A Wedding Gift
.
.
.
Cast
Kim Mingyu
Jeon Wonwoo (GS)
Kim Seok Woo / Ro Woon
Kim In Seong (GS)
.
.
.
Happy Reading Yeorobun ^^.
[Sequel dari Baby Sitter & Goes to Jeju Island]
Mingyu izin dari kantornya di siang hari, bukan untuk mengajak makan siang tunangannya Wonwoo, melainkan bertemu kakak sepupunya dikantornya.
Mingyu telah sampai di gedung tempat kakak sepupunya bekerja, setelah bertanya pada resepsionis di lobby bawah ia diarahkan menuju ke lantai ruangan kakak sepupunya.
"Maaf kalau ruangan Ro Woon dimana ya?" tanya Mingyu pada seseorang saat ia berpapasan keluar dari lift.
"Silahkan lurus saja, masuk ke dalam dan tanya pada sekretarisnya."
"Oh terima kasih." Mingyu mengucapkan terima kasih dan berlalu ke tempat yang sudah diarahkan.
Suasana kantor yang tenang dengan beberapa karyawan yang terlihat fokus dengan tugasnya. Hanya suara telepon yang berdering dan suara yang menjawab panggilan telepon, bahkan suara langkah dari ketukan sepatu tidak terdengar karena lantai yang beralaskan karpet di semua ruangan, kecuali toilet. Mingyu berjalan mendekati seorang gadis cantik yang mejanya terpisah dari meja karyawan lain.
"Permisi, apa benar disini ruangan Ro Woon hyung?" Mingyu menunjuk ke daun pintu sebelahnya tepat ia berdiri.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" sapa gadis itu ramah, beranjak dari duduknya.
"Apa Ro Woon hyung ada didalam?"
"Maaf nama anda siapa?"
"Kim Mingyu."
"Apa anda sudah buat janji?" gadis itu mengambil buku agendanya.
"Iya tadi saya sudah telepon dan katanya saya disuruh datang saja."
"Maaf untuk hari ini tidak ada nama Kim Mingyu di daftar saya." Sekretaris cantik itu membolak balik lembaran di agendanya.
"Oh tapi saya sudah telepon dan katanya suruh datang saja." Mingyu mengulang kembali kalimatnya.
"Maaf tapi agak sulit bertemu kalau belum buat janji melalui saya." Gadis itu masih tersenyum ramah.
"Oh ya ampun, apa tidak bisa ditelepon dulu ke ruangannya?"
"Maaf keperluannya apa?"
"Oh astaga, ketat sekali. Bilang saja Kim Mingyu, adiknya mau bertemu." Mingyu berusaha sabar.
"Oh, anda adiknya? Maaf setahu saya, beliau tidak punya adik, maksud saya adik kandung."
"Oh ya ampun. Dengar nona, saya memang bukan adik kandungnya, tapi adik sepupunya. Ayahnya dia dan ayah saya itu kakak adik. Paham? Jadi bisa saya bertemu dengan atasan kamu?" Mingyu menjelaskan walau mulai kesal.
"Baik, tunggu sebentar." Gadis cantik itu sekretaris Ro Woon menelepon ke dalam. Mingyu masih sabar menghadapi sekeretaris itu.
'Untung cantik' batin Mingyu sambil melirik sekretaris kakaknya.
"Maaf pak, ada yang mau bertemu. Namanya Kim Mingyu, dia mengaku sebagai adik sepupu Bapak." Mata gadis itu melirik Mingyu sambil tersenyum.
'Siapa? Kim Mingyu? Suruh pergi saja.'
"Oh baik pak, nanti saya sampaikan." Gadis itu menutup telepon.
"Maaf, sepertinya atasan saya belum bisa bertemu dengan anda. Mau saya jadwal ulang janjinya?" gadis itu tersenyum dan sudah siap dengan agenda di tangan kanan dan ballpoint di tangan kirinya.
"Aissh jinjja! Tolong sambungkan aku mau bicara." Pinta Mingyu mengambil gagang telepon dari meja sekretaris, gadis itu terdiam tidak mau menekan kode ke ruangan atasannya.
"Tolong nona, atau saya langsung masuk kedalam? Ah baiklah saya telepon dari hp saja."
Gadis itu menekan kode nomor setelah diancam Mingyu, setelah disambungkan telepon tidak diangkat makin membuat Mingyu kesal.
Tak lama keluar Ro Woon dari ruangannya.
"Yak! Kamu masih disini? Miss Kim sudah saya suruh usir dia, kenapa ia masih disini?"
"Ah yang benar saja hyung!" Mingyu meletakkan gagang telepon.
