"Mommy!" Teriak Hyuna histeris ketika gadis kecil itu melihat Baekhyun terbujur dengan lemah di sertai dengan genangan darah baru berwarna merah pekat yang keluar dari sisi kiri tubuhnya. "Jangan sakiti mommy!" Teriaknya lagi dengan suara lantang yang menggema.
Lelaki dengan jas hitam ke-abuan itu hanya bisa mendecih saat Hyuna meneriakinya dengan kata-kata 'jangan sakiti mommy' secara berkali-kali. Namun rasanya keinginan untuk menghancurkan keluarga Park beserta keturunannya saat ini jauh lebih besar ketimbang niatannya untuk melucuti semua bagian tubuh Baekhyun beserta Hyuna untuk ia nikmati sendiri. Alasannya sederhana, karna saat ini ia sudah tahu bahwa Park Chanyeol, yang mana merupakan mangsa utamanya telah sadar bahwa ia telah di bodohi dengan datang menyambagi benua Eropa hanya untuk seonggok daging tak bernyawa. Benar, dalang di balik kematian Matteo Yamanashi adalah dirinya sendiri, yaitu Kuroda Yoshiku. Itulah mengapa ia sempat tidak datang pada tempat persembunyiannya untuk menikmati bermain bersama Baekhyun, karna ia telah di repotkan oleh kabar tentang Organisasi Hitam yang dengan cepat dapat mencium jejak kakinya, dan transaksi dengan Matteo malam itu merupakan asal muasal kecurigaan Park Chanyeol pada dirinya muncul kepermukaan. Dan dengan demikian, jalan satu-satunya untuk membuat dirinya aman dari segala tuduhan ataupun prasangka kepolisian tentang menghilangnya wanita dan anak di bawah umur akan musnah jika ia membunuh si saksi tunggal, yaitu Matteo.
"Kau hanya.. uhuk.. seorang pengecut yang bahkan terlalu takut untuk keluar dari persembunyianmu ini bukan?" sindir Baekhyun dengan terbata, Baekhyun kemudian menyeringai dan meludahkan ujung sepatu mengkilap milik Yoshiku dengan darah berlendir yang keluar dari mulutnya.
Lelaki berumur itu tampak geram, terlihat dari wajahnya yang merah padam dan suara-suara yang berasar dari gertakan giginya. Berani sekali kerdil ini mengatainya seorang yang pengecut? Tak tahu saja bahwa hari ini mungkin adalah hari terakhirnya merasakan nafas yang hilir mudik melewati rongga hidung, karna setelahnya bisa saja kerongkongan itu terpisah dari tubuhnya nanti.
"Satu-satunya orang yang harus di beri predikat sebagai pengecut adalah suami mu sendiri, lihatlah.. dia bahkan tidak mengkhawatirkan mu yang hilang bak di telan bumi," Ujarnya dramatis memperkeruh suasana,"Organisasi itu bahkan tidak datang untuk mencarimu. Apa ini yang kau banggakan dari seorang Park yang tak lebih dari seorang pengecut?" sulutnya.
Baekhyun berdecih, merasa lucu dengan apa yang di katakan lelaki di depannya, "Jika kau berfikir seperti itu, maka kau jauh lebih rendah dari seorang pecundang, Yoshiku."
Bugh..
Sebuah tendangan kembali mendarat di perut Baekhyun yang saat ini kembali meringkuk di lantai yang penuh dengan darah kering. Sementara Hyuna masih saja menangisi ibunya dan berteriak-teriak seperti orang kesetanan pada Yoshiku yang kembali menghadiahi tubuh ringkih Baekhyun dengan pukulan-pukulan.
"Berhenti menyiksa mommy, bajingan!" Teriak Hyuna penuh amarah hingga seluruh ruangan itu berdengung, Baekhyun melirik Hyuna dengan ekor matanya. Merasa kecewa pada diri sendiri mendengar gadis kecilnya harus mengatakan hal-hal yang seharusnya tak ia katakan di usia sedini itu. Sementara Yoshiku yang bersiap untuk memberi pukulan pada Baekhyun mendadak berhenti dan menoleh ke belakang di mana si mungil itu berada.
Tidak butuh waktu lama bagi Yoshiku untuk merubah fikirannya dengan meninggalkan Baekhyun dan berjalan mendekat menuju sel penuh karat itu. Terdengar bunyi gemercing rantai besi selama Yoshiku berjalan menuju Hyuna. Baekhyun meronta dengan hebat, mengabaikan tubuhnya yang sakit dan lengannya yang terluka akibat borgol yang mengikat. Yoshiku tahu, Baekhyun saat ini sedang bekerja keras untuk mengalihkan kembali atensinya pada gadis kecil itu.
