THIS IS JUST A FICTION!

.

DON'T FORGET LEAVE REVIEW for support the story!

HunHan is REAL! Yo yo yo~

.

Typo is my style gaes typo everywhere ~

.

Enjoy to read nyaaahhh~

.

Chapter 1

HunHan : Once Upon A Time

.

"Daddy! Aku mau mendengar cerita si peri cantik itu lagi, bisakah kau menceritakannya lagi?"

Pria yang tengah menatap layar laptopnya itu mengernyit, namun sedetik kemudian senyuman terlukis di bibirnya. Anak perempuannya ini suka sekali mendengar cerita tentang si peri cantik yang bertemu dengan sesosok pangeran.

Sosok pangeran yang selalu muncul dalam mimpinya.

"Daddy? Ayo! Aku tidak akan tidur kalau daddy tidak mau menceritakannya lagi" bibir gadis kecil dengan piyama pinknya itu mengerucut sambil memeluk erat boneka rusa kecilnya.

"Kau tidak bosan? Sudah hampir 8 kali daddy menceritakannya untukmu" gadis kecil bermata bening itu menggeleng.

"Aku tak pernah bosan mendengarnya karena lewat cerita itu aku bisa membayangkan betapa cantiknya dia hingga bisa membuat sang pangeran tampan jatuh cinta"

Sang daddy tersenyum, oh ayolah ini sebenarnya cerita dewasa. Namun sang daddy sengaja memutar cerita agar menjadi sebuah dogeng singkat pengantar tidur, karena anak perempuannya ini terus mendesaknya untuk menceritakan sebuah cerita tentang peri dan pangeran.

Diantara sekian banyaknya dongeng pengantar tidur tentang peri (tinker bell dan peterpan, misalnya) sang anak begitu menyukai cerita karangan ayahnya ini.

"Baiklah, akan daddy ceritakan"

Sang daddy lalu menggendong anak perempuannya itu ke kamarnya yang bernuansa pink, merebahkan tubuh kecil itu di ranjang kecil lalu menarik selimutnya. Sang daddy lalu duduk di tepi ranjang.

"Pada suatu hari..."

.

.

'Once upon a time i saw a pretty fairy and he show me a magic'

.

Semilir angin sejuk pukul 7 pagi terasa menyejukan disertai suara terpaan ombak yang menghantam karang diiringi aroma awal musim semi yang mulai tercium pada bulan maret ini.

Suara burung yang terbang di atas langit biru yang cerah, juga aroma bunga bunga yang baru bermekaran. Menambah indah panorama yang tengah dinikmati oleh seorang pemuda tampan di teras villa bermaterial kayu itu.

Matanya terpejam, rambut hitamnya tertiup kebelakang wajahnya ketika semilir angin musim semi menerpa wajah rupawannya.

"Kau tidak pergi jalan jalan? Nikmatilah liburanmu"

Pemuda bernama lengkap Oh SeHun itu menoleh kebelakang lalu tersenyum ketika mendapati sang nenek yang tengah duduk di kursi goyangnya.

"Kau pasti sangat lelah setelah berkutat dengan pekerjaan yang bisa membuat kepalamu pecah" sehun tertawa pelan, lalu berjalan menghampiri sang nenek dan duduk di sebuah kursi kayu disamping kursi goyang sang nenek.

"Aku masih ingin diam disini bersama nenek, waktu liburanku masih panjang" sehun tersenyum manis yang juga dibalas dengan senyuman tak kalah manis dari sang nenek.

"Kau pasti sangat lelah, nenek tidak bisa menemanimu ke seoul" "tidak apa apa, aku sudah besar dan aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan"

Sehun mengenggam tangan neneknya yang sudah keriput itu, lalu mengusapnya halus.

Sehun malah sangat mengkhawatirkan keadaan sang nenek yang memilih tinggal sendirian di geoje daripada ikut dengan sehun ke seoul. Orang tua sehun sudah lama meninggal karena kecelakaan, dan tak lama setelah kematian putra tercintanya sang kakek juga meninggalkannya dan sang nenek sendirian.

