Disclaimer: Naruto copyright Masashi Kishimoto.
Rating : M.
.
Warning:
Sebuah Fanfict Dari Imajinasi asli dari Otak Saya. Kosa Kata dan Aturan Menulis masih datar dan banyak kesalahan, Jadi saya mohon nilailah dengan bijak ... OOC!, Bashing!Chara, AU, Not!Shinobi, Military!theme.
.
.
Chapter 12.
.
.
.
.
.
.
*Tut*
"Hallo..."
["Hallo, Naruto! jelaskan dengan jujur jika kau menyayangiku dan Pamanmu!."]
Terdengar suara nyaring diteleponnya, ia sedikit berjengit mendapati Venelana memarahinya secara tiba-tiba.
Terdiam sejenak ia memandangi telepon miliknya dan kemudian ia mendekatkan lagi telepon tersebut ke telinganya.
"Tunggu. . .tunggu dulu bibi, apa yang bibi maksud?," sedikit bingung dengan ucapan Venelana, Naruto yang baru selesai rapat dan banyak pikiran pun menjadi tidak fokus dengan maksud bibinya.
["Kenapa kau ikut maju!, Bibi tahu kau mengajukan dirimu sendiri menjadi salah satu pemimpin lapangan! kukira hanya dibagian setelah penerjunan tapi ternyata kau yang paling depan!,"]
Naruto terdiam, matanya berkedip beberapa kali ia cukup terkejut karena Venelana, bibinya itu mengetahui perihal pengajuan dirinya soal jajaran perwira yang akan berada di garis perang sentris dalam invasi Amerika yang tergabung dalam pasukan Multinasional.
Tapi kenapa bisa? dirinya sendiri tidak membuka atau berbicara ke siapapun bahkan paman Koenig yang merupakan wakil resminya tidak mengetahui perihal ini.
"Darimana bibi tahu? . ." tanya Naruto, Venelana memang menyetujui Naruto soal ikut dalam gugus tugas walau dengan ancaman ia bakal dinikahkan agar tidak lagi semena-mena dalam berbuat, tapi bibinya itu sebelumnya memang tidak tahu jika pemimpin lapangan yang ia ajukan adalah ikut dibagian ujung tombak invasi, awal pertempuran.
["Tak perlu terkejut, Pamanmu berada dalam wilayah bagian administrasi data-data perwira Pasifik yang akan turun ke Vietnam, termasuk info 3 Colonel yang akan turun dalam perang, yang sebelumnya dipasang 4 Colonel namun dikurangi satu pun aku juga tahu!,"]
Dan baik, itu menjawab kebingungan dari Naruto, dirinya tidak tahu jika Andrew pamannya bertugas di bagian sana dan ia mencoba untuk mencari alasan yang bagus karena terus terang Venelana pasti tidak menyetujui dirinya ikut didepan, sama sekali tidak setuju.
"Bibi, aku hanya -. . ."
["Kau tidak berdiskusi apapun!, kau bermaksud menyembunyikan hal ini ke Bibi dan Pamanmu!, aku menyetujuimu ikut perang tapi bukan terjun di awal perang!,"]
Dengan nada semakin meninggi Venelana terus mencecar memotong alasan yang ingin Naruto katakan.
["Awal Invasi, Hiks~. . . Awal invasi itu adalah yang paling banyak merenggut nyawa, Hiks~ hiks~ Naruto, kau itu keponakanku tapi sudah kuanggap anak kandungku sendiri,"]
["Hiks~. . .kau pernah hampir mati hiks~, tubuhmu hiks~ terbakar oleh api. Kau. . Kau tak pernah memikirkan perasaan bibimu ini saat merawat dan melihatmu sekarat seperti itu,"]
Mendengar isakan dan keluhan Venelana di telepon entah kenapa membuatnya tertunduk, pandangannya buram dan bola matanya memerah dengan bulir airmata mulai terkumpul disana, raut datar terpatri diwajahnya dan tangannya mengusap dahinya berulang kali.
Mendengar Venelana berbicara tentang dirinya saat hampir mati dulu membuatnya teringat akan sesuatu. Iya, kejadian itu persis saat dirinya dan Diehauser terbakar hebat di Afganistan, di kejadian itu pula kakak dari Folia itu tewas di tempat.
"Ya. . . Ya, aku meminta maaf ke Bibi," jujur saja dirinya kehilangan kata-kata untuk menjawab rasa gelisah Venelana, hanya kata 'maaf' yang terlintas di pikiran Naruto untuk seseorang yang sudah memberinya arah yang baik, seseorang yang sudah merawat dan memberi kasih sayang seperti seorang Ibu.
"Aku janji pada Paman dan Bibi, aku akan baik-baik saja bersama para 'keluargaku' di Vietnam."
.
.
.
.
Entah kenapa Naruto merasa waktu dihari ini sangat lambat dari biasanya, hari sudah sore, satu hari penuh ia habiskan untuk rapat perihal kesiapan pengiriman, pendaratan di Vietnam dan dua jam yang lalu ia mendapat telepon dari Venelana yang kemudian terjadi pembicaraan yang alot dengan Bibinya itu.
Intinya Venelana benar-benar tidak mau jika dirinya ikut dalam operasi awal ini, operasi yang pasti akan mengagetkan Dunia. Naruto mencoba meyakinkan Bibinya dan ia hanya minta do'a saja namun Venelana tetap kukuh tak membiarkan dirinya ikut.
Akan tetapi akhirnya atas kekerasan Naruto akhirnya Venelana mau melepaskan dirinya walaupun ia tak mampu menghentikan tangisan sang Bibi.
Dengan adanya itu akhirnya Naruto tidak jadi untuk membicarakan perihal Shiina pada Venelana, ia tak mau menambah beban pikiran padanya, cukup dirinya saja yang tahu masalah dirinya dengan Shiina
Dan entah kenapa ia merasa Shiina sendiri lah yang akan menghubungi Venelana karena sifat gadis itu yang takut akan kemarahan dirinya walaupun itu adalah pertama kali.
.
.
.
Di malam hari sekarang, didalam rumahnya. Naruto duduk dimeja kerjanya dengan mata terfokus membaca sebuah buku cukup tebal dan setidaknya ada 7 buah buku yang tergeletak didepannya, buku-buku ini ia ambil dari arsip perpustakaan perwira disini dan hanya perwira menengah dan perwira tinggi yang boleh membacanya.
Beberapa kali ia mengangguk angguk, ia sangat menikmati apa yang ia baca. cukup lama Naruto membaca buku bersampul warna cokelat itu dan setelah selesai ia kembali mengambil buku lainnya.
Kali ini ia mengambil sebuah buku yang terlihat cukup kuno dan agak kusam warnanya, melihat judulnya pun membuat dirinya sangat tertarik.
"Hmm?. . ." ia berguman sebelum membaca judul buku tersebut.
STRATEGIC: Mountain Fighting and Tactical Charge.
Buku itu berisi sekitar 100 halaman dan Naruto dengan antusias langsung membuka awal halaman
"Mari kita lihat. Bab awal."
"Generalfeldmarschal Albert Kesselring, specialist perang gunung milik Luftwaffe. . ." Naruto menghentikan ucapannya setelah otaknya tersengat oleh sebuah pangkat dan kata terakhir, ia dengan cepat kembali melihat pustaka buku itu.
"Tunggu dulu, kenapa buku ini ada di arsip?." sambil membolak-balikkan buku ini. Kebingungan, tentu saja.
Buku yang ia baca adalah sebuah catatan yang dibukukan dan catatan ini adalah milik Albert Kesselring, Naruto tahu sejarah orang ini, ia adalah salah satu Generalfeldmarschal Luftwaffe atau Field Marshal angkatan udara NAZI dari zaman Reich ketigaJerman, Marsekal lapangan yang terkenal dengan murah senyumnya diantara marsekal lapanganlainnya.
Dia sendiri juga dijuluki The Smiling Marshal oleh bawahannya.
Buku ini bisa diklasifikasikan sangat rahasia karena isi dari buku ini sangat sarat akan taktik pertempuran, terutama penetrasi pertempuran gunung berhutan dan berbukit secara taktis, buku ini harusnya ada didalam arsip perpustakaan negara Jerman.
Naruto kembali membaca buku itu dan beberapa waktu kemudian ia benar-benar dibuat takjub dengan isi buku ini.
"Aku mengerti kenapa ini disita oleh Allied forces. Strategi perang gunung yang sangat mengerikan, Tuan Kesselring." Naruto mengernyit suka setelah memahami apa saja inti dari buku ini.
"Akan aku ambil ilmu mu ini." tentu saja karena pas sekali dengan pekerjaan dirinya dan buku ini adalah sebuah berlian, ini mampu memandu kedalam kemenangan mutlak jika digabungkan dengan teknologi modern dalam proyeksi perang yang terbentur medan geografis yang sulit seperti pegunungan.
.
.
.
Another Place.
Di sebuah Istana yang amat besar dan megah yang semuanya bernuansa putih. Terlihat banyak orang berseragam militer berlalu lalang, mereka sibuk mengurus beberapa hal.
Dalam sebuah ruangan yang berada disalah satu istana tersebut, ruangan yang memiliki pencahayaan terang namun sedikit redup, disitu nampak dua sosok tentara, bukan sembarangan tentara karena dipundak dua orang terpasang lambang bintang empat.
Dua orang General.
Mereka duduk di sofa empuk secara berhadapan dan meja marmer cokelat sebagai pembatasnya.
"Bagaimana menurutmu?," tanya seorang General berjas biru tua, ia memiliki perawakan cukup tinggi dengan janggut tipis, dan memiliki umur sekitar 50 tahunan.
"Bagaimana apanya?," tanya balik General yang memakai jas militer hijau kecokelatan, seragam itu menunjukkan jika ia adalah General dari angkata darat. orang ini juga memiliki tubuh cukup tinggi dan diwajahnya ada bekas luka melintang di pipi kirinya, ada cukup banyak keriputan disana.
"Dilihat dari gerak-gerik pasukan Pasifik mereka, Amerika memang ingin menginvasi kita, diamnya mereka adalah petunjuk." jelasnya saat pria tua didepannya belum mengerti maksudnya.
"Tak usah khawatir, kita sudah sampai pada tahap kuasa penuh. Semua sesuai rencana," tanggap pria tua itu dengan santai, ia kemudian menambahkan, "Aku sudah mengantisipasi hal ini, itulah mengapa aku memerintahkan kerja paksa pada rakyat untuk menggali terowongan dan lubang di semua wilayah mereka,".
"Tapi kita tidak akan siap seratus persen jika mereka datang beberapa hari kedepan, kita butuh sekitar satu atau dua mingguan untuk sistem rats tunnel. Lagipula kita berada dalam sasaran empuk senjata mereka," ujar pria berjas biru tua itu agak pesimis saat mengingat fakta kondisi lapangan.
Pria tua itu menghela nafas saat rekannya tidak yakin dengan rencana yang ia buat.
"Aku mengajakmu untuk mengkudeta Presiden dan pemerintahannya karena aku sudah matang dalam masalah ini, kita punya itu. . ." ucapnya mengingatkan rekannya akan sesuatu.
"Radar Jamming," tanggapnya dan mendapat anggukan dari pria tua tersebut.
"Kau benar, radar jamming buatan dalam negeri dan radar yang kita beli dari luar sebelum kudeta sudah tersebar dan tersembunyi secara merata di Negara kita." pria berjas biru itu mengangguk.
"Sistem tunnel dan sistem radar pengacau." ia menimpali ucapan General dari angkatan darat tersebut.
"Kita lihat dan kita ajak Amerika kembali ke masa kelamnya seperti dulu. Alat perang mereka akan kacau dengan adanya radar jamming, dengan begini kekuatan kita unggul, mau tidak mau perang konvensional harus dilakukan oleh mereka." ia menarik kesimpulan dengan mantap.
"Ditambah kita juga punya rudal jarak pendek, kita jadikan wilayah kita untuk makam mereka." ucapnya lagi.
sementara General kedua tidak berpikir semudah itu, ia sebenarnya tetap ragu.
'Itu jika Amerika saja yang menyerang, aku berpikir jika yang menyerang adalah seluruh Dunia atas pembantaian yang sudah kami lakukan, walaupun bisa bertahan sebentar tapi kekalahan adalah hal mutlak di pihak kami,'batinnya saat melihat rekannya ini sangat merendahkan militer lain,
Ia berpikiran seperti itu karena sebelumnya Presiden Federasi Russia sendiri terlihat marah saat tahu pembantaian ini dan bisa saja Kehancuran seperti Negara Irak di middle east akan mendatangi mereka.
Sebuah bukti jika Kudeta ini telah dilakukan murni atas keinginan pribadi tanpa campur tangan asing dan tidak ada aliansi di genggaman mereka.
"Berharap saja Amerika tidak menyerang beberapa hari kedepan, dan sekarang kita nikmati dua artis wanita pelacur ini melayani, salah satu alasanku mengkudeta karena aku ingin mencicipi banyak wanita," pria tua itu menarik keatas rambut seorang wanita yang sedari tadi sedang mengulum penisnya, ia memangku wanita itu dan menjilati dan menyusu aset kembar indah itu.
"Khukhu kau benar. . . Sini kau," namun ia pun tak peduli lagi, pria itu juga menarik wanita yang juga sebelumnya mengulum penisnya dan menikmati dua aset indah tersebut dengan rakus, jika sudah terlanjur ia nikmati saja.
