Title : I Did It For Love
Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort
Cast : Park Chanyeol x Byun Baekhyun and others
Rating : T (Yaoi / Genderswitch)
Lenght : Chaptered
Chapter 13 : Ending
Baekhyun meremat ujung sweater hangat yang ia pakai saat ini. Menariknya semakin jauh kebawah untuk menyembunyikan bagian bawah tubuhnya sebisa mungkin.
Ia harus berterima kasih nanti pada Yixing, karna sahabatnya itu lah yang menyarankan untuk mengenakan sweater panjang yang longar pada tubuh mungilnya sebelum mereka berangkat dari New York tadi, sehingga Baekhyun tidak perlu takut Chanyeol akan menyadari ada sesuatu yang berubah dari dirinya.
"Apa kabar?" Chanyeol berusaha membuka percakapan terlebih dulu. Terdengar canggung karena ini merupakan percakapan pertama mereka setelah pertengkaran malam itu.
"Aku baik. Kau sendiri?" balas Beakhyun dengan nada formal, ia merasa canggung luar biasa.
"Ya, aku juga. Senang bisa bertemu lagi denganmu."
Katakanlah hidup Chanyeol terberkati hari ini. Setelah menahan diri selama kurang lebih satu bulan untuk tidak memaksakan dirinya terbang ke New York dan menyusul Baekhyun, ia akhirnya bisa bernafas lega karna sosok yang begitu amat dirindukannya itu saat ini sudah berada dihadapannya.
Setelah suasana canggung didepan pintu ruang rawat Luhan, keduanya berakhir duduk saling berhadapan di kantin rumah sakit dengan sekaleng kopi untuk Chanyeol dan teh melati hangat untuk Baekhyun yang terhidang diatas meja yang membatasi keduanya.
"Apa liburanmu di New York menyenangkan?" tanya Chanyeol berbasa-basi.
"Ya, kecuali cuacanya semua terasa menyenangkan."
"Oh, kau tidak suka musim dingin kan?"
"Musim dingin disana lebih parah daripada di Korea, dan sialnya Yixing tidak memiliki penghangat ruangan di apartemennya."
"Bagaimana bisa? Kau kan tidak suka kedinginan."
Tanpa bisa dicegah sedikit perhatian dari Chanyeol dapat membuat sesuatu didalam diri Baekhyun menghangat, Baekhyun tidak menyangka Chanyeol masih mengingat kalau ia tidak suka musim dingin.
Ah, Baekhyun lupa kalau mereka sudah menjalin hubungan selama hampir empat tahun. Dan memang selalu disaat musim dingin tiba Baekhyun tidak akan pernah jauh dari Chanyeol yang selalu menawarkan pelukan hangat untuknya.
Pantas saja Baekhyun merasa ada sesuatu yang hilang saat ia menghabiskan musim dinginnya kali ini.
"Aku bisa mengatasinya," jawab Baekhyun malu-malu sambil menyembunyikan rona merahnya dengan menunduk.
Chanyeol diam-diam mulai mengamati Baekhyun yang terbalut sweater hangat berwarna gading yang terlalu besar untuk tubuh mungilnya, rambut hitamnya yang berkilau sudah semakin memanjang, sepertinya sejak terakhir kali keduanya bertemu Baekhyun belum memangkas rambut hitamnya itu, dan jangan lupakan pipi tembamnya yang terlihat semakin kenyal itu masih memancarkan semburat merah muda yang alami.
"Kau terlihat sangat baik dibandingkan saat terakhir kali kita bertemu." Menatap antusias pada sosok manis yang akhir-akhir ini membuatnya sesak karna terlalu lama menahan rindu.
"Maksudmu aku terlihat semakin gendut?"
"Hei, bukan itu maksudku." bantah Chanyeol yang diikuti oleh kerucutan kecil dibibir Baekhyun.
Walaupun ia sendiri tidak bisa memungkiri kalau kedua belah pipi Baekhyun yang selalu merona itu terlihat begitu lucu karna terlalu menonjol diantara banyaknya perubahan lain yang disadari oleh Chanyeol.
"Chanyeol?"
"Baekhyun?"
Panggil keduanya hampir bersamaan.