"Hahaha aku selalu suka ekspresimu Gyu! Miss Kim suruh OB buatkan minum. Untukku saja, dia tidak usah. Ayo masuk." Ro Woon merangkul Mingyu masuk keruangannya. 2 pemuda yang beda tinggi hanya 4cm kelihatan akrab.
"Iya aku tidak minum juga tidak apa." Mingyu memukul pelan perut kakaknya.
"Hahaha bercanda, Miss Kim minumannya 2 ya."
"Baik pak."
"Tumben kamu kesini, ada apa?" Ro Woon menutup pintu dan duduk dibangkunya, Mingyu mengedarkan pandangan melihat ruangan lalu duduk didepan kakaknya.
"Hyung, aku mau menikah!" Mingyu memberitahu dengan menggebu-gebu.
"Jinjja! Dengan siapa? Yang cantik itu?"
"Iya dengan Wonwoo."
"Wow, hebat kau Gyu. Bagaimana bisa dia mau denganmu?"
"Ahhh hyung!"
"Hahahaha" Ro Woon tertawa lebar merasa senang, tak lama OB datang membawa minuman dan sekretaris cantik itu membantu menghidangkannya.
"Miss Kim kenalkan dia Kim Mingyu, kamu hafalkan wajahnya ya jangan sampai lupa. Jadi, saat dia datang lagi dan mencariku, bilang kalau aku tidak ada dan suruh dia pulang."
"Ahhh hyungnim!" Mingyu memukul meja, ia selalu diledek dan Miss Kim hanya tertawa kecil.
"Perlu pasang foto di meja security tidak?" tanya sekretaris itu.
"Ohh ide bagus itu hahaha." Ro Woon tertawa.
"Aissh jinjja sekalian saja pasang fotoku di kantor polisi Seoul." Omel Mingyu, Ro Woon dan sekretarisnya hanya tersenyum geli.
"Silahkan, saya tinggal dulu." pamit Miss Kim dan menutup pintu kembali.
"Jadi, maksud dan tujuanmu apa?"
"Hyung, aku mau menikah."
"Lalu? Kan tadi sudah bilang."
"Wonwoo ingin bulan madu ke Bali. Hyung tahu kan Pulau Bali di Indonesia."
"Lalu?" Ro Woon masih bingung dengan maksud Mingyu.
"Hehe tolong beri aku hadiah pernikahan jalan-jalan ke Bali ya. 2 tiket PP + hotel." Mingyu memperlihatkan gigi dan taringnya mencoba merayu.
"Yak! Kamu yang enak kenapa aku yang bayar?"
"Oh ayolah hyung, Direktur sepertimu uang segitu tidak ada apa-apanya." Mingyu memohon dengan puppy eyes.
Ro Woon menekan tombol pada teleponnya dan berbicara dengan sekretarisnya.
"Miss Kim tolong cari info hotel untuk honeymoon ke Bali. Nanti kalau sudah dapat antar kedalam."
"Hehe gomawo hyung."
"Kenapa tidak yang dekat saja?" Ro Woon minum teh yang tadi diantar dan menyuruh Mingyu minum juga.
"Dia mintanya ke Bali, hyung. Kalau yang dekat juga aku tidak bakal minta bantuan. Depositoku sudah aku cairkan untuk DP rumah." Mingyu menurut meminum tehnya.
"Lalu bagaimana dengan pestanya? Tabunganmu habis?"
"Itu sudah diatur oleh Eomma, kalau tabungan aku masih ada."
"Asuransi?" Ro Woon meletakkan cangkirnya.
"Tentu saja ada, tapi aku kan tidak bisa klaim sekarang. Yak! Kamu mendo'akan aku celaka?" Mingyu meletakkan cangkirnya dengan kasar.
"Hahahaha…." Ro Woon tertawa senang, Mingyu merengut sebal.
"Yak hyung, sekretarismu cantik."
"Wae? Kamu suka? Kalau begitu Wonwoo buat aku ya." Ro Woon menaik-turunkan alisnya.
"Yak! Dia calonku kenapa masih mau direbut saja sih!" Mingyu mengomel, Ro Woon tertawa geli.
"Maksudku, kenapa hyung tidak sama dia saja? Itu juga kalau dia single."
"Menurutmu dia cantik?" Ro Woon menatap keluar arah sekretarisnya dari dalam karena hanya dibatasi kaca film sebagai dinding dan ada penutup roller blind yang terbuka.
"Ya hyung, kamu terlalu sering berkumpul dengan bapak-bapak tua. Apa kamu tidak menilai? Wajahnya cantik, hidungnya panjang dan mancung, bibirnya mungil. Tubuhnya juga tinggi sama seperti Wonwooku." Mingyu memuji sekretaris Ro Woon sama-sama melihat keluar. Meja sekretaris tepat dibalik kaca sebelah pintu, terlihat dengan jelas gerak gerik yang dilakukan dari dalam ruangan Ro Woon.