"Sekarang giliranmu manis," senyumnya penuh arti sembari bergerak membuka kungkungan besi yang mengurung Hyuna.
"Jangan, kumohon… lakukan apapun yang kau mau asalkan jangan putriku, aku minta maaf Yoshiku, aku bersalah.." kali ini Baekhyun yang menjerit memohon. Ia merasa dungu dengan menyulut amarah Yoshiku hingga berimbas membahayakan Hyuna.
Yoshiku seolah tuli, ia tak mengindahkan teriakan Baekhyun yang meminta maaf atas perkataannya yang merusak telinga lelaki itu.
"Kau tahu, melihat gadis kecil ini menangis pada jarak yang seperti ini membuatku ingin segera menikmatinya." Seringai lelaki itu, sementara Hyuna yang masih berada di jeruji besi kini mengkerut. Amarahnya gadis kecil itu mendadak menghilang bak di telan bumi dan di gantikan oleh rasa takut yang luar biasa. Hyuna menangis dan memeluk kencang tubuhnya sendiri ketika Yoshiku berjalan memasuki penjara itu.
Baekhyun menangis, ia semakin berontak tak terkendali. Luka di pergelangan tangannya semakin melebar akibat terus bergesekan dengan sepasang borgol perak itu. Dilihatnya Yoshiku sedang berusaha meraih tubuh Hyuna yang semakin meringkuk ketakutan. Gadis kecilnya, permata berharganya, pusat kehidupannya saat ini sedang terancam oleh bahaya di depan matanya sendiri.
"MOMMY! AKH.. JANGAN.." Jerit Hyuna melengking meminta pertolongan ibunya yang tidak mempunyai kesempatan untuk menolongnya. Sementara Yoshiku semakin bergairah dengan rontaan yang Hyuna hasilkan. Lelaki itu memegang penuh helaian rambut kecoklatan milik Hyuna pada tangan kirinya sementara sebelah tangan lagi membelai dengan halus kulit tubuh si kecil.
"Kau merawatnya dengan baik, dan aku berterima kasih akan itu." Pujinya dengan tangan yang terus menyentuh Hyuna yang ketakutan. "Kau akan menyaksikannya bukan?" lirik Yoshiku penuh arti pada Baekhyun yang masih meronta.
The Darkest Nightmare
(Sequel of Dark Side)
By. Railash61
.
.
Main Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Park Hyuna (OC)
Support Cast: Kim Jongin, Oh Sehun, Xi Luhan, Kris Wu, Zhang Yixing, Kim Minseok, Kim Jongdae, Do Kyungsoo, Huang Zitao, Kuroda Yoshiku (OC), Kim Taeoh, Oh Junior (OC)
Genre: Crime, Family
Rate: M
Warning: Yaoi, Boys Love, Shounen-ai
Typo everywhere, tidak sesuai dengan EYD
Summary: Siapa yang tidak mengenal Gin? Seorang pemimpin organisasi hitam dengan surai abu dan aura yang mematikan. Ia memang masih bergelut dengan dunia pasar gelap, dan berurusan dengan beberapa gembong narkoba juga pada makelar penjual manusia. Namun tiba-tiba, sebuah mimpi buruk datang dan merenggut sumber kebahagiaannya, yaitu Bi dan anak mereka, Park Hyuna.
Note: Kode nama untuk semua anggota tetap sama.
Itallic hanya untuk flashback.
.
.
Chapter 6: Mommy and I… will be okay, right?
.
.
'Hiks.. Mommy..'
Seguk suara isak tangis seorang anak kecil seolah menulikan puluhan pasang telinga yang ada di ruangan itu. Semua orang di sana jelas tahu siapa pemilik suara nyaring yang sendu itu. Terlebih Chanyeol yang merupakan ayah kandung dari putri kecilnya yang menangis tanpa henti disana. Hyuna mungkin tak tahu jika saat ini ia telah di tonton oleh ribuan pasang mata dari seluruh penjuru dunia yang dapat menyaksikannya. Beralaskan situs terlarang yang hanya bisa di akses oleh segelintir orang, siapa saja yang mampu meretasnya dapat melihat bagaimana anak dari musuh khalayak banyak yang membenci Chanyeol dapat sengsara seperti itu, terlebih para penghuni pasar gelap. Jangan lupakan bonus yang dapat membuat orang-orang pembenci itu semakin bersorak gembira, karna di ujung sana, Baekhyun sudah tergeletak dengan darah yang menyelimuti tubuh ringkihnya.