Ternyata diruangan itu bukan mereka saja melainkan ada dua wanita yang merupakan artis cantik dalam Negeri yang kini terlihat tersenyum.
kini dua wanita itu tidak memakai sehelai benang pun dan saat buah dada mereka dinikmati oleh mulut dua General tua tersebut wajah senyum mereka tergantikan oleh senyum pedih dengan airmata yang mulai mengalir di pipi mereka.
Tak ada niatan untuk memberontak karena sekali saja mereka melakukannya maka kepala akan berlubang.
Mereka tidak beruntung seperti jutaan pengungsi yang berhasil keluar Negeri untuk kabur dari tindakan kejam ini, kini dua wanita itu hanya pasrah saat tubuhnya digumuli berkali-kali oleh dua orang kejam.
Entah beruntung atau tidak dua artis wanita itu tidak dibantai, berbeda dengan puluhan ribu gadis atau wanita yang tewas setelah diperkosa brutal oleh tentara-tentara yang berkhianat pada Negara dan pemerintah yang sah. Bukan mereka saja, masih banyak artis cantik yang ditahan dan menunggu nasib akan jadi pemuas nafsu para perwira iblis disini.
.
.
.
US Department of Defense. Arlington County, Virginia
Departemen pertahanan Amerika Serikat, tempat itu berada di willayah Arlington, Virginia, bangunan itu amat luas dan berbentuk lima sudut. The Pentagon, mereka menyebutnya. Satu hal yang pasti di situlah Menteri Pertahanan dan 14 General bintang empat berkantor, tempat dimana Joint Special Operation Command atau JSOC berkonsolidasi dan mengkoordinasi semua rantai pasukan Amerika yang tersebar diseluruh Dunia.
Gedung itu merupakan salah satu tempat paling sibuk, banyak perwira berbintang atau ratusan ribu pegawai sipil yang bekerja disana untuk mengurus segala sesuatu entah itu administrasi, cyber, telekomunikasi dll.
Mengabaikan itu, gedung tersebut secara rahasia mempunyai ruangan luas belasan meter di bawah tanah, hanya Presiden, Menteri Pertahanan, para General dan staff khusus yang mendapat akses untuk masuk didalamnya, selain itu tak ada yang boleh masuk, untuk penjaga yang terdiri dari squad-squad elit diminta mengunci rahasia apapun yang ada disini.
Dan kini fokus ke salah satu ruangan bawah tanah tersebut, ruangan itu cukup mewah, dengan ornamen-ornamen unik namun terkesan militeris itu kini sedang terjadi diskusi antara tiga orang penting.
Iya, hanya tiga orang saja.
Mereka bertiga duduk berhadapan dengan pembatas meja marmer berbentuk lingkaran didepannya.
Tiga orang itu adalah Menteri Pertahanan, satu General bintang empat yang memimpin 13 General utama JSOC dan seorang Ilmuwan, bukan ilmuwan sembarangan karena dia diperbolehkan masuk disini. Disitu terlihat ketiganya sedang berbicara serius dan sesekali sang General menunjuk sebuah peta yang tersaji dimeja.
"Phase I, Ballistic missile attack. Dilakukan untuk memancing lalu mengalahkan misil milik Vietnam dan menghancurkan tempat strategis dibagian pesisir timur, bagian utara setengahnya diurus oleh Russia dan China."
"Phase II, Air assault superiority. setelah peluncuran rudal balistik dilanjutkan oleh gelombang jet tempur untuk merontokkan kekuatan udara Vietnam dan sisa sisa pertahanan, dengan begitu air force akan mudah membantu pasukan darat yang beroperasi,"
"Phase III, Landing amphibious and airborne parachute attack. Secara masif 30,000 pasukan marinir dan 50,000 US Navy akan mendarat dipantai sementara sekitar 4,000 pasukan terjun parasut yang dipimpin tiga raptor akan langsung menusuk bagian dalam wilayah Vietnam, jumlahnya memang sedikit tapi ke-4,000 tentara ini adalah gabungan pasukan khusus dari MARSOC dan USASOC"
"Phase IV, 21th armoured Division lead the way. pengerahan cepat divisi armor ke-21 untuk membuka jalan pasukan marinir ke daratan dan bertemu pasukan parasut di 3 wilayah Green zone yang sudah ditentukan."
Sang General memberitahu soal rencana fase serangan awal dibagian timur selatan Vietnam ke Menteri pertahanan.
"Mr. minister, apa anda yakin dengan opsi project Missile ini?," tanya General tersebut setelah menyelesaikan penjelasannya, dan proyek misil disini adalah proyek lain yang diminta oleh Menteri pertahanan untuk penyerangan.
"Tentu General, Mr. President ingin itu dilakukan namun dengan catatan tidak akan 'merugikan' daratan Vietnamyaitu diledakkan diatas orbit langit vietnam bagian timur, dan itu juga dilakukan untuk menunjukkan ke Dunia akan kekuatan besar yang kita miliki ini." tukas orang yang menjadi nomor satu di kementerian pertahanan itu, "Dan International Space Station akan menjauh dari langit Vietnam agar tidak berdampak dari ledakan."
"Mr. Scottstein, tolong jelaskan perinciannya pada kita disini," kini pandangan keduanya tertuju kearah Ilmuwan yang sekarang masih duduk diam menunggu.
Scottstein, nama Ilmuwan tersebut ia mengangguk setelah mendengar perintah tadi. . .
"Tuan-tuan, bom yang terpasang di rudal balistik kali ini berbeda, rudal bom Nuklir akan bersumber dari kekuatan Anti-materi, atau kami sebut dengan Anti-matter bomb,"
"Jika bom Nuklir biasanya menggunakan reaksi tumbukan atom, maka Nuklir Anti-matter menggunakan reaksi saling menghancurkan dari Anti-materi dengan materi."
"Dan contoh mudah saja materi Proton dengan anti-proton,"
"Untuk pertama kali saya ingin mengingatkan jika benda ini memiliki kekuatan besar, energi terkuat yang mampu diciptakan manusia di masa sekarang maupun di masa mendatang, ini melebihi sebuah fantasy liar di film atau animasi sekalipun."
"Ledakan anti-materi itu bisa kita lihat seperti energi ledakan yang setiap saat terjadi di Matahari,"
"Butuh bertahun-tahun ujicoba untuk mendapatkan benda ini dengan rumus Einstein. Sebelumnya kami terkendala sesuatu karena biaya yang sangat-sangat mahal dan benda ini cepat menghilang 15 menit sebelum bisa disimpan, namun sekarang kami sudah bisa membuatnya walau sangat sedikit dan bisa menyimpannya dengan benda khusus,"
Sang General memandang tertarik ucapan Ilmuwan tersebut, ia kemudian menyelanya, "seberapa kuat anti-matter bomb ini?,"
Ilmuwan itu membuka buku yang dibawanya dan mencari sesuatu dibuku tersebut dengan cepat, setelahnya ia pun memperlihatkan tulisan itu didepan sang General.
Mata pria tua itu menatap buku dengan tatapan penasaran, ia kemudian membaca tulisan ilmuwan tadi yang ternyata adalah rumus-rumus disertai penjelasan dan dirinya sendiri juga paham soal fisika.
Namun tak lama kemudian ia sedikit melebarkan mata, cukup terkejut setelah membaca rincian akhir dari tulisan itu.
"Satu gram Anti-matter berkekuatan berkali-kali lipat gabungan bom atom era perang Dunia," memicingkan matanya ia menatap balik Ilmuwan tersebut, "Apa ini sebuah candaan? dalam gram?, bagaimana kalau ini satu kilogram?,"
sayangnya ilmuwan tersebut menggelengkan kepalanya saat mendengar dan melihat tatapan tak percaya dari General itu.
"Jika dipakai untuk energi terbarukan maka satu kilogram Anti-matter bisa mensuplai listrik seluruh daratan Amerika serikat selama 10 tahun tanpa isi ulang. . ." Ilmuwan itu menjeda ucapannya.
"Tapi jika satu kilogram dipakai untuk bom nuklir maka Dunia akan hancur karena daya ledak yang terlalu tinggi langsung merusak lapisan ozon, mega tsunami ratusan meter akan terjadi bila diledakkan diatas laut dan efek musim dingin berlebihan bertahun-tahun, General." Menteri dan General tersebut terdiam mendengar tuturan Ilmuwan tersebut, "Tergantung elemen materi apa yang akan di pakai. . ."
"Sekarang kami punya 3 gram anti-matter yang akan dipakai untuk project nuclear ini dan ada 6 gram lainnya kami coba untuk energi terbarukan, mustahil kami membuat satu kilogram Anti-matter . . ." ujar Ilmuwan tersebut memberitahu.
Entah bagaimana dua orang penting itu merasa lega saat mendengar pengakuan tersebut.
'Sebenarnya ini menuju era masa depan atau kehancuran?,' batin Menteri pertahanan maupun General secara bersamaan.
"Tolong lanjutkan rincianmu karena PBB melalui Operation Glory Sentinel akan segera merevolusi Vietnam . . ." pinta Menteri tersebut, menghela nafas sejenak ia kemudian melanjutkan. . .
"General, perintahkan USSTRATCOM untuk memilih rudal balistik antar benua yang akan membawa Anti-matter itu nanti."
.
.
.
.
Torii Communication.
Hari terakhir, sore itu sebuah apel baru selesai dilaksanakan. sebuah apel untuk melepaskan 500 army special force untuk segera diangkut menggunakan 15 helikopter angkut, dikarenakan 500 tentara termasuk Naruto akan ditempatkan ke gugus tugas gabungan US 7th Fleets yang kini berada di perairan selatan Okinawa dan akan menuju perairan Filipina.
Saat ini Naruto bersama Haruka sedang menyiapkan persiapan, berbeda dengan lainnya Naruto sebagai perwira ia menyiapkan perlengkapannya di tempat khusus.
"Tolong ambilkan teropong thermal di sebelahmu," Naruto sama sekali tidak melihat Haruka karena masing-masing sibuk, ia sangat terbantu dengan adanya Haruka disini.
"Baik,"
"Dan tolong taruh di ransel kecil itu ya,"
"ba-baik."
Tak lama setelahnya, Naruto merasa ada yang janggal dengan suara Haruka yang tiba-tiba agak serak namun perempuan itu tetap sigap menuruti perintahnya.
Ia menghentikan kegiatannya lalu menatap Haruka yang sedang memasukkan teropong itu ke ransel.
"Lieutenant?," perempuan itu menghentikan kegiatannya setelah terpanggil, cepat-cepat ia mengusap wajahnya.
"I-iya Nar-. . .Colonel?. . ."
"Apa ada masalah?. sampai kau menangis," tanya Naruto agak bingung, ia merasa jika asistennya itu sebelumnya tidak ada masalah dengannya atau mungkin ia sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya sedih.
Haruka menggeleng, ia mencoba tersenyum untuk menanggapi Naruto. Jujur ia bingung mengungkapkan keluhannya karena ini soal dirinya sendiri.
"Tidak ada masalah, Sir."
Alis Naruto mengernyit melihat kebohongan itu, ia mengendikkan bahu dan berbalik kembali mengemasi barang bawaannya, "Aku akan pergi cukup lama, apa kau tetap tidak mau berbicara jujur denganku?,"
tak ada tanggapan dari Haruka selama beberapa waktu, kemudian perempuan itu mengeluarkan suaranya.
"Bisakah. . . Bisakah kau tidak pergi?,"
"Apa?. . ."
Naruto menghentikan kegiatannya, ia terdiam mendengar ucapan itu, cukup bingung dengan permintaan yang mustahil dilakukan, itu malah lebih terdengar konyol, tapi Naruto rasa Haruka masih ingin melanjutkan kalimatnya.
"To-tolong, aku tidak ingin jauh darimu. Aku takut jika terjadi apa-apa padamu, a-aku tak bisa mengelak lagi, a-aku... aku. . ." dengan sedikit terbata-bata suara gadis itu terdengar memelan, ia menundukkan kepala.
"Benar-benar Mencintaimu. . ."
Sungguh, Naruto harusnya sudah bisa menebak akan hal itu, namun ia terkejut dengan pengakuan ini. Jika Haruka yang notabene adalah perempuan sampai berani mengungkapkan perasaannya itu berarti ia sungguh-sungguh disetiap perkataannya.
Namun Haruka sendiri sudah punya tunangan, Naruto tak mau merusak itu. Sebenarnya apa yang dilakukan dirinya sampai-sampai membuat asistennya ini jatuh hati padanya sampai pada tahap seperti ini? . . . Ia tidak tahu.
Naruto berbalik menatap perempuan cantik yang jadi asistennya itu, perempuan yang saat ini memakai seragam atase militer abu-abu ini, ia mencoba memberi penjelasan dan pengertian secara perlahan.
"Jangan mengatakan hal seperti itu, Haru. Ucapanmu tadi sudah bisa menyakiti hati tunanganmu dan itu tidak baik, hormati dia."
"Lagipula, mustahil memintaku keluar dari gugus tugas, bisa dipecat aku, kalau dipecat aku tak punya uang lagi hiehiehie. . ." ujar Naruto disertai tawa anehnya untuk mengencerkan suasana.
Ia melihat Haruka tengah menatapnya sendu tanpa sedikitpun tersenyum, mata gadis itu memiliki warna yang hampir sama dengan dirinya, tak ada kebohongan dalam tatapan itu sehingga membuat Naruto diam sejenak.
Ia menghampiri perempuan tersebut dan merengkuhnya kedalam pelukan, membuat gadis itu menangis dan membalas memeluk erat Naruto.