"Lalu apa lagi?"
"Badannya pas dan oh kamu lihat hyung, apa pakaiannya seperti itu terus? Rok mininya sangat menggoda." Mingyu sangat fokus melihatnya dengan mulut terbuka.
"Apa yang kamu suka lagi Gyu?"
"Dia kelihatan sempurna hyung, aku rasa lelaki manapun tidak akan menolak." Mingyu berbalik badan lagi menghadap Ro Woon. Ro Woon tertawa geli, Mingyu bingung.
"Aku rasa rekaman ini harus didengar Wonwoo."
"Aisshhh jinjja HYUNG!" Mingyu naik pitam berusaha merebut ponsel Ro Woon. Ro Woon tertawa geli melihat Mingyu yang panik, mereka main kejar-kejaran didalam ruangan bahkan sampai naik ke sofa.
Terdengar suara gaduh dari dalam ruangan membuat karyawan lain heran dengan apa yang terjadi termasuk sekretarisnya. Setelah dirasa cukup, info hotel yang didapat segera ia bawa masuk ke ruangan dan melihat apa yang terjadi sebenarnya.
Miss Kim masuk keruangan membawa setumpuk hasil print, ia melihat 2 pemuda yang tinggi badannya diatas rata-rata sedang bersitegang. Ia juga melihat bekas jejak sepatu di sofa dan ia hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan 2 pemuda itu.
"Wae? Salahmu sendiri sudah mau menikah ada yang sexy dilihat terus. Ini aku simpan." Ro Woon memasukkan ponselnya di saku celana.
"Aku do'akan kamu jadi bujang lapuk!"
"Oh kamu mendo'akan seperti itu? Miss Kim batalkan saja yang ke Bali."
"Eh jangan-jangan, aku tarik lagi do'aku. Semoga kamu dapat jodoh yang cantik."
"Seperti siapa?"
"Ya seperti Miss Kim masa seperti Wonwoo? Dia milikku!"
"Miss Kim berikan apa yang kamu dapat."
"Hyung, tolong hapus yang tadi." Mingyu memohon.
"Oh yang tadi? Aku bohong Gyu, aku tidak merekam apa-apa tadi hanya membalas pesan saja." Ro Woon memperlihatkan isi ponselnya dan makin membuat Mingyu merasa gemas ingin mencabik-cabik kakak sepupunya saat itu juga. Ro Woon hanya tertawa senang kembali duduk ditempatnya.
Mingyu masih sabar, ia duduk lagi dan mendengarkan Miss Kim menjelaskan berbagai rincian hotel.
"Ah, yang paling mahal yang mana?" tanya Mingyu sangat antusias ingin membalas mengerjai kakaknya.
"Yang mahal? Yang ini, menginapnya di villa menghadap ke pantai dan bukit. Tempatnya jauh dari keramaian. Ini foto kamarnya, cocok untuk bulan madu." Miss Kim menjelaskan secara rinci.
"Yak, kenapa minta yang paling mahal?"
"Ah hyung, biar terkesan. Kapan lagi bisa kesana, lagipula ini kan hadiah. Anggap saja beramal."
"Mingyu-ya, apa kamu tidak tahu? Kalau orang yang beri hadiah saat pernikahan maka saat orang yang pernah memberi akan mendapat yang setimpal saat menikah. Jadi singkatnya kalau aku beri kamu yang mahal maka saat aku menikah kamu harus memberiku yang mahal juga."
"Benarkah ada tradisi seperti itu?"
Ro Woon dan Miss Kim kompak mengangguk, Mingyu menarik nafasnya sangat dalam sambil merengut. Ia meletakkan kertas kembali. Wajahnya sangat menggambarkan kekecewaan.
"Hahahahahahaha tampangmu aneh sekali Gyu! Sudah pesankan saja sesuai permintaannya." Ro Woon memberi perintah pada sekretarisnya.
"Ah tidak usah. Aku akan bicara dengan Wonwoo, dia pasti mengerti." Mingyu hanya menggeleng.
"Kamu ngambek Gyu?"
Mingyu benar-benar kesal setiap bertemu kakak sepupunya ini selalu saja diledek.
"Pesankan yang terbaik, jangan lupa minta tambah supir untuk mereka berkeliling dan tour guide pribadi."
"Tidak usah hyung." Mingyu sudah malas ia cemberut, tubuhnya seketika lemas tidak bergairah hanya menyender pada sandaran kursi, menatap malas pada kakak dan sekretarisnya.
"Pesankan saja ya, sayang." Ro Woon mengedip ke sekretarisnya, Mingyu bingung melihatnya ada yang aneh didepannya.
"Baiklah, kalau untuk calon ipar aku akan siapkan yang terbaik." Miss Kim tersenyum manis.
