Hello?
Naruto © Masashi Kishimoto (Tidak ada keuntungan materi apapun dalam pembuatan karya ini. Fanfiction ini dibuat hanya untuk hiburan semata)
Pairing : Uchiha Sasuke/Haruno Sakura. Rating : T.
Genre : Romance. Note : Alternative Universe.
( Di antara seisi dunia yang kulihat monokrom, kau tersenyum, hanya kau yang memiliki warna mengesankan—Sakura kalah telak.)
…
"Aku sedang sibuk mengajar sekarang. Bisakah kau menelponku jika punya hal penting yang ingin dibicarakan saja?" Sakura menghela napasnya. "Berhenti menggangguku, Tuan Sasuke," lalu sambungan telepon itu diputusnya.
Sejak kejadian malam beberapa minggu yang lalu, Uchiha Sasuke dengan rajinnya menghiasi daftar panggilan di ponselnya. Sakura tak mengerti apa yang diinginkan laki-laki itu. Rasanya kepalanya ingin meledak mendengar deringan ponselnya setiap saat. Siapa saja bisa gila jika dihubungi puluhan kali dalam sehari!
Ponselnya kembali berdering. Ada nomor tak dikenalnya tampil di layar. "Siapa lagi sekarang?" gumamnya kesal. Sakura mendudukan diri di meja makan di rumahnya. Sebenarnya dia tidak ada jadwal mengajar hari ini karena itu dirinya bisa bersantai di dapur dengan segelas susu hangat dan semangkuk sereal coklat. Tapi jika ia tidak membohongi si Uchiha sialan itu, ponselnya akan terus berdering dan saat Sakura menjawabnya, Uchiha Sasuke hanya akan diam tanpa mengucapkan apapun. Demi bacon paling enak buatan Mrs. Rosetta tetangganya, Sakura tak tahan lagi.
"Halo selamat siang, Haruno Sakura di sini, ada yang bisa aku bantu?" ucapnya tanpa jeda dengan nada malas.
"Selamat siang Nona Haruno, apa berbohong sudah menjadi hobimu delapan tahun terakhir ini?"
Sial! Sakura mengumpat dalam hati. "Oh Halo Tuan Uchiha apa kau dipecat dari pekerjaanmu yang seorang akuntan lalu berubah menjadi penguntit psycho dan menargetkanku sebagai korbannya?" Sakura menegak habis susu coklatnya dengan tak sabaran. "Sial! Aku benar-benar takut padamu sekarang!" tambahnya.
"Aku pergi ke sekolah tempatmu mengajar dan kau tak ada di sana. Jadi bisa katakan padaku apa sibuk mengajar yang kau maksud sekarang itu duduk santai dengan segelas susu coklat dan semangkuk sereal?"
Sakura spontan menoleh ke sekelilingnya. "Uchiha itu tidak memasang kamera pengawas dan penyadap di kamarku 'kan?" ujarnya panik tanpa sadar. Disebrang sana Sasuke mendengus geli.
"Kau benar-benar berpikir aku seorang psycho yang sedang mengejarmu?"
"Ya!" jawabnya segera. "Bagaimana kau bisa tahu apa yang sedang ku lakukan hah?"
"Tentu saja, karena aku kenal siapa kau," dan jawaban Sasuke membuat telinga Sakura memerah. "Apa tak cukup reuni kita pada malam beberapa minggu yang lalu?"
Sakura berjalan menuju kamarnya. Sebelah tangannya masih memegang ponselnya di dekat telinga. Disebrang sana tidak terdengar suara Sasuke lagi tapi sambungan teleponnya masih terhubung. Jadi Sakura membiarkannya sampai Uchiha itu bicara lagi. Ada sebuah album foto berwarna hijau yang ia selipkan diantara buku-buku di kamarnya. Sakura membukanya. Ia tersenyum.
"Halo? Kau masih di sana?" Sakura menahan ponselnya di antara bahu dan telinganya "Ya. Jadi apa yang membuatmu terdiam cukup lama?" Sakura membalik halaman pada album itu kemudian terkekeh kecil melihat bagaimana wajah datar nan kaku Sasuke di foto mereka.
"Aku sedang membeli sesuatu," Sakura bergumam sebagai respon kemudian dirinya tertawa tanpa bisa dicegah. Sudah sangat lama ia tidak menyentuh album foto itu. Karena saat ia masih remaja dengan pikiran labil mudah terbawa perasaan takut tidak bisa melupakan Uchiha Sasuke, cinta pertamanya. Berakhirlah album foto itu terdesak di antara buku-buku lama tak tersentuh.