"Aku tidak bisa menerimamu, tapi aku berterima kasih kepadamu karena telah mencintai orang yang punya banyak kekurangan sepertiku, aku tidak melakukan apapun bahkan tidak pernah menggodamu."
"Dan aku merasa jahat pada tunanganmu karena telah membuatmu seperti ini,"
"Hiks hiks kau memang tidak menggoda atau merayuku, Col-. . .umh hiks Naruto. Ta-tapi semua yang ada padamu membuatku sangat suka, hiks bukan suka lagi, tapi Cinta." tanpa malu Haruka menjawa disela tangisnya, ia sangat menikmati pelukan Naruto, sangat nyaman dan bahkan pelukan tunangannya tak bisa dibandingkan oleh pelukan Naruto.
"Nanti akan aku beritahu perihal sifat tunanganku yang membuatku berpaling darinya, walaupun kau menolakku tapi aku akan tetap mengejarmu."
Ah bagaimana Naruto lupa, setelah kejadian hukuman yang diterimanya dulu bahkan Haruka selalu bilang ingin membunuh tunangannya itu sendiri tanpa Naruto ketahui alasannya.
Sekarang Naruto langsung dibuat pusing setelah mendengar pengukuhan hati Haruka yang amat keras... Niatnya ia ingin gadis ini tetap setia dengan tunangannya untuk kebaikan semuanya namun malah sebaliknya.
Untuk sekarang ia tidak akan memikirkan itu karena ia yakin Haruka tetap akan bersama sang tunangan nantinya. Naruto akan lebih fokus ke pertempuran yang kemungkinan memakan waktu lama seperti di Irak sana.
.
.
.
.
.
18.00 malam.
Pesawat-pesawat angkut militer mulai hilir bergantian mendarat dan terbang mengangkut semua personil disalah satu bandar udara rahasia di Kadena terbang menuju Negara Filipina sebagai rute perantara sebelum nantinya bergabung ke US 7th Fleets untuk pendaratan amfibi maupun lintas udara.
Naruto sendiri beserta para perwira tinggi lainnya dijadwalkan akan ditempatkan di dua kapal Super carrier nantinya menggunakan Helikopter dua rotor, Chinook.
Kini ia masih berada dalam Heli menuju gugus US 7th Fleets. Pandangannya melamun jauh dimana sejauh mata memandang hanyalah laut yang mulai gelap.
Ia tidak menghubungi siapapun kecuali Bibi dan Pamannya, Venelana dan Andrew karena hanya mereka lah kekuatan dirinya dari awal. Ia tidak menelepon Shiina maupun Naruko, tidak sama sekali. Bahkan dia tidak memikirkan keluarganya, terutama Ibunya sendiri.
Pikir Naruto kemungkinan yang pasti mereka semua akan tahu sendiri invasi besar-besaran United Nation di era Modern yang sebentar lagi akan pecah melawan satu Negara yang pemerintahannya dikudeta militernya sendiri,
'Ternyata benar aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu, Folia. Aku ingin sekali melihatmu bersama penjaga seumur hidupmu itu.' Naruto memikirkan pernikahan itu, dan jujur ia memang ingin sekali mengikuti acara resepsi itu untuk melihat gadis cantik itu diikat oleh seseorang yang akan menjadi pendamping hidupnya.
'Kudoakan kau selalu bahagia sampai akhir.'
'Dan bolehkah aku meminta doamu supaya aku selamat dari maut didepanku agar aku bisa menemuimu untuk mengucapkan selamat atas pernikahanmu?. . .'
Naruto masih mencintai gadis itu, sangat sulit menghilangkan rasa cinta di hatinya kalau sudah mengakar, cukup lama sekali ia menjalin hubungan dengannya namun berakhir seperti ini, setidaknya ia ingin melihat langsung pernikahan adik dari almarhum Diehauser itu walaupun dengan resiko menambah rasa hancur dalam hatinya.
Tapi itu tak apa-apa baginya, dalam bayangannya Naruto hanya ingin melihat Folia yang sedang memakai gaun pengantin untuk acara paling sakral dalam hidupnya.
'Kurasa dia malah akan mencaciku kembali daripada memberi doa untukku, haahaha,' pikirnya tertawa pahit.
'Sampai jumpa,'
Mata biru itu meredup memandang langit senja yang menggelap, bersamaan dengan hatinya yang mulai membatu, berpikir bagaimana nanti dirinya akan membunuh orang sekaligus meminimalkan korban dipihaknya karena dirinya sendiri juga bisa menjadi bagian dari korban itu sendiri.
.
.
.
.
.
Sementara itu diwaktu yang sama, di kediaman keluarga Namikaze semua orang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Di ruang kerja pribadinya, Minato yang sedari tadi sangat sibuk mengurus dan memantau perkembangan kasus perusahaan Uchiha yang dimana pemilik perusahaan itu Uchiha Fugaku walaupun ia belum menjadi tersangka tapi ia sudah masuk jeruji besi sebagai antisipasi dia kabur karena ini adalah kasus besar.
Berulang kali ia dihubungi oleh Fugaku untuk membantunya tapi yang bisa Minato bantu hanyalah dukungan moril dan bantuan hukum nantinya, walaupun begitu ia juga berjaga agar saham perusahaannya sendiri tidak jatuh terkena imbas dari kasus ini.
Perlu diketahui jika perusahaan Namikaze juga menanam investasi di sana tapi sama sekali tidak ikut campur perihal kelicikan itu, bahkan Minato sendiri kaget saat pertama kali mendapat kabar ini.
Beralih ke lainnya, Karin saat ini tengah melihat Ibunya yang duduk diam termenung di kursi panjang dimana di paha wanita itu memangku kepala Naruko yang tengah tidur, sesekali tangannya memainkan rambut pirang putri bungsunya itu.
Dapat Karin ketahui jika Ibunya sedang melamun akan sesuatu, itu tidak baik maka ia pun berinisiatif mendekati Ibunya tersebut.
"Kaa-sama. . ." Ia menepuk pelan bahu Kushina yang langsung mendapat atensi darinya.
"Kau mengagetkanku, Karin." dengus Kushina menengok kearah putri sulungnya tersebut.
"Ya habisnya Kaa-sama melamun."
"Begitukah?, Aku tidak tahu,"
"Kaa-sama memikirkan Naruto?,"
Kushina mengangguk lemah lalu pandangannya menatap wajah Naruko yang berada di pangkuannya.
"Bayangannya tidak mau pergi di pikiran Kaa-chan, Karin. Adikmu, Kaa-chan ingin adikmu berada disini selamanya, memberi apapun yang ia minta seperti kalian yang dia tak pernah merasakannya sekalipun."
"Naruto telah menjadi seorang terhormat, dibantu oleh dukungan besar oleh bibimu Venelana, dan harusnya Kaa-chan yang berada di posisi bibimu dibalik suksesnya adikmu."
"Aku ingin berada diposisi bibimu," ucapnya lagi.
Karin terdiam mendengar keluhan itu, namun ia kembali mengingat perkataan sang ayah kemarin, "Seperti kata Tou-sama, sekarang kita hanya mampu memberi support padanya, Kaa-sama tolong bersabar dan kesempatan pasti ada karena aku yakin semua akan kembali berkumpul dan bahagia,"
'Dan aku bahkan sangat bersedia menjadi istrinya, masa bodoh dengan hubungan keluarga,' tambah Karin dalam batin.
Kushina menatap Karin dan tersenyum miris, ia mengangguk, "Kaa-chan sangat berharap itu, Karin."
"Ah uhm Kaa-sama, apa kau tahu jika tetangga sebelah rumah kita itu adalah istri dari tentara Amerika yang berdinas di Torii?, dia orangnya baik sekali, aku tiap hari bertegur sapa dengannya." ucap karin memulai gosip yang biasanya membuat lelaki mendengarnya merasa bosan.
"Eh? kalau wanita itu aku kenal tapi Aku baru tahu soal suaminya, kukira dia janda soalnya belum pernah lihat suaminya sekian lamanya mereka disitu," yaahh dan Kushina menanggapi hal itu dengan antusias.
"Tentu tidak pernah tahu karena Kaa-sama berangkat pagi dan pulangnya malam dan suami dia pulangnya seminggu sekali," jawab Karin, jujur ia sendiri sedikit tidak enak membicarakan tetangga mereka.
"Jadi suaminya berdinas di tempat Naruto pimpin, ya baiklah kapan-kapan kita kunjungi mereka," usul Kushina tersenyum senang.
"Ha'i, tentu Kaa-sama," Karin mengangguk setuju, tidak ada salahnya dengan mengunjungi tetangga sendiri bukan?.
"Ah besok pagi bagaimana?, apa Kaa-sama akan datang ke pernikahan Folia?," celetuk Karin ingin tahu, namun setelah mendengar nama gadis tersebut dapat Karin lihat jika raut wajah Kushina berubah menjadi datar.
Ia merasa jika ucapannya salah.
"Jangan membicarakan anak itu. . ." tugas Kushina dengan nada datar.
Setelah mendengar jawaban itu Karin pun lebih memilih diam karena ia tak ingin membuat hati ibunya lebih memburuk.
Setelah mengetahui cerita kemarin perihal hubungan Naruto dengan gadis berambut biru muda itu persepsi baik Minato dan Kushina untuk Folia dan tunangannya telah berubah, lebih dari itu Kushina benar-benar membenci gadis itu.
"Lebih baik kita masuk, Karin. Musim dingin kurasa sudah mulai datang." ujar Kushina pelan, ia menatap jam tangan miliknya yang ternyata jarumnya sudah menunjukkan pukul delapan malam, dapat ia rasakan jika kulit bersihnya mulai merasakan hawa dingin.
"Baik Kaa-sama," Karin mengangguk, dia kemudian membantu membangunkan Naruko yang tidur agar pindah ke kamarnya.
Ya, hari memang sudah petang, diwaktu seperti ini kegiatan yang membuat nyaman adalah berkumpul dengan keluarga dirumah sambil menonton hiburan atau tidur.
Tidak ada yang tahu jika keesokan harinya semua akan mendapat berita yang akan mengejutkan.
.
.
.
.
.
02.55 pagi waktu pasifik.
Dimalam yang gelap di tengah laut perbatasan, Terlihat gugus tugas tiga buah Kapal induk dan empat battleship beserta kapal pendukung lainnya dalam kondisi diam dengan semua penerangan terlihat padam, semua kapal tersebut terdapat bendera United States.
Armada ke-7 pasifik Amerika atau US 7th Pacific Fleets.
Mereka semua sudah sampai di titik koordinat aman untuk memulai penyerangan terhadap Vietnam yang saat ini daratannya hanya beberapa puluh mil didepan mereka maka dari itu semua lampu penerangan di matikan agar tidak terlihat dari kejauhan, Armada ke-7 juga membawa unit-unit task force miliknya dan ditambah dari USAF dan US Army seperti rencana.
Mereka tidak diserang oleh angkatan laut Vietnam karena hampir semua kapal tempur mereka diratakan oleh rudal rudal milik china. Itu benar, Angkatan Laut Vietnam hanya terkonsentrasi di bagian utara yang lebih dekat dengan China, tidak mengira jika bagian timur laut china selatan akan dijadikan tempat armada Amerika dan juga tidak sadar mereka akan diserang.
Kini Naruto berdiri di pinggir pucuk dek USS R. Reagan dengan seragam taktis tanpa helm, menatap kegelapan jauh didepannya. Ia tidak sendiri, disampingnya juga berdiri satu orang pria tinggi berjakung dengan seragam taktis namun sedikit berbeda motif dengan Naruto, dibelakangnya terlihat berjejeran puluhan jet tempur yang jika diteliti bentuknya itu adalah Fighter stealth F-35, dan fighter lainnya.
Dalam diam mereka menatap kedepan, dan secara samar dari langit arah timur muncul ratusan cahaya berekor seperti komet namun punya suara gemuruh mirip petir yang membuat siapapun takut, dengan cepat ratusan cahaya yang mempunyai jejak seperti ekor api tersebut melesat kedepan, semakin lama benda tersebut terlihat jatuh.
"Wuuhh, it's beautiful Col, Uzumaki?," ujar seseorang yang berdiri disamping Naruto, sementara yang dipanggil pun hanya mengangguk setuju tanpa menoleh sedikitpun karena pandangannya masih tertuju ke ratusan cahaya bergemuruh itu.
"Yes, Col. Henry, this is beautiful," ucap Naruto menanggapi orang disebelahnya, dia juga memiliki pangkat yang sama dengan Naruto namun di logo dan warna seragam taktisnya dia merupakan Komandan dari korps marinir.
Secara beruntun cahaya tersebut jatuh ke daratan dan juga terlihat cahaya yang muncul dari daratan mencoba menghalau cahaya dari langit tersebut, rentetan cahaya ledakan menyilaukan langsung muncul disertai dentuman keras dan jeda ledakan yang mampu terdengar sampai tempat mereka berdiri.
Ratusan cahaya itu adalah rudal balistik antar benua non Nuklir milik Amerika yang diluncurkan dari selo-selo rudal di pulau Hawaii, kepulauan Midway, Guam maupun Kadena. Ratusan missile tersebut ditangkis oleh rudal musuh dari daratan agar meledak di angkasa, namun hal itu sia-sia karena kebanyakan rudal balistik telah sukses jatuh mengenai target dan meledak hebat, kehancuran area yang sudah pasti melumpuhkan sistem pertahanan mereka jika tepat mengenainya.
"Petasan yang mengagumkan." ujar Col. Henry saat melihat serangan pertama dari pihak mereka berhasil karena rudal musuh hanya bisa menangkal sedikit rudal jelajah mereka.