Chanyeol terdiam diatas sofa besar berwarna merah miliknya, sedangkan telinga yang perasa itu seolah teriris oleh segukan penuh pilu dari sang buah hati di sebrang sana. Chanyeol benar-benar merasa dungu, ia marah dan kecewa pada siapapun bajingan yang menyebabkan semua kekacauan ini terjadi. Dan lebih dari pada itu, Chanyeol juga kecewa terhadap dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga kedua penyemangat hidupnya.
Para anggota organisasi yang berada di ruangan itu pun tidak bisa menahan rasa kekecewaan pada diri mereka masing-masing ketika melihat tayangan live yang mempertontonkan tangisan sendu Hyuna. Luhan dan Kyungsoo bahkan menitihkan air mata mereka mendengar seruan menyakitkan dari suara Hyuna yang biasanya riang. Ada apa disana? Mengapa Baekhyun tak juga bergerak demi membantah berbagai macam frasa buruk yang memuakan di kepala mereka masing-masing? Mengapa Hyuna tak kunjung berhenti memanggil nama ibunya dengan penuh isak tangis seperti itu?
"Chanyeol.." Akhirnya Luhan berbicara meski air mata masih terus saja mengaliri kedua pipinya, "Aku tak sanggup mendengar Hyuna menangis seperti itu."
Chanyeol masih saja diam, matanya terpejam dan tanpa terasa ia menangis dalam diam. Semua di sana tahu, Chanyeol lebih terpukul dari apa yang mereka lihat dari luar. Pria dengan rambut abu itu terisak halus, lalu kemudian bangkit menegakkan kepala. Mata besarnya menatap kembali pada layar laptop milik Jongdae yang masih saja menampilkan adengan yang sama sejak beberapa menit yang lalu. Dan di sana masih ada sosok yang ia percayai sebagai Baekhyun yang masih juga tergeletak dengan darah yang bersimbah.
"Chanyeol, apa yang akan kita lakukan sekarang?" kata Kris dengan raut wajah serius bercampur khawatir.
"Kita kembali pada rencana awal." Seru Chanyeol setelah ia diam beberapa lama, "Temukan dimana pria itu bersembunyi, tim satu akan ikut dengan ku dan sisanya bisa bergabung bersama Jongin."
'Park Chanyeol..'
Baru saja para komplotan jubah hitam itu ingin bangkit dari tempat duduk mereka, namun sebuah suara berat khas pria berumur itu menginterupsi dari balik layar datar tersebut.
'Ku harap kau sedang menyaksikan adengan menyenangkan ini, Park Chanyeol-san'
Pria itu tertawa keras hingga gema yang di hasilkan dari suara tawanya semakin membuat Chanyeol muak. Hyuna tak lagi menangis di sudut ruangan berjeruji, melainkan ia tertunduk takut dengan kedua tangan yang memeluk diri sendiri, seolah dengan cara itu ia dapat menamengi tubuhnya yang rapuh.
'Wow.. lihatlah coin yang dapat ku hasilkan dengan menontonkan tubuh tak bernyawa milik seorang Byun Baekhyun, atau bisa ku perjelas lagi jika tubuh yang meringkuk menjijikan di sana adalah tubuh dari suami sah Park Chanyeol yang katanya adalah penguasa pasar gelap. Shugoi desune..'
"Bajingan!" Chanyeol bangkit dari sofanya, hendak keluar ruangan itu tetapi Sehun mencegat lengannya, menahan pergi.
"Kau mau pergi kemana?"
"Suami dan anak ku sedang dalam bahaya brengsek! Aku tidak bisa diam begini terus!" Gelagarnya penuh amarah.
"Lebih baik kita berangkat bersama, dan berpencar seperti apa yang sudah kau putuskan sejak awal tadi. Merubah rencana hanya akan mengacaukan semuanya dan hal itu semakin membahayakan Hyuna dan juga Baekhyun. Pikirkan kembali menggunakan otakmu jika ingin bertindak gegabah."
"Jika kau berada di posisiku, kau pasti akan melakukan hal yang sama Oh Sehun, maka diam lah dan ikuti apa perintahku, keparat!"
Bugh..
