CHAPTER 27

Ingin sekali Kyuhyun memaki samchon-nya yang tersenyum menyebalkan padanya saat ia memasuki rumah. Melihat senyum penuh kebanggaan samchon-nya itu membuat Kyuhyun merasa seperti diejek. Belum lagi suara panik Paman Han yang didengarnya lewat telepon membuatnya yakin ada masalah yang tengah menunggunya.

"Dari mana?" tanya kakeknya tajam begitu Kyuhyun masuk ke ruang kerja kakeknya.

Kakeknya itu terlihat begitu menyeramkan saat duduk di balik meja besarnya itu.

"Aku menonton pertandingan basket di Jamsil, Harabeoji," sahut Kyuhyun.

"Dengan siapa?" tanya Tuan Cho lagi.

"Dengan teman-teman sekolahku," jawab Kyuhyun singkat.

Tak enak rasanya dihujani pertanyaan dari Tuan Besar rumah ini sementara dirinya berdiri di hadapannya seperti seorang tersangka.

"Dengan Choi Siwon juga?" kejar kakeknya.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat sampai ia khawatir kalau lehernya akan putus. Jangan sampai kakeknya itu tahu kalau ia sering menyelinap pergi ke rumah keluarga Choi, bisa berbahaya.

Ia tak mau membuat masalah antara kakeknya dengan keluarga Choi semakin besar.

"Aku tidak bersama dengannya. Aku pergi menonton bersama Shim Changmin, Choi Minho, dan Kim Ryeowook," sahut Kyuhyun.

"Oh, Shim Changmin, anak berandalan berisik itu?"

"Changmin tidak seperti itu dan ia bukan berandalan. Harabeoji tahu kalau ayah Changmin seorang kepala polisi," kata Kyuhyun sedikit kesal.

Kyuhyun tidak suka jika kakeknya mulai mengkritik teman-temannya juga. Seringkali kakeknya itu menegurnya untuk mulai memilih teman. Orang seperti Kyuhyun bisa bisa dengan mudah dipergunakan orang-orang yang ingin dekat dengannya untuk mencari keuntungan.

"Aku tahu. Aku juga kenal siapa ayahnya. Tapi tetap saja aku tidak terlalu menyukainya. Ia seperti anak yang susah diatur," kata Tuan Cho.

Kyuhyun mendengus kesal. Kakeknya itu selalu saja seperti itu. Selalu mengaturnya ini itu. Menunjuk siapa saja yang boleh atau tidak bergaul dengannya. Mencemooh siapa saja yang tidak disukainya.

"Changmin anak yang baik, Harabeoji. Dia anak yang sangat tahu aturan. Ia bukan berandalan juga bukan anak yang suka usil dan menindas orang lain," jawab Kyuhyun sambil sebisa mungkin menekan nada kesal pada suaranya.

"Hmm…Aku dengar kau jarang di rumah selama aku pergi. Benar begitu?" tanya kakeknya lagi penuh selidik.

Kyuhyun menelan ludahnya susah payah. Ia yakin samchon tersayangnya yang sudah mengadu banyak hal pada kakeknya itu.

"Aku memang sering terlambat pulang, Harabeoji. Aku banyak kegiatan di sekolah. Harabeoji tahu kan kalau tahun ini aku ujian jadi sering menghabiskan waktu di sekolah sampai malam untuk berlatih mengerjakan soal-soal ujian. Kadang-kadang aku pergi jalan-jalan dengan teman-temanku, seperti sore ini," jawab Kyuhyun.

"Tidak pergi ke rumah Choi?"

"Tidak. Kakek melarangku. Jadi, aku tidak berani," jaab Kyuhyun lirih.

Sial, samchon-nya itu benar-benar sialan. Ingin sekali Kyuhyun mengelem mulut samchon-nya itu agar tidak sembarangan bicara di depan kakeknya.

Tuan Cho memandang Kyuhyun tajam. Ia berusaha mencari raut wajah bersalah dalam diri cucunya itu. Ia tak bisa percaya begitu saja. Pengalaman hidup membuatnya tak mudah menaruh kepercayaan pada siapa pun.