"Ya, kenapa kalian berdua? Apa kalian pacaran?"
"Haha kenalkan pacarku Gyu. Namanya Kim In Seong."
"Mwo? Pacarmu?" Mingyu membulatkan matanya melihat 2 orang didepannya langsung duduk dengan tegak.
"Iya, kenapa? Kamu kaget?" Ro Woon lagi-lagi tertawa senang.
"Salam kenal Mingyu." In Seong tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Aisshh jinjja kalian berdua. Apa Imo sudah kenal dengannya?"
"Tentu saja, ibuku tidak masalah karena ia sudah kenal lama dengan In Seong. Ia teman sekolahku dulu, ia sempat pindah sekolah ke London dan kembali kesini. Sesuai pendapatmu dia cantik, dan juga kemampuan bahasa asingnya bagus. Jadi aku merekrut pribadi sebagai sekretarisku."
"Astaga dasar kau ini." Mingyu makin gemas.
"Ro Woon sering bercerita katanya ia punya adik yang suka ia kerjai sejak kecil, ternyata kita bertemu disini."
"Jangan-jangan sejak aku datang sudah dikerjai kalian berdua." Mingyu tersenyum kecut.
"Bingo!" jawab Ro Woon dan In Seong bareng.
"Ro Woon bilang kalau kamu mau datang, ia juga sudah memperlihatkan fotomu dan saat kamu datang, aku pura-pura tidak tahu, bekerja seperti biasa. Maaf ya Mingyu, aku buat kamu kesal saat baru datang." In Seong tersenyum geli.
"Daebak, akting kalian bagus ya dari agensi mana?" Mingyu meledek balik, ia benar-benar kesal.
"Kita dari FNC" lagi-lagi mereka jawab bebarengan.
Mingyu berusaha sabar mengelus dadanya sambil pasang muka masam, punya kakak seperti Ro Woon saja sering buat ia kesal ditambah pacarnya. Ro Woon dan In Seong masih merasa geli dengan wajah yang ditunjukkan Mingyu sangat lucu.
"Mau langsung pesan atau mau dibicarakan dulu dengan tunanganmu?"
"Aku bawa dulu ya Miss Kim."
"Hei, panggil dia noona."
"Iya noona, terima kasih ya."
"Nanti kabari saja untuk tanggalnya dan rencana berapa hari." In Seong memasukkan hasil print tadi kedalam amplop dan memberikannya ke Mingyu.
"Tiket pesawatnya juga tolong di urus sayang." Pinta Ro Woon.
"Oh baiklah itu bisa diatur, kabari saja kalau sudah fix tanggalnya." In Seong tersenyum.
"Maaf jadi merepotkan."
"Memang, hahahaha." Ro Woon tertawa lagi.
"Aisshh dasar. Iya noona, aku pamit ya. Hyung, terima kasih banyak."
"Eoh bagaimana kalau makan siang dulu?"
"Tidak, aku harus kembali ke kantor masih ada meeting nanti."
"Iya, selamat ya Gyu." Ro Woon memeluk Mingyu.
Mingyu keluar dari kantor Ro Woon dengan senang, tinggal memberi tahu kepada Wonwoo.
.
.
Minggu pagi, Wonwoo sudah datang ke apartemen tunangannya. Ia ingin beri kejutan dengan memasak mencoba menu baru. Mingyu belum bangun saat Wonwoo datang, ia memang sengaja tidak memberitahu dulu kalau mau datang. Ia langsung sibuk bereksperimen di dapur seorang diri, memenuhi janji pada calon ibu mertuanya untuk bisa memasak.
Mingyu tersentak kaget mendengar suara dari luar kamarnya, dengan malas ia mengecek jam di jam wekernya menunjukkan pukul 07.00.
"Suara apa itu? Masa ada maling?" Mingyu beranjak bangun dengan rambut yang kusut memakai kaos dan celana kolor. Saat membuka pintu kamar, ia tersenyum senang melihat tunangannya sedang di dapur.
"Pagi nyonya Kim Wonwoo." Mingyu memeluk dari belakang sambil mengecup pipi Wonwoo.
"Ya ampun, kaget! Kamu sudah bangun?" Wonwoo hampir menjatuhkan wortel yang sedang di pegang.
"Masih mengantuk…" Mingyu masih manja memeluk sambil menaruh dagu di pundak Wonwoo dan memejamkan matanya lagi, ia suka saat menghirup aroma tubuh tunangannya. Wonwoo tetap melakukan kegiatannya di dapur, bergerak kesana kemari dan Mingyu masih menempel. Lama-lama Wonwoo merasa risih karena terganggu.
"Kalau masih mengantuk, tidur saja lagi dikamar."
"Maunya disini lebih enak." Mingyu makin mengeratkan pelukan.
