Halo readers semua, ini dia chappy baru dari cerita lama yang hampir mau discontinue. Semoga cerita ini tidak membuat readers semua bosan membaca cerita saya ya amiin. Okeeh tak perlu berlama-lama lagi, silahkan membaca! ^_^
Diclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : gaje,abal, typo, OOC
Previous
"Maaf nee-chan, oh iya nee-chan di cariin tuh," ucap Hanabi santai.
"Siapa yang mencariku?" tanyaku penasaran.
Hanabi menggeser tubuhnya sehingga terlihatlah seorang laki-laki berbadan tinggi dan proposional tengah menyeringai ke arahku.
"Hey nona, senang bertemu denganmu lagi!" sapa laki-laki itu— pura-pura bersikap ramah, namun terkesan memaksa bagiku.
.
Kuhela nafasku panjang seraya menutup kedua mataku sejenak ketika melihat laki-laki yang menyapaku itu. "Hey Hanabi, kenapa kau biarkan laki-laki asing masuk ke kamarku?" protesku kepada Hanabi. Orang yang kuajak bicara hanya dapat cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya yang kuyakini tidak gatal itu.
"Maaf ya nee-chan abis dia memaksa masuk sih. Dia bilang dia bosnya nee-chan jadi aku—" kalimat Hanabi terhenti begitu ia melihatku tengah menatapnya tajam. "—ah! Kurasa aku harus pergi sekarang, aku lupa ibu menyuruhku sarapan tadi. Dan, maaf ya nee-chan aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Tukas Hanabi ketakutan lalu berlalu tanpa berkata apa-apa lagi. Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalaku sembari menghela nafas sejenak. Lalu kulirik Sasuke yang saat ini tengah memandangku seraya menyeringai.
"Apa yang kau perhatikan?" tanyaku sinis.
Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum penuh arti,"tidak ada, aku hanya berpikir meski kau bersikap jutek begitu tapi penampilanmu itu sedikit menghiburku. Kau terlihat sangat—" Sasuke menghentikan kalimatnya untuk sekedar melangkah dan mempersempit jarak diantara kami. "—menantang," lanjutnya dengan suara serak seperti kodok itu. Tepat ditelingaku, hingga jarak kami hanya berjarak dua jengkal saja.
Dan perkataan terakhirnya seolah menyadarkanku akan sesuatu. Aku segera menundukan kepalaku dan mataku terbelalak sempurna ketika aku melihat tubuhku yang ternyata hanya terbalut sehelai handuk putih.
'Ya Tuhan! Kenapa aku bisa seceroboh ini!' tukasku dalam hati.
Karena rasa malu, spontan aku langsung menutup tubuhku dengan kedua lenganku yang ku silang di dadaku sembari membalikan badanku.
Aku berdeham sejenak. "Tunggulah sebentar, aku segera kembali." Pintaku, lalu segera menutup pintu kamar mandiku dan mandi.
.
NORMAL pov
.
Lima belas menit telah berlalu, Hinata telah keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaus putih oblong dan celana training hitam dengan rambut indigo yang ia ikat satu.
Ia hampiri Sasuke yang tengah duduk disebuah bangku dekat jendela dikamar Hinata yang terbuka.
Sasuke tampak menikmati pemandangan pagi ini. Mata oniksnya terpejam. Ia biarkan semilir angin membelai wajahnya dan entah mengapa membuat sudut-sudut dibibir Sasuke terangkat keatas. Ia tersenyum. Senyuman yang mampu membuat tubuh Hinata terpaku entah karena apa. Dan mampu membuat jantung Hinata berdegup dua kali lebih kencang.
'Jika dia seperti ini ia jadi terlihat seperti pangeran di mimpiku waktu itu. Ia terlihat begitu mempe—' kalimatnya terhenti begitu ia menyadari sesuatu. Spontan, ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku pasti sudah gila!" gumamnya pelan.
"Apa pesonaku begitu kuat hingga membuatmu terpaku begitu?" pertanyaan bersuara bariton dari bibir pemuda yang sedari tadi diperhatikannya membuat Hinata terseret kembali ke realita.
Dimana ia dapat melihat pemuda bernama Uchiha Sasuke itu tengah memandangnya intens sekarang. Pandangan yang berhasil membuat Hinata salah tingkah sendiri.
"Huh? Apa? Percaya diri sekali kau! Aku bukan sedang memperhatikanmu kok, aku sedang memandangi pemandangan luar dan berfikir indah sekali pagi ini! Begitu," jelas Hinata berbohong. Hinata berdeham pelan sembari memalingkan wajahnya dan berulang kali mengerjap-ngerjapkan matanya. Entah mengapa ia merasa gugup sekarang. Apa Sasuke memantrai gadis itu hingga membuat gadis itu seperti ini?"