Di lain pihak Kyuhyun merasa keringat dingin menetes dan membasahi punggungnya. Ia berharap kakeknya itu tidak tahu apa saja yang ia lakukan selama ia pergi. Ia tak mau ada masalah lagi antara kakeknya dan keluarga Cho.

"Baiklah, kau boleh kembali ke kamarmu sekarang. Jangan lagi keluyuran ke mana-mana sepulang sekolah! Jangan mengambil kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak penting selama kakek tidak di rumah!" kata Tuan Cho.

Kyuhyun menarik napas lega. Syukurlah kakeknya itu tidak bertanya panjang lebar lagi padanya. Kyuhyun cepat-cepat keluar dari ruang kerja kakeknya itu dan berlalu menuju kamarnya sendiri. Menenangkan hatinya yang masih kesal karena acara bersenang-senangnya sedikit terganggu hari itu.

"Jadi, kakekmu pulang, huh?" kata Shim Changmin pagi itu.

Semalam ia sudah menduga kalau hal itu yang terjadi. Siapa lagi orang yang bisa membuat Kyuhyun kalang kabut kalau bukan kakeknya itu.

"Begitulah. Kakek datang di saat yang tidak tepat dan berhasil mengacaukan kesenanganku," keluh Kyuhyun kesal.

"Jadi, kau tidak bisa bersenang-senang lagi, ya?" tanya Shim Changmin.

"Kelihatannya begitu. Harabeoji lebih suka mengajakku ke tempat makan malam dengan relasi-relasinya atau ke pertemuan-pertemuan bisnis yang membosankan," keluh Kyuhyun.

"Yah, mau bagaimana lagi? Mau tidak mau kau memang harus mulai belajar mengenal relasi kakekmu. Kau juga harus mulai belajar bisnis untuk meneruskan perusahaan kakekmu, Kyu," hibur Shim Changmin yang tak terdengar sebagai hiburan di telinga Kyuhyun.

"Kalau hanya makan malam atau belajar bisnis sih tak apa. Yang menyebalkan adalah aku juga lebih sering bertemu Han Kaisoo di luar sekolah. Kau tahu bulan lalu aku sampai harus makan semeja dengannya karena harabeoji dan ayahnya membicarakan tentang bisnis investasi. Aku sampai mau muntah karena harus semeja dengannya. Apalagi saat kakek tahu aku sekelas dengannya. Beliau mendesakku untuk berteman dekat dengannya. Bayangkan seorang Cho Kyuhyun berteman dengan Han Kaisoo sama juga mencampur air dengan minyak, sangat tidak mungkin," kata Kyuhyun geram.

Shim Chngmin tak tahu apa ia harus merasa prihatin atau tertawa. Ia memang merasa prihatin dengan kehidupan Kyuhyun bersama kakeknya sekarang. Namun, mendengar kakeknya yang ingin Kyuhyun bersahabat dengan Han Kaisoo membuatnya ingin tertawa keras-keras. Kalau tak ingat perasaan Kyuhyun sedang tidak baik, Shim Changmin bisa tertawa sampai perutnya sakit.

"Aku tak bisa bilang apa-apa tentang hal itu. Aku hanya bisa sedikit menghiburmu tapi aku yakin perasaannmu tak akan lebih baik saat pulang ke rumah. Sebagai sahabatmu aku hanya bisa mendengar keluh kesahmu," ucap Shim Changmin.

"Aku mengerti. Haah, memang mau bagaimana lagi. Aku akan merasa lebih baik kalau mulai ikhlas menerima ini semua," kata Kyuhyun sambil tersenyum muram.

Shim Changmin menepuk pundak Kyuhyun pelan. Ia tahu gejolak perasaan sahabatnya itu. Ia hanya mampu berharap Kyuhyun yang semakin dewasa akan dapat melalui masalahnya dengan sikap yang dewasa pula.

Kyuhyun melenguh bosan. Sudah kesekian kalinya ia membuang napas dan mengerucutkan bibirnya karena bosan setengah mati. Duduk diam dengan sikap bak aristokrat sejati sunggu tidak disukainya. Belum lagi mendengar obrolan-obrolan resmi yang menjemukan seperti ini membuat Kyuhyun ingin cepat-cepat kabur dari tempat ini.

