Judul : Imperio

Author : Aria

Main Pair

Kim Jongin x Xiu (Oh) Sehun

Kim Suho (Junmyeon) x Do Kyungsoo

And other slight pair*nggak yakin sih*

Imperio adalah salah satu sihir tak termaafkan. Kutukan (sihir) ini membuat korban menjadi sepenuhnya dibawah pengaruh perapal mantera, dan melakukan apapun yang di inginkan oleh sang pemantera. (Sumber : Wikipedia)

Warning : bahasa yg terkadang nyeleneh dan terkadang non baku. Chara-chara yg bisa saja OOC dsb. Apapun yang TERTULIS disini adalah hasil imajinasi MOONIE tapi untuk MANTERA-MANTERA DISINI PEMILIKNYA ADALAH J.K ROWLING. Okay, stop here.

Ayo langsung kuy. *semoga masih seru buat dibaca*

.

.

.

.

Srak!

Horden yang menutupi jendela besar itu dibuka oleh seorang pemuda. Berperawakan agak tinggi, berwajah tampan, dengan tindik berjumlah 3, 2 ditelinga kiri serta 1 disebelah kanannya, membuat wajah itu menebarkan aura preman didalam dirinya.

"APAAN SIH!"Sehun langsung terusik dan melemparkan satu bantal yang ditangkap dengan mudah oleh pemuda itu.

Itu Kim Jongin.

Dihari itu Seorang Kim Jongin tampak berbeda. Jika, biasa aura yang keluar darinya adalah berwibawa, beradab dan anggun maka saat ini aura yang mendominan addalah nakal, Seksi juga elegan. Itulah kesan yang bisa kau dapat ketika melihat sosoknya saat ini.

"PERGI SANA! MENGGANGGU SAJA!"

Namun, sepertinya hanya Xiu Sehun saja yang masa bodoh dengan penampilan Jongin yang berbeda.

Cowok kalem tapi akan berubah 'abstrak ketika bersama Sehun' dan yang hampir setiap hari membuat si nakal, Xiu Sehun... uring-uringan. Menggalau. Sakit jantung. Dan lain-lain.

Semenjak insiden –ciuman- itu.

Hidup Sehun benar-benar berubah 180 derajat.

Hell, salahkan saja si Kim-bastard-Jongin ini.

"Ini kamar asramaku, dan pintu ku terkunci."tandas Sehun, dia memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri karena harus terbangun dengan tidak elit sekali.

"Teleportasi, aku punya itu dan aku bisa pergi kemanapun sesukaku."jelas Jongin acuh tak acuh. Dia masih bersandar didekat kusen jendela besar. dua mata hitamnya tak berkedip saat melihat Sehun memakai piyama kedodoran, dan membuat bahu putihnya sedikit tersingkap.

Oh, ghost...Jongin menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menyerang dan menggigit 'tanda kepemilikan' pada bahu putih Sehun sekarang juga.

"Ck, kau kurang kerjaan sekali. Tanpa perlu kau bangunkan, aku bisa bangun sendiri."kata Sehun, masih sibuk mengucek matanya dan sesekali menguap lebar.

"Akupun tidak sudi jika saja bukan karena perintah dari Ketua Asramaku."jawab Jongin dengan wajah cuek.

Sehun mendelik yang dibalas dagu terangkat oleh Jongin.

"ya, ya terserah kau saja. Kalau kau hanya diperintah membangunkanku jadi keluar sana karena aku sudah bangun sekarang."usir Sehun, dia turun dari ranjang.

"Kau juga diminta untuk kerumah sakit 'Donghwa'."

Gerakan tangan Sehun yang tengah merapikan ranjang tidurnya terhenti. "Jangan bilang bahwa kau sebenarnya diperintah oleh Mr. Lee?"

Jongin hanya mengangguk, matanya berkilat aneh dan Sehun merinding karena itu tetapi Ia bisa menutupi rasa ngerinya dengan mengalihkan wajah. "Katakan padanya, sampai matipun tidak sudi aku datang kerumah sakit itu."

Jongin berdecak. "Ini akan mudah kalau kau mau memberiku kesempatan, Sehun."

"Ck, bersikaplah seperti kau yang biasa. Jongin"

Jongin mendekati Sehun, menjatuhkannya keatas ranjang Sehun. Si Albino itu hanya bisa pasrah saat Jongin berhasil menyudutkannya dengan mudah. Padahal tinggi mereka sama, tetapi kenapa Sehun jauh lebih lemah jika soal adu fisik.

Ini menyebalkan, sungguh. Lihatlah, bahkan kedua tangan Sehun dicengkram kuat lalu diletakkan diatas kepala Sehun oleh dua tangan Jongin dan Sehun...hanya bisa pasrah dalam keadaanya saat ini.

"Mau apa kau?"tanya Sehun datar. Benar-benar bukan cara bicaranya sama sekali dan Jongin merasa terganggu karena itu.

"Kau memerintahku untuk bersiap biasa, lalu kenapa kau sendiri yang menjadi orang lain?"tanya Jongin, menekan suaranya secara penuh pada setiap kata yang Ia ucapkan. Jongin benci Sehun yang diam seperti ini, ditambah orang yang membuat Sehun menjadi dingin dan pelit berekspresi ini adalah dirinya sendiri; double sialannya.

"Tahu dirilah jadi manusia, Asshole."