"Jika ledakan seperti itu adalah petasan lalu bom kita seperti apa, senior?," tanya Naruto sambil melihat ledakan super itu dengan ekspresi biasa dan celetukan Naruto dibalas kekehan oleh Henry.
"gez, bom kita adalah nuklir," jawabnya tenang.
Mereka terus tetap melihat ledakan yang terus terjadi, intensitas cahayanya tetap aman di mata karena jaraknya cukup jauh.
"Jangan memakai amarah saat ingin membunuh, bunuh saja tanpa peduli, matikan perasaanmu saat kau melihat apapun dengan penglihatanmu." ucap pria paruh baya itu ke Naruto yang masih menatap ledakan rudal di kejauhan sana, "Ini perang sesungguhnya, semua adil."
"Filosofi Battle of Samurai. . ." celetuk Naruto menebak.
Henry mengangguk lagi mendengar ucapan Naruto, pemimpin dari pasukan marinir itu kemudian menimpali, "Only a heartless army gives a true victory,"
.
"Dari informasi dan fakta, lebih dari ratusan ribu perempuan warga negara itu dipaksa menjadi budak seks bagi para pasukan mereka, dua General busuk itu mengambil semua wanita cantik untuk nafsu mereka, puluhan ribu dibantai dan jutaan lainnya mengungsi," Henry berbicara dengan nada datar, ia mengungkapkan hal itu sementara Naruto mengangguk.
"Itu malah mirip seperti perbudakan masal dan mungkin kebrutalan terbesar setelah perang dunia kedua," tanggap Naruto yang membuat Henry mengangguk.
"Perang ini mungkin butuh waktu agak lama, mungkin mirip seperti di Irak, namun nikmati saja apa yang ada sekarang."
"Kita tak punya kuasa untuk menghentikan perang ini, Naruto. Yang terpenting jangan mati, kita tak boleh meremehkan musuh dan selalu maksimal dalam bertindak,"
Naruto hanya mengangguk membalas perkataan rekan seniornya tersebut karena itu adalah benar, dirinya tak punya kuasa apapun untuk menghentikan perang, ia tak bisa mengubah tatanan pikiran penghuni dunia.
Dan sebelum perang ini akan dimulai ia memang ingin mendoktrin dirinya sendiri dan hatinya dengan doktrin perang samurai yang terbilang kejam tadi, menghapus nuraninya.
Kalaupun dirinya mati mungkin hanya Venelana beserta Andrew yang sangat terpukul dan itu membuat Naruto merasa bersalah namun ia tidak berpikir Shiina atau keluarganya Ayah, Ibu atau saudaranya, pastinya mereka tidak akan terpengaruh jika ia tewas.
Ia akan bertempur secara lepas tanpa beban.
Mata safirnya menatap lurus kedepan tanpa beban sekalipun, dia siap dengan semua kondisi, yang ingin ia lakukan nanti adalah memimpin pasukannya untuk menembus pertahanan musuh paling jauh.
Ia akan membunuh dan membunuh seperti yang dikatakan Shiina padanya yaitu dirinya adalah pembunuh dan ia tidak akan mematuhi peraturan Convention Geneva yang merupakan konvensi tentang peraturan perang di seluruh Dunia, itu yang akan Naruto lakukan, persetan dengan peraturan.
Semuanya adil dalam perang.
Pertama kalinya dalam perang ini ia akan membutakan semua pengetahuannya tentang hukum perang karena yang terpenting adalah kemenangan kilat agar Negara ini cepat terbebas dari cengkeraman dua Jenderal gila yang mengkudeta pemerintah asli itu.
Sebuah revolusi besar-besaran akan terjadi di Negara itu dengan intervensi militer pasukan multinasional.
Walaupun agak sulit karena Junta Militer yang dipimpin dua General itu punya 10.000 pasukan elit, 300.000 lebih tentara dan senjata canggih mereka untuk segera dibungkam, belum lagi tentara cadangan mereka yang berada disekitaran dua juta orang lebih namun Naruto tak ambil pusing soal jumlah.
Tak peduli jika nantinya ia dikatakan buas sekalipun karena ada ratusan bahkan jutaan rakyat Negara itu yang menunggu dibebaskan dari penindasan, menunggu untuk pulang dan membuat mereka kembali merasakan kebebasan dan senyum gembira dalam suka cita diatas darah para tentara yang berkhianat.
Apapun itu, ini adalah perang. Dipihak kawan kau dianggap pahlawan namun dipihak lawan kau dianggap pembunuh, dipihak pers semua peristiwa akan dijadikan bahan berita dengan banyak bumbu, perusahaan senjata akan banjir pembelian, dan pihak lainnya yang pasti punya asumsi sendiri tentang perang ini.
Karena perang adalah momen yang tepat untuk berbohong, momen untuk mencari kebenaran, momen untuk mencari muka, untuk mencari hidup atau mati, menjadi pemberani atau pecundang.
*Drrmm*
-"MISSILE AWAY. . ."-
-"MISSILE AWAY. . ."-
Terdengar suara nyaring di setiap sudut kapal.
Dan tepat tak jauh dari Naruto dan Henry, beberapa battleship dan destroyer secara bersamaan meluncurkan rudal-rudalnya dari sistem persenjataan dan mengeluarkan cahaya pembakaran roket yang menyilaukan serta gemuruh mengerikan, puluhan rudal tersebut juga meluncur dengan sasaran di darat sana.
"Tomahawk. . ." celetuk Henry menyebut rudal jelajah non nuklir tersebut.
Sementara itu Naruto tak begitu peduli dengan peluncuran rudal bernilai milyaran itu, namun begitu mereka sangat menikmati indahnya cahaya senjata pemusnah itu meluncur menuju target untuk menghapus nyawa banyak orang.
Bukan rudal milik USA saja yang diluncurkan karena menurut data dan strategi, China dan Rusia yang merupakan Negara superpower terdekat juga akan meluncurkan ratusan rudal konvensional miliknya ke berbagai titik strategis pesisir perbatasan utara Negara tersebut lewat tempat rahasia dimana rudal mereka disimpan.
Sesuai rencana, semua rudal punya target yang sama yaitu menghancurkan tempat strategis seperti pertahanan udara, pembangkit energi dan tempat penting lain milik musuh karena setelah ini invasi akan dilanjutkan dengan serbuan udara dan dimulainya gelombang pendaratan marinir dan pasukan parasut.
Dan untuk posisi Naruto, sesuai rencana dari militer pusat ia adalah salah satu pemimpin lapangan paling depan dari ribuan pasukan parasut (airborne) yang akan terjun. . .in behind enemy lines, untuk membingungkan lalu memecah konsentrasi kekuatan tentara Vietnam, membuat grup ad hoc secara mandiri untuk menguasai wilayah kecil dan mengendalikannya.
Sebuah Negara akan hancur hari ini.
.
.
.
Pagi petang itu, peluncuran ratusan rudal jelajah milik 3 Negara Superpower telah terdeteksi oleh setiap radar yang dimiliki semua Negara perbatasan yang dilewati oleh rudal tersebut sehingga membuat sirine peringatan rudal langsung aktif dan menggema di berbagai pelosok.
Hal ini terjadi karena ini merupakan strategi serangan kejutan, negara yang tidak berkepentingan dengan invasi tidak akan diberitahu sebelum invasi ini berjalan.
Sebagai contoh, Jepang di wilayah pesisir timur dan selatan mulai Tokyo, Yokohama sampai okinawa yang saat ini sistem peringatan dini canggih serangan rudal milik Japan Self Defense telah berbunyi nyaring membangunkan penduduk dalam ketakutan akibat rudal balistik antar benua yang diluncurkan dari kepulauan Midway telah melaju kebarat melintasi Zona udara eksklusif Jepang sehingga tertangkap radar pertahanan yang mempunyai jangkauan luas.
Semua channel siaran televisi swasta maupun pemerintah secara tiba-tiba menunjukkan layar putih bernada dengungan sirine dengan adanya tulisan merah. . .
*KEIKOKU*
*Misairu kÅgeki, hinansho no hogo ni ikimasu!*
*WARNING*
*Missile attack, go to Shelter protection!*
Tentu bagi mereka yang tahu langsung cekatan membangunkan keluarga mereka yang masih tertidur lalu berlarian ke shelter perlindungan terdekat yang memang sudah disiapkan pemerintah dari dulu.
Mengabaikan itu, hal berbeda terjadi di area lain.
Radar sirine milik Amerika yang berada di Kadena maupun di base lainnya termasuk di Okinawa sama sekali tidak berbunyi, membuktikan jika ini sudah dikoordinasi secara tepat.
.
Serangan fajar pukul 3 pagi membuat Dunia tersentak, bagai derasnya air terjun semua media elektronik seluruh Dunia berbondong-bondong menyiarkan berita soal Invasi kejutan pasukan Multinasional ke Vietnam yang berawal dari dihantamnya daratan Negara bintang itu oleh rudal-rudal canggih berharga milyaran dollar.
.
OPERATION GLORY SENTINEL.
Itulah nama operasi resmi pasukan multinasional United Nation untuk Invasi ke Vietnam, operasi besar untuk menghancurkan dan mengakhiri tirani yang berkuasa saat ini, merevolusi paksa Negara tersebut dengan kekuatan militer agar pembantaian segera berakhir dan berjuta-juta rakyatnya yang mengungsi ke Negara lain dapat pulang kembali.
Proyeksi perang modern yang menggunakan alat super canggih yang mematikan, perang terganas dan terbrutal akan terjadi hari ini.
.
.
.
.
.
Dilain tempat.
Di markas besar Japan Self Defense Force, Tokyo.
Banyak laporan dari wilayah pesisir atas aktifnya sistem peringatan dini serangan rudal. Semua perwira yang bertugas dibuat kalang kabut, mereka mengira jika terjadi serangan rudal oleh Negara Korea utara yang dari dulu memang agak panas.
Mereka dengan cepat melakukan rapat disebuah ruangan khusus dan menunggu instruksi General utama yang saat ini sedang dalam perjalanan.
Beberapa menit saja menunggu sang General utama sudah tiba diruangan tersebut, seorang pria berumur 50 tahun lebih dengan janggut putih tipis di dagunya ditambah seragamnya yang penuh emblem dan insignia membuatnya lebih berwibawa, semua menunggu instruksi darinya.
"Dengan tidak basa-basi, tolong segera koordinasikan ke bawahan untuk mencabut dan memberitahukan para warga untuk tetap tenang dan kembali kerumah masing-masing,"
Ucapannya agak serak membuat mereka yang ada disitu kebingungan.
"Rudal-Rudal antar benua yang tertangkap oleh radar kita berasal dari Sekutu utama kita Amerika Serikat, rudal itu menuju ke daratan Vietnam."
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat semuanya terkejut karena beberapa hari sebelumnya Amerika telah melakukan konferensi pers untuk menyatakan tidak menggunakan kekuatan militernya terhadap Vietnam yang telah dikudeta.
"Jangan terkejut karena bukan Amerika saja, tapi Rusia dan China juga telah melakukan hal yang sama. Sebelumnya ini sangat rahasia untuk sebuah serangan kejutan diwaktu fajar belum terbit. Tapi tidak untuk sekarang, pasukan Multinasional telah dikerahkan dalam invasi Vietnam untuk menstabilkan kondisi Negara itu dan masyarakatnya."
"Maka dari itu sekali lagi segera matikan sistem peringatan rudal kita di semua tempat dan beritahukan warga untuk tetap tenang dan beraktifitas biasa." ujar General JSDF yang kemudian menghela nafas panjang.
"Kemudian ini kita dapat pemberitahuan jika kita diminta untuk bertemu dengan semua petinggi rumah sakit yang ada di Jepang untuk bersedia menampung para tentara korban perang khusus dari Amerika, Perancis dan British, dan para dokter militer Amerika akan segera datang untuk menanganinya."
"Dan satu lagi, kewajiban kita untuk perlancar arus logistik militer dan logistik lainnya untuk sekutu kita, Amerika. Ini perintah langsung dari Perdana Menteri, persiapkan diri jika JSDF diminta untuk kirim pasukan ke medan perang, rapat ditutup." tambahnya dan langsung menutup pertemuan ini.
Para perwira pemimpin dengan cepat langsung mengikuti perintah tersebut untuk segera diinstruksikan ke bawahnya.
Awal mula mereka semua harus mematikan sistem peringatan rudal dan kemudian memberitahu warga atas kesalahan ini, berlanjut dengan menuju ke rumah sakit utama di wilayah Jepang untuk membahas soal perawatan tentara yang terluka.
.
.
.
03.20 Pagi.
Kediaman keluarga besar Namikaze kini juga tengah dilanda kepanikan saat 20 menit yang lalu ketika kepala penjaga malam rumah besar itu membangunkan semuanya untuk berlindung ke shelter buatan sendiri dibawah rumah megah mereka setelah mendapat info darurat serangan rudal secara masal, semua berbondong-bondong menuju keruang bawah tanah namun setelah itu 20 menit kemudian sang penjaga mendapat laporan jika itu hanya eror dari sistem pemerintah dan akhirnya mereka kembali keatas dan semua mencoba untuk kembali tenang.
Kini keluarga tersebut berada di ruang keluarga untuk memenangkan diri.
"Kushina-sama, ada tamu yang ingin menemui anda." ucap salah satu penjaga yamg tiba-tiba datang.