"Oh iya! Sebenarnya ada urusan apa kau kerumahku?" Tanya Hinata mengalihkan pembicaraan.
"Ah! Itu ya—" Sasuke beranjak bangun lalu menghampiri HInata yang berada tak jauh darinya.
"— Sebenarnya aku mau mengajakmu kesuatu tempat,"
"Kemana?" Tanya Hinata penasaran.
Senyum yang tadi terukir dibibir Sasuke kini telah terganti dengan wajah datarnya. "Ikut saja dulu nanti kau juga tahu," tukasnya lalu meraih tangan Hinata yang tergantung bebas dan menariknya tanpa berkata apa-apa lagi.
"Apa? Hey! Lepaskan aku! Kau bahkan belum mendengar apa aku mau ikut denganmu atau tidak!" protes Hinata sembari berulangkali meronta-ronta minta dilepaskan. Namun bukannya mengindahkan protesan dari Hinata, Sasuke justru semakin memperat genggamannya hingga membuat pergelangan tangan Hinata terasa sakit.
.
Langkah mereka saling beriringan menelusuri mansion Hyuuga yang begitu luas. Dimana sang wanita bernama Hinata masih melepaskan diri dari genggaman tangan si Uchiha bungsu itu.
"Bisa tidak kau diam saja, dan jangan bertingkah seperti belatung nangka!" omel Sasuke dan mendapat delikan tajam dari Hinata.
"Apa kau bilang? Enak saja mengataiku belatung nangka! Kau seharusnya sadar! Sedari tadi kau menggenggam pergelangan tanganku begitu kuat hingga membuat pergelangan tanganku terasa mau copot!" omel Hinata balik.
Hinata menghela nafas sejenak sembari berkata, "lagipula aku penasaran kenapa kau begitu ingin aku mengikutimu, jangan-jangan—" Hinata menghentikan kalimatnya untuk sekedar menutup tubuhnya dengan sebelah tangannya yang bebas sembari memasang ekspresi pura-pura terkejut. "—kau ingin macam-macam denganku ya!" tuduhnya dan berhasil mengukir empat siku-siku di pelipis Sasuke. Kesabaran Sasuke sudah habis, ia hempaskan tangan Hinata dan menatap Hinata dengan tatapan dingin. "Apa kau bilang?! Macam-macam? Denganmu? Tch! Mimpi saja sana kau nona! Tapi maaf aku tidak tertarik dengan tubuhmu yang seperti dandang itu!"
"Apa?! Dandang? Tunggu dulu! Bukankah tadi dikamarku kau bilang hal yang berbeda padaku?—" ia gantungkan kalimatnya untuk sekedar memajukan kepalanya dan mendekati telinga Sasuke hingga hanya berjarak sejengkal. "—Kalau tidak salah kau bilang tubuhku menantang bukan? Jadi, apa tubuh seperti dandang ini yang merupakan kriteriamu hingga membuat dirimu tertantang?" tukas Hinata kemudian dengan nada menggoda.
"KAU!" Baru saja Sasuke mau membalas perkataan Hinata dengan kata-kata tajamnya, tapi sayangnya. .
"Berhenti bertengkar seperti anak TK dan ikut kami sarapan, kaa-san juga mengundangmu tuan Uchiha!" suara bariton milik pria lain membuat pembicaraan atau mungkin lebih tepatnya pertengkaran mereka teralihkan. Dan itu adalah suara Neji, kakak Hinata.
"Tapi nii-san,"
"Jangan membantah! Atau kau mau membuat kaa-san marah?" Ancam Neji.
Hinata menghela nafas panjang, "baiklah, ayo Sasuke!" ajak Hinata akhirnya, kali ini Hinatalah yang menarik lengan Sasuke untuk mengikutinya. Sasuke hanya menurut mengikuti Hinata dari belakang. Karena menurutnya, ia merasa tak enak juga mengganggu ketenangan keluarga Hyuuga pagi-pagi begini.
.
Tanpa terasa lima menit telah berlalu, ruang makan keluarga Hyuuga sempat diliputi keheningan. Mereka masih sibuk dengan piring mereka masing-masing, Hingga akhirnya. .
