tadi langsung membuka matanya yang tertutup setelah mendengar suara feminim tadi. Dia dapat melihat perempuan cantik memiliki rambut sewarna permen kapas sedang menatapnya intens. Hanya memilih diam dan mengangguk kemudian mereka berdua berjalan beriringan.

" Jadi… kau punya hubungan apa dengan Rias – chan ?! " Sang pemilik surai merah jambu memulai sesi tanya jawab.

" Hanya… teman. " Sang dara nampak tak percaya dan menatap pemilik surai pirang tadi dengan tatapan menyelidik.

" Benarkah ?! Kalau begitu, kenapa kemarin setelah kepergianmu dia menangis dan juga langsung pergi ke dunia atas Naruto ?! " Sebuah pertanyaan kembali terlontar dari bibir mungil tersebut.

" Kami hanya… teman. Tidak lebih tidak kurang. Soal dia menangis setelah aku pergi, tanyakan padanya saja sendiri, Sakura. " Naruto menjawab pertanyaan Sakura sambil masih terus berjalan.

" Lalu kenapa kau seolah ragu dalam menjawab pertanyaanku tentang hubungan kalian ?! " Mereka masih terus berjalan beriringan tanpa menatap satu sama lain, yah walaupun Sakura kadang mencuri pandang kearah Naruto.

" Aku dan Rias. Hubungan kami sama dengan hubungan kita, Sakura. Dan maaf, sepertinya aku harus masuk ke kelas. " Setelah itu Naruto masuk ke dalam kelas dan meningalkan Sakura yang berdiri mematung di dekat pintu masuk kelas Naruto. Ekspresinya memancarkan sebuah kesedihan yang mendalam. Tak lama kemudian dia melenggang pergi entah menuju kemana.

Sementara dengan Naruto dia hanya mampu menenggelamkan kepalanya dalam – dalam pada lipatan tangannya. Tak pernah terpikir olehnya jika dia akan bicara dengan Sakura dengan nada yang tidak mengenakkan seperti tadi. Sekarang pikirannya kacau, dia masih mencintai Sakura tapi sekarang dia juga mencintai Rias. Dan sekarang, dia malah membuat Rias menangis serta Sakura sedih.

Dia harus bagaimana ? Ditambah lagi kemarin dia menghajar habis – habisan adiknya sendiri, serta ayahnya yang dengan tenangnya menyapanya. Dia sekarang harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan kini hanya merenung dan merenung, memikirkan hal apa yang harus ia perbuat.

Lama berfikir akhirnya dia mengantuk dan tertidur dengan pulasnya. Dia tidak merasa khawatir sedikitpun jika dia nanti masih tidur saat guru bahasa Inggris datang, yah karena memang beliau tidak pernah datang ke kelas 3 – C.

.

.

ALOD

.

.

Waktu istirahatpun tiba. Semua murid berlomba – lomba menuju arah kantin. Sementara sang tokoh utama, dia sekarang hanya dapat memasang wajah lesu. Sebenarnya banyak siswi yang mengajaknya untuk makan bersama, tapi sebisa mungkin dia tolak dengan halus.

Karena malas terus – terusan di kelas, dia melangkahkan kakinya untuk menuju atap. Dapat dilihatnya diperjalanan Trio mesum sedang dikejar oleh anggota klub kendo yang seluruhnya adalah perempuan. Merasa sedikit tertarik, dia kemudian menuju arah para klub kendo yang ingin memukuli trio mesum dengan boken.

" Hei, maaf sebelumnya tapi bisakah kalian membiarkan mereka bertiga pergi ? " Naruto berucap dengan senyum yang bertengger di wajahnya. Mereka langsung saja menoleh ke arah suara tadi. Seketika wajah para perempuan yang ada di sana memerah. Berbeda dengan para perempuan, Issei, Matsuda, dan Motohama malah mendecih tak suka.

" Na – Naruto – senpai kenapa kau ingin mereka dilepaskan ? " Seorang perempuan berambut hitam panjang bertanya.

" Iya, Naruto – san kenapa kau ingin mereka dilepaskan ? Padahal mereka baru saja mengintip kami saat… sa – saat berganti pakain. " Seorang perempuan berambut coklat pendek menambahkan.

" Oh… mereka mengintip kalian ? Kalau begitu pukuli saja, aku kurang suka dengan orang yang seperti itu. " Naruto berucap dengan senyum yang masih setia bertengger di wajahnya. Para perempuan di sana menunjukan senyuman senang kala Naruto mengatakan hal barusan. Tetapi, mereka lantas menggantinya dengan senyuman iblis ketika melihat Issei CS.