"Tamu?. sepagi ini?. ." ia yang masih dilanda kepanikan pun mencoba untuk kembali berpikir tenang setelah terjadi eror sirine serangan rudal tadi. Namun entah kenapa seketika ia merasakan hal tidak enak di hatinya dan ia tidak tahu kenapa.
"Apa orang itu tidak punya waktu yang bagus untuk bertamu, siapa dia. . ." tukas Minato yang duduk disamping kushina.
Namun tiba-tiba seorang pria paruh baya dengan pakaian atase militer lengkap masuk ke ruangan tersebut tanpa izin.
"Saya Lieutenant Colonel Renjo Shimaga , saya kesini diutus oleh petinggi atase militer JSDF yang dipimpin General Yoshimori Ritona dan diperintah langsung oleh Perdana Menteri."
Tentu saja hal itu membuat mereka terkejut mendengar perkenalan orang tersebut, orang ini sangat penting.
Penjaga yang tadi memberi laporan pun langsung melenggang pergi setelah dikode Minato untuk pergi.
"Karin, Menma dan Naruko kalian ke kamar dulu." perintah Minato ke putra putrinya.
"Ha'i. . ." jawab mereka serempak.
"Silahkan duduk Tuan Shimaga," ucap Minato mempersilahkan setelah kini hanya tinggal mereka saja yang ada disana.
"Terima kasih," pria itu dengan cepat langsung duduk, terlihat sekali dimata Minato dan Kushina jika orang suruhan pemerintah ini sangat terburu-buru.
"Saya disini singkat saja. Nyonya Namikaze Kushina, anda adalah pemilik Rumah sakit umum Medical Namikaze, benar begitu?" Tanya Shimaga pada Kushina yang terlihat bingung.
"Iya benar itu milik saya, Tuan Shimaga," Kushina mengangguk sementara Minato menyimak secara serius.
"Nyonya Namikaze, dalam data pemerintah rumah sakit milik anda mempunyai standarisasi tinggi dan alat yang lengkap,"
Kushina sekali lagi mengangguk, memang benar jika rumah sakit miliknya itu sangat canggih dan peralatan medisnya yang lengkap ditambah rumah sakitnya sangat besar, suatu kebanggaan baginya.
"Maka atas perintah Perdana Menteri kami meminta kesanggupan anda untuk siap merawat tentara yang terluka maupun menampung jenazah para tentara korban perang untuk pendataan," ujar Shimaga dengan wajah tenang namun serius, setiap kata-kata yang ia keluarkan terdengar lugas.
Mendengar hal itu tentu saja membuat keduanya langsung terkejut, disamping ini perintah dari Perdana Menteri tapi yang membuat mereka lebih terkejut adalah para tentara korban perang?.
"Tentara?, saya masih bingung dengan penjelasan anda Tuan Shimaga, siapa yang beperang?. Apakah kita dengan Negara lain?. Lalu apa ada hubungannya dengan peringatan rudal tadi," tanya Kushina bertubi-tubi, entah kenapa hati bertambah tidak nyaman.
"Saya jelaskan dengan singkat, United Nation telah mengerahkan pasukan Multinasional untuk menyerang secara mendadak ke Negara Vietnam dan kita hanya dimintai bantuan logistik dan medis untuk United Nation dalam merawat tentara yang terluka maupun tewas dan soal peringatan rudal itu memang benar ada hubungannya, tidak ada eror tapi itu memang rudal antar benua yang mengarah ke Vietnam."
"Jika begitu aku setuju menampungnya Tuan Shimaga, kami akan mengurusnya sebaik mungkin," jawab cepat Kushina secara ringan, ia tak berpikir panjang dan siap membantu karena para tentara itu menginvasi Vietnam memang untuk bertujuan menghapus tirani kejam disana.
"Itu jawaban yang melegakan Nyonya Namikaze, oh dan saya hampir lupa memberitahu anda sesuatu. Anda jangan khawatir soal tambah sibuknya para dokter spesialis Rumah Sakit anda karena Amerika Serikat akan mengirimkan ratusan tim dokter militer spesialis semua kategori, anda hanya diminta memberi fasilitas medis dan bantuan perawat untuk mereka, semua biaya ditanggung Amerika,"
Nafas Kushina maupun Minato tercekat mendengar hal tersebut, mereka tidak bodoh soal itu, Vietnam berada di wilayah Asia dan jika itu Amerika maka tentara-tentara yang dikirim akan berasal dari pasukan pasifik Amerika yang berada di Korea selatan maupun di Jepang.
"A-amerika?, T-tuan Shimaga, jadi tentara multinasional itu?. . ." Kushina agak sulit mengatakan hal tersebut. Hatinya seperti dihantam sesuatu, ia tidak mau berpikiran buruk namun ia tidak bisa melepaskan rasa tidak nyaman ini, bayangan putranya Naruto yang tersenyum padanya langsung terlintas di otaknya.
Teringat dalam otaknya saat pembicaraan Naruto soal izinnya pada Minato minggu yang lalu membuat dada Kushina terasa sesak.
"Itu benar, tentu saja di wilayah Jepang militer Amerika dari Okinawa dan Kadena separuhnya dikerahkan dalam tentara koalisi Internasional itu,"
.
.
.
.
04.00 pagi.
Satu jam setelah serangan hebat rudal-rudal tersebut, kebakaran dan kehancuran hebat melanda di seluruh wilayah vietnam hampir secara merata, kebanyakan yang hancur adalah sumber-sumber energi seperti pembangkit listrik, perusahaan minyak dan gedung-gedung sentral penting.
Sebelumnya, rudal-rudal ini memang sudah disetel untuk menghujam area penting.
mulai dari perbatasan utara antara China dan Vietnam kini secara serentak konvoi militer China dan Rusia merangsak masuk dan mendapat serangan hebat dari militer vietnam yang ternyata bisa bertahan dari serangan rudal di tahap awal, kebanyakan konvoi mereka sedikit tertahan 15 km dari perbatasan.
sementara itu, beribu-ribu pasukan amphibious Navy fleets Amerika, British dan France telah mendarat sempurna di pantai dengan perlawanan yang tiada arti karena beberapa rudal menyasar tepat ke pertahanan pantai milik vietnam.
Setelah benar-benar mengamankan pesisir pantai seluas 10 km, kini giliran gelombang perahu angkut baja yang membawa ratusan Tank, Artillery dan senjata berat lainnya untuk didaratkan dan segera merangsak maju.
Diatas mereka, tepatnya beberapa kilometer diatas langit cukup tinggi kini belasan lebih helikopter angkut dua rotor khusus perwira dan puluhan pesawat angkut C-3 Globemaster terbang cepat masuk kedalam wilayah udara Vietnam dengan membawa ribuan pasukan parasut Airborne menuju ke titik yang sudah ditentukan untuk menguasai dari dalam wilayah Vietnam.
Selain itu puluhan jet fighter stealth generasi termutakhir sudah maju terlebih dahulu untuk menetralkan jet musuh dan menghancurkan senjata anti serangan udara yang masih lolos dari hantaman rudal balistik maupun rudal jelajah, hal itu perlu dilakukan untuk segera menciptakan supremasi udara yang akan mempermudah suplai dan dukungan udara untuk pasukan darat.
.
.
.
.
Diantara belasan helikopter angkut itu, salah satu Helikopter khusus perwira yang hanya terisi belasan orang saja itu terdapat Naruto yang kini duduk disalah satu tempat duduk dengan seragam tempur lengkap, telinganya sudah terpasang earphone khusus dan dibahunya terdapat baret hijau yang disangkutkan secara aman.
Ia terdiam, tertunduk dengan mata birunya menatap helm balistik yang sudah terpasang kamera perekam dan Night vision googles, disampingnya tersender sebuah senjata besar yang cukup panjang larasnya, itu adalah Sniper dan dapat dilihat jika teleskop sniper itu telah terpasang vision thermal.
'Setelah turun dari pesawat sini semuanya akan berubah. Shiina, maafkan kakak karena terlalu kejam padamu,' Naruto memejamkan matanya, terngiang-ngiang wajah Shiina adiknya, walaupun sebelumnya ia sangat marah namun sebenarnya Naruto menyayangi adiknya tersebut dan akan selalu menyayangi.
Tiba-tiba pintu belakang helikopter dibuka oleh seorang kru pesawat, itu adalah sebuah tanda jika titik turun hampir sampai.
Membuka matanya kini mata biru tersebut terlihat menggelap kusam dengan seukir senyum aneh tercetak di wajah Naruto, memakai helm balistik berkamera dikepalanya dan dengan sigap ia berdiri menatap semua perwira bawahannya yang sudah siap seperti dirinya.
"Senior, persiapan 3 menit kita akan turun secara terpisah, pimpinlah unit unit kecil kalian dan terus saling berkomunikasi, kacaukan semua posisi lawan, eliminasi semuanya."
Seperti biasa Naruto menyebut bawahannya dengan sebutan 'Senior' karena Naruto melangkahi jabatan mereka di dalam faktor usia, juga dimaksudkan untuk menghormati mereka.
"HOOAAHH!,"
"Berperanglah agar kita bisa pulang dan berkumpul lagi dengan keluarga masing-masing. Dan ingat!, tak ada anggota yang ditinggalkan, Time to Glory!"
"HOOAAHH!,"
"Tuhan bersama kita. I'm Colonel Uzumaki, checked parachute!,"
Tanpa diketahui oleh siapapun kecuali operator disitu banyak kamera disetiap sisi heli secara online merekam semua aktifitas disana untuk dipantau markas pusat dan dijadikan dokumentasi nantinya.
Hal itu lumrah karena dokumentasi sangat penting untuk propaganda ke media agar dapat dukungan Dunia Internasional atau kebutuhan strategis lainnya seperti pengawasan dan juga di helikopter sini ada Naruto yang merupakan salah satu Perwira menengah yang memimpin lapangan.
Jalan mulusnya strategi dari pusat bergantung pada Naruto dan beberapa Colonel lainnya yang maju, Pentagon tentu tak akan pernah mau kehilangan salah satu dari perwiranya dan akan melindunginya secara total dari darat maupun udara.
.
.
.
Jika ada yang merekam dan mengabadikannya dari daratan sekarang kini langit Vietnam pesisir timur laut tertutupi oleh ribuan pasukan parasut mengembang seperti jamur yang turun perlahan dalam invasi sebuah Negara, menembus tembakan darat ke udara musuh yang tetap melawan, sangat menakjubkan.
Satu-satunya yang mendokumentasikan hal tersebut adalah kamera pesawat-pesawat maupun satelit Amerika yang dari awal memang sudah siap segalanya.
.
.
.
Jepang, 03.30 pagi.
Disebuah apartemen, kini Shiina duduk terdiam dipinggir kasur, sedikit keringat mengalir di pelipisnya setelah tadi baru kembali dari shelter perlindungan setelah sebelumnya sistem peringatan serangan rudal telah menyala dan membuatnya ketakutan.
Ia pulang dari perlindungan karena pihak berwajib memberitahu jika sirine aktif karena sebuah eror, namun itu tak menjawab kenapa sebelumnya semua siaran televisi menunjukkan peringatan dini.
Tidak mungkin jika ini adalah eror sistem karena mustahil kesalahan bisa bersamaan seperti tadi.
Ia benar-benar takut, karena ini hampir mengingatkannya pada perang di Negaranya dulu.
Tiba-tiba entah kenapa pikirannya terhadap Naruto kakaknya muncul begitu cepat, dan dirinya yakin jika peringatan rudal tadi bukanlah sebuah eror sistem melainkan ada sesuatu diluar sana yang berhubungan dengan kakaknya.
Sudah beberapa hari lebih dirinya tidak bertemu dengan kakaknya karena kejadian kemarin, Shiina merasa tersiksa dengan keadaan ini, ia sangat ingin bertemu kakaknya namun dirinya masih takut, tapi sungguh rasa rindunya begitu kuat dan untuk kali ini Shiina merasa kehilangan arah hidupnya.
"Nii-sama, hiks. Kami-sama, a-aku merindukannya hiks. . .tolong, lindungi Nii-sama ku." dengan setulus hatinya Shiina hanya bisa berdoa, apapun itu demi Naruto. Shiina sangat menyayangi sosok tersebut.
Untuk saat ini ia benar-benar memikirkan eror sirine tadi. Entah kenapa pikirannya sangat buruk tentang kakaknya, tak peduli walaupun ia sekarang dibenci Naruto tapi Shiina tidak akan pernah pergi dari sisi kakaknya itu, Naruto adalah tujuannya untuk tetap hidup.
Bahkan sekarang Sasuke pun telah hilang dari pikirannya, Shiina tak peduli dengan Uchiha itu karena dialah yang membuat dirinya berkelakuan buruk pada Naruto.
Sungguh, lagi-lagi ia merasa menjadi perempuan terbodoh di Dunia karena bisa termanipulasi oleh Sasuke sehingga menyakiti sosok 'malaikat' yang sudah memberinya hidup.
Setelah suara sirine tadi Shiina tak bisa untuk tidur kembali, matanya yang sayu terus terjaga, duduk diam melamun dan sesekali airmata kembali menetes turun dipipinya.
.
.
.
PENTAGON, Ruang komando utama.
"Statue area!,"
"All according to plan, sir!,"
"Status para Raptor?,"
"Status para Raptor, Colonel. Henry sudah turun di wilayah ******* point 1, Colonel. Uzumaki sudah turun di hutan dekat wilayah ******* point 2, Colonel. Frank sudah turun di desa ***** point 3, Major General. Starkraven siaga di USS. ."