"Jadi, apa kalian pacaran?" pertanyaan tiba-tiba yang terlontar dari bibir Hikari yang merupakan ibu dari Hyuuga Hinata, membuat Hinata maupun Sasuke yang tengah menikmati sarapannya tersedak. Mereka begitu terkejut mendengar perkataan Hikari yang begitu spontan.
"Kenapa kaa-san bisa berkata begitu?" Tanya Hinata dengan suara tercekat.
"Habis kaa-san lihat perilaku kalian tadi seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar saja. Jadi kaa-san pikir kalian—"
"Pfft! Aku pacaran dengan dia? Ya ampun! Kaa-san, gak mungkinlah aku tertarik dengan laki-laki refrigerator macam dia," potong Hinata seraya tertawa mengejek dan berhasil mengukir kembali empat siku-siku dipelipis Sasuke.
Sasuke memandang Hinata sinis yang dibalas tatapan mengejek oleh Hinata. Lalu Sasuke tersenyum. Senyum penuh arti. "Kau pasti haus karena sudah banyak tertawa, minumlah!" tawar Sasuke sembari memberi segelas air kepada Hinata.
Tanpa curiga, Hinata meneguk air putih itu dan. .
'Buuuuuuuah!' Hinata menyeburkan air yang terasa asin dimulutnya, lalu tanpa segan-segan ia menoleh kearah Sasuke dan menatapnya tajam. Sementara yang ditatap hanya dapat menyeringai seraya berbisik "Rasakan kau!"
Dan kali ini empat siku-siku sudah bertengger dipelipis Hinata, baru saja Hinata ingin menghujani Sasuke dengan kata-kata tajamnya namun tiba-tiba. .
"Jaga tata kramamu ketika sedang makan Hinata!" Hardik Hiashi dengan nada dingin. Hinata terdiam, ia tahu betul ayahnya tak suka jika ada yang mengganggu ketenangannya sewaktu makan. Dan menurut Hinata diam adalah pilihan bijak, karena jika ia melawan ayahnya hari ini pasti akan menjadi hari terburuk dan terpanjang baginya. Karena bukan pukulan atau kurungan yang akan ia terima. Namun ceramahan tou-sannya yang dapat bertahan selama delapan jamlah yang akan ia terima. Dan hal itu pasti akan membuat Hinata jera.
Hinata melirik tajam kearah Sasuke yang tengah menyantap sarapannya dengan tenang.
'Awas saja kau bokong ayam! Akan kubalas perbuatanmu nanti!' gumam Hinata dalam hati.
.
Waktu terus bergulir, dan tanpa terasa lima belas menit telah berlalu. Mereka telah selesai sarapan bersama dan mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing.
'Grep!' tiba-tiba Sasuke mengenggenggam tangan Hinata. Dan membuat Hinata yang tadi sedang asyik duduk disampingnya sambil menonton televisi menoleh kearahnya dan menatapnya bingung.
"Ikut aku sebentar!" ajaknya yang terdengar seperti sebuah kalimat perintah bagi Hinata, lalu tanpa segan-segan menarik paksa Hinata untuk mengikutinya.
.
Dihalaman mansion milik keluarga Hinata. Lebih tepatnya ditempat mobil Lamborghini Sasuke terparkir, Hinata menghempaskan genggaman tangan Sasuke dan menatapnya kesal.
"Kau ini kenapa sih?! Sudah dua kali kau menarikku kasar! Memangnya kau pikir aku ini seekor sapi?!" semprot Hinata, namun Sasuke tidak mengindahkan kata-kata Hinata justru ia dengan acuhnya membuka pintu mobilnya dan mengambil sebuah paperbag disana dan memberikannya kepada Hinata.
Hinata hanya menatap paperbag itu sejenak lalu kembali memandang Sasuke dengan tatapan penuh Tanya.
"Didalamnya ada sebuah gaun untukmu, pakailah di acara nikahan anak kolega bisnisku malam ini." Jelasnya seolah mengetahui apa yang tengah dipikiran Hinata.
"Gaun? Tunggu dulu, apa itu sebuah ajakan? Hey! Kau tahu itu tak pantas disebut sebuah ajakan. Kau bahkan belum mengetahui apa aku mau atau ti—"
"Jangan protes! Ini bukan sebuah ajakan tapi ini perintah." Potong Sasuke sembari sibuk memainkan ponselnya tanpa sedikitpun memandang Hinata.
Kesal. Itulah yang dirasakan Hinata kala itu. Baru saja Hinata mau menghujaninya dengan omelan-omelan tajam yang keluar dari bibir mungilnya, tiba-tiba. .