Entah apa alasannya, namun sang nenek kerap menolak ajakan sehun untuk tinggal di seoul. Namun sedikitnya sehun bisa mengerti apa alasan sang nenek begitu tak rela meninggalkan tempat kelahirannya ini, itu karena sang nenek terlanjur jatuh cinta pada pulau yang memiliki sejuta pesona ini.

Begitupun dengan sehun, ia sangat jatuh cinta pada pulau ini dan ia akan selalu merindukan sang nenek dan pulau ini ketika rutinitas sehari harinya sangat padat, membuat seluruh otot otot ditubuhnya terasa tegang.

Sang nenek yang mengaku masih sehat berulang kali meyakinkan pada sehun jika ia baik baik saja meskipun ia harus tinggal sendiri, sehun sedikit bernafas lega ketika sang nenek mengatakan bahwa ia tak sendiri.

Di villa sederhana miliknya ia sering ditemani oleh seorang pria baik hati yang setiap hari datang menjenguknya dan menemaninya, sehun tak tahu pasti siapa dia namun dalam hati kecilnya ia ingin sekali bertemu dengan orang itu untuk mengucapkan terima kasih karena bersedia menemani neneknya yang kesepian.

Namun sang nenek mengatakan akhir akhir ini pria itu sedang sibuk, dan dia tak bisa mampir setiap hari untuk menemaninya, ia hanya akan datang ketika sore menjelang lalu menemaninya sampai malam. Biasanya saat pagi hari ia akan datang ke villa neneknya sambil membawakan sarapan untuknya, dan ketika siang hari menjelang ia akan pergi entah kemana lalu kembali lagi sore hari.

Menemani sang nenek menikmati matahari terbenam sambil meminum teh hangat dan kudapan manis diatas meja kecil.

Dan sudah 3 hari ini sejak kedatangan sehun berlibur ke pulau ini pria itu tak juga muncul.

Sehun mengernyit menatap sang nenek yang terus mengarahkan pandangannya ke arah jalan setapak menuju villanya.

"Nenek, apa yang kau cari?" "dia tak datang lagi hari ini"

Sehun ikut menatap jalanan setapak yang di pinggirnya di penuhi bunga bunga yang mulai bermekaran dan berwarna warni, ia paham betul siapa 'dia' yang neneknya bicarakan, pria yang enggan untuk disebutkan namanya oleh sang nenek.

"Mungkin dia sibuk" ucap sehun lalu beranjak dari posisinya dan berjalan keluar.

"Kau mau jalan jalan?" sehun mengangguk, "aku hanya akan menyusuri jalanan disekitar sini tak akan jauh jauh" sang nenek melempar senyumannya.

...

'And he tell me to keep his secret'

.

Sehun berjalan santai menyusuri jalanan setapak yang mengarah langsung ke pantai lepas dengan air laut biru bergradasi yang terlihat berkilauan ketika bias cahaya matahari terpantul disana.

Ia tampak tampan dengan style kasualnya, celana pendek selutut berwarna hitam, kaos lengan panjang berwarna putih dan sepatu sneakers putih yang menjadi alas kakinya.

Langkah kakinya membawanya pada sebuah bukit yang tak jauh dari tebing pantai, disana ada pohon bunga sakura besar dan pohon forsythia yang mulai bermekaran. Bibirnya melengkungkan senyuman lalu melangkah menuju pohon bunga sakura besar yang rindang itu dan duduk dibawah sana yang berlapis hamparan rumput hijau sebagai alasnya.

Suasana sangat sepi dan hening, jauh dari kebisingan kota. Disini sehun hanya dapat mendengar suara ombak, suara burung, dan suara angin yang menerpa dedaunan rindang disekitar sana.

Sehun mengambil ponselnya, memasang earphonenya dikedua telinganya dan menyalakan musik instrumental favoritnya dengan volume sedang, perlahan ia memejamkan matanya menikmati terpaan angin di wajahnya serta wangi aroma bebungaan disekitarnya yang terbawa angin.

Hingga tak lama kemudian sehun terlelap dalam tidur damainya.

.

Seorang pemuda berwajah manis tengah berjongkok di samping sehun yang tertidur pulas.