"General!, ketiganya mendapat serangan brutal beruntun dari Vietnam. Jarak antar tiga Raptor adalah 20 km." ucap orang lain yang juga memonitor keadaan.
"Perintahkan para pilot AC-130 Spectre dan operator UAV untuk segera percepat perjalanan mereka dan membantu ketiga Raptor, dan siapkan penerbangan strategis Thor-7, Thor-6 dan Odin-6 di pangkalan."
"Yes Sir!,"
"Himbaukan pada General. Starkraven untuk segera mobilisasi 21th Armoured Division dan memulai penetrasi kilat ke daratan dan titik temu adalah green zone yang akan dikuasai ketiga raptor."
.
.
.
Vietnam, 04.55 pagi.
Pagi sudah menyingsing daratan, kembali ke tempat dimana Naruto berada, kini setelah terbantu oleh artillery AC-130 ia sedikit merasa lega setelah sebelumnya ia yang baru turun dari parasut langsung mendapat serangan taktis secara brutal.
Namun Naruto bisa menetrasi keadaan dimana dia langsung membuat grup ad hoc pada puluhan tentara US special force yang turun disekitarnya, memberitahu jika sekarang ia yang memimpin di area ini dan memerintahkan membentuk barikade bertahan sementara sebelum bantuan udara datang.
Ini memang sudah direncanakan.
Tapi semua tak boleh gegabah karena musuh mereka ada ribuan dan jumlah mereka sendiri yang harusnya dikisaran seribu lebih malah tak sampai 400 orang akibat sedikit tersebar saat turun dan salah satu prioritas adalah berkumpulnya para tentara.
Kini setelah menetralkan serangan pertama awal penerjunan area (Chapter 10 awal), sekarang Naruto dan ratusan tentara lainnya sudah berada di wilayah luar desa yang merupakan zona utama untuk penempatan logistik, tentu mereka dengan tetap bersembunyi dan terus menembaki musuh yang perlahan mundur secara teratur, Naruto dan anggotanya sendiri juga harus berlindung karena mereka tetap terus mendapat perlawanan.
Tembakan demi tembakan terus menghujani mereka namun begitu sangat hampir semua tembakan tidak mengenai anggota Naruto.
*Ctaannk*
"Uoooaah lagi!, tembak lagi kepalaku!,"
Naruto dan beberapa tentara lain menoleh sesaat setelah mendengar teriakan tersebut mereka melihat salah satu rekan anggotanya berteriak girang dan ternyata dia selamat dari peluru yang tak mampu menembus helm balistik baja yang dipakainya.
"Muuuuaaaahh, kau yang terbaik sayang, kiihahaha," tentara tersebut mencium helm yang melindunginya lalu memakainya kembali, hal itu membuat sebagian tentara lain tertawa termasuk juga Naruto yang ikut terkekeh melihat hal absurd tersebut.
Seperti itu, tak ada rasa takut dari mereka semua karena adrenalin mereka berada di titik tertinggi.
Posisi desa itu berada diseberang sungai yang mengering dan disitu ada jembatan cukup besar dimana Naruto dan yang lain ada di hutan luar dekat jembatan, tapi secara perlahan tetap maju.
Di jembatan itu pun terpasang banyak kawat berduri dan karung pasir berbagai lini, mereka kini tertahan total dan belum bisa melakukan penetrasi ke seberang jembatan.
["Sir, konsentrasi lapis baja ada sekitar 25 tank berat dan puluhan beberapa kendaraan taktis berada di dalam desa itu."]
Mendengar pemberitahuan sang pilot lewat earphone mau tak mau Naruto mengkode seluruh tentaranya untuk berhenti maju dikarenakan akan sangat bahaya, bantuan udara sendiri adalah hal yang harus dilakukan.
"Apa battery artillery mu bisa membunuh mereka semua, Warhammer?,"
["Negative, Sir!, 105 mm kami hanya mampu mengalahkan 10 tank dan melihat bahan bakar sekarang kami harus kembali ke pangkalan sekitar 20 menit lagi, tetapi 2 UAV dengan sisa beberapa rudal AGM akan stand by dan terus terhubung secara online untukmu, Sir."]
Naruto terdiam dibalik pohon, faktanya ini sangat berat jika ia dan anggotanya ingin menguasai green zone. Kalau mereka nekat pun sudah pasti kematian adalah jawabannya dan ditambah sudah beberapa anggotanya yang tertembak namun ia belum tahu bagaimana keadaan mereka yang sedang ditangani oleh tentara paramedis dibelakang.
"Akan aku usahakan untuk merebut desa ini secepatnya, Warhammer. Belakang kita juga musuh dan kita bisa terkepung jika mundur."
Sekarang giliran sang pilot AC-130 yang terdiam mendengar ucapan itu, jika saja dirinya membawa amunisi lebih maka ia bisa membantu lebih banyak dan UAV yang ikut membantu pun juga punya keterbatasan dalam membawa misil AGM.
Ucapan pemimpinnya itu menurut Warhammer adalah hal nekat, karena dari segi manapun mereka akan kalah, terkecuali jika pasukan kavaleri dari pantai sudah masuk kesini, tapi kenekatan Naruto itu benar karena saat ini posisi mereka tertahan dan dari arah belakang juga masih ada tentara musuh.
["Tuhan bersama kita semua, Colonel." ucap pilot tersebut.]
"Jika Tuhan bersama kita, lalu mereka bersama siapa?," tanya balik Naruto terkekeh.
["Tentu saja bersama Iblis, Sir!"] jawab Warhammer cepat dan itu membuat Naruto tertawa.
"Jawaban yang bagus."
Beberapa menit kemudian sambil terus menembak mata Naruto dalam bidikan teleskop senjatanya tertuju ke sebuah tiang pancang dengan bulatan warna merah dengan bentuk yang amat dikenali olehnya telah berdiri tegak didalam desa.
'Jika benar, Warhammer harus menembaknya terlebih dahulu, kalau tidak mereka dalam bahaya,' pikir Naruto saat melihat benda itu.
"Tembak tiang merah itu, warhammer!. radar jamming!," perintah Naruto.
.
Sementara didalam pesawat Warhammer tiba-tiba merasa jika saluran earphone mengalami kendala dan itu juga dirasakan oleh operator TV kontrol yang mengetahui jika layar elektronik dan komunikasinya tiba-tiba mengalami eror.
"Tunggu, ada apa ini?" semua kru pesawat kebingungan termasuk Warhammer.
Tapi sebelum terjadi hal parah Warhammer mendengar gemerisik perintah Naruto yang menyuruhnya menembak sebuah tiang tinggi warna merah. Pesawatnya sendiri sudah berputar-putar di langit desa tersebut.
Dan tiba-tiba komunikasi dia dan pasukan darat telah terputus setelah suara gemerisik naruto berhenti.
'Tiang merah,' matanya melihat kebawah dan ia menemukan tiang tersebut dan itu adalah sebuah radar dengan parabola.
"Radar jamming!, Crew! tembak tiang merah ditengah desa!," perintahnya lewat saluran darurat manual.
.
.
.
*BOOM*
Dari bawah Naruto melihat jika radar itu telah hancur oleh kilatan tembakan artillery pesawat.
Sebelumnya ia benar-benar merasakan was-was karena komunikasi dengan Warhammer terputus dan pilot itu tidak mendengar perintahnya,
Namun sekarang.
["Check, kami berhasil menembaknya, Sir. Kita terhubung kembali."] terdengar kembali suara pilot itu di earphone Naruto.
["Kurasa hampir telat satu detik aja kita semua dalam bahaya tadi,"] tanggapnya lagi.
["Thank you, sir!, jika tidak waspada maka kami bisa buta komunikasi karena radar pengacau tadi dan kami jadi mudah ditembak jatuh."] ujar Warhammer disertai helaan nafas.
"Tak masalah, sekarang netralkan para musuh yang bertahan di seberang jembatan karena kami akan berusaha menetrasi jembatan karena beberapa kilometer dibelakang kita adalah juga musuh, soal tank dan lapis baja musuh di tengah desa akan kupikir nanti"
["Yes, sir!,"]
.
.
.
.
Situasi pagi itu sangat mengerikan, kebakaran hebat dan kehancuran total terjadi. Seluruh belahan Negara Vietnam terkepung dan angka kematian terus bertambah, untuk Russia dan China di wilayah utara sendiri masih sangat lambat dalam mengembangkan area masuk entah karena apa. . .
Sementara gabungan US navy, British army dan Legiun France melalui operasi amphibi dari timur yang awalnya lancar kini sedikit terhambat karena ranjau dan untuk karena itu semua jalur harus disterilkan oleh kendaraan penyapu ranjau dan itupun mereka mendapat perlawanan sengit.
Dengan adanya itu maka pasukan parasut yang sudah berada dibelakang garis musuh harus bertahan sedikit lebih lama, termasuk pasukan yang di pimpin Naruto, Henry ataupun Frank. Ketiga Colonel itu harus sedikit bertahan menunggu bantuan tambahan dengan resiko korban yang bertambah karena kehabisan amunisi dan kelelahan.
Sedikit pemberitahuan jika ketiganya masih belum menguasai 3 Green zone karena tiga wilayah tersebut telah dilindungi oleh kekuatan musuh dengan secara absolut.
.
.
.
Kembali ke Naruto, kini mereka sudah maju ke area jembatan beton tersebut, jembatan yang penuh dengan kawat berduri dan karung pasir membuat mereka sedikit kesulitan untuk menyeberang dengan cepat, mereka terus mendapat tembakan namun dengan adanya karung pasir itu mereka jadikan pelindung dari peluru.
Walaupun pasukan Vietnam yang tewas karena terus ditembaki oleh artillery pesawat namun mereka terus berdatangan untuk membunuh pasukan yang dipimpin Naruto.
Dan itu memicu banyak pertanyaan dalam brnak Naruto maupun lainnya, mereka kebingungan darimana musuh-musuh ini muncul terus menerus?.
["Sir!, Beberapa tank sudah bergerak menuju arah jembatan, kulihat itu tank jenis Merkava, aku sarankan untuk mundur dulu segera, kami sudah kehabisan 105 mm !,"]
Naruto yang sekarang sudah berada ditengah jembatan pun terdiam mendengar pemberitahuan Warhammer yang berada didalam pesawat.
Ia menoleh kebelakang dimana ternyata cukup banyak anggotanya yang tergeletak antara terluka atau tewas, jika mereka mundur maka mereka menjadi sasaran empuk karena minim perlindungan, namun jika mereka tetap bertahan maka tank-tank itu akan membabat habis dirinya dan yang lainnya, senjata anti-tank sendiri sudah tak ada untuk melawan karena suplai belum datang.
"Semua pilihan sulit, Warhammer," ucap Naruto tenang namun dalam otaknya ia masih terus berpikir keras.
'Jangan sampai banyak anggotaku mati,' batinnya namun ia sedikit lengah dalam situasi ketika tangannya keluar dari perlindungan.
*Jleepp*
"...?"
Ditengah banyaknya peluru yang saling berhamburan Naruto tersentak ketika tiba-tiba lengan kanan atas miliknya merasakan panas berlebih, panas dan perih itu memaksanya untuk berteriak kencang namun ia menahannya sekuat mungkin.
Menengok ke asal sakit yang berlebihan itu dia mendapati jika sebuah peluru berhasil mengenainya tepat dan menembus daging lengannya ke belakang, namun ia merasa tulangnya tidak terkena. Akan tetapi sakitnya secara perlahan menyeruak seiring darah mengucur deras membasahi kain seragam miliknya...
Dengan cepat ia menyobek baju tentara musuh yang tergeletak mati disampingnya dan memperban darurat lengannya yang tertembak erat-erat.
"Tak ada rasa sakit," matanya menajam menahan rasa sakit dari lengannya, sakit itu luar biasa sampai-sampai semua tubuhnya merasakan panas dingin, tangannya pun sekarang agak susah digerakkan.
"Tak ada rasa sakit," gumannya sekali lagi mensugesti otaknya, Naruto tetap memaksa.
Mengambil sesuatu dari saku celananya ia membuka barang tersebut, sebuah suntik kecil dengan cairan didalamnya.
Itu Morfin.
*Jleepp*
Naruto menyuntikkannya langsung ke lengan kirinya dan memasukkan cairan tersebut.
Beberapa menit saja rasa sakit di bagian yang tertembak telah hilang namun walaupun sudah diperban pun darah secara perlahan tetap menetes.
Mengabaikan itu ia kembali fokus menembaki musuh sembari dia berpikir untuk lolos dari sini darah dikit-demi sedikit tetap menetesi seragamnya, ia melihat artillery 40mm dan gatling gun 20mm dari AC-130 tetap terus menembaki musuh didepannya namun dapat terlihat jika orang-orang Vietnam itu terus menerus berdatangan.
Yang ia takutkan adalah jika Tank lawan sudah sampai disini, maka ia bingung harus melakukan apa, beberapa Cannon tank musuh sudah mampu melibas dirinya dan anggotanya.
Satu-satunya cara yang Naruto pikirkan dan bisa dilakukan adalah mengorbankan beberapa dan melindungi para tentara yang mundur kembali ke hutan, tapi itu pilihan yang amat darurat, tak ada yang boleh mengorbankan anggotanya karena itu sama saja meninggalkan teman.
Namun ada pilihan lain yang sebenarnya tidak bisa membantunya tapi bisa memberitahu situasi sekarang, lewat saluran darurat Naruto bisa menghubungi pihak Gugus tugas Armada di laut dan lebih tepatnya menghubungi langsung saluran milik pemimpin Armada utama, Major General Starkraven.