"Kau duluan," Chanyeol mempersilahkan, ia menelan kembali sesuatu yang ingin dikatakannya.
Baekhyun menghela nafas pelan, lalu menelan ludah membasahi tenggorokannya yang entah mengapa terasa begitu kering.
Ia terlihat ragu-ragu untuk beberapa saat, berusaha menyakinkan dirinya sendiri kalau ini adalah saat yang tepat untuk mengatakannya. Ia tidak bisa menundanya lagi atau mungkin Baekhyun tidak akan mempunyai keberanian yang sama lagi dilain hari.
Baik Baekhyun, ini mudah. Ia berusaha menyemangati dirinya sendiri.
"Aku.. hamil." lirih Baekhyun sambil menundukkan kepala, takut melihat perubahan raut wajah Chanyeol saat mendengarnya.
Hening yang cukup lama membuat Baekhyun luar biasa gugup diatas kursinya. Ia meremas kedua tangannya gelisah menunggu respon Chanyeol atas pengakuannya tersebut.
"Selamat ya," ucap Chanyeol akhirnya membuka suara.
Baekhyun mengangkat cepat wajahnya. "Itu saja?" tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Baekhyun bisa merasakan matanya yang tiba-tiba memanas, dadanya bergemuruh ribut dan nyeri yang tiba-tiba datang menghujam hatinya. Sebenarnya Baekhyun sudah menyiapkan diri untuk mendengar ucapan paling buruk sekalipun yang mungkin akan diucapkan Chanyeol padanya setelah mendengar kabar itu.
Tapi ucapan 'selamat'?
Ia bahkan tidak menyangka bahwa Chanyeol akan mengucapkan hal itu dari sekian banyak kata yang bisa ia pilih.
"Well, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan selain itu." ucapnya tanpa rasa bersalah.
Baekhyun menghembuskan nafas pelan, lalu kembali menunduk untuk menyembunyikan tawa kecilnya mendengar respon Chanyeol.
'Memang apa yang kau harapkan dari mantan kekasihmu ini, Baekhyun?'
Seharusnya ia tidak mendengarkan saran Yixing, untuk mengatakan pada Chanyeol tentang kehamilannya. Toh, Chanyeol sendiri memang terlihat tidak perduli sama sekali akan hal itu.
"Setidaknya tunjukkan sedikit rasa pedulimu." bisik Baekhyun masih berusaha keras untuk tidak menangis. "Aku memang tidak memintamu untuk bertanggung jawab atas bayi ini dan tentu saja aku juga tidak akan memintamu untuk bersedia menjadi ayahnya, tapi bukankah responmu itu sedikit keterlaluan?"
Chanyeol sedikit terkejut saat Baekhyun tiba-tiba mengangkat wajahnya, karna secara bersamaan pula mata kecil yang selalu memancarkan binar indah itu sudah berkaca-kaca oleh air mata kesedihan yang nyaris mengalir di pipinya.
Dengan suara bergetar Baekhyun melanjutkan ucapannya. "Aku hanya ingin bilang kalau dokter yang memeriksa kandunganku mengatakan sebenarnya tidak ada yang salah padamu ataupun padaku. Banyak faktor yang mungkin terjadi saat itu sehingga menyebabkan aku sulit hamil,"
Baekhyun terhenti ditengah kalimatnya, untuk menghapus kasar jejak air mata diwajahnya. "Terlalu mengharapkannya sehingga membuat stress juga menjadi salah satu faktor penyebabnya."
Chanyeol masih belum membuka suara, raut wajahnya yang datar semakin mempersulit Baekhyun untuk mengetahui apa yang ada didalam pikiran mantan kekasih-nya itu.
"Singkatnya saat ini aku sedang hamil, dan anak ini adalah anakmu. Dan aku menarik kata-kataku malam itu soal ada yang salah padamu. Aku minta maaf, karena memang tidak ada yang salah denganmu dan kau tidak perlu khawatir lagi. Terserah kalau kau menolak untuk mengakuinya atau kau mau mengatakan anak ini sebenarnya adalah milik orang lain, aku sudah berkata jujur padamu dan aku juga tidak memiliki beban tanggung jawab pada anakku nanti untuk menjelaskan siapa ayahnya. Kau bisa melanjutkan hidupmu dengan baik mulai sekarang dan−"
"Aku tahu−" potong Chanyeol untuk menghentikan Baekhyun, sambil ikut merunduk mencoba mencari mata sembab yang coba disembunyi darinya. "Kalau kau sedang hamil anakku bahkan sebelum kau pergi ke New York bersama dengan Yixing."