Huh, Kyuhyun paling benci berpura-pura. Di depan meja makan ini saja mereka kelihatan saling bersahabat dan menghormati. Namun, di luar Kyuhyun yakin mereka akan saling bersaing dan menjatuhkan. Bisnis memang kejam dan munafik. Hanya ada dua pilihan di dunia bisnis melindas atau terlindas, melibas atau terlibas, untung atau rugi, laba atau sia-sia.

Makanan lezat yang tersaji di depannnya terasa hambar di lidahnya. Saat ini Kyuhyun malah merindukan masakan eomma-nya yang kelezatannya tak ada bandingnya.

Tapi apa mau dikata, mau tidak mau Kyuhyun harus mulai menerima lingkungan barunya. Ia harus bisa hidup di tengah-tengah lingkaran setan ini seumur hidupnya. CATAT SEUMUR HIDUPNYA.

Kyuhyun bergidik ngeri dengan bayangannya sendiri. Baru beberapa bulan ia tinggal dengan gaya hidup baru seperti ini membuatnya tidak betah, apalagi harus dilakukannya seumur hidup. Kyuhyun yakin umurnya tak akan panjang karena harus menahan derita berkepanjangan. Well, abaikan pikirannya yang sudah melantur ke mana-mana.

Acara makan malam dengan relasi bisnis kakeknya sudah bukan merupakan hal asing bagi Kyuhyun. Acara yang harus ia ikuti paling tidak seminggu sekali ini membuatnya ingin melewatkan akhir pekan dengan cepat.

Dulu Kyuhyun sangat menantikan akhir pekan karena artinya ia bisa menghabiskan waktu dengan bersantai di rumah atau berlibur bersama keluarganya. Sekarang ia harus melewatkan akhir pekannya bersama orang-orang yang kebanyakan seusia dengan kakeknya. Bisa dibayangkan bukan, betapa Kyuhyun harus berubah semakin tua kalau ingin masuk ke dalam lingkungan sosial mereka. Dan percayalah bagi Kyuhyun menjadi tua itu sangat tidak menyenangkan.

Semakin Kyuhyun bergaul dengan orang-orang dewasa dan cenderung tua, semakin Kyuhyun menyadari betapa munafiknya mereka. Semakin hidupnya dipenuhi kepura-puraan. Tak ada lagi tawa lepas dan kegembiraan. Yang ada hanya sikap anggun dan terhormat yang dibuat-buat. Dan Kyuhyun muak melakukannya.

Makan malam telah usai. Dan kalau kau mengira sudah saatnya Kyuhyun pulang dan melonggarkan dasi yang melilit lehernya, maka itu salah. Makan malam yang telah usai berarti Kyuhyun harus beramah-tamah dengan relasi kakeknya. Kakeknya sangat bersemangat mengenalkan Kyuhyun kepada relasi-relasi bisnisnya. Menceritakan betapa hebatnya cucunya itu di sekolah. Betapa pandainya cucunya itu dengan segudang prestasi yang dimilikinya. Tanpa mau tahu peasaan Kyuhyun yang merana karena seperti barang dagangan yang ditawarkan oleh penjualnya.

"Pastinya Anda sangat bangga dengan cucu Anda, Tuan Cho," ucap seseorang yang rambutnya penuh uban sambil tertawa menanggapi ulasan panjang kali lebar Tuan Cho tentang Kyuhyun.

"Tentu saja. Cucuku ini memang hebat. Jadi, tak salah kalau saya mempercayakan seluruh perusahaan padanya," jawab Tuan Cho.

Kyuhyun tak tahu harus bersikap bagaimana. Ia jadi serba salah. Ia memang suka dipuji. Tapi dalam suasana seperti ini ia tak tahu bagaiman harus bersikap. Ikut tertawa, ia takut dicap sombong. Hanya diam dan mendengarkan, ia takut disebut angkuh. Akhirnya ia hanya berdiri di samping kakeknya dengan memasang senyum terbodoh yang bisa ia buat.

Tuan Cho mulai mengitari ruangan untuk beramah tamah. Kesempatan bagi Kyuhyun untuk menyelinap. Ia bisa memberi alasan karena bertemu dengan orang yang dikenalnya dan diajak mengobrol. Kyuhyun memang mengenal sebagian besar tamu kakeknya malam ini.