Sehun dengan senang hati memberikan sebuah bogem mentah untuk Chanyeol demi mengembalikan akal sehatnya. Mungkin Sehun memang tidak mengalami kejadian naas seperti apa yang Chanyeol alami saat ini, namun pengalaman telah mengajarkan semuanya. Ketika ia kehilangan kekasih yang dulu sangat ia sayangi dan juga bagaimana ia kehilangan Baekhyun sebagai sosok yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya selama bertahun-tahun. Sehun tahu betul apa arti dari kehilangan
"Aku telah kehilangan Yoona dan aku juga pernah merasakan menderitanya kehilangan Baekhyun yang sudah ku anggap sebagai adik, bahkan aku mengira ia sudah mati setelah bertahun-tahun tidak menampakkan diri. Jika kau anggap aku tidak tahu apa-apa tentang apa yang kau alami saat ini maka kau salah besar, Chanyeol. Aku bahkan jauh lebih dulu merasakan bagaimana pahitnya kehilangan seseorang."
Jongin kemudian bangkit dari kursinya lalu melangkah maju menuju Chanyeol. Menurut Jongin, selama ia hidup dengan Chanyeol, ini adalah kebimbangan terburuk yang kakak laki-lakinya itu derita. Jongin tahu Chanyeol marah, ia sedih dan kecewa pada orang yang mencelakai kedua orang tercintanya, dan yang paling membuat Chanyeol kecewa adalah hal tersebut di akari karna kelalaiannya sendiri. Jika saja Chanyeol lebih memperbanyak pencarian mengenai Matteo dan menyelidiki tetang apa yang terjadi setelah transaksi di malam itu pada Matteo maka mungkin Baekhyun dan Hyuna saat ini sedang dalam keadaan yang baik-baik saja.
"Hyung.." Jongin menepuk pundak Chanyeol, "Mari kita kembali pada rencana awal, percayalah bahwa Baekhyun dan Hyuna akan baik-baik saja."
Sebenarnya sulit bagi Chanyeol untuk percaya bahwa Baekhyun sedang baik-baik saja saat ini. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Baekhyun sudah terbujur seperti itu. Bahkan dalam tayangan tersebut Chanyeol sendiri sulit menemukan adanya pergerakan dari bahu Baekhyun yang menandakan bahwa ia masih bernafas dengan baik. Berbagai macam spekulasi buruk saat ini berada di kepalanya dan semua spekulasi itu menjurus kepada satu kata, yaitu kematian. Ditambah lagi dengan tangisan Hyuna yang menangisi ibunya seperti itu, seolah membenarkan apa yang harusnya tidak di benarkan.
"Bersiaplah." Kata Chanyeol akhirnya setelah mengambil beberapa menit waktu untuk bergulat dengan pikirannya sendiri. "Kita akan kembali pada rencana awal." Putusnya disertai dengan desauan lega oleh para anggota hitam yang lain.
.
.
.
"Kau akan menyaksikannya bukan?"
Sebuah penggalan kata yang membuat Baekhyun kehilangan akal sehatnya. Baekhyun melihat Yoshiku dengan kilatan penuh amarah di kedua matanya. Seolah sedang berpindah mode, lelaki yang kedua tangannya masih terikat pada borgolpun menyerukan sebuah kalimat.
"Orang tuamu pasti adalah sepasang pecundang."
"AKH.."
Yoshiku refleks menjambak helaian rambut Hyuna ketika mendengar nada rendah yang Baekhyun lontarkan di sudut ruangan. Lelaki itu mendorong tubuh mungil Hyuna dengan cukup keras, dan Hyuna pun mengaduh kesakitan karna merasa kebas pada punggungnya yang menabrak dinding.
Yoshiku yang termakan amarah pun berjalan menjauhi sel tahanan itu, ia mengambil langkah besar-besar namun tidak mengarah pada Baekhyun, melainkan berjalan menuju sebuah meja yang di penuhi oleh puluhan benda tumpul berwarna hitam yang terlihat mengerikan, dan benda-benda itu adalah alat bermain milik Yoshiku.
Pria itu meraih sebuah barbel besi yang terikat dengan rantai perak. Ia menggeret barbel tersebut hingga benda itu bergesekan dengan lantai dan menimbulkan suara yang membuat bulu kuduk siapapun meremang ketakutan. Namun Baekhyun sama sekali tidak merasa ketakutan, setidaknya ini lebih baik dari pada ia melihat gadis kecilnya di lecehkan di depan matanya sendiri.
"Akan ku pastikan kau menyesali perkataan yang keluar dari mulut mu itu, Byun Baekhyun."
Bugh..
Bugh..
Bugh..
"AKH.."
"MOMMY!"