Ia menopang dagu lancipnya dengan tangannya, memperhatikan setiap lekuk wajah sehun yang terlihat sempurna tanpa cacat. Ia tersenyum ketika sehun sedikit melengguh dalam tidurnya, sepertinya semilir angin tak menganggu tidurnya.

Tangan pemuda manis itu tiba tiba terulur begitu saja, jemari kurusnya menyentuh wajah sehun, mengusap lembut dahi, hidung dan turun ke tulang rahang tegasnya.

"Ng?" luhan cepat cepat menjauhkan lengannya dan refleks mengigit jarinya ketika sehun melengguh dan membuka matanya perlahan lalu mengerjap beberapa kali.

"Siapa kau?" ucap sehun ketika ia menoleh kesamping kanan dan mendapati seorang pemuda berambut hitam tengah menatapnya sambil mengigit jarinya.

"Maaf aku- aku..." pemuda itu bangkit dari posisinya dan hendak pergi, namun tangannya di tarik oleh sehun hingga pemuda itu jatuh terduduk disamping sehun.

"Maaf aku membangunkanmu, aku tidak bermaksud untuk menganggu tidurmu" pemuda itu menunduk sambil mengigit bibir bawahnya, sehun tersenyum ia tampak sangat lucu dengan rona merah di pipinya.

"Namaku sehun, siapa namamu?" sehun memiringkan kepalanya mencoba mencari manik mata pemuda manis di sampingnya, lalu pemuda itu mendongkak dan menatap sehun sambil mengerjap ngerjapkan manik indahnya.

"Luhan, namaku luhan" "senang bertemu denganmu luhan" luhan tersenyum lalu menundukan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Dimana kau tinggal?" tanya sehun.

"Aku tinggal di villa bukit yang tak jauh dari sini, bagaimana denganmu?" luhan memiringkan kepalanya lucu sambil tersenyum dan menatap sehun.

"Aku tinggal di villa yang ada diatas bukit ini, aku tinggal dengan nenekku" "villa? Apa maksudmu villa kayu yang ditempati oleh nenek baik hati?" sehun mengernyit.

"Baik hati? Apa kau kenal dengan nenekku?" "nenekmu?" luhan refleks menutup mulutnya dengan tangannya, pemuda yang sedang bicara dengannya ini adalah cucu dari nenek tua yang sering luhan temani selama ini? Apa ini takdir atau hanya kebetulan?

"Aku sering menemani nenekmu" sehun membulatkan matanya, jadi luhan adalah pria yang sering neneknya ceritakan di telepon? Pria yang sering neneknya panggil dengan nama peri geoje? Apakah benar?

"Ka-kau?" luhan tersenyum manis.

"Apa nenekmu menceritakan hal hal yang aneh tentangku?" "tidak tidak! Dia bilang kau sangat baik dan berhati lembut, dia juga memanggilmu peri geoje? Peri- geoje?" ucap sehun menerka, ia sudah curiga dari awal jika neneknya itu menyembunyikan sesuatu tentang orang yang bernama peri geoje.

Luhan terkekeh, "itu hanya panggilan saja, kau tidak usah takut" "aku tidak takut, hanya saja-" "hm?"

Luhan menatap sehun yang kini menatapnya dengan tatapan beribu tanya, kulit luhan sangat putih seperti hamparan salju dimusim dingin, wajahnya tampan cenderung cantik(?) dengan bulu mata lentik dan juga bibir tipis yang berwarna pink dan lembap.

Tubuhnya tak terlalu kurus maupun tak terlalu gemuk, tak terlalu tinggi juga tak terlalu pendek, terlihat sangat sempurna untuk porsi seorang manusia.

"Baiklah sehun, karena kau cucu nenek baik hati itu aku akan menunjukanmu sebuah rahasia" "hm? Rahasia?" "rahasiaku dan rahasia nenekmu"

Luhan terlihat sama sekali tak peduli dengan tatapan heran dari sehun, ia malah tersenyum dan jemarinya mulai bergerak di atas telapak tangannya.

"Aku akan memberikanmu sebuah apel merah yang manis" sehun mengernyit, bagaimana bisa? Disini tak ada pohon apel!

Luhan tertawa renyah ketika melihat ekspresi sehun yang keheranan setengah mati.