Kyuhyun menagmbil tempat duduk kosong di sudut ruangan. Tempat yang cukup strategis untuknya menghindar dari kakeknya. Jika ia beruntung, ia bisa menghabiskan waktu sampai sejam lebih atau mungkin hingga acara berakhir sebelum kakeknya menemukannya.

Ruangan ini cukup besar dan kakeknya itu tentu akan disibukkan dengan relasi-relasinya. Berdoa saja ia bisa ada di sini sampai acara usai kira-kira pukul sebelas nanti.

"Tak kusangka Tuan Muda Cho lebih suka menyendiri di sini. Merasa bukan tempatmukah?" kata seseorang mengagetkan Kyuhyun dan membuat dunianya semakin menggelap di dalam ruangan yang terang benderang ini.

"Kenapa di antara puluhan orang yang ada di sini aku justru harus bertemu manusia sepertimu?" sahut Kyuhyun ketus.

Orang yang menyapa Kyuhyun tadi tertawa menyebalkan, lalu duduk di kursi di samping Kyuhyun yang tentu saja membuat Kyuhyun semakin kesal bukan main.

"Kenapa kau masih di sini kalau tidak betah? Mngapa kau tidak kabur saja?" bisik orang itu tambah menyebalkan.

"Berhenti merecokiku, Han Kaisoo. Aku tidak butuh nasihatmu," ucap Kyuhyun ketus.

"Berada di tengah-tengah lingkup sosial kelas atas memang tidak mudah untuk merasa nyaman. Butuh waktu bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Aku maklum kalau orang sepertiu akan sulit beadaptasi. Hanya orang-orang yang dilahirkan dan dibesarkan dengan pendidikan tinggi dan elegan yang mampu melakukannya," kata Han Kaisoo panjang lebar dengan menekankan kata dilahirkan dan dibesarkan dengan pendidikan tinggi dan elegan.

Elegan, huh? Elegan apanya kalau kelakuannya di sekolah seperti orang yang tak pernah diberi pendidikan yang benar. Lagipula gaya hidup seperti ini bukanlah hal yang baru baginya. Dia belajar banyak hal dari ayah Choi-nya. Ayahnya itu juga bukan orang sembarangan. Hanya saja ayahnya memang jarang menghadiri acara-acara seperti ini. Beliau lebih suka di rumah menghabiskan waktu dengan keluargaya.

"Bisakah kau pergi. Aku sudah cukup muak melihatmu setiap hari. Melihatmu lagi di sini, di tempat yang berbeda selain di sekolah membuatku ingin muntah," kata Kyuhyun sebal.

Han Kaisoo tertawa. Melihat Kyuhyun merana seperti itu merupakan hiburan tersendiri baginya. Ia tak punya alasan lagi untuk mencari perkara dengan Kyuhyun di sekolah. Kehidupannya di sekolah juga tak semenyenangkan dulu. Dua tikus sekolah yang dulu selalu mengikutinya ke mana ia melangkah sekarang menjaga jarak dengannya.

Ini bukan kali pertama Han Kaisoo bertemu dengan Kyuhyun di acara bisnis seperti ini. Pertama kali melihat Kyuhyun di acara makan malam beberapa bulan yang lalu dan tak bisa dipungkiri itu membuatnya sangat terkejut.

Lebih mengejutkan lagi saat Tuan Cho Soo Man memperkenalkan Kyuhyun sebagai pewarisnya. What the …. Ia tak pernah tahu kalau Kyuhyun masih memiliki ikatan darah dengan pemilik Empire Corp. Yang ia tahu Kyuhyun bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa di sekolah.

"Lingkungan sosial kelas atas memang jauh berbeda dengan lingkunganmu sebelumnya. Kau biasanya bergaul dengan gembel macam Kim Ryeowook kan? Shim Changmin..okelah…ayahnya punya jabatan di kepolisian. Tapi, tetap saja hidupnya tidak sebanding dengan para chaebol kelas atas seperti yang kau temui hari ini. Kau tahu, Cho? Aku tak mengerti kenapa baru sekarang kakekmu memperkenalkan kau pada para chaebol ini? Kenapa bukan dari dulu? Apa yang disembunyikannya tentangmu dari kami?" bisik Han Kaisoo.