Tiga buah pukulan yang di hasilkan barbel itu membuat Hyuna menjerit lebih kencang dari sebelumnya, sementara Baekhyun.. ia tak lagi berbicara banyak, melainkan hanya terdiam dengan sebuah luka baru pada tubuhnya.
.
.
.
Hyuna yang masih berada di jeruji besi hanya bisa menangis dan menangis ketika ia mengingat bagaimana ibunya di perlakukan. Berbagai macam bentuk kekerasan rupanya sudah tersimpan dengan baik di kepala gadis berusia tujuh tahun itu. Bagaimana tidak jika kekerasan yang ia lihat terus saja berulang selama beberapa menit tanpa henti, dan yang menjadi amukan dari kekerasan itu adalah ibunya sendiri.
Hyuna memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit hingga rasanya ia ingin mati saja. Sebuah harapan yang harusnya tidak pernah ada di benak anak seusianya. Hyuna tak lagi berani berteriak nyalang pada lelaki yang saat ini mengawasinya dari balik monitor di ujung ruangan. Alasannya karna satu, Hyuna telah melihat berbagai macam bentuk pukulan dari lelaki itu pada ibunya, tidak dengan tangan kosong melainkan dengan sebuah benda hitam mengerikan yang membuat ibunya berteriak amat kencang dengan suara parau yang serak. Dan setelah itu, semuanya terdengar sepi. Hyuna hanya mendengar deru nafasnya sendiri serta kekehan penuh rasa puas yang terdengar begitu menyakitkan di telinga gadis kecil itu.
Hyuna melihat lagi kearah Baekhyun yang masih saja seperti itu beberapa menit yang lalu. Tidak ada yang berubah, dan waktu seolah berjalan jauh lebih lambat. Hyuna menangis kembali, merapalkan keinginannya untuk keluar dari ruangan busuk ini dan membawa ibunya menuju rumah sakit terdekat untuk di beri bantuan oleh dokter. Hyuna berpikir keras di sela-sela rasa sakit pada kepalanya yang semakin menjadi di setiap detiknya. Sekelibat ia berfikir tentang perbicangan antara Baekhyun dan lelaki tua itu beberapa saat yang lalu, namun Hyuna masih belum cukup umur untuk mengetahui apa alasan dari lelaki itu hingga membuat dirinya juga ibunya menderita sampai seperti ini. Oh atau kah ini semua berhubungan dengan ayahnya? Haruskah ia menyalahkan ayahnya atas apa yang telah menimpa mereka belakangan ini? Haruskah Hyuna membenci sang ayah karna tak kunjung datang menyelamatkan mereka seperti apa yang telah ayahnya janjikan sejak dulu?
Gadis kecil berusia tujuh tahun itu kembali mendapatkan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Sesekali ia menarik helaian rambut coklatnya hingga rambut itu terlepas dari akarnya. Wajah Hyuna pucat pasi, menggambarkan seberapa menderitanya ia terkurung di dalam jeruji besi ini. Sementara Yoshiku di pojok ruangan terus tertawa melihat keadaan keduanya yang sudah terbilang sekarat. Lelaki itu bertepuk tangan, menyelamati diri sendiri atas pencapaian terbesar yang sudah ia impikan sejak lama, yaitu membasmi keturunan keluarga Park dengan kemenangan yang mutlak.
"Ini sangat menyenangkan bukan? Bagaimana si kecil Park sedang berusaha bertahan hidup dengan menjambaki rambutnya sendiri." Ujar Yoshiku pada orang-orang yang sedang menikmati kesengsaraan Hyuna dan Baekhyun melalui siaran langsung pada website terlarang miliknya.
"L-lepaskan kami.." Hyuna memohon dengan suara rendah karna menahan sakit di kepalanya. "Tolong.. lepaskan kami.. oji-san."
Yoshiku melirik Hyuna melalui ekor matanya, melihat bagaimana bocah itu merangkak sedikit demi sedikit demi meraih batang jeruji besi yang berkarat. Namun di lain pihak, beribu permintaan terlihat memenuhi kolom komentarnya, sementara coin yang ia hasilkan terus bertambah banyak karna aksi Hyuna yang memohon dengan begitu menyedihkan, rupanya orang-orang itu menyukai bagaimana anak dari Park Chanyeol tersiksa seperti itu, dan mereka menginginkan hal yang lebih dari pada ini.
"Ayo permainkan bocah itu juga!"
"Tiduri saja pelacur kecil itu!"
"Ayolah, aku akan membayar lebih demi melihat makhluk itu terbagi menjadi tujuh potongan."
"Apakah kau akan menjual kepalanya untuk ku?"