Perlahan jemari luhan bergerak di atas telapak tangannya, serbuk keemasan tiba tiba muncul dan berputar di atas telapak tangannya, sehun melotot tak percaya dengan apa yang ia saksikan sekarang, ia mengerjapkan matanya berkali kali.

Serbuk keemasan itu semakin banyak dan menggumpal lalu berputar hingga tiba tiba serbuk itu memadat dan berubah menjadi sebuah apel merah yang mengkilap. Apakah ini mimpi? Apakah sehun sedang bermimpi di siang bolong? Bagaimana bisa luhan melakukan itu? Ini bukan sihir atau tipuan mata kan?

"Astaga! Itu-" "sstt" ucap luhan menaruh jari telunjuk nya di depan bibirnya sambil tersenyum.

"Kau mau mencicipinya? Kau tidak perlu takut aku tidak menyimpan racun didalamnya" sehun menatap apel ditangan luhan dan wajah luhan secara bergantian.

Luhan menyerahkan apel merah itu kepada sehun, dan dengan ragu sehun menerimanya lalu mengigit kecil apel itu. Dan benar!

Apelnya terasa sangat manis dan segar, sehun menatap luhan tak percaya. Jadi luhan adalah?

.

'Suddenly, he kiss me and i feel my heart beating so fast. That eyes, that lips, that smile, that hair, that hand. I'm falling in love with that fairy'

.

"Apa ini sehun?"

Ucap luhan sambil menunjuk ke arah mahkota bunga yang sengaja sehun buat untuk luhan.

Sehun tak menjawab ia hanya tersenyum sambil memasangkan mahkota bunga sakura itu diatas kepala luhan, tangan luhan terulur menyetuh kepalanya.

"Kau membuatkannya untukku?" sehun mengangguk, luhan yang sedang berjongkok itu tersenyum malu, astaga! Demi peri kayangan(?) jantung luhan rasanya akan melompat dari tempatnya, mengapa ia begitu bahagia ketika sehun tersenyum manis padanya.

Ada rasa hangat dihatinya ketika ia bersama sehun, bagaikan ada jutaan bunga yang bermekaran dalam waktu bersamaan dihatinya. Sehun menyentuh tempat yang tak pernah orang lain sentuh di hatinya.

"Sehun?" "hm?"

Sehun menoleh dan menatap luhan, kedua manik mata itu bertemu dan saling pandang selama kurang lebih hampir 20 detik hingga keduanya saling memalingkan wajah ke arah lain.

Suasana berubah hening~

"Aku harap kau menyimpan rahasia ini" sehun kembali menoleh, menatap wajah luhan dengan seksama. Rasanya ia tak mau berpaling dari pemandangan indah dihadapannya, ia ingin terus menatap wajah luhan dan mengukirnya dengan tinta emas di dalam hatinya.

"Aku akan menyimpannya lu, kau jangan khawatir" sehun tersenyum.

Entah dapat dorongan dari mana namun luhan tiba tiba memberanikan dirinya untuk mendekatkan tubuhnya pada sehun dengan menumpu tubuhnya dengan kedua tangannya, dan sedetik kemudian luhan menempelkan bibirnya di atas bibir sehun.

Sehun terperanjat, namun ia tak menolak perlakuan luhan. Ia hanya menatap wajah luhan yang memejamkan matanya, dan tepat seperti dugaan nya bibir luhan terasa lembut dan lembap.

Sehun ikut memejamkan matanya, dan meletakan kedua telapak tangannya di kedua sisi kepala luhan. Suara ombak dan suara bagaikan menjadi back sound untuk acara mereka.

"Nnhh"

Sehun perlahan menggerakan bibirnya, tak mau bibirnya bergerak pasif dan tanpa pergerakan sama sekali. Kesempatan ini terlalu indah untuk dilewatkan.

"Ahhnn mhh" kepala sehun bergerak ke kanan dan luhan otomatis menggerakan kepalanya ke kiri, memperdalam ciuman lembut dan memabukan itu.

Keduanya melengguh ketika lidah mereka saling membelai di dalam rongga mulut luhan.

"Aah haahh~" luhan menjauhkan bibirnya dari bibir sehun setelah paru parunya menjerit minta diisi oksigen, sebenarnya ini bukan ciuman yang panas namun tetap saja ciuman ini sedikitnya menyita banyak oksigen di paru parunya.