Kyuhyun benci dengan pertanyaan Han Kaisoo itu. Kyuhyun yakin kalau ular satu ini sampai tahu alasannya ia akan semakin besar kepala. Racun dalam lidahnya terlalu berbisa. Dan apa yang diketahuinya nanti malahan bisa digunakannya sebagai senjata untuk menaklukkannya.

"Untuk apa kau mau tahu? Apa sekarang kau juga mengurusi sembarang gosip dan kabar angin juga?" ejek Kyuhyun.

Han Kaisoo mencebik pelan. Ia memang selalu ingin tahu segala hal tentang Kyuhyun. Apa saja yang pasti bisa ia gunakan untuk menyerangnya nanti. Di sekolah Kyuhyun sudah menjadi saingannya. Dan tampaknya ia akan bersaing dengan Kyuhyun selama hidupnya kalau Kyuhyun jadi pewaris tahta di Empire.

"Kau tahu orang-orang yang terlihat akrab dengan kakekmu itu? Mereka tampak tertawa dan kenal dengan baik bukan? Tapi percayalah, tidak seperti itu saat di ruang kantornya. Mereka akan berusaha menjadi yang paling unggul dan berusaha menjatuhkan satu sama lain. Tidak ada yang disebut persahabatan. Yang ada adalah kepentingan pribadi dan kejayaan. Kau yang terbiasa bersikap sosial memangnya akan sanggup menghadapi hal-hal seperti itu?" tanya Han Kaisoo.

Kyuhyun terdiam. Ia tahu betapa munafiknya orang-orang yang ditemuinya tiap kali ada 'acara bisnis'. Tidak ada ketulusan seperti yang selama ini ia harapkan dari orang-orang di sekelilingnya.

Ia akan selalu bersikap curiga dan waspada, bahkan dengan orang-orang yang yang dekat dengannya sekali pun. Contohnya saja, pamannya, Cho Young Min, ia bisa menjadi duri dalam dagingnya, menjadi racun dalam darahnya.

"Kurasa aku bisa mengurusi semua itu. Kakek sudah mengajariku cukup banyak. Lagipula jika orang-orang itu tak bisa dipercaya, kakekku tentu lebih bisa kupercayai," kata Kyuhyun.

"Berlindung di ketiak kakekmu, huh? Kaukira sampai berapa lama kau selalu berlindung di balik punggung kakekmu? Setahun, dua tahun, sepuluh tahun? Apa yang terjadi dengan Empire kalau kau selalu berlindung di balik nama besar kakekmu?" ejek Han Kaisoo lagi.

"Aku kira itu bukan urusanmu. Apa yang terjadi dengan Empire sepuluh atau dua puluh tahun lagi bukan menjadi tanggung jawabmu kan? Tapi aku pastikan kalau Empire tidak akan runtuh dengan mudah. Aku bukan orang yang ceroboh. Aku juga tidak suka mencari masalah. Atau jangan -jangan kau takut bersaing denganku? Kau tak pernah menang dariku. Di sekolah pun tidak. Kau takut aku mengalahkanmu saat aku dewasa nanti dan menguasai bisnis Empire kan?" ejek Kyuhyun yang membuat kuping Han Kaisoo panas mendengarnya.

"Jangan sombong! Kau tahu semakin banyak kau mencari musuh apalagi dengan orang-orang atau keluarga dari bisnis yang besar dan berpengaruh di negeri ini, semakin cepat pula kau tamat. Merajai bisnis tak hanya berbekal dengan otak cemerlang. Tapi juga bagaimana mereka membangun relasi yang kuat," jawab Han Kaisoo.

"Aku tahu itu. Dan aku juga bisa menilai relasi mana saja yang bisa kuajak bekerja sama. Aku tidak hanya mengekor kakekku tapi juga belajar darinya. Aku belajar banyak bagaimana memilih relasi bisnis yang bisa dipercaya dan bagaimana yang suka membelit seperti ular," sahut Kyuhyun.

"Kau tahu, Cho. Persaingan kita tampaknya akan terus berlanjut. Bahkan mungkin seumur hidup kita akan terus bersaing," bisik Han Kaisoo tajam.