Maaf, Jongin. Mulutku memang kurang beradab. Tapi, kau memang sialan...aku benar-benar menjadi manusia menyedihkan selama 2 hari berturut-turut hanya karena ciumanmu itu. Batin Sehun frustasi berbanding terbalik dengan wajahnya yang tak berekspresi.

"Shut up, Sehun. Aku hanya ingin memastikan sesuatu."

Sehun mendengus, matanya saat itu benar-benar dingin. "Percuma."tandasnya, tampak lelah akan Jongin. "Pada akhirnya hatimu tidak memilihku."

Damn, Jongin benar-benar merasakan rasa sakit dari tatapan mata Sehun walau pemuda albino itu sangat berusaha menutupinya. "Waktu terus berjalan, Sehun."

Satu alis mata Sehun terangkat, matanya menatap lurus kepada dua iris hitam milik Jongin begitu dalam, enggan berpaling. "Tapi, hanya kau yang tetap diam dalam zona nyamanmu sendiri. Sementara aku...oh shit –lupakan, dan menyingkirlah."pinta Sehun penuh tuntutan kasat mata.

Dia tidak ingin apa-apa sekarang. Hanya ingin menghilang dari pandangan mata Jongin dan kalau bisa menyihir dirinya sendiri menjadi bulu-bulu menggumpal tak berguna saja.

"Tidak, urusan kita belum selesai."tolak Jongin tegas. Bibir Jongin sudah mendarat dikening Sehun, agak lama lalu berpindah pada dua alis mata Sehun, kali ini dua pipi Sehun yang mendapat giliran, selanjutnya bibir tebal Jongin mendarat dipucuk hidung Sehun yang mancung.

Sentuhan itu berhenti disitu. Jongin melepaskan kedua tangan Sehun, bukannya pergi menjauh. Jongin malah menidurkannya disamping Sehun, menarik kepala Sehun untuk tidur dilengan kirinya dan lagi-lagi mendaratkan sebuah ciuman diatas ubun-ubun Sehun.

Kondisi Sehun, dia blank...wajahnya sudah terlalu merah segar saking malunya. Dia pikir Jongin akan menciumnya seperti dimalam itu, dengan cara agressive tetapi diluar dugaannya. Ia malah merasakan ciuman manis dan penuh kasih dari pemuda itu.

Melirik kearah Sehun, dia tidak bergerak dalam pelukan Jongin. Wajahnya sengaja Ia sembunyi didada bidang Jongin.

Menuai kekehan kecil dari pihak Jongin, "Kau malu?"

Duk!

Sehun membalas dengan cara memukul bahu kanan Jongin dengan tangan kirinya sementara satu tangannya lagi kini sibuk memegangi wajahnya sendiri.

Ah, wajahku masih saja memanas dan jantungku masih berpacut cepat. Batin Sehun merasa sedih pada dirinya sendiri.

.

.

.

"SEHUN!"

Belum juga mengunci pintu satu suara paling familiar mengusik telinga normalnya lagi. Ini akan terasa wajar jika saja pemuda itu berteriak dari kejauhan tetapi lain cerita lagi kalau nyatanya pemuda itu tepat berada disampingnya –berteriak tepat didekat telinganya.

"Kau memang aneh, Lu-ge."

"Panggil Luhan-gege, dong."

"kebagusan banget."

"Terserah kau saja, Aku pergi dulu."Luhan mengintip Jongin, dia tersenyum lebar saat Jongin kini menotis keberadaanya. "Hai, Tampan?!"sapa Luhan riang. "Kok tumben disini, apa kau menginap dikamar, Sehun. Eciee, pasti tadi malam itu-itu'ya. Kesempatan ya, karena Kyungsoo sama Zitao tidak ada."pemuda cantik itu kini beralih kepada Sehun. "Hunnie, pasti sakit ya. Ah, ngomong-ngomong bagaimana Jo –"

"Hmm, nanti sore kita jalan-jalan ya hyung."potong Sehun, sambil mendelikan mata penuh ancaman. Kalau tidak dihentikan, Sehun yakin kakak ganteng tapi kelebihan kadar cantiknya itu akan berbicara hal-hal berbau vulgar dan jujur saja...Sehun tidak mau dengar, itu terlalu menghorrorkan.

"oke."Luhan menanggapi santai. Dia sempat mengedipkan mata genit kearah Jongin lalu berlalu pergi dengan suara merdunya. "Lalala, Sehun dan Kai bermesraan didalam kamar. Lalala~"

Alis mata Sehun bertaut dalam, giginya bergesekan. Telinganya normal dan dia jelas mendengar nyanyian-berbau-ambigay-itu, apalagi Luhan sengaja sekali mengeraskan suaranya. "GEGE SARAAAAP!"jerit Sehun sarat akan kefrustasian.

Dari ujung koridor Luhan balas berteriak. "I LOVE YOU TOO, HUNNIE-AH!"

Reflek saja Sehun menutup wajah, "Dia bukan gege-ku."gumam Sehun. Nelangsa.

Jongin memicingkan mata. "Nanti sore. Mau jalan-jalan kemana?"

"Bukan urusanmu."sewot Sehun sambil mulai melangkahkan kakinya, di ikuti oleh Jongin yang berjalan disisi kirinya. Masih tetap dengan mata mengintimidasinya.

.

.

Gue update...

Gak tau masih ada yang nungguin apa gak?

Hmm..

#Aria