GLEEKK

' Senpai sialan! '

BUKK

BUKK

BUKK

Perempuan klub kendo dengan semangatnya menghajar Issei, Matsuda, dan Motohama. Sementara Naruto hanya melihatnya dengan senyuman kecil. Dia sedikit merasa terhibur dengan tontonon di depannya. Dia kemudian berbalik ingin menuju atap kembali.

" Tunggu Naruto – san " Seorang perempuan berambut coklat cerah, berkulit putih, dan memiliki warna mata yang hampir sama dengan rambutnya berlari kecil menuju ke arah Naruto. Naruto menaikan sebelah alisnya bingung.

" Ya, ada apa ? " Naruto bertanya.

" Maaf sebelumnya, namaku Asuna Yuki. Aku ketua klub kendo. "

" Lalu kenapa kau tidak ikut memukuli mereka ? " Naruto bertanya sambil tersenyum.

" Karena mereka tidak mengintipku, aku tadi datang terlambat ke ruangan klub. Dan kau tahu ? Sebenarnya yang mereka lakukan itu salah, kau tidak menghentikan mereka tapi malah mendukung mereka. Dan hasilnya mereka malah lebih semangat memukuli korbannya. Jadi kenapa kau malah memprovokasi mereka ? " Asuna menjelaskan pada Naruto.

" Sebelumnya aku minta maaf Yuki – san, mereka melakukan itu atas kehendak mereka sendiri bukan karena provokasiku. "

" Begitukah ? Seandainya tadi kau menyuruh mereka untuk tidak memukuli mereka, aku yakin mereka akan menurut. "

" Kenapa kau bisa yakin ? "

" Karena mereka pernah bilang akan melakukan apapun demi kau. " Asuna menjawab pertanyaan dari Naruto.

" Begitukah ? Aku merasa tersanjung, ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu Yuki – san. " Naruto mulai melangkahkan kakinya menjauh. Namun langkahnya kembali berhenti saat mendengar suara Asuna.

" Tunggu dulu! Naruto – san tidakkah kau ingin bertanggung jawab ? " Asuna bertanya.

" Baiklah – baiklah… kau ingin bentuk pertanggung jawaban seperti apa ? " Naruto menjawab dengan pertanyaan yang kembali ia lontarkan.

" Bertandinglah denganku! " Asuna menjawab dengan percaya diri.

" Ha ? Bertanding ? "

" Ya, bertandinglah denganku. Pokoknya datanglah keruang klub kendo sepulang sekolah, aku dan anggota klubku akan meminta bantuan dari klub siaran untuk mengumumkannya. Jadi aku harap kau datang nanti. " Asuna melenggang pergi setelah mengatakan hal tersebut, para anggota klub kendo juga ikut pergi.

" Hah… dasar anak perempuan. Mereka itu… benar – benar merepotkan. " Naruto juga ikut pergi setelah itu, meninggalkan tiga anak manusia yang sedang kesakitan.

.

.

ALOD

.

.

Naruto sekarang sudah sampai di atap sekolah, walaupun dia tahu ini sudah masuk jam pelajaran tetapi dia lebih memilih bersantai sejenak untuk memandang awan. Membolos lebih pantas dikatakan begitu.

Dia masih berpikir tentang hubungannya dengan Rias, dan Sakura. Sebenarnya bukan kebiasaannya untuk berpikir, tapi mau tidak mau dia harus melakukannya.

' Ini benar – benar merepotkan. '

Memang benar, dulu saat dia masih berada di dimensi shinobi, mendapatkan satu orang perempuan saja susahnya minta ampun. Tapi, setelah dia ada di dimensi ini rasanya mudah sekali mendapatkan seorang perempuan bahkan lebih jika dia mau. Meskipun demikian dia masih saja kurang mulus dalam hal percintaan. Contohnya dia sekarang mudah saja memilih gadis – gadis di Kuoh Akademi, tapi tak satupun yang ia pilih untuk menjadi pacarnya.

" Naruto – senpai, kau tahu sekarang sudah saatnya pelajaran di mulai tapi kenapa kau masih ada disini ?! " Seorang laki laki berambut pirang pucat datang menghampiri Naruto yang sedang asik berpikir.