"Mandi biar segar, kita sarapan bersama." Wonwoo melepas pelukan dan balik badan menatap calon suaminya.
"Maunya mandi sama kamu sayang." Mingyu masih manja mode-on.
"Eeih ingat kan pesan Eomma kamu, tidak boleh na…?"
"Kal…" jawab Mingyu lirih dan kecewa, Wonwoo tertawa geli melihat ekspresi Mingyu.
"Cium boleh kan?"
"Tidak boleh, mandi dulu sana."
"Sedikit saja." Mingyu masih merajuk.
"Man…di…" Wonwoo menunjuk pintu kamar mandi dengan lirikan tajam.
"Iya iya tapi habis itu boleh ya." Tanpa menjawab, Wonwoo hanya melirik tajam dan membuat Mingyu mengambil langkah menuju kamar mandi.
Wonwoo melanjutkan lagi kegiatannya yang sempat tertunda. Menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
"Sayang, sayang tolong ambilkan handuk." Teriak Mingyu setelah selesai mandi sambil melongokkan kepalanya. Posisi kamar mandi tepat sebelah dapur.
"Kenapa tidak di bawa?"
"Lupa, tolong ya. Apa aku keluar begini saja? Kamu juga sudah pernah lihat."
"Iya iya aku ambilkan." Wonwoo buru-buru mengambil handuk dan memberikannya ke Mingyu. Mingyu hanya tertawa geli melihat wajah calon istrinya yang merona.
.
.
"Kamu masak apalagi? Menu baru?" Mingyu selalu kebagian mencicipi setiap Wonwoo mencoba menu baru.
"Ayam goreng sarang tawon." Ujar Wonwoo meletakkan sepiring ayam dimeja.
"Sarang tawon?"
"Hmm, dapat dari internet. Rasanya gurih."
Mingyu mencobanya, Wonwoo melihat dengan seksama reaksi Mingyu.
"Bagaimana?"
"Hmm, agak asin sayang." Mingyu tersenyum lalu minum jus wortel yang sudah dibuatkan oleh Wonwoo.
"Benarkah?" Wonwoo mencicipinya.
"Memang asin, tapi dimakan pakai nasi jadi tidak asin." Ujar Wonwoo.
Mingyu hanya tersenyum, ia tetap makan tanpa banyak komentar karena ia menghargai usaha Wonwoo.
"Maaf kalau tidak enak." Wonwoo tertunduk sedih.
"Ini enak kok." Mingyu memuji sambil mengusap punggung tangan Wonwoo, sementara tangan kirinya memegang sumpit saat makan.
.
.
Setelah makan, Wonwoo menyender pada dada Mingyu sambil mengecek daftar nama tamu undangan sementara Mingyu menonton tv sambil sesekali menghirup aroma shampoo dari kepala Wonwoo.
"Sebentar sayang." Mingyu bangun dari duduk lalu masuk ke kamarnya mengambil sesuatu.
"Sayang, kamu pilih-pilih saja dulu mau yang mana." Mingyu memberikan amplop dan Wonwoo membukanya, ia bingung dengan isinya.
"Dari In Seong noona, pacarnya Ro Woon hyung. Kamu ingat? Kakak sepupuku yang pernah titip bayi."
"Oohh yang tinggi itu."
"Hmm benar, aku kekantornya minta hadiah pernikahan kita." Mingyu tertawa kecil.
"Mwo? Ini? Astaga ya ampun. Kenapa harus minta?" Wonwoo mengecek harga kamar yang terbilang tidak murah.
"Kan kamu sendiri yang bilang mau ke Bali. Ya aku usahakan."
"Kapan? Aku pernah bilang begitu?"
"Dulu waktu kita liburan di Jeju."
Wonwoo mencoba mengingat sambil menatap Mingyu. "Yang dimana?"
"Oh ya ampun kamu lupa? Kalau tidak salah di Yongduam Rock saat sepupunya Jihoon siapa itu yang punya toko cokelat menjelaskan arti patung kakek."
"Ooh… Saat itu aku cuma asal bicara saja. Aku tak mau merepotkan kamu."
"Kalau buat kamu pasti aku akan usaha sayang." Mingyu mengecup pipi Wonwoo yang cemberut.
"Terus nanti kalau kakakmu menikah kita kasih kado apa?"
"Kamu jangan pikirkan masalah itu. Dia sudah kaya. Kamu pilih saja sukanya yang mana." Mingyu memeluk Wonwoo.
"Aku minta yang paling mahal, hyung setuju." Mingyu menunjuk gambar villa yang dimaksud.
"Tapi, ini kalau dijumlah mahal sayang." Wonwoo mencoba menghitung anggaran.
"Sayang, itu juga dibayari tenang saja."