"Kau− tahu?" lirihnya dengan suara putus-putus.
"Yixing mengatakannya padaku saat ia datang kerumah untuk mengambil barang-barangmu."
Yixing sialan.
"Lalu, kenapa selama ini kau diam saja?" Baekhyun mendongakkan kepalanya tidak mengerti, Chanyeol dibuat gemas bukan main saat menemukan wajah Baekhyun yang memerah dan isakan kecil yang masih tersisa dari sela bibirnya
"Karna aku ingin mendengarnya sendiri dari dirimu, kalau anak yang sedang kau kandung itu adalah memang anakku." dengan tenang meraih meraih jemari Baekhyun.
Baekhyun dibuat tidak kuasa dan kembali menumpahkan air matanya mendengar pengakuan dari Chanyeol. Jadi selama ini mantan kekasih-nya itu sudah tahu bahwa ada seorang bayi didalam dirinya.
Apa yang menjadi ketakutannya selama ini jelas tidak terbukti kebenarannya, tentang Chanyeol yang mungkin tidak akan mengakui bayinya atau tentang Chanyeol yang akan mengira Baekhyun hamil karena pria lain. Karna nyatanya Chanyeol sendiri yang mengatakan bahwa ia sudah menunggu Baekhyun yang akan mengatakannya sendiri.
"Dan soal pria bernama Kim Jongin−" Chanyeol terlihat ragu beberapa saat. "Aku sudah mendengarnya sendiri tentang apa yang terjadi diantara kalian berdua malam itu. Maaf tidak membiarkanmu untuk menjelaskannya, aku terlalu dikuasai emosi tanpa tahu cerita sebenarnya."
Baekhyun masih terpana akan penjelasan Chanyeol, sebelum ia menyadari kalau Chanyeol sudah berdiri dari kursinya untuk menghampiri Baekhyun, sentakan pada tangannya yang ditarik tiba-tiba membuat tubuh Baekhyun menabrak dada bidang Chanyeol yang langsung memeluknya dalam dekapan hangat yang sangat ia rindukan.
"Terima kasih sudah mengatakan kalau bayi ini adalah anakku," bisiknya sambil mengelus perut Baekhyun yang tersembunyi dibalik sweater dengan lembut, sedangkan Baekhyun dapat merasakan sosok didalam tubuhnya itu berdenyut hebat, merespon sentuhan dari Chanyeol untuk pertama kalinya.
"Chanyeol," Baekhyun menatapnya dengan air mata berlinang dan Chanyeol menunjukkan senyumannya yang paling hangat untuk membuat Baekhyun percaya akan ketulusannya.
"Kau tadi bilang tidak memintaku untuk bertanggung jawab, kan?" Chanyeol mundur satu langkah, demi untuk bertemu dengan manik hitam milik sosok didekapannya. "Tidak Baekhyun, tanpa kau mintapun anak ini nyatanya adalah anakku dan kau tidak akan bisa memisahkan kami. Jadi, kembalilah padaku, Baekhyun, mari kita rawat bayi kita bersama."
Baekhyun menatap Chanyeol tepat dimatanya, walaupun begitu kabur karna air mata memenuhi matanya tapi ia dapat melihat ketulusan dari sorot mata Chanyeol saat balas menatapnya.
"Bean, aku memberi nama janinnya Bean." lirih Baekhyun disela-sela tangisnya.
"Bean? Nama yang sangat lucu." Chanyeol terkekeh, lalu mengecup kening Baekhyun penuh rasa sayang. "Ayo kita besarkan Bean bersama,"
.
.
.
Baekhyun mengerjap sekali saat sinar matahari pagi menembus dari arah jendela. Ia masih terlalu malas untuk membuka kedua kelopak mata dan bangun dari tidurnya. Jadi ia hanya membiarkan matanya untuk kembali terpejam dan indera penciumannya menikmati wangi hangat yang menguar disekitarnya.