Komentar-komentar itu anonimus terus saja berdatangan, mereka bahkan mampu membayar satu juta coin demi melihat Yoshiku meniduri gadis kecil itu. Sementara Hyuna di sebrang sana masih terus memohon dengan lelehan air mata.
"Park Chanyeol-san, ternyata kau mempunyai gadis kecil yang di puja banyak orang." Ujarnya lantang sembari berjalan kembali menuju sel tahanan di mana Hyuna terperangkap.
.
.
.
Setelah mendapatkan perintah mengenai misi selanjutnya, para anggota inti pun dengan sigap mempersiapkan hal-hal apa saja yang mereka butuhkan untuk menyokong kelangsungan misi penyelamatan Baekhyun dan Hyuna, tak terkecuali Sehun yang saat ini sedang sibuk bertukan informasi dengan rekan kerjanya di markas kepolisian.
"Baiklah, terima kasih atas informasinya, Donghyun-ah.." ujarnya pada rekan satu tim bernama Kim Donghyun.
Sehun mendapatkan kembali informasi mengenai kedua vila misterius yang menjadi target incaran mereka, kedua vila yang mana salah satunya di yakini sebagai tempat Baekhyun dan Hyuna di sekap secara tidak berperikemanusiaan. Donghyun mengatakan bahwa saat ini pihak kepolisian mendapatkan secercah informasi mengenai vila pertama, yaitu vila yang di miliki oleh pemimpin dari perusahaan finansial terbesar di jepang yaitu Nomura Holding. Menurut penuturan Donghyun, vila itu disinyalir sebagai salah satu asset dengan kepemilikan yang abu-abu, dimana si pemilik menyerahkan dengan cuma-cuma pada seseorang yang di ketahui bukan salah satu pewaris resmi dari Nomura Holding. Dan hal yang lebih mencengangkan adalah ketika terkuaknya bukti bahwa hak kepemilikan atas vila tersebut jatuh kepada seorang lelaki berkewarganegaraan asing, dan ketika di teliti lebih jauh lagi, lelaki itu adalah seorang penyelundup senjata api yang menjadikan vila megah itu sebagai penyimpanan benda-benda illegal tersebut. Donghyun menambahkan bahwa saat ini tim kepolisian sedang menggali lebih jauh apakah lelaki tersebut mempunyai hubungan dengan Kuroda Yoshiku atau tidak.
Sejauh ini, Sehun hanya mendapatkan gambaran bagaimana keadaan pada vila pertama, meski sudah di ketahui bahwa vila tersebut hanya memuat berbagai macam bentuk senjata api namun tetap saja Sehun dan anggota yang lain harus menyambangi vila tersebut demi menemukan dimana keberadaan Baekhyun dan Hyuna yang sesungguhnya.
Baru saja Sehun menutup sambungannya dengan Donghyun dan berniat untuk bergabung bersama dengan anggota yang lainnya, namun sebuah suara menggelegar tiba-tiba saja membuat dirinya tersedak liur sendiri, dan yang menghasilkan suara besar itu tidak lain adalah Kim Jongdae.
"Sehun! Sehun!" Teriaknya kencang dari sudut lorong, sementara tubuhnya kepayahan karna nyatanya pria itu saat ini sedang berlari.
"Ada apa?"
"Kau.. hosh.. kau harus melihat siaran langsung itu.." jedanya mengambil nafas, "Aku harus menemui Chanyeol! Hyuna.. hyuna dalam bahaya!"
"Apa maksudmu? Bicaralah yang benar dan jangan mengada-ngada Kim Jongdae!" Ancam Sehun dengan telunjuk yang mendikte Jongdae, namun pria itu semakin keras kepala dengan apa yang di ucapkannya tadi.
"Aku serius! Aku butuh bertemu dengan Chanyeol!"
"Kau bisa menghubungi ponselnya, bodoh!"
"Aku bukan orang bodoh! Jika ponselnya aktif, aku tidak akan mungkin berlarian seperti orang gila dan mengelilingi markas sialan ini agar dapat bertemu dengannya! Ponselnya tidak aktif!" Maki Jongdae yang terlihat sangat frustasi karna tak kunjung menemukan Chanyeol sementara di sebrang sana Hyuna sedang terancam bahaya, juga Baekhyun yang tubuhnya tak kunjung bergerak dari terakhir kali Jongdae melihatnya melalui siaran tersebut.
"Jangan bercanda, Kir!"
"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?!"