Benang saliva terlihat jelas menetes membasahi dagu luhan, entah saliva siapa namun hal ini menambah kesan menggoda bagi sehun, apalagi sekarang luhan tengah menatapnya dengan mata sayu, dan mulut yang sedikit terbuka.

Kali ini sehun yang mendekatkan dirinya kepada luhan, menarik dagu lancip luhan dengan jari telunjuknya.

"Begitukah caramu menutup mulutku agar rahasiamu tak terbongkar?" luhan tak menjawab ia lebih senang memalingkan wajah meronanya ke arah lain.

"Luhan?" sehun kembali menarik dagu luhan hingga manik matanya beradu pandang dengan manik bening milik luhan.

"Mmhh" sehun kembali membungkam bibir tipis nan lembap milik manusia setengah peri itu, lidah luhan terasa sangat manis di indera pengecap nya. Bibir dan lengguhan luhan bagaikan candu bagi sehun ingin merasakannya lagi dan lagi.

Sehun melepas ciumannya sepihak ketika suara dering ponselnya berbunyi di saku celananya, luhan menjauhkan tubuhnya.

Ternyata ada telepon dari sang nenek.

...

Sehun menyimpan kembali ponselnya dalam saku celananya lalu kembali menatap luhan yang sedang duduk sambil menekuk kedua kakinya dan memeluknya, bagian hidung ke bawah ia sembunyikan diantara kedua lengannya.

"Lu?" luhan menoleh, sehun terperanjat melihat mata luhan yang berkaca kaca.

"Luhan? Apa aku menyakitimu?" luhan menggeleng cepat, ia merubah posisinya senyaman mungkin. Jemari lentik dan kurusnya bergerak saling meremas.

"A-aku..." sehun menautkan kedua alis tebalnya, luhan terlihat sangat gelisah berbanding terbalik dengan ekspresi sebelumnya yang tampak ceria tanpa beban.

"Ada apa?" "hiks.." "lu? Katakan padaku ada apa?" "se-sehun aku...hiks"

Hening, keadaan kembali hening hanya suara isakan yang terdengar dari mulut luhan begitu menyayat hati sehun.

"Sehun ah?" luhan mendongkak, menyeka air matanya yang sedari tadi menetes membasahi pipi tirusnya.

"Hm?" "aku merasa sangat bahagia" "bahagia?" luhan mengangguk lalu tersenyum membentuk eye smile yang menyaratkan kebahagiaan disana.

"Aku merasa bahagia karena bertemu denganmu, aku merasakan sesuatu yang aneh dihatiku, aku tak bisa mengungkapkannya sehun maka dari itu aku menangis" luhan menunduk memainkan bawahan jeans putihnya.

"Sesuatu yang aneh? Bagaimana rasanya?" ucap sehun tersenyum menggoda, ayolah kau juga pasti akan melakukan hal yang sama ketika melihat ekspresi luhan saat ini. Ekspresi malu yang biasanya ditunjukan oleh seorang gadis kecil yang ingin menyatakan perasaannya pada pangerannya.

"Aku merasakan hatiku sangat bahagia, bagaikan ada jutaan bunga yang bermekaran di hatiku" luhan menatap sehun sambil mengerjapkan matanya berkali kali, dan tatapan matanya seakan bertanya 'perasaan apa ini?'

Sehun terkekeh pelan, ya tuhan kuatkan sehun agar tak segera menyerang kembali bibir tipis yang tengah mengerucut itu, kenapa luhan sangat polos!?

"Itu artinya kau sedang jatuh cinta" "jatuh cinta? Apa rasanya sakit? Apa itu cinta? Apa rasanya seperti buah strawberry?"

Luhan mengerjapkan matanya, lagi. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, namun ada seseorang yang pernah mengatakan padanya.

'Jika kau merasakan hatimu berbunga bunga pada seseorang kau harus mencium tepat di bibirnya'

Luhan tak tahu jika perasaan berbunga bunga itu adalah perasaan jatuh cinta, setahunya ia menyukai sehun.