Melihat semua anggotanya kewalahan pun Naruto langsung memanggil seorang anggota yang khusus membawa alat komunikasi dan setelah orang itu sampai disampingnya Naruto pun bergegas mengambil alat komunikasi khusus di punggungnya dan menghubungi Armada utama leway kode rahasia.
Berlindung dan tertelungkup Naruto satu orang pembawa telekomunikasi mencoba bersembunyi agar tidak terkena tembakan.
"Fleet one, this is Raptor Two,"
["Raptor Two, this is Fleet one, Starkraven,"]
Naruto berhasil terhubung dan dijawab oleh sang General langsung.
"General, we're under siege."
["Please hold on for a while Raptor 02, Odin six will arrive in 5 minutes,"] Jawab Starkraven agar Naruto dan yang lainnya untuk bertahan sebentar.
Namun Naruto sedikit terdiam sejenak, dibawah rentetan peluru dan Tank lawan yang hampir mendekatinya tentu 5 menit akan terasa lebih lama.
"faster please General, many of my people were shot. Enemy tanks began to arrive," pinta Naruto sembari memberi tahu keadaan.
["I know Raptor two, please hold on."]
"We keep trying, General. Over!," Jawab Naruto yang langsung memutus hubungan singkat itu, cukup jengkel dirinya, namun apapun yang terjadi akhirnya ia tetap harus berusaha, anggota yang membawa telekomunikasi kembali ketempatnya dan kembali ikut menembak.
Mati pun dirinya sudah siap namun Naruto memikirkan anggotanya.
.
.
.
Sementara didalam pesawat AC-130 sendiri Warhammer yang melihat pasukan darat yang ia support telah terjepit pun sesekali mengumpat kesal karena keterbatasan cannon dan bahan bakar.
Yang ia khawatirkan adalah karena pasukan darat dibawahnya terdapat salah satu 'Raptor' yang nyawanya sangat vital, seorang Colonel dari tiga Colonel yang ada di barisan paling depan gugus penyerangan.
"FU*K!,"
Ia mengumpat saat ikut mendengar jika Naruto sudah mengumumkan ke armada utama jika pasukannya sudah berada dalam kondisi terkepung.
"Kru!. pasukan darat terkepung. Apapun yang kita miliki. cepat tembaki para bajingan itu!,"
["kami berusaha warhammer, amunisi sudah hampir habis dan kita harus kembali,"] jawab operator TV kontrol lewat earphone di lambung pesawat
"Aku tidak tahu jika musuh disini bisa membludak, kita sudah membawa lebih amunisi tapi mereka terus berdatangan, bukankah itu aneh." ujar co-pilot disamping Warhammer, matan tajamnya melihat area bawah saat ini, "5 menit Odin baru tiba, tiap detik kemungkinan nyawa teman kita terus melayang."
"Kau benar, para bomber itu telat,"
.
.
.
"Tunggulah sebentar saja, Strategic bomber akan segera datang dan hematlah amunisi kalian."
"kami mengerti,"
"Medis, kalian yang terpenting. Obati yang terkena tembakan." seru perwira lain yang melihat kondisi para tentara.
"Dan hei! . . . Kau yang bawa kamera, hati-hati!," tambahnya lagi menegur saat melihat tentara yang khusus bertugas untuk dokumenter terlihat terlalu terbuka posisinya.
Ya memang dari awal tentara khusus dokumentasi jugga ikut turun dan menyebar ke semua matra.
Keadaan sekarang berbanding terbalik, mereka yang sebelumnya menekan kuat kini malah tertekan dan tak bisa mundur.
Naruto terus menembak dan dirinya juga harus menghemat amunisi, tak boleh ada peluru yang terbuang sia-sia. Ia bahkan mengabaikan bentakan keras anak buahnya yang sedang memarahi tentara khusus dokumentasi tersebut karena lebih fokus ke lawan yang membludak.
"Ghhh. . ." entah kenapa setiap kali jemari menekan pelatuk senjata Naruto merasakan ngilu di lengannya yang tertembak.
"Guuaaahh,"
Pandangan Naruto langsung tertuju kearah seseorang yang berteriak, ia melihat salah satu anggotanya tertembak di bahu kanan dan beberapa detik kemudian disusul anggota lainnya yang tergeletak tewas akibat tertembak juga.
*Jleep*
*jleep*
Matanya melebar sempurna saat rasa panas menyeruak cepat di tepat diatas lutut dan bahu kirinya, ia terkena 2 tembakan sekaligus.
Rahangnya mengeras, darah mulai mengalir deras dan tangannya terkepal erat mencoba untuk menahan sakit. Dosis morfin yang ia suntikkan tadi tidak cukup untuk mengurangi sakit ini.
Ingin sekali dirinya menembak balik musuh diseberang jembatan sana namun entah kenapa tenaga dan pandangannya sedikit buram.
Naruto menyandarkan punggungnya dibalik dinding beton jembatan sambil mengatur nafasnya, mata buramnya menatap para anggotanya yang terus menembak dan melawan, ia tak sengaja melihat beberapa tentara paramedis yang fokus mengobati yang tertembak tak jauh darinya namun kemudian salah satu dari mereka melihat dirinya yang terdiam dengan pandangan kosong dengan mulut menggigil.
"No no no nooo!, Colonel!."
Dapat Naruto dengar suara teriakan paramedis itu, ia melihat dua tentara medis itu langsung merangkak cepat kearahnya, anggota lain yang melihat dirinya tertembak terlihat agak emosi dan beberapa dari mereka mengumpat ke arah lawan.
"Tolong ditahan, Sir." ucap salah satu tentara medis.
"Da-darahku di paha, ku-kurasa terkena di uratnya," ucap Naruto berusaha berbicara dan mencoba untuk memberitahu karena darah bagian pahanya mengalir berlebihan.
"Kami tahu, Sir. berusahalah untuk tetap sadar,"
"Hei, kau harus tekan kuat-kuat luka yang di paha itu, darahnya mengalir terus bangsat!,"
"Aku tahu! aku berusaha! tapi uratnya tertarik keatas!,"
"Sir, jangan menatapnya. Kami akan berusaha menutup lukanya sementara."
"Tolong, Tu-tutup rapat lukanya, aku masih sanggup," pinta Naruto pada keduanya yang langsung dijawab anggukan oleh keduanya.
Namun sebenarnya kedua paramedis itu ragu, mereka bisa menutup semua luka tembakan yang mengenai Naruto akan tetapi luka dibagian paha itu sedikit parah karena ngenai urat sampai putus dan tertarik kedalam dan itu rasanya sangat menyakitkan dan akan membuat pincang permanen jika tidak segera disambung lagi.
Ditambah dengan Naruto yang keluar banyak darah itu akan memperparah tubuhnya dan peluru tentu sajja masih menancap didalam.
"Tapi Sir?, ini sangat berbahaya. Anda kehilangan banyak darah dan urat anda putus, kupikir anda harus segera dibawa mundur untuk perawatan pengambilan peluru di tubuhmu," ucap satu tentara medis yang tidak tega melihat pimpinannya tengah memaksa tubuhnya.
"Mu-mundur?. tak ada kata mundur, aku tak mau meninggalkan kalian, lagi pula ki-kita sekarang terjebak, belakang kita juga musuh, aku siap mati disini, kita harus bisa menguasai zona hijau didepan dan berlindung disana,"
"Aku yang membawa kalian, aku tidak akan lari." ujar Naruto ia menarik oksigen dan menghembuskannya pelan-pelan.
Dua tentara medis terdiam mendengarnya, tekad dan jiwa Naruto membuat paramedis itu terperangah, mereka yakin jika pemimpinnya itu menahan rasa sakit yang berlebih,
Namun jika itu pilihan pemimpinnya maka mereka akan tetap mendukungnya, yang harus mereka lakukan adalah segera menutup luka Naruto sementara agar dirinya tidak sampai mengalami gejala kekurangan darah karena akan berbahaya.
Naruto ia hanya diam menunggu paramedis ini menyelesaikan dan menutup lukanya. Entah kenapa tenaganya seperti hilang dan membuka matanya pun sangat sulit setelah beradu argumen ditengah rentetan peluru, namun dia tetap harus kuat menunggu bantuan udara karena koneksi dari pembom strategis Odin ada padanya.
Setidaknya jika Naruto dan yang lain sudah bisa masuk dan menguasai green zone maka mereka bisa membuat barikade bertahan sampai pasukan dari pantai datang dan tentara parasut lain yang masih terpencar, dengan begitu tugas Naruto akan selesai, itulah awal strategi dan tugas dari 3 Colonel pemimpin lapangan.
Dan juga yang tewas maupun terluka berat secara spesifik akan segera dibawa ke Jepang dengan pesawat khusus untuk penanganan yang lebih memadai, seperti halnya luka Naruto yang tertembak beberapa kali dan membuat bahu, lengan dan juga urat pahanya putus, kemungkinan peluru juga masih berada didalam tubuhnya.
["Raptor two, this is Odin Six. Can't tell who's who down there. Need you to mark the targets."]
Tiba-tiba earphone ditelinga Naruto berdengung setelah mendapat transmisi masuk dari kelompok bomber yang sudah tiba dan meminta diberikan penanda musuh untuk dibom karena tidak mengetahui letak kawan maupun lawan, namun ia yakin dirinya dan tentara yang lain sudah tak punya bom asap untuk penanda,
"Negative! . . . Negative!, Nothing. . .No-nothing left to use! We're dead center on the bridge! H-hit any-anything west of us with everything you've got!," jawab Naruto, ia berusaha memberitahu dengan tenaga yang tersisa untuk berbicara jelas walau terbata dengan pilot bomber agar tidak salah sasaran karena mereka sudah tidak punya penanda semacam asap, Naruto hanya bilang untuk mengebom semuanya di area barat jembatan.
["General Starkraven, bomb run is going to level everything in that area. Requesting clearance."]
Pilot pengebom strategis ber nickname Odin tersebut menghubungi Starkraven untuk meminta persetujuan pengeboman di level semua area setelah mendapat perintah dari Naruto untuk mengebom semua area bagian barat jembatan.
["Odin, you do whatever you have to, to get those men back home."] Jawab Starkraven langsung menyetujui lewat radio.
Dilangit dari arah timur Naruto beserta yang lainnya melihat tiga pesawat hitam besar berbentuk unik muncul terbang rendah, itu teridentifikasi sebagai B-2 spirit.
["Army raptor, this is Odin Six, bombs away."] ucap pilot, bom berskala besar akan dijatuhkan.
*BAAAMM*
*BOOOOM*
*BOOOOM*
*BOOOOM*
Ledakan dari banyaknya bom yang dijatuhkan membuat semua menelungkupkan tubuhnya untuk berlindung, tak terkecuali tubuh Naruto yang langsung dilindungi oleh dua tentara medis untuk mengurangi daya hempas dari bom. Musuh yang sedari tadi gencar menembak pun juga telah terhenti total.
Lalu terlihat jika pesawat pembom strategis itu kembali namun menyasar ke desa utama dimana banyak bangunan, tank dan tentara musuh yang hendak menuju jembatan.
["Odin Six Two, bombs away, bombs away."]
*BLAAAAAAARR*
.
.
.
Pagi cerah sudah menerangi daratan di wilayah pasifik, di Jepang kini semua orang sibuk melihat berita penyerangan pasukan multinasional lewat media elektronik maupun surat kabar.
Secara headline news berita invasi United Nation ke Vietnam menjadi berita nomor satu di Dunia mengalahkan berita apapun, hal unik juga terjadi karena didalam pasukan multinasional terdapat Russia dan China yang telah bersatu dengan musuh dinginnya yaitu USA, Britania dan Perancis.
Banyak pemburu berita di seluruh Dunia yang ingin secara cepat mendapat kabar terbaru soal penyerangan namun hal itu dihalangi secara serempak oleh pihak militer koalisi karena kondisi masih sangat berbahaya.
Namun dalam pengecualian yaitu reporter pihak militer dari 5 Negara superpower sendiri yang diperbolehkan terjun dari awal untuk mengambil gambar visual maupun video bersama para tentara yang bertempur di Vietnam, hal ini dilakukan untuk dokumenter ataupun sebagai penerangan ke masyarakat Dunia sekaligus meminimalisir kabar hoax.
.
.
.
.
Beralih ke Shiina, kini setelah dia mengetahui perihal invasi itu Shiina bergegas menelepon Venelana soal keberadaan kakaknya dan Venelana langsung menjawab jika Naruto telah berada di Vietnam untuk ikut berperang dan Venelana juga memberitahu jika ia dan ratusan dokter militer spesialis sudah diterbangkan ke Jepang untuk menjadi bagian dari medis khusus.
Namun saat dalam percakapan Venelana bertanya kenapa dirinya tidak bertanya ke Naruto perihal ini Shiina pun langsung mematikan teleponnya, ia takut jika Venelana tahu soal masalahnya dengan Naruto, sangat takut. Tapi yang pasti nanti diwaktu yang tepat Shiina akan jujur pada Venelana untuk sekarang masalah sedang pelik dan Shiina tak ingin menambah kisruh.
Dan sekarang Shiina sangat ketakutan, hanya ada kakaknya yang ada dalam pikirannya, mungkin inilah rasa cemas yang sedari tadi ia rasakan. Bayangan sang kakak tewas dalam perang terus menerus menghantuinya karena ini adalah perang skala besar dan itu membuat Shiina sedikit stres.
"Aku tak mau kehilangan cahayaku,"
"Jika kau mati, maka aku akan tetap ikut bersamamu, Onii-sama. Kumohon tetaplah hidup dan pulang, aku ingin menebus semuanya."