"Oh iya, aku sudah menyewa seorang perias artis untuk datang kerumahmu jam enam sore nanti. Bersiap-siaplah jam tujuh aku jemput." Sasuke kembali berkata, namun kali ini ia sudah memasukan ponselnya ke kantung celananya dan bergegas masuk ke mobil.
"Apa? Tapi—" kalimat Hinata kembali terhenti begitu Sasuke memberikan isyaratnya untuk berhenti bicara dengan telapak tangannya.
"Sampaikan salamku pada keluargamu, aku harus pergi ada urusan dikantor. Maaf aku tak bisa berpamitan langsung." Ujar Sasuke lagi lalu melajukan mobilnya tanpa menunggu Hinata menjawab perkataannya.
Dan tinggalah Hinata yang menatap kepergian Sasuke dengan tatapan kesal.
"Dasar bokong ayam menyebalkan!" umpatnya lalu berlalu masuk kedalam.
.
Kini, hari telah berganti malam. Sang rembulanpun telah bertengger manis ditempatnya ditemani dengan beberapa bintang yang memancarkan cahaya-cahaya kecilnya sehingga membuat malam ini terasa lebih indah.
Dan disebuah mansion disuatu perumahan yang terletak di kota Konoha, terdapat seorang gadis yang tengah duduk dibangku putih dan memandangi pantulan dirinya yang mengenakan gaun sequin lace mermaid berwarna krem dengan belahan dada yang sedikit terlihat disebuah kaca rias yang bertengger disana. Dan itu adalah Hinata, sepertinya ia telah selesai dirias oleh seorang wanita yang sedari sejam yang lalu dengan sabar mengukir wajahnya hingga tampak mempesona.
"Terimakasih Ayume-san," ujarnya pada wanita itu, ketika wanita itu sedang merapikan perlengkapan riasnya.
Wanita yang dipanggil Ayume itu menoleh lalu tersenyum ramah sambil berkata, "ya sama-sama, kau terlihat cantik sekali malam ini." Pujinya, dan berhasil membuat Hinata tersipu malu.
'tok-tok-tok' tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar kamar Hinata. Dan beberapa detik selanjutnya pintu itu sudah terbuka, dan terlihat sosok Hanabi adik Hinata ditemani dengan sesosok laki-laki berbadan tinggi tegap dengan surai raven yang tertata rapih dan mengenakan stelan tuxedo hitam yang tampak serasi dengan gaun yang dikenakan Hinata.
"Nee-chan cantik sekali!" pekik Hanabi girang dan berhasil membuat Hinata menoleh.
Hinata tersenyum, lalu segera beranjak bangun dan menghampiri adiknya dan juga laki-laki yang ternyata adalah Uchiha Sasuke.
"Benarkah aku cantik?" ujar Hinata tak percaya dengan pipi yang merona. Hanabi mengangguk sembari tersenyum lebar, Hinatapun ikut tersenyum malu-malu lalu iris matanya beralih menatap Uchiha Sasuke yang terpaku memandangnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
"Kau kenapa bos? Terpesona ya dengan kecantikanku?" godanya sembari menaik-turunkan alisnya dan menyeringai.
Perkataan Hinata seolah menyeret Sasuke kembali ke realita. Ia mengerjapkan kedua iris onyxnya berulang kali lalu menatap Hinata dingin sembari mendengus kesal. "Apa kau bilang? Terpesona denganmu? Mimpi saja sana!" jawabnya lalu menghela nafas sejenak.
"Sebenarnya aku hanya bingung satu hal—" Sasuke kembali berkata lalu menggantung kalimatnya untuk sekedar menghampiri Hinata yang berjarak beberapa langkah darinya dan menarik dagunya agar Sasuke bisa melihat wajah Hinata dengan jelas.
Hinata berusaha menggerakan kepalanya untuk melepaskan diri dari tatapan dingin pemuda itu, namun hasilnya nihil. Sasuke justru menangkup kedua pipinya dengan telapak tangannya hingga membuat Hinata sulit untuk bergerak.
"Kau tahu nona? yang aku bingungkan adalah, kenapa orang seprofesional Ayume tak bisa menutupi kejelekanmu itu ya? Dia yang kurang professional atau memang kejelekanmu yang memang sudah masuk stadium empat?" Lanjut Sasuke dan berhasil mengukir empat siku-siku dipelipis Hinata. Dengan kesal Hinata langsung menarik paksa kedua tangan Sasuke yang bertengger dipipinya lalu menatap Sasuke penuh arti sembari memasang senyum terpaksa.