" Kau siapa ? lalu kenapa kau sekarang malah ada di sini ? " Naruto bertanya pada kohainya tersebut.

" Namaku Genshirou Saji, aku adalah salah satu anggota OSIS. Aku disini karena mungkin kita memiliki tujuan yang sama. " Saji memelankan suaranya di bagian akhir kalimatnya.

" Membolos maksudmu ? lucu sekali siswa yang harusnya menertibkan siswa lain malah membolos bersamaku. " Naruto mengejek Saji. Sementara Saji hanya dapat terdiam mendengar ejekan Naruto. Suasana hening terjadi diantara mereka, sampai beberapa saat kemudian Saji membuka suara.

" Ne, senpai. Kau peerage dari Gremory – senpaikan ? "

" Ya, memangnya kenapa ? "

" Aku menonton rekaman video Rating Game kalian yang diberikan oleh Kaichou. Kau tahu ? kau terlihat sangat hebat saat menghajar Menma – sama. Dan juga, raksasa yang kau bentuk kemarin terlihat sangat keren, aku yakin dia dapat meratakan gunung dalam sekali tebasan pedang yang dibawanya. Lalu naga petir kema – "

" Sudahlah, sebenarnya apa tujuanmu ? tak usah bertele – tele. " Naruto memotong ucapan dari Saji.

" Um… maukah kau melatihku ? "

" Melatihmu ? Kenapa kau memintaku untuk melatihmu ? "

" Bagaimana mengatakannya ya… tapi secara singkat aku merasa iri. " Saji menjawab.

" Iri ? "

" Ya, aku merasa iri dengan Issei. Kau tahu ? Kaichou terus memujinya karena dia adalah pemilik Sacred Gear yang di diami Kaisar Naga Merah. Dia tidak pernah memujiku walaupun aku juga memiliki Sacred Gear yang di diami oleh seekor Raja Naga yaitu Vitra. Walaupun Issei sombong Kaichou tidak masalah dengan hal itu. Sekali lagi kau tahu ? aku juga ingin dipuji olehnya walaupun itu untuk hal yang kecil sekalipun. Aku ingin dia juga melihatku. Aku akui aku ini memang lebih lemah ketimbang Issei. Kemampuanku yang sekarang hanya bisa untuk menghisap kekuatan, sementara itu Issei bahkan sudah memasuki tahapan Balance Breaker walaupun itu baru tiga puluh menit. Wajar saja jika Kaichou terus memuji dan memandangnya. Kaichou bahkan sangat sering tersenyum atau bahkan tertawa kecil untuk Issei, sedangkan aku ? dia bahkan tak pernah tersenyum atau berterima kasih untukku meski aku membantunya. "

Saji menjelaskan kenapa dia merasa iri dengan Issei. Matanya bahkan ber air. Sementara Naruto hanya dapat diam mendengar penjelasan dari Saji. Dia merasa nasib dari Saji tidak jauh beda dengannya dulu.

" Baiklah, aku akan melatihmu… tapi dengan syarat kau tidak boleh mengeluh dengan apapun yang kuberikan nantinya. "

" Kau mau melatihku ? Terima Kasih banyak senpai. Jadi kapan kita akan memulai latihannya ? " Saji bertanya dengan antusias.

" Besok sepulang sekolah, datanglah ke kelasku. "

" Hai Sensei! "

" PENGUMUMAN UNTUK SELURUH MURID AKADEMI KUOH! SEPULANG SEKOLAH NANTI UZUMAKI NARUTO – SAN DAN YUKI ASUNA – SAN AKAN BERTANDING DI RUANGAN KLUB KENDO! BAGI KALIAN YANG INGIN MENJADI SAKSI PERTANGDINGAN KEDUANYA DATANGLAH KE RUANG KLUB KENDO SEPULANG SEKOLAH NANTI! KITA AKAN MENYAKSIKAN PERTANDINGAN ANTARA PRINCE OF KUOH ACADEMY MELAWAN KUOH ACADEMY NO SHIROI SENKOU ! " Terdengar suara laki – laki yang menggema di area sekolah. Sementara Naruto yang mendengarnya hanya menepak kepalanya keras – keras.

" HEI, INI MASIH DALAM JAM PELAJARAN KENAPA KAU DISINI HAH ? " Terdengar suara yang lebih dewasa dari suara laki – laki tadi menggema.