"Aku sudah siap. Kau bukan sainganku. Aku sudah terbiasa bersikap waspada terhadapmu. Bahkan kau orang pertama yang tidak akan kupertimbangakan sebagai relasi bisnis," kata Kyuhyun yang seakin menohok perasaan Han Kaisoo.

Han Kaisoo tertawa sinis mendengar ucapan Kyuhyun itu. Anak di sampingnya itu memang terlalu sombong dan tak mudah ditaklukan. Tapi, Han Kaisoo juga tahu kelemahan Kyuhyun. Dia tahu seperti apa wataknya jika berada dalam titik terendah. Menjatuhkannya hanya tinggal menunggu waktu dan taktik yang jitu. Dan Han Kaisoo tahu siapa yang bisa diandalkannya dan diajak bekerja sama untuk itu.

"Semaumulah, Cho. Aku hanya berharap kau masih berumur panjang untuk tetap bersaing denganku."

"Umur tak ada yang tahu. Tak seorang pun dari kita dapat mengatur dan menentukan umur," kata Kyuhyun.

"Begitu, ya? Jangan menyesal kalau esok hari kau tak bisa melihat matahari lag!" kata Han Kaisoo pendek sebelum pergi meninggalkan Kyuhyun.

Kyuhyun memandang kepergian Han Kaisoo dengan lega. Anak itu selalu membuat tekanan darahnya naik hingga ke ubun-ubun. Tak pernah sekali pun ia memandangnya sebagai teman. Hanya saingan dan saingan. Memandangnya sebagai rival yang harus bisa ia taklukkan dan kalahkan.

Kyuhyun bosan dengan itu semua. Ia hanya ingin hidup damai dan tenteram. Ia bosan dibenci dan tidak disukai oleh orang lain. Tak bisakah mereka hidup damai berdampingan tanpa ada rasa iri dan dengki?

Tapi itulah dunia. Dunia tak pernah selamanya bersahabat. Tak selamanya ia akan menemukan orang-orang baik yang bersikap jujur dan terbuka. Banyak orang-orang munafik yang tinggal di dunia ini. Bahkan mungkin orang-orang terdekatnya bisa saja sewaktu-waktu menusuknya dari belakang.

Hell, pikiran macam apa itu. Membayangkan orang-orang yang ia percayai menusuknya dari belakang membuatnya tanpa sadar bergidik ngeri. Ia tak mau itu terjadi. Membayangkannya saja membuatnya nelangsa apalagi jika itu benar-benar terjadi. Ia tak berani membayangkannya.

Kyuhyun melirik jam tangannya. Sudah hampir tengah malam. Masih banyak orang di ruangan ini. Kakekknya pun tampaknya masih asyik mengobrol dengan para tamunya. Kyuhyun sudah merasa bosan setengah mati. Ia ingin cepat-cepat pulang dan mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang penat.

Cho Young Min menimang-nimang botol gelap kecil yang ada di genggaman tangannya. Setelah berbulan-bulan mencari tahu, akhirnya ia dapatkan juga benda ini. Benda yang bisa ia gunakan untuk mengenyahkan seseorang tanpa jejak.

Ia berterima kasih pada jaringan internet yang membuat dunia yang mahaluas ini menjadi dekat dan bisa terjangkau olehnya. Meskipun ia mendapatkan benda itu dari ujung benua yang berseberangan dengannya, namun dengan uang yang bicara membuat segalanya menjadi mudah.

Tinggal ia sekarang yang mengatur strategi dan waktu untuk menyingkirkan bocah sialan itu.

Cho Young Min tersenyum senang. Sebentar lagi, sebentar lagi, Cho Kyuhyun akan diantarnya menemui ayahnya. Ia akan mengirimnya ke neraka secepatnya dan setelah itu Empire pun akan jatuh ke tangannya dan menjadi miliknya.

Cho Young Min tertawa senang. Ia hanya akan menunggu sebentar lagi. Ya, tak lama lagi.

TBC

Masih adakah yang nungguin FF ini? Sudah terlalu lama ya? Well, akhirnya update juga setelah setengah tahun absen. Semoga suka. Happy reading, guys. Deep bow.