"Iya tapi, kan kesana juga butuh uang untuk pegangan, belum beli oleh-oleh."
Mingyu hanya diam, kalau masalah uang ia sudah pasti kalah saat berdebat dengan Wonwoo.
.
.
Mingyu mengajak Wonwoo makan siang, dan bertemu dengan Ro Woon membahas mengenai hadiah pernikahan yang diminta Mingyu tempo hari. Ro Woon datang bersama In Seong.
Restoran yang mereka datangi bergaya Eropa, In Seong yang reservasi. Suasananya sangat tenang dengan musik klasik yang mengalun dan pengunjungnya tidak begitu banyak. In Seong memilih meja di pojok agar lebih leluasa untuk mengobrol.
Beberapa pelayan menghidangkan makanan yang sudah dipesan, mereka makan dengan tenang. Sampai pada makanan penutup Mingyu dan Wonwoo masih diam belum membahas tujuan mereka berkumpul. Wonwoo mengeluarkan amplop yang berisi daftar hotel yang diberikan In Seong melalui Mingyu.
"Ehem, aku mohon maaf sebelumnya atas kelancangan Mingyu yang datang tanpa sepengetahuanku. Sebenarnya aku tidak enak kalau harus mendapatkan hadiah seperti ini." Wonwoo memberanikan diri membuka percakapan.
"Sayang, aku bilang kan ini tidak masalah. Hyung sudah setuju."
"Tapi, menurutku ini terlalu mahal."
"Aku hanya ingin buat kamu bahagia."
"Setidaknya kalau kita kesana pakai uang kita saja jangan merepotkan orang lain."
"Trus kita mau bulan madu kemana? Aku pernah usul ke Jeju kamu bilang maunya ke Bali."
Ro Woon mengernyitkan alis melihat perdebatan calon suami istri didepannya.
"Bagaimana ini? Kita kesini menonton mereka berdebat?" bisik Ro Woon ke In Seong.
"Memang seperti itu kalau pasangan yang mau menikah selalu meributkan berbagai hal." In Seong hanya tersenyum melihatnya.
"Ehem. Jadi kesimpulannya Wonwoo tidak setuju permintaan Mingyu. Jadi kertasnya aku bawa lagi agar kalian berhenti bertengkar ya." Ro Woon ingin mengambil kertas brosur namun dicegah Wonwoo.
"Tunggu, aku belum selesai bicara." Wonwoo memandang Mingyu, Ro Woon dan In Seong.
"Apa tidak masalah kalau Ro Woon oppa memberi kita hadiah seperti ini?" Wonwoo memandang lurus Ro Woon.
"Hmm iya, karena Mingyu sendiri yang meminta. Kalau bukan dia belum tentu aku mau."
"Apa tidak jadi masalah untuk harga-harganya?"
"Iya tidak masalah. Karena Mingyu adikku."
"Hmm, kalau begitu aku bebas memilih mau yang mana?"
"Kan aku sudah bilang sayang dari kemarin." Lama-lama Mingyu makin gemas.
"Aku hanya ingin memastikan. Kalau begitu, aku pilih yang ini." Wonwoo menunjukkan gambar sebuah Villa. Mingyu, Ro Woon dan In Seong melihat kertas yang ditunjukkan Wonwoo.
"Kamu mau yang itu sayang?"
"Iya aku mau yang ini, karena salah satu aktor favorit aku pernah menginap disini saat liburan plus pemotretan sebuah majalah." Wonwoo tersenyum senang bertingkah lucu.
"Ya ampun sayang, kita mau bulan madu kenapa masih bawa laki-laki lain sih? Aku tidak setuju!"
"Oh ayolah sayang, kan aku bebas pilih. Ya yang ini saja." Wonwoo bersikap manja sementara Mingyu kelihatan kesal.
"Tidak!"
"Sayang, ayolah. Katanya mau membuat aku bahagia." Wonwoo menarik-narik lengan Mingyu.
"Tidak!"
"Sayang, ayolah aku ingin sekali kesana."
"Tidak Jeon Wonwoo!" Mingyu membentak dengan mata yang membulat tersirat kemarahan membuat Wonwoo kaget. Bahunya secara refleks terangkat, dengan perlahan melepas tangannya. Mingyu terdiam ia sadar salah ucap membuat mata Wonwoo berkaca-kaca. Ro Woon memejamkan mata melihatnya, In Seong bahkan sampai meremas lengan kekasihnya melihat Mingyu yang marah.
"Maaf sayang, maaf." Mingyu memelankan suaranya.