" EHHH… SENSEI KENAPA KAU ADA DISINI ?! BUKANKAH KAU TADI BILANG TIDAK BISA MENGAJAR KARENA ADA URUSAN DI LUAR ?! "

" ITU TIDAK PENTING! SEKARANG AYO KEMBALI KE KELASMU! "

" EHHH… MATTE! MATTE! MATTE… ! SIARAN INI BELUM SELESAI SENSEI, MASIH ADA SATU PARAGRAF LAGI YANG BELUM KU SELESAIKAN! "

" MASA BODOH! AYO KEMBALI KE KELAS! "

" GYAAA! SENSEI, JANGAN TELINGAKU! ITU BENAR – BENAR SAKIT! "

" AKU TIDAK PEDULI! "

" GYAAAHHHAAA… SENSEI, INI BENAR – BENAR SAKIT! "

Naruto dan Saji kini sedang terdiam dengan satu keringat besar di belakang kepala mereka. Itu tadi benar – benar cara yang tak terduga untuk mengumumkan pertandingan mereka berdua.

" Ano… Sensei, kau nanti ingin bertanding dengan Asuna – senpai ? " Saji bertanya.

" Sebenarnya aku tidak ingin, tapi aku dipaksa untuk bertanding dengannya. " Naruto menjawab.

" Dipaksa ? "

" Ya, coba sekarang kau bayangkan. Jika aku tidak datang untuk bertanding dengannya, padahal kabar kami nanti akan bertanding sudah didengar oleh seluruh orang yang ada di Kuoh Akademi, bukankah mereka akan berpikir bahwa aku ini pengecut ? "

" Kau benar juga ya… Tapi kau harus berhati – hati sensei. Dia memiliki kemampuan yang bahkan Kaichou belum bisa mengukurnya, Kiba bahkan dikalahkan olehnya dengan waktu yang tak begitu lama. Kecepatannya bahkan melebihi Kiba saat aku lihat dia bertanding dengan laki – laki cantik itu. Dia memiliki keakuratan yang tinggi saat menyerang, bahkan tebasnya tidak main – main, boken lawanya – pun sampai patah. Yang terakhir… aku tidak tahu dia sudah mengeluarkan kekuatan penuhnya atau belum dalam penilaianku tadi. " Saji menjelaskan tentang Asuna pada Naruto.

" Benar'kah ? Kalau begitu terima kasih Saji, kau sangat membantu. " Naruto tersenyum lembut ke arah Saji dengan rambutnya yang ditiup oleh angin. Muka Saji sedikit memerah melihat itu. Setelah sadar dia segera menampar pipinya berkali – kali.

' Aku masih normal! Aku masih normal! '

Naruto menaikan alisnya bingung, " Kau kenapa Saji ? " Naruto bertanya.

" Tidak, bukan apa – apa sensei! " Saji mengeleng dengan kuat.

" Kalau begitu, aku ingin tidur di UKS, kau tolong urus Yu – Sensei. " Naruto berkata dengan entengnya kemudian melangkahkan kakinya untuk menuju UKS.

" Haaa… Kau tahu'kan Yu – sensei orangnya seperti apa ? Dia itu galaknya minta ampun. Jika kau ketahuan membolos, habislah kau. "

" Itu urusanmu, dan anggap saja ini latihan pertama untukmu. " Naruto sudah memegang knop pintu. Saji dengan segera mengikuti Naruto.

" Latihan macam apa itu ?! " Saji bertanya sambil memasang wajah cemberut. Naruto menolehkan kepalanya ke arah Saji.

" Latihan mental. "

DONG

Naruto meninggalkan Saji yang sedang bersweatdroop ria menuju ke lantai paling bawah dimana UKS berada.

.

.

ALOD

.

.

Terlihat kini Naruto sudah berbaring di kasur UKS. Dia menatap langit – langit UKS, memikirkan kenapa dia mau melatih Saji. Benarkah karena perasaan senasip ? Atau hanya karena ingin lari dan melupakan masalahnya dengan dua perempuan yang mengisi hatinya.

Entahlah itu semua membuatnya bingung. Dia cukup lama memikirkannya, masalahnya yang datang baru – baru ini. Dia bahkan menyakiti hati adik seorang Maou. Beruntungnya dia waktu itu langsung pergi, kalau tidak pasti bola – bola Power of Destruction melayang kearahnya. Tapi apakah tidakkan yang dilakukannya benar ? Dia merasa sudah menjadi seorang pengcut sejati.

.

TIME SKIP

.