Tanpa membalas amukan dari Jongdae, Sehun pun segera berlari menuju anggota inti yang lain, mereka telah sepakat akan berkumpul kembali di ruang kerja Chanyeol ketika perlengkapan yang mereka butuhkan telah tersedia sepenuhnya, baik itu senapan, amunisi, serta senjata tajam.
Brak..
Sehun membuka pintu hitam kokoh itu dengan gusar, dan para anggota yang berada di dalamnya begitu terkejut dengan kehadiran Sehun dan wajahnya yang jauh dari kata baik-baik saja itu.
"Ada apa, Calvados?" tanya Jongin yang sedikit terlonjak dari kursinya ketika Sehun datang dengan menggebrak pintu.
"Dimana Gin?!"
Semua orang yang berada di rungan itu merasa bingung dengan pertanyaan Sehun, sampai-sampai Minseok dan Zitao saling melempar pandangan heran.
"Gin? Bukannya ia pergi untuk menemui mu?" Kelakar pemuda yang berprofesi sebagai sniper, Zhang Yixing.
"Gin sama sekali tidak menemuiku."
"Sialan, kemana perginya dia?!" Sekarang giliran Kris yang bersumpah serapah mengetahui bahwa Chanyeol tidak ada di manapun.
Sementara itu Jongdae yang tadi mengekori Sehun mendadak berlari kembali, meninggalkan ruangan itu dan melesat menuju sebuah ruangan dimana biasanya Chanyeol menenangkan diri.
Semua yang berada di ruangan itu pun serempak mengikuti kemana hacker pintar itu pergi, dengan langkah kaki yang gusar, semua anggota berharap bahwa mereka dapat menemukan pemimpin mereka berada di ruangan tersebut. Ruangan yang selalu di isi canda tawa dan kekehan manja oleh sang pemilik, yang tak lain adalah ruangan bermain Hyuna di markas itu.
Brak..
Suara gebrakan itu kembali terdengar ketika Jongdae membuka dengan asal pintu penuh dengan warna-warni itu, berharap bahwa ia menemukan sesosok lelaki tinggi dengan surai abu ciri khasnya. Namun yang Jongdae dan anggota lainnya dapati hanyalah seonggok ruangan yang di penuhi dengan mainan berwarna merah muda. Tidak ada seorangpun yang berada di ruangan itu, seolah mematahkan hati dan membakar sumbu kepanikan bagi semua anggota yang kehilangan pemimpin mereka.
Jongin yang berada tepat di belakang Jongdae pun perlahan mulai memasuki ruangan penuh warna itu, meniti satu persatu keanehan yang ada di sana. Entah mengapa firasatnya mengatakan bahwa Chanyeol baru saja menginjakan kaki di sini, meski mereka tak mendapati sosoknya ada, namun perasaannya mengatakan demikian.
Selang Jongin memasuki ruangan, satu persatu anggota pun ikut memasuki ruangan tersebut. Seolah mencari bukti yang dapat di katakan nihil, namun tetap saja mereka terus mencari di tengah keterbatasan waktu. Sementara Jongdae saat ini sudah melesat kembali keruangannya demi memeriksa apakah Hyuna dan Baekhyun masih dalam keadaan yang baik-baik saja di sebrang sana.
"Apa ini?" Pekik Zitao ketika ia menemukan sesuatu yang terjatuh di antara kedua lemari penyimpanan mainan Hyuna. Semua orang yang berada di ruangan itu pun memaku seluruh atesi mereka pada Zitao yang saat ini mencoba mengambil benda mencurigakan tersebut.
Kris yang saat itu sedang memeriksa sebuah keranjang yang penuh dengan boneka pun segera melesat menuju Zitao dan merebut benda tersebut yang mana adalah sebuah kertas putih bertuliskan dengan tinta berwarna merah pekat.
'DATANGLAH SEORANG DIRI JIKA KAU MASIH INGIN MELIHAT KEDUANYA BERNAFAS'
"Keparat!" Maki Kris dengan wajah yang merah sempurna menahan amarah. Sial, berani-beraninya bajingan itu mempermainkan organisasi Hitam hingga mereka saat ini terlihat seperti sekumpulan keledai yang dungu.
Sehun dan anggota lain yang tersisa pun satu persatu melihat apa isi pesan yang membuat Kris meledak seperti itu. Dan benar saja, kalimat penuh makna itu membuat seluruh anggota inti naik pitam dengan sekali kedip. Para setan hitam itu marah.
"Tunggu sebentar, apakah tulisan ini menggunakan darah?" tanya Yixing ketika ia mengamati kembali warna merah yang tak asing di kedua matanya.
.
.
.