"Wae? Kamu masih panggil pakai marga lamaku, biasanya kamu selalu memanggil Kim Wonwoo padaku." Wonwoo mengucapkan dengan bibir bergetar dan sorotan mata yang tajam. Ro Woon dan In Seong menjadi jengah dengan keributan didepannya, mereka hanya menarik nafas dan saling tatap. Beberapa pengunjung restoran lain mulai memerhatikan mereka. Wonwoo menunduk sangat dalam, jari tangan kanan memainkan dan memutar cincin di jari manis tangan kirinya.
Mingyu merasa malu dengan beberapa pasang mata yang melihat. Ia menggeser duduknya mendekati Wonwoo kemudian merangkul dan memeluknya. Wonwoo menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Mingyu. "Maaf hyung, noona." Mingyu merasa tidak enak. Ro Woon dan In Seong hanya tersenyum maklum. Mingyu menggenggam jari tangan kiri Wonwoo dan mengusap lembut dengan ibu jarinya dengan maksud menenangkan.
"Mingyu, turuti saja. Ia memang ingin sekali kesana, melihat seperti apa agar tidak penasaran. Daripada kalian berdebat terus. Lagipula dia menikah sama kamu bukan aktor itu." In Seong menasehatinya.
"Benar, untuk kali ini mengalah saja Gyu. Kasihan Wonwoo, daripada nanti kalian punya anak tapi anaknya ileran terus karena ada keinginan ibunya yang tidak dituruti." Ro Woon terkekeh.
"Ah hyung, tolong jangan meledekku saat ini." Mingyu menenangkan Wonwoo yang masih ngambek, ia merasa bajunya rembes air mata, basah. Wonwoo menangis. Ia mengambil beberapa lembar tissu untuk menyeka air mata namun Wonwoo malah melingkarkan tangan ke perut Mingyu dan makin mengeratkan pelukan enggan menampakkan wajahnya. Mingyu mengusap punggung tunangannya sambil membisikkan kata maaf berulang kali.
"Kalian mesra sekali, aku jadi merasa iri." Ujar In Seong. Mingyu hanya menengok dan tersenyum ke arah In Seong.
"Kamu mau aku peluk juga?" Ro Woon melingkarkan tangannya ke belakang pinggang In Seong.
"Dasar." In Seong mencubit Ro Woon.
"Hyung, aku pilih sesuai permintaan Wonwoo."
"Oke, aku catat ya. Rencana berapa hari?" In Seong sudah siap dengan ponsel note-nya yang selalu ia bawa untuk berbagai jadwal.
"Seminggu cukup sayang?" Mingyu bertanya pada Wonwoo, ia merasa Wonwoo mengangguk.
"Aku rasa cukup noona, maksudnya sudah termasuk perjalanan kesana dan pulang."
"Baiklah, aku butuh paspor kalian untuk pesan tiket pesawat."
"Nanti aku email atau aku foto saja ya kirim ke hyung."
"Oke jadi beres semua ya." Ro Woon tersenyum.
"Chukkae Wonwoo-ya jangan menangis lagi." Ujar In Seong.
Wonwoo menengadahkan kepala melihat Mingyu tersenyum dan mencium keningnya. Mingyu menyeka air mata dengan sayang.
"Sudah jangan menangis lagi, tidak enak dilihat hyung dan noona, ya." Bisik Mingyu sambil merapihkan rambut Wonwoo.
"Maaf." Wonwoo meminta maaf, Mingyu tersenyum dan mengangguk.
"Aku mau ke toilet." Wonwoo melepas pelukan.
"Iya sayang." Mingyu bangun dari duduk dan memberi jalan pada Wonwoo.
"Eh mau kemana?" tanya In Seong.
"Toilet eonnie."
"Aku ikut." In Seong mengikuti Wonwoo.
"Apa dia selalu begitu Gyu?" tanya Ro Woon penasaran saat Wonwoo dan In Seong ke toilet.
"Hmm iya, sifatnya memang manja hyung. Ya begitulah, aku selalu sabar karena aku sangat mencintainya." Mingyu tersenyum mengingat tingkah tunangannya kalau sudah merajuk.
"Yaaa aku salut denganmu, aku bisa melihat kalian berdua sepertinya tidak bisa pisah."
"Bagaimana denganmu hyung? Apa ada rencana dengan noona?"
"Hmm iya, eomma sudah sangat akrab dengan ibunya dan selalu bilang ingin cucu. Tapi karena kesibukanku jadi eomma tidak sabar malah mengadopsi anak yang dititipkan dari yayasan yang eomma pimpin."
"Aahh bayi itu, sudah besar ya sekarang."
"Iya Cha Ni sudah bisa lari-lari, sudah cerewet apa saja ditanya. In Seong terkadang mengajaknya jalan-jalan. Aku kaget saat menitipkannya padamu, Wonwoo bisa akrab dengan cepat. Dulu saat baru diadopsi dia menangis terus, bahkan In Seong saja kewalahan. Aku rasa Wonwoo akan jadi ibu yang baik untuk anakmu nanti."