DONG…

DING…

DENG… { Bunyi bel macam apa ini }

Naruto terbangun karena mendengar suara bel sekolah berbunyi. Dia melihat jam yang ada di UKS, Jam sudah menunjukan waktunya untuk pulang sekolah. Mengingat kata pulang sekolah membuat Naruto ingat dengan pertandingannya.

Dia kemudian ingin beranjak dari tempatnya berada, namun sesuatu yang berat membuat dia tidak bisa banyak bergerak. Karena penasaran dia melihat apa yang membuat dirinya terasa berat. Setelah sedikit melihat, dia hanya bisa menghela nafas. Rambut merah crimson, itulah yang Naruto lihat. Naruto yakin itu adalah Rias, dan Naruto juga yakin jika Rias sekarang tidak mengenakan sehelai benang – pun. Karena dia ingin pergi menuju ruang kendo, akhirnya Naruto lebih memilih membangunkan Rias.

" Rias… bangun, ini sudah saatnya kau pulang Rias, " Naruto membangunkan Rias dengan cara mengguncangkan sedikit tubuh sang dara.

" Engghh… Sudah sore ya ? " Rias menggeliat kecil. Dia kembali mencari posisi yang nyaman untuk dirinya.

" Rias, bisa kau pindah tempat sebentar ? Aku ingin pergi. " Naruto kembali angkat bicara.

" Ehh… Naruto – kun. Kau ingin pergi kemana ? Jangan pergi lagi. " Rias mengatakan hal tersebut dengan wajah yang agak sendu.

" Apakah kau tidak dengar pengumuman tadi siang ? " Naruto bertanya dengan sabar.

" Tidak. "

" Ya sudah! Kalau begitu biarkan aku pergi! " Naruto sedikit meninggikan nada bicaranya. Rias langsung memeluk Naruto. Bahunya nampak bergetar.

" Ke – kenapa semalam kau langsung pergi ? Kau tahu aku merasa… dipermainkan olehmu. Semalam kau memperjuangkanku, aku juga berjuang agar aku bisa terus bersamamu, kita berhasil. Harusnya aku senang dengan keberhasilan kita, namun kau menghancurkan kebahagiaanku dengan cara langsung meninggalkkanku. Lalu apa gunanya aku berjuang jika akhirnya aku ditinggalkan ? " Rias berusaha menahan agar liquid bening miliknya tidak jatuh dari matanya.

Naruto hanya diam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi. Dia membuat perempuan yang ia cintai kecewa. Merasa sekarang moodnya buruk dan bisa saja bertindak diluar kendali, Naruto memilih diam. Kemudian dia memegang bahu Rias, dan memaksanya untuk berpindah dari tubuhnya. Rias hanya menurut tidak ingin menentang apa yang diinginkan Naruto. Setelah berhasil, Naruto berjalan pergi meninggalkan Rias untuk menuju Ruang klub kendo dengan Mood buruknya. Rias hanya diam dan tak lama kemudian dia hilang ditelan oleh lingkaran sihir.

.

KLUB KENDO

.

Naruto akhirnya sudah sampai di ruangan klub kendo, saat disana dia dapat melihat murid – murid Kuoh Akademi yang sepertinya sudah tidak sabar melihat pertandingannya. Dia juga dapat melihat Asuna yang melihatnya dengan tatapan sebal.

" Kau terlambat sepuluh menit! Naruto – san! " Asuna angkat bicara.

" Maaf, tadi aku melihat kucing hitam, jadi aku memutar jalan agar tidak kena sial. "

" Kau pikir aku bodoh ? mana ada kucing hitam di sekolahan. Baiklah, karena kau datang terlambat, aku menambah persyaratannya dan itu adalah… Siapapun yang menang boleh meminta apapun dari yang kalah. " Asuna nampaknya ingin sekali mengalahkan pemuda pirang di depannya.

" Persyaratan macam apa itu ? Tapi baiklah… kita garis bawahi bagian ' meminta apapun '. Jadi bisa kita mulai sekarang ? " Naruto menyeringai setelah mengatakan hal tadi, sementara para murid perempuan disana hanya dapat memerah melihat seringai milik Naruto.

" Baiklah, pilih boken yang kau suka. " Asuna memberi Naruto kebebasan untuk memilih boken yang ingin digunakannya. Naruto kemudian memilih salah satu boken yang ada disana, setelah dirasa cocok Naruto akhirnya memasang posisi siap bertarung dengan Asuna.