"Apa yang membuatmu tertawa?"
Sakura mengusap air mata disudut matanya. "Kau. Haha kenapa wajahmu kaku sekali sih dulu?" Sakura semakin terbahak melihat wajah Sasuke yang terlihat risih ketika Sakura memotretnya dengan paksa. "Aku tak menyangka delapan tahun berlalu dan wajahmu sudah terlatih mengeluarkan ekspresi selain ekspresi batu! Hahaha,"
"Berhentilah menertawakanku. Kau menyebalkan," Sakura malah semakin tertawa "Ah! Ini dia kata-kata andalan Uchiha Sasuke jika sedang kesal," Sakura makin terbahak sampai-sampai tak menyadari bel pintu rumahnya berbunyi berulang kali.
"Bisakah kau berhenti tertawa ? dan cepat pakai kalung yang ku beli ini sebelum ku hancurkan pintu rumahmu"
Tawa Sakura terhenti. "Apa maksud—" ucapan Sakura terputus saat ia menyadari bel rumahnya berbunyi lagi. "Hah! Kenapa kau ke sini? Kau benar-benar penguntit yang ingin membunuhku ya?! Atau kau sudah lama memperhatikanku kemudian ingin menjualku ke pasar gelap perdagangan manusia?! Aku tidak mau membuka pin—"
"-Aku menyukaimu,"
"A-Apa?! Bisa kau ulangi?"
"Tidak akan. Cepat bukakan aku pintu!"
Sakura berlari menuju pintu depan rumahnya masih dengan ponsel yang menempel di dekat telinga. Bibir Sakura terbuka saking terkejutnya mendapati Uchiha Sasuke berdiri di depannya mengenakan kemeja lusuh yang sangat ia ingat. Hadiah ulang tahun yang Sakura berikan pada Sasuke delapan tahun lalu.
"Hahaha. Sekarang aku tahu kenapa kau mati-matian menolak memakai kemeja itu dulu," Sakura terkekeh masih bicara melalui ponselnya seolah Sasuke tidak ada di depannya.
"Hn. Dan kau memberikanku kemeja dengan ukuran yang seharusnya cukup diusiaku sekarang,"
Sakura menurunkan ponselnya. Ia menatap Sasuke yang berdiri di hadapannya dengan ekspresi tenang khasnya. "Kenapa?" tanyanya ragu .
"Apanya yang kenapa ?" Sasuke balik bertanya dan itu membuat Sakura sebal. "Tentu saja tentang yang kau ucapkan tadi di telepon!" Sakura menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Kau sedang tidak mengerjaiku 'kan?"
"Apa aku terlihat begitu?" Sakura tertawa kecil tak mampu menyembunyikan senyumnya, kemudian ia berekspresi angkuh yang dibuat-buat. "Jadi ini sebuah pengakuan? Aku tidak akan menerima laki-laki yang menyia-nyiakanku dulu dan sekarang terkena karma menjadi suka padaku!"
Sasuke mendengus. Bibirnya tertarik menampilkan senyum kecil. "Aku tidak pernah menyia-nyiakanmu. Sejak dulu, di antara seisi dunia yang kulihat monokrom, kau tersenyum, hanya kau yang memiliki warna mengesankan karena itu aku nyaman bersamamu," helaan napas keluar dari bibir Sasuke "Ya dulu, aku tak mengerti apa yang kurasakan,"
Mata Sakura melebar. Perlahan-lahan warna merah mendominasi wajahnya. Pikiran kalutnya buyar ketika deringan ponselnya kembali terdengar. Sakura mengangkat ponselnya ke telinga bersamaan dengan Sasuke yang melakukan hal yang sama. Sasuke membuka mulutnya mengatakan sesuatu yang membuat tubuh Sakura gemetar.
"Aku menyukaimu,"
dan Sakura telah kalah. Uchiha Sasuke kembali mampu merebut hatinya untuk kedua kalinya.
…
Omake
"Kau tidak punya selera memilih hadiah untuk perempuan ya?" Sakura mencibir Sasuke yang tengah menyesap kopi hangatnya. "Kalung ini lebih seperti jimat penangkal setan,"
"Kalau tidak mau, kembalikan!"
"Hehe tidak tidak. Anggap saja kita impas soal hadiah," dan Sakura tertawa melirik Sasuke dengan kemeja bunga-bunganya.
Selesai.