Mingyu hanya tersenyum mendengar penuturan dari Ro Woon, memang ia juga mengakui dibalik sifat manjanya Wonwoo ada sisi keibuan yang membuat ia kagum.
.
.
"Wonwoo, kapan kamu libur?" tanya In Seong saat mereka sedang bercermin di toilet.
"Aku libur hari minggu eonnie, karena hari sabtu besok aku masih ada pelatihan. Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita spa?" In Seong mengambil alih spons bedak yang sedang di pakai Wonwoo lalu ia menepuknya dengan lembut di wajah Wonwoo untuk menutup bekas air mata.
"Spa?"
"Iya, spa semacam perawatan untuk calon pengantin buat kamu, bagaimana? Temani aku juga intinya, tubuhku butuh dimanja. Mengatur jadwal Ro Woon membuat ototku kaku."
"Bisa saja, tapi aku izin dulu. Aku bisa sendiri eonnie." Wonwoo menolak halus saat In Seong mendandaninya.
"Tak apa, aku sudah menganggap kamu adikku sebentar lagi juga kita menjadi keluarga. Maksudnya tadi izin apa ya?" In Seong mengambil lipstik dan memolesnya ke bibir Wonwoo.
"Iya izin sama Mingyu." Wajah Wonwoo merona membuat In Seong tertawa.
"Aaahhh begitu ya benar juga, memang harus izin ya takut tunangannya hilang hihihi…"
"Tidak juga eonnie, hanya saja aku terbiasa minta izin sejak dulu kalau tidak ia pasti sangat khawatir."
"Aaaah begitu, dia memang sangat menyayangimu. Aku bisa lihat dari sorot matanya sangat tulus kepadamu. Kalau sudah oke segera kabari aku ya, bagaimana kalau kita bertukar ID Line?"
"Oh boleh." Wonwoo mengeluarkan ponselnya dan mereka saling bertukar ID.
Mereka berdua keluar setelah terlihat segar dan cantik kembali. In Seong dan Wonwoo terlihat akrab padahal baru pertama kali bertemu.
"Sudah selesai nona-nona?" tanya Ro Woon.
"Hmm masih ada yang mau tambah makanan?" tawar In Seong.
"Sudah cukup noona."
"Baiklah aku akan urus pembayarannya." In Seong berlalu menuju kasir dan membayar tagihan. Ro Woon, Mingyu dan Wonwoo menunggu, setelah selesai mereka keluar bersama.
.
.
.
END
Annyeong, ini yang aku janjikan di chapt sebelumnya yaitu membahas rencana untuk bulan madu. Karena bagi pasangan yang mau menikah pasti memikirkan hal ini wkwkwk. Mian ga bikin prewed atau fitting gaun, next langsung kondangan aja gimana? Nanti di publish diluar ini ya biar ga salah alamat lagi heee…
allaetsy'sfam nuhun ya kalau suka jadi ikutan seneng
Mocca2294 hai udah dijawab ya chapt ini jadinya bagaimana, belum married mereka hehehe, ditunggu aja kelanjutannya. Fighting juga
DevilPrince duwh Kiming udah cinta buta sama Wonu, gimana donk? Mungkin perlu di kloning biar pada kebagian
rizka0419 haaai udah terjawab ya jadi ga penasaran kan untuk chapt ini. Amiiinn semoga rizka dan reader lain dapet jodoh yang terbaik.
Park RinHyun-Uchiha jangan sedih-sedih kalau laper pengen Churros hayuk kita beli.
Mingyuwonu haaaii mereka belum menikah nih tapi udah mendekati. Duh seneng dikasih semangat, makasih makasih. Ditunggu aja kelanjutannya
17MissCarat GWS ya beib sedih aku tuh liat kamu di infus begitu.
KimHaelin29 haaaii iya iya sabar ya, kondangan bareng yuk! Ditunggu aja kelanjutannya. Fighting juga
Cha KristaFer ulalalaaaa sepertinya yang bikin cerita kebanyakan makan micin wkwkwk. Iya iya tar Meanie 'bersatu' tau ajaaa wkwkwk. Jangan lupa sama menu minuman tempo hari #winkwink nakal
jeononu sabar ya sayang, yuk nangis bareng-bareng di pojokan. Ini bener-bener ujian. Ke kantor Pledis yuk siapa tau masih ada Mingyu yang lain. Sudah terjawab ya di chapt ini mereka belum married, ditunggu saja kelanjutannya heeheehee…
maecchiato iya sis buka PO nanti tanggal 6 April 2017 jangan sampe telat ya keburu kehabisan tar harus nunggu setahun lagi.
Gomawo yang udah sempetin baca dan kasih review… ^^
8 Maret 2017