Asuna yang melihat Naruto tidak ingin menyerang lebih dulu, akhirnya memilih melesat menuju arah Naruto. Asuna mengayunkan bokennya secara horizontal, Naruto menangkisnya dengan membuat bokennya menjadi vertical. Tak sampai disitu Asuna kemudian mengayunkan bokennya secara diagonal, Naruto menghindarinya dengan cara mundur satu langkah. Asuna yang melihat itu tidak berhenti sampai disitu, dia kembali mengayunkan bokennya membentuk garis vertical, Naruto menghindarinya dangan membuat tubuhnya menyamping ke arah kanan. Melihat ada celah untuk menyerang, Naruto memukulkan gagang bokennya ke punggung Asuna.

Asuna nampak kehilangan keseimbangan namun tidak sampai jatuh. Asuna yang sudah mendapatkan kembali keseimbangannya kembali bersiaga. Dia berlari menuju arah Naruto dengan kecepatan yang bahkan dapat melebihi Yuuto Kiba, sehingga murid – murid disana tidak bisa melihat dengan jelas pergerakan Asuna. Asuna telah mempersiapkan bokennya untuk menusuk Naruto.

Naruto yang melihat itu bertambah siaga. Asuna dengan cepat menghunuskan bokennya kearah Naruto. Hunusan pertama Naruto masih bisa bertahan, hunusan kedua juga masih bisa, hunusan ketiga juga bisa. Sudah sampai tak terhitung berapa banyak hunusan yang ditangkis Naruto. Para murid yang disana hanya dapat berdecak kagum melihat pertarungan kedua insan tersebut. Setelah cukup lama mereka bertarung, akhirnya Asuna tampak kelelahan sementara Naruto nampak beberapa keringat mengalir di tubuhnya tapi nafasnya masih terjaga.

Merasa mempunyai kesempatan untuk menyerang, Naruto akhirnya menyerang maju dengan dengan boken yang ia genggam kuat ditangannya. Naruto mengayunkan bokennya secara vertical, namun Asuna sudah memposisikan bokennya membentuk garis horizontal untuk menangkis serangan Naruto. Naruto yang melihat itu hanya menyeriangi kecil. Mata Asuna membulat kala melihat boken milik Naruto tidak sampai mengenai boken miliknya. Boken Naruto tepat berada diantara kedua kaki Asuna yang tidak terlindungi oleh seragam klub kendo. Dengan cepat Naruto menjegal Asuna dengan boken miliknya. Asuna yang tidak siappun akhirnya kehilangan keseimbangan dan jatuh. Namun, sebelum punggung Asuna menyentuh lantai, Naruto menarik salah satu tangan Asuna yang bebas dan menariknya.

Dan beginilah jadinya, sekarang Asuna berakhir dipelukan Naruto dengan menutup matanya. Para murid banyak yang berteriak karena hal itu. Naruto hanya dapat tersenyum mendengar berbagai teriakan yang ditujukan pada dirinya dan Asuna. Contohnya…

" Kyaaa… Naruto – senpai memeluk Asuna – senpai ! "

" Aku ingin bertukar posisi dengan Asuna – senpai ! "

" Sial ! Uzumaki itu merebut Asuna – san dariku ! "

" Ya ! Kau benar sekali ! Disini banyak boken, ayo kita pukuli dia dengan boken ! "

" Kau bodoh ya ?! Dia bisa mengalahkan Asuna – senpai, mana mungkin kita bisa mengalahkannya. "

" Naruto – san dia tadi bilang boleh meminta apapun dari yang kalahkan ? Mintalah padanya agar dia tidur denganmu! "

Asuna yang mendengar banyak teriakan yang beraneka ragam akhirnya membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Dia juga dapat merasakan bahwa sekarang ia sedang dipeluk seseorang yang ia yakini adalah Naruto. Karena pertandingan sudah selesai, semua murid dengan segera keluar dari ruangan klub kendo hingga hanya menyisakan Naruto dan Asuna.

" Jadi… apa yang ingin kau minta dariku ? " Terselip sedikit keraguan dalam diri Asuna saat mengatakan hal tersebut.

" Um… seingatku kau tadi bilang boleh meminta apapun dari yang kalahkan ? " Naruto menyeringai dan melangkahkan kakinya kearah Asuna. Asuna yang merasa takut – pun memundurkan langkahnya secara perlahan. Namun, dinding klub Kendo memaksanya untuk berhenti. Naruto akhirnya mengurung Asuna diantara kedua tangannya yang ia sandarkan pada dinding.