"Rasanya manis asam seperti buah strawberry, kau belum pernah jatuh cinta?" luhan menggeleng.

"Lalu kenapa kau tahu caranya berciuman?" "ada seseorang yang berkata jika suatu hari hatiku terasa berbunga bunga pada seseorang maka aku harus menciumnya tepat dibibirnya"

Astaga! Sehun tepok(?) jidat, siapapun yang mengatakan pribahasa konyol itu pada luhan mulutnya benar benar harus kembali disekolahkan.

"Luhan, kau jatuh cinta padaku?" "hm?" luhan menunduk lalu mengigit bibirnya, apa benar ia jatuh cinta pada sehun yang terlihat bagai sosok pangeran dimatanya?

"Lu?" "y-yah aku jatuh cinta padamu sehun" luhan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, astaga astaga! Ia rasanya malu sekali hingga ingin sekali menjatuhkan diri dari tebing lalu jatuh ke dasar lautan yang dalam. Lalu dimakan ikan hiu atau ditelan ikan paus(?)

Sehun tertawa renyah, baginya luhan sangat menggemaskan. Sehun serasa sedang mendengar seorang anak kecil yang menyatakan perasaannya pada orang dewasa yang lebih tua darinya, ingin sekali sehun memeluk tubuh mungil itu dalam pelukannya.

"Luhan?" sehun melepas tangan luhan yang menutupi wajahnya, mata luhan terpejam erat membuat sehun kembali tertawa gemas.

"Luhan, lihat aku" luhan perlahan membuka kelopak mata indahnya, matanya mengerjap membuat bulu mata lentiknya bergerak gerak meyapu mata bawahnya.

"Bagaimana bisa kau menyukaiku, padahal kita baru bertemu beberapa jam yang lalu" "e-entahlah sehun, aku hanya merasa senang ketika kau menatapku"

Sehun tersenyum lagi dan luhan saat ini sedang susah payah menyetabilkan detak jantungnya.

"Aku juga menyukaimu" lagi, mata luhan mengerjap lucu.

"Sehun? Kau menyukaiku?" sehun mengangguk, "tap-tapi mmhh-"

Kalimat itu terpotong ketika sehun kembali melumat bibir tipisnya, membuat luhan membulatkan matanya.

.

'I think i'm in my day dream, but the truth is i'm not in my day dream so god, please tell me if i'm not in a fairy tale..'

.

Sang nenek dan sehun kini tengah duduk di sebuah sofa putih sambil memperhatikan luhan yang tengah menggerakan jemarinya.

Serbuk silver dan emas itu perlahan memutar dan membentuk kupu kupu, dan yap! Kupu kupu dari serbuk silver itu terbang mengepakan sayapnya.

Sang nenek tersenyum bahagia, ia bagai melihat sebuah pertunjukan sulap. Sehun memperhatikan sang nenek dari samping yang tampak sangat bahagia dengan senyuman yang melengkung di bibir keriput nya.

Betapa bahagianya sang nenek saat tahu luhan kembali datang menemaninya, sang nenek juga merasa senang karena luhan dan sehun ternyata sudah saling mengenali satu sama lain.

Manik mata sehun lalu bergerak memperhatikan wajah luhan, ia masih asyik bermain dengan serbuknya. Luhan adalah peri tanpa sayap yang sangat cantik, dan berhati lembut.

Luhan adalah rahasia terbesar dalam hidupnya saat ini.

'I'm not believe a fairy in real life before, but when i see him.

God! He's real a half of a fairy'

Mind to gimme review?

Next chap insyaallah (?) ada NC nya deh... Siapa tau ada yg mau kasih masukan, pencerahan, kritik, saran dan segala tektekbengeknya (?) boleh share, bisa kallee :'v

Btw, Gua ambil set cerita ini di pulau geoje cause i'm truly falling in love with that place. Disana ada windy hill juga kalau gk salah sehun pernah di foto disana :'v iyah gitu? Iyahin ajalah :v *maaf kalau salah*

But, thanks gaes yg 'sudi' baca fict tak berfaedah ini. Terutama kalian para HHS!

I LOVE YOU GUYS! YOU'RE GREAT! SO KEEP SUPPORT HUNHAN TILL THE END!