Chanyeol tahu, saat ini ia tak lebih dari seorang pecundang sejati. Chanyeol tahu bahwa saat ini ia adalah ayah dan suami terburuk yang pernah ada di muka bumi. Kode nama Gin yang tak terkalahkan seolah menertawai dirinya sendiri. Bagaimana Baekhyun dan Hyuna di renggut dengan mudah dari perlindungannya. Bagaimana Baekhyun dan Hyuna merasa kesakitan akibat masa lalunya yang bahkan ia sendiri tidak mengetahuinya. Chanyeol marah pada dirinya sendiri yang lambat dan begitu lalai menjaga pusat kebahagiaannya. Chanyeol kecewa pada diri sendiri yang rela terbang melintasi benua hanya untuk kebodohan yang membuat Hyuna dan Baekhyun menderita. Chanyeol memaki dirinya sendiri yang tak bisa berbuat banyak karna petunjuk yang minim. Chanyeol merasa sangat tak berguna.
Lelaki dengan surai abu itu berjalan menyusuri lorong hitam yang di penuhi dengan beberapa deret pintu berwarna senada. Namun langkahnya berhenti ketika ia menemukan sebuah pintu dengan warna yang sangat kontras dari warna pintu yang lain. Warna merah muda pada daun pintu itu seolah berbicara pada dirinya yang saat itu bisu, mengatakan bahwa ruangan yang berada di dalam adalah ruangan penuh canda tawa milik gadis kecilnya, Park Hyuna.
Chanyeol membuka pintu itu, tangannya bahkan lemah terkulai saat wewangian khas putri kecilnya menguar selaras dengan daun pintu yang melebar. Berbagaimacam jenis mainan, boneka, dan bantal-bantal lucu bertebaran di sana memenuhi indra pengelihatan lelaki itu. Chanyeol memasuki ruangan dengan hati yang sedikit demi sedikt remuk, menandakan bagaimana hancur perasaannya ketika mengingat gadis kecilnya sedang terluka dan membutuhkan dekapan hangatnya.
Chanyeol menyusuri ruangan itu, ia berdiri di antara dua lemari berwarna baby blue, tempat dimana Hyuna menyimpan berbagaimacam mainan di dalamnya. Baru saja Chanyeol ingin mebuka salah satu lemari tersebut, namun sebuah benda mengambil seluruh atensinya. Chanyeol mengambil benda tersebut yang mana adalah sebuah kertas putih. Ia membukanya dan membaca isi dari kertas tersebut.
'DATANGLAH SEORANG DIRI JIKA KAU MASIH INGIN MELIHAT KEDUANYA BERNAFAS'
Air wajahnya berubah seketika. Chanyeol tidak menunggu waktu lebih lama lagi untuk pergi meninggalkan markas besarnya seorang diri, demi menyelamatkan kedua malaikatnya. Seperti apa yang telah ayahnya lakukan dulu, untuk ibunya yang sudah tergeletak mati sebelum sempat di selamatkan.
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
Halo.. selamat tengah malam hihi
Ai kembali loh, ada yang kangen ga? /Gak/
Sebelumnya Ai ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya untuk keterlambatan yang super duper lambat dari biasanya. Iya Ai ga upadate fict ini 3 bulan lebih.. Maafkan ya:"(((((
Well, kendala sebenarnya itu terletak pada pekerjaan Ai yang semakin lama semakin tidak tahu diri, dan juga di tambah belakangan ini Ai merasa bahwa Ai lebih nyaman menjadi pembaca dari pada penulis, Ai merasa lebih nyaman menonton daripada di tonton.. kalian ngerti kan maksudku? Semoga saja itu ga berkelanjutan dan berefek dengan fict ini. Jadi mari semangatkan satu sama lain hihi^^
Ai juga sangat amat berterima kasih sama kalian yang terus-terusan nyemangatin Ai dengan memberi komentar seperti 'thor kapan update?' 'thor udah kangen nih' 'thor jangan kelamaan' dsb dsb.. dengan begitu aku ngerasa bahwa banyak yang suka sama hasil kerja ku hihi^^
Btw, karna sudah larut malam.. lebih baik Ai sudahi dulu cuap-cuapnya kkkk selamat menikmati chapter 6~~
Maaf jika kelanjutannya tidak sesuai dengan ekspektasi atau jika ada kekurangan di beberapa bagian, Ai sudah melakukan semaksimal mungkin, jadi jika kalian punya kritik dan saran, cus di tuangin ke dalam kolom review dengan menggunakan bahasa yang sama-sama enak ya kkkk iykwim~~~
-R61-