" K – k – kau… ingin me – me – meminta a – apa ? " Asuna bertanya dengan wajah yang memerah. Naruto melebarkan seringaiannya yang membuat Asuna tambah bergetar.

" Kau tahu ? tadi ada murid yang bilang agar aku meminta kau tidur denganku, menurutku itu sebuah usul yang bagus. Dan, hei… kau lebih manis saat mukamu merah. " Wajah Asuna makin merah ketika mendengar ucapan Naruto.

" J – j – jangan m – m – main - main de – denganku. " Asuna mengatkan hal tersebut dengan terbata.

" Hahaha… kau lucu sekali jika begini. Sekarang ikut denganku. " Setelah menyelesaikan kalimatnya Naruto beranjak pergi dari sana dengan langkah perlahan.

" A – apa maksudmu ?! " Asuna berteriak agar Naruto mendengar suaranya. Seperti harapan Asuna, Naruto berbalik dan tersenyum.

" Permintaanku adalah kabulkan semua permintaanku, dan yang pertama adalah… ikutlah denganku. " Naruto kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari klub kendo.

" Hei! Setidaknya tunggulah aku untuk berganti baju ! "

" Baiklah, inginku temani ? "

" Boleh jika kau ingin kutampar! "

" Ahahaha… tidak terima kasih. "

Naruto menunggu Asuna di depan ruang klub kendo. Tak lama kemudian, Asuna keluar dengan Sweater coklat susu dan rok hitam satu jengkal diatas lutut. Keduanya kemudian berjalan beriringan untuk keluar dari area Kuoh Academy.

Saat hampir sampai di depan gerbang Kuoh Academy, Naruto dapat melihat dua orang gadis yang sangat familiar. Yang satu memiliki surai sewarna permen kapas, dan satu lagi merah crimson. Ekspresi keduanya yang awalnya cerah kini berganti agak sedih setelah melihat Naruto bersama perempuan lain.

" Naruto – kun… kenapa kau lama sekali ? " Rias bertanya sambil berjalan mendekat kearah Naruto diikuti oleh Sakura.

" Apa itu penting untukmu ? " Naruto balik bertanya dengan dingin yang membuat Rias terhenyak.

" Itu… " Rias kehilangan kata untuk menjawab, dirinya belum pernah mendengar Naruto berbicara dingin.

" Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, aku akan pergi. Ayo Asuna! " Naruto melangkah lagi dan diikuti oleh Asuna. Tak sampai tiga langkah, Naruto merasa ada yang menahan pergelangan tangannya.

" Tunggu Naruto! Kenapa… kau sekarang berubah ?! Naruto yang ku kenal… dia itu orangnya ramah, baik, ceria, dan dia bahkan tidak tega untuk hanya membentak seorang perempuan, tapi… dimana dia sekarang ? Aku yakin kau bukan dia hiks… dia tidak pernah hiks… membiarkan perempuan menangis karenanya hiks… dimana… dimana… dimana dirimu yang dulu hiks… ?! "

Rupa – rupanya yang menahan tangannya adalah Sakura. Naruto bahkan dapat melihat rupa yang sama saat sahabat karibnya pergi. Itu… rupa sengsara yang paling ia benci. Memilih untuk tidak melihat mata emerald itu lebih lama, akhirnya ia kembali membuka mulut.

" Naruto yang dulu ? Apa yang kau maksud ? Aku tidak mengerti… jadi bisa kau lepaskan tanganmu dan biarkan aku pergi bersama gadisku ?! " Naruto bicara dengan dingin.

KRAAK…

PYAARR…

Bagaikan gelas pecah, hati Sakura hancur berkeping – keeping. Dia membulatkan matanya tak percaya. Naruto mengatakan bahwa perempuan yang tidak dia kenal itu sebagai gadisnya ?! Sakura memandang tajam perempuan yang ada didekat Naruto. Sang empu yang dijadikan objek padangan tajam – pun hanya memekik kecil.

" Kau! Jadi karena dia kau berubah Naruto ?! Akan ku enyahkan dia jika itu bisa membuatmu kembali! " Sakura dengan cepat menyiapkan pukulannya yang akan dilancarkan menuju Asuna.

" Aku akan membantumu Sakura – nee, Sword of Destruction. " Rias dan Sakura sudah melancarkan serangan masing – masing ke arah Asuna. Sementara Asuna yang tidak bisa apa – apa hanya pasrah.