Tak ada tangis dimatanya, yang ada hanyalah kekosongan, terlalu menguras airmatanya membuat netranya agak lebam. Hanya keselamatan Naruto saja ia inginkan, kakaknya yang sangat ia cintai.
.
.
.
Namikaze Hospital. 05.30 pagi
Tak seperti biasanya rumah sakit yang dekat dengan bandar udara tersebut begitu sibuk, banyak petugas yang berjalan cepat kesana kemari. Mobil-mobil medis dipersiapkan dibagian depan. Para dokter di unit emergency juga terlihat siaga.
Hal itu terjadi berselang saat pemimpin Rumah Sakit yaitu Namikaze Kushina dimana setengah jam yang lalu datang dan menghubungi semua dokter spesialis yang bekerja dengannya lalu melakukan rapat darurat untuk meneruskan perintah Perdana Menteri soal penampungan dan perawatan luka serius dari jatuhnya para tentara korban perang yang masih berlangsung hingga saat ini.
Dalam rapat Dewan Rumah Sakit tersebut mereka semua mencari solusi bagaimana mereka bisa tetap melayani dan menerima orang sakit sekaligus gerak cepat mengurus tentara dengan luka serius nantinya, ditambah dengan menghubungi dan berkoordinasi pihak Rumah Sakit lain yang juga diperintah oleh Perdana Menteri.
Mereka juga bersiap untuk menerima ratusan dokter militer spesialis yang akan datang dari Amerika dan menangani korban nantinya.
Para petugas mobil medis yang lainnya pun juga diberangkatkan ke bandara yang tak jauh dari Rumah sakit tersebut agar siap sedia saat ada pesawat militer datang membawa korban luka serius.
Setelah rapat terbatas tadi Kushina segera menuju ke ruangannya dan menguncinya, ia tak sanggup untuk menahan tangisnya saat mengetahui jika Naruto ada dalam jajaran perwira garis depan dan bertempur di Vietnam saat ini.
Ia mengambil foto dalam laci, sebuah foto figura yang sudah buram dimana terlihat seorang anak kecil berumur 7 tahun sedang tersenyum.
Itu foto Naruto saat kecil, hanya itu foto yang Kushina punya karena dari dulu setiap sesi foto keluarga Naruto tak pernah diikutkan, tangisnya kembali pecah mengingat ia yang diskriminatif pada anaknya sendiri.
Sedih, berdosa, cemas, khawatir semuanya terasa terkumpul dalam hati dan pikirannya.
"Kaa-chan mohon, pulanglah dengan selamat." Kushina mengelus foto tersebut
"Aku mohon padamu. Kaa-chan belum pernah membahagiakanmu, Kaa-chan minta maaf, hiks Naruto kau harus pulang hiks hiks. . ."
"Pulanglah..."
*Tok tok tok*
Terdengar ketukan pintu, Kushina menyimpan kembali foto Naruto kecil ke sakunya dan segera berdiri menuju pintu ruangan miliknya, tak lupa ia mengusap airmatanya walaupun itu tak bisa menghilangkan matanya yang memerah.
*Cklek*
Kushina membuka pintu yang ia kunci dan dihadapannya kini telah berdiri seseorang berambut coklat muda yang dimana dirinya memakai pakaian dokter putih panjang dengan emblem khusus ditambah logo bendera Amerika Serikat.
Seorang wanita cantik yang sekarang berdiri menatap diam Kushina yang terlihat sangat terkejut dengan kedatangannya.
"Ve-venelana onee-sama. . .?,"
.
.
.
Arthuria, gadis cantik itu sudah terbangun sejak peringatan sirine rudal tadi bersama sang Ibu. Walapun sebelumnya mereka juga panik namun setelah ada pemberitahuan jika itu hanya eror maka mereka pun bernafas lega.
Membuat berbagai adonan kue untuk dijual nanti kini tatapan gadis berambut pirang tersebut tak pernah berhenti melihat berita di televisi, bahkan adonan yang sudah lembut pun tetap ia aduk.
Sang Ibu juga demikian ia seolah-olah terpaku oleh berita di televisi yang ternyata memberitakan sebuah invasi besar-besaran ke Vietnam oleh koalisi internasional dipagi buta.
Saat jeda iklan akhirnya mereka pun kembali fokus dengan adonan kuenya.
"Apa yang Okaa-sama bilang ternyata benar ya,"
"Maksud Hime apa?," sang Ibu tersenyum menanggapi perkataan Arthuria yang sekarang sibuk menuang adonan ditangannya itu ke sebuah cetakan berbentuk persegi
"Umm itu kemarin Okaa-sama bilang jika sikap diam dan halusnya pemimpin Dunia pasti mempunyai maksud dan tujuan tersendiri, dan ternyata sekarang kita melihat jika Koalisi internasional menginvasi Vietnam secara mendadak,"
"Bukannya itu seperti calon suamimu dulu, Hime?. Dia diam dan halus lalu secara mendadak mengambil dan merampas semua harta dan perusahaan yang sedari dulu didirikan almarhum Ayahmu lalu mengusir kita," ujar sang Ibu sambil kembali fokus membuat adonan lagi.
Arthuria seketika terdiam, ia terkejut sang Ibu membandingkan hal itu dengan calon suami yang sangat ia cintai namun berakhir pengkhianatan, apa yang diucapkan sang Ibu memang benar, sangat mirip.
"O-okaa-sama. . . " ia terbata, namun kemudian sang Ibu langsung melanjutkan perkaaannya. . .
"Tapi dari semua itu kita tak bisa membandingkannya, Hime. Dengan adanya hal ini kita bisa belajar banyak, diam dan baiknya seseorang terkadang hanyalah topeng, tapi tak semuanya itu adalah topeng."
"Berbeda dengan calonmu yang biadab itu, kalau diamnya Perserikatan Bangsa Bangsa adalah untuk melakukan strategi yang tepat agar Vietnam segera kembali menjadi Negara normal seperti semula. Untuk kebaikan semua warga yang tertindas."
"Hime, ciri-ciri orang baik adalah dia selalu dikelilingi oleh banyak orang baik juga, dan orang itu selalu tersenyum dikala susah dan tetap membantu terhadap sesama, matanya yang selalu memancarkan persahabatan." tangannya mengaduk adonan tepung bercampur coklat namun pandangan sang Ibu menerawang jauh,
Ia kembali teringat dengan seseorang pemuda yang mungkin sepantaran dengan putrinya tersebut, seseorang dengan semua lengan terdapat bekas luka bakar dan sayatan yang datang membawa bantuan besar dan pergi tanpa ingin mendapat ucapan terima kasih darinya.
Bantuan yang bisa membuat mereka angkat kaki dari jalanan.
"A-apa orang itu seperti pemuda yang membantu kita itu?," tanya ragu Arthuria yang melihat Ibunya kembali melamunkan sesuatu, walaupun sudah berumur namun Arthuria akui jika Ibunya masih memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang bagus seperti dirinya.
bah ingin sekali ia menampar mukanya sendiri dengan adonan kue ketika otaknya berpikiran narsis seperti barusan.
Mendengar pertanyaan itu sang Ibu menatap putri semata wayangnya itu dengan seulas senyum.
"Tentu, Hime. Pemuda itu adalah orang baik." Ia menghela nafas pelan.
"Sangat beruntung sekali jika ada perempuan yang mendapatkan dirinya," sang Ibu kemudian tersenyum genit ke putrinya karena terlihat jika putrinya merasa kagum dengan pemuda itu.
"Jika bertemu dia lagi, apa kau mau menikah dengannya hmm?. Ya itu jika dia belum punya pasangan, Kaa-chan sangat setuju."
"A-a ano, a-aku umm~. . .Aku kan belum tahu dia seperti apa Okaa-sama," ia gelagapan, rona merah muncul di kedua pipi Arthuria sesaat setelah disodori pertanyaan seperti itu,
"Fufufu. . . kenapa putriku yang cantik terlihat malu begitu," sang Ibu terkikik sembari meletakkan adonan itu ke meja didepannya.
"Mou~. . .Okaa-sama selalu menggodaku," ia menggembungkan pipinya setelah mengetahui jika Ibunya menggoda dirinya, namun dalam hati dirinya memang penasaran dengan pemuda tersebut, karena sekali lagi ia mengingat jika Ibunya sangat jarang memuji seseorang kecuali orang itu memiliki kepribadian yang baik.
Kembali mereka membuat adonan sambil menonton televisi, dan sesaat iklan sudah selesai kini program berita kembali memberitakan soal perang Vietnam, Arthuria dan Ibunya kembali fokus mendengar apa yang diberitakan oleh reporter.
Tak lama kemudian sang reporter menunjukkan foto 3 orang tengah tersenyum dengan jas dinas militer, dibawah foto tersebut ditulis biodata jika mereka adalah perwira setingkat Colonel milik Amerika Serikat dimana dua perwira tersebut bertugas di Jepang lalu satu lainnya bertugas di Korea dan saat ini mereka telah diberitakan memimpin garis depan Amerika dalam invasi.
Dari ketiga foto yang ada di televisi tersebut, Ibu dari Arthuria tersebut terpaku oleh foto sosok perwira bertubuh gagah berambut pirang, berkulit putih agak coklat, mengenakan baret hujau tua dikepalanya dan bermata biru safir tengah tersenyum.
Ditulis disitu jika Sosok tersebut adalah Colonel Uzumaki Naruto, Leader 1st Battalion Special Force (Airborne) di wilayah pesisir Yomitan, Torii Station, Okinawa.
Tak salah lagi dalam penglihatannya, perwira itu adalah pemuda yang memberi bantuan padanya kemarin lusa, 100% itu adalah dirinya.
"Hime!?,"
"Umm?. . ." Arthuria menoleh sejenak ke sang Ibu sesaat setelah mendengar ia dipanggil dan dirinya melihat jika Ibunya dengan ekspresi terkejut menatap televisi.
"Dia yang membantu memberi kita uang, makan dan barang saat itu."
Seketika Arthuria langsung Menoleh kembali ke televisi dan melihat figur foto Perwira tentara tersebut.
"Perwira Colonel. . ." Arthuria menatap figur foto yang ditunjukkan di televisi itu, mata lentik miliknya tak berhenti memandang mata biru jernih milik perwira tersebut, gadis itu terdiam cukup lama.
"Dia hampir mirip dengan sahabat Tou-sama. . ."
"Maksudmu Minato-san?," tentu saja sang Ibu baru menyadarinya, ia cukup terkejut karena jika dilihat secara seksama memang postur Naruto seperti sahabat mendiang suaminya dulu.
"Apa mungkin dia putranya?, yang Kaa-chan tahu Minato-san dan istrinya hanya punya tiga anak, dua perempuan dan satu lelaki namun anaknya yang lelaki berambut merah," ucap wanita paruh baya tersebut sembari mengingat-ingat.
Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. Namun setidaknya mereka sudah mengetahui identitas dari seseorang yang membantunya dan itu sudah lebih dari cukup, tinggal mereka berdo'a agar orang tersebut selamat dari maut perang yang berkecamuk.
"Berdo'alah agar dia bisa kembali kesini dengan selamat dan kita harus berterima kasih padanya, Hime."
"Baik Okaa-sama, aku akan berdo'a yang terbaik untuknya,"
.
.
.
.
.
.
..
...
...
...
...
...
To be Continued.
.
.
.
.
Author notes:
Yah semoga kalian menikmati dan terhibur oleh imajinasi saya yang tersalur dalam chapter ini.
Untuk info beberapa nama karakter asing itu OC, namanya juga ngawur, contoh saja si Yoshimori Ritona sama Renjo shimaga itu, mereka pelengkap disini.
Saya disini menyebut pangkat dengan bahasa universal saja, disesuaikan nanti dalam cerita
Harem atau single?. :v
Jika ada yang mengira Naruto dengan hebat nembak ini itu dan gak terluka sama sekali maka kalian salah, ff ini murni tanpa kekuatan fantasi. Kalau Naruto dibuat perfect no damage bakalan aneh sekali. Membuat kisah perang konfrontasi antar negara agak sulit, saya tidak akan menggambarkan secara mendetail, saya cari aman.
jika kalian bingung dengan istilah-istilah yang saya pakai disini maka kalian bisa mencarinya di Google, semua ada.
Perlu diketahui, benda Anti-matter itu di dunia nyata memang benar adanya namun ketika saya baca infonya ternyata para ilmuwan hanya bisa membuat satu gram anti-matter dan bahkan belum bisa menyimpan benda dengan energi terkuat tersebut dan juga harga benda ini melebihi nalar.
Tetap sehat dan selamat Idul fitri mohon maaf lahir batin, maaf atas kesalahan dan kelakuan saya yang tidak berkenan, semoga kita kembali ke fitrahnya sebagai umat manusia yang selalu taat pada-Nya.
Semoga kita semua bisa dipertemukan lagi dengan Ramadhan selanjutnya dan semoga si 'Raden mas Vairuz wuhaningratan' ini berhenti membandel dan musnah dari muka bumi.
Terima kasih atas reviewnya, akan saya balas review kalian nanti di PM, silahkan beri kritik, saran atau pertanyaan apapun soal chapter ini dengan bijak dan tata krama yang baik.
Tak ada hal lain lagi yang ingin saya sampaikan selain rasa senang karena banyak sekali yang terhibur oleh imajinasi saya.
Sabtu 23 Mei 2020.
Special thanks to Allah SWT.
Sampai jumpa.