"Kau mau tahu jawabannya? Kemarilah!" tukas Hinata sembari memberi isyarat kepada Sasuke untuk mendekatinya dengan menggunakan jari telunjuknya.
Sasukepun menuruti perkataan Hinata dan memajukan kepalanya. Untuk beberapa detik Sasuke dapat melihat Hinata tengah menyeringai kepadanya. Dan pada detik selanjutnya tiba-tiba. .
'Duuuuuagh!' Sasuke merasakan hantaman keras didagunya yang Sasuke yakini itu berasal dari kepala Hinata.
"MATI SAJA KAU SANA!" omel Hinata lalu berlalu meninggalkan Sasuke yang tengah memegang dagunya sembari meringis kesakitan.
"Sial! Dasar wanita jadi-jadian! Sakit sekali pukulannya." Umpat Sasuke lalu berlalu menyusul Hinata. Meninggalkan Hanabi dan Ayume yang tengah tertawa lepas karena kejadian tadi.
.
Kini Lamborghini merah milik Sasuke tengah melaju ditengah-tengah jalan raya menuju kota Tokyo yang kebetulan sepi. Didalamnya terdapat Sasuke yang tengah mengendarai mobil itu ditemani Hinata yang berada disampingnya dengan wajah tertekuk.
Perhatian Sasuke sedikit teralih ketika ia melihat ekspresi wajah Hinata, kemudian ia melirik Hinata sembari berkata,"hey Nona, mau sampai kapan kau menekuk wajahmu seperti itu? Kau tahu wajahmu itu sudah jelek, jika kau cemberut begitu wajahmu akan tambah jelek nantinya." Ujarnya dengan nada mengejek.
Dan perkataannya berhasil membuat Hinata yang tadi sempat melempar pandangannya kearah luar menjadi menoleh kearahnya dan menatapnya penuh kesal. "Berisik! Bukan urusanmu jika aku tambah jelek atau tidak. Lebih baik kau konsentrasi menyetir saja, dan jangan mengusikku!" semprot Hinata.
Sasuke hanya dapat menggedikan kedua bahunya sembari berkata, "terserah kau sajalah." Lalu kembali memusatkan perhatiannya ke mobilnya.
.
Tanpa terasa, mobil Lamborghini merah milik Sasuke sudah terparkir manis di lobby sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat kota Tokyo.
Kini Sasuke telah membuka pintu mobilnya dan keluar, sembari membuka seatbell yang melekat ditubuhnya iris mutiara milik Hinata mengikuti gerak-gerik Uchiha bungsu itu yang berhasil membuat dahinya mengernyit heran.
'Kenapa ia menghampiriku? Apa yang mau dia lakukan?' pikir Hinata dalam hati.
Dan beberapa detik berikutnya Hinata dapat melihat Sasuke sudah berada di balik pintu mobil tempat dia berada dan membukakan pintu itu sembari memandanginya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
Keadaan sempat hening sejenak, mereka masih terpaku dengan posisi mereka saat ini. Hingga beberapa detik berikutnya, Sasuke dengan tiba-tiba menundukkan tubuhnya dan memajukan kepalanya hingga berhasil membuat Hinata memundurkan tubuhnya sejauh yang ia bisa.
"Apa yang mau kau—" kalimat Hinata terhenti, karena dengan tiba-tiba Sasuke menaruh jari telunjuknya kedepan bibir Hinata sembari menatap Hinata intens.
"Sssst! Jangan banyak tanya dan rileks saja, ini takkan lama." Kata Sasuke dengan suara setengah berbisik yang entah kenapa berhasil membuat bulu kuduk Hinata bergidik ngeri.
'Glup!' Hinata berhasil menelan saliva yang sedari tadi terasa mengganjal ditenggorokannya.
'Apa yang mau ia lakukan sebenarnya?! Kami-sama tolong selamatkan aku dari godaan bokong ayam yang terkutuk ini!' teriak Hinata dalam hati sambil menundukkan wajahnya karena ia sudah tak bisa memundurkan tubuhnya lagi sementara Sasuke terus memajukan wajahnya yang hanya berjarak tiga jengkal sekarang.
—TBC—
Nahloh udah TBC aja nih, hehe. Gimana readers masih kurang geregetkah? Tolong komentarin cerita ini ya, author mengharapkan komentar dan like dari para readers semua. Kalau cerita ini masih kurang bumbu please no Flame, author hanya menerima kritik yang membangun karena author masih belum sanggup menerima Flame yang terlalu pedas. Hiks *maaf T_T
Oke sekian dari author, sampai bertemu di chappy selanjutnya bye bye.