BOOM…

BLARR…

Pukulan Sakura mengenai tanah di samping Asuna, sementara Sword of Destruction milik Rias terpental dan meledak tidak jauh dari tempat mereka. Dua perempuan tadi nampak membulatan matanya kaget, mereka dapat melihat Naruto dengan tatapan tajam serta salah satu tangannya memegang sebuah kunai yang dialiri oleh pendar biru tipis. Asuna menunjukan sebuah reaksi terkejut.

" Sakura, Rias apa yang kalian lakukan ?! " Naruto bertanya dengan tajam. Sementara yang ditanya hanya diam.

" Menjadikan orang lain yang tidak bisa apa – apa sebagai sasaran kemarahan kalian, itu bukanlah sesuatu yang pantas dilakukan. Asuna ayo pergi, aku akan menjelaskan apa yang ingin kau tahu. "

Naruto menarik tangan Asuna dan pergi menjauh meninggalkan Sakura dan Rias yang masih diam termenung di tempat mereka masing – masing. Sekarang hanya ada satu pemikiran di kepala Naruto, Sakura, dan Rias.

' Apa yang sebenarnya telahku lakukan ?! '

.

.

ALOD

.

.

Underworld

Nampak seorang iblis laki – laki berambut hijau sedang terburu – buru memasuki rumah keluarga Gremory. Pengawal dan para maid disana hanya dapat kebingungan melihat tingkah dari iblis bergelar Maou Beelzebub tersebut. Biasanya dia hanya memasang wajah malas yang bertolak belakang dengan ekspresinya sekarang ini. Saat sampai di dalam kediaman Gremory dia menjumpai seorang maid berambut silver dengan segera dia bertanya pada maid tersebut.

" Grayfia sekarang Sirzech dimana ? "

" Lucifer – sama, sekarang sedang ada di ruang kerjanya Beelzebub – sama. "

" Antarkan aku kesana. " Dengan cepat Grayfia mengangguk dan memimpin jalan untuk menuju ruang kerja Sirzech. Tak begitu lama keduanya sampai. Grayfia yang sudah menyelesaikan tugasnya undur diri untuk menyelesaikan tugasnya yang lain.

" Sirzech apa kau didalam ? "

" Masuklah Ajuka. "

Maou Beelzebub atau bisa kita sebut sebagai Ajuka langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam ruang kerja Sirzech.

" Sirzech aku punya kabar buruk. " Setelah duduk Ajuka langsung membuka percakapan.

" Kabar buruk ? Apa itu ? " Sirzech dengan ekspresi kalemnya bertanya pada Ajuka.

" Laboratoriumku dan beberapa pusat penelitianku di dunia manusia telah hancur. "

" Hancur ? bukankah seharusnya ada yang menjaganya ? " Ekspresi Sirzech berubah menjadi serius setelah mendengar berita dari Ajuka tadi.

" Memang ada yang menjaganya, tapi sepertinya mereka terbunuh dan lagi penelitianku tentang bidak mutasi sebagian ada disana. "

" Dimana tempat Lab – mu ? "

" Vatican… "

.

.

.

.

.

.

.

.

Maaf semuanya updatenya kelamaan. Saya terlalu sibuk akhir – akhir ini. Jadi waktu untuk menulis banyak berkurang. Coba bayangkan hampir setiap harinya saya pulang jam 5 dan lebih – lebih jam 6 lebih.

BAYANGKAN! ( Terlalu lebay dan banyak alasan )

Um… dan untuk Mangetsu Ringgu – senpai teima kasih atas pencerahan yang anda berikan. Berkat anda semangat saya untuk menulis meningkat. Perkataan anda memang benar seandainya ' walau hanya ada satu orang yang membaca fic saya ', itu tandanya saya sudah berhasil menjadi seorang Author.

Dan untuk para Reader terima kasih sudah mau membaca fic saya. Karena kalianlah saya bertahan. Dan karena kalianlah saya lebih bersemangat menulis fic. Sekali lagi terima kasih yang sebesar – besarnya karena telah menyemangati dan tetap membaca fic karya saya.

Serta saya memohan maaf setulus – tulusnya jika ada salah kata atau ada yang kurang berkenan di hati kalian. Saya ' Caesar Clown ' undur diri… Log out.

.

.

.

.

.

.

Thank's for R. n. R

See You Next Chap

Good Bye.