Wangi yang sangat ia rindukan karna ia sempat terpisah jauh dari tempat ini. Wangi milik Chanyeol yang menempel pada bantal dan selimut hangatnya. Wangi rumah.
Tidak ada morning sickness yang menggangu seperti pagi-pagi sebelumnya. Mungkin karna aroma Chanyeol yang menguar ditiap sudut ruangan membuat Baekhyun merasa begitu nyaman sehingga kegiatan rutin sejak awal masa kehamilannya itu tidak mengganggunya pagi ini.
Baguslah. Baekhyun kira ia akan selamanya merasakan penderitaan bangun pagi dengan rasa mual seolah seluruh isi didalam perutnya akan keluar semua.
Baekhyun membalik tubuhnya malas dengan mata masih tertutup rapat membelakangi cahaya matahari, lalu meraba sisi sebelah ranjangnya yang ternyata sudah kosong tanpa sosok yang seharusnya ada disana.
Walau ia masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, Baekhyun perlahan-lahan membuka kembali kelopak matanya hanya untuk memastikan, karna seingatnya semalam ia tidur beralaskan lengan Chanyeol dan usapan lembut dirambutnya.
Baekhyun mengedipkan matanya satu kali, menatap pada tangannya yang terangkat di atas bantal saat ia meraba sisi ranjang milik Chanyeol tadi, lalu terdiam beberapa saat.
Masih belum begitu yakin dengan apa yang dilihatnya, Baekhyun berusaha mengusap-usap matanya dengan tangannya yang lain hanya untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya bukanlah sebuah halusinasi.
Hingga bola matanya melebar saat sesuatu yang berkilau terpantul dari sebuah benda diantara tangan kecilnya karna cahaya matahari yang semakin tinggi dari celah jendela kamar.
Kilau pada sebuah cincin berwarna perak dengan batu permata putih diatasnya yang melingkar dengan pas dijari manis milik Baekhyun.
Tapi seingat Baekhyun ia tidak pernah memiliki cincin seperti itu sebelumnya. Lagipula memang ia tidak pernah memakai cincin apapun di jarinya. Lalu ini apa?
"Kau sudah bangun?" suara berat Chanyeol terdengar setelah memasuki kamar. "Sudah lihat cincinnya?" tanyanya lagi seraya meletakkan nampan berisi sepiring roti panggang dan susu hamil untuk Baekhyun dimeja samping tempat tidur.
"Maksudmu cincin ini?" Baekhyun bangkit dari posisinya lalu menunjukkan jari manisnya. "Kau yang memasangkan ini?"
"Ya, aku memasangkannya padamu semalam."
"Kenapa?"
"Kenapa?" Chanyeol balik bertanya dengan binggung. "Tentu saja kau harus memakainya, itu cincin pertunangan kita."
"Apa?!"
"Cincin yang kau pakai itu adalah cincin pertunangan kita. Aku sudah memesan satu pasang lagi yang baru untuk pernikahan kita nanti, jadi sekarang kita bisa memakai yang itu dulu, aku juga sudah memakai punyaku." sambil ikut menunjukkan jari manisnya yang juga dilingkari sebuah cincin yang sama persis seperti milik Baekhyun, hanya saja ukurannya yang terlihat lebih besar.
"Tu− tunggu dulu, Pernikahan kita? Ma−maksudmu kau.. dan aku?"
"Tentu saja, kau pikir siapa lagi yang akan aku nikahi Baekhyun. Kita harus menikah sesegera mungkin agar aku benar-benar menjadi seorang ayah saat Bean lahir nanti."
"Secepat itu?"
Chanyeol terlihat mengerutkan keningnya, lalu menghela nafas pelan sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang untuk berhadapan dengan Baekhyun. "Asal kau tahu, aku sudah menunggu sejak dua tahun yang lalu untuk memberikan cincin itu padamu," ia berhenti sejenak. "−hanya saja kesempatan itu selalu datang disaat yang tidak tepat."
Kali ini Baekhyun yang terlihat mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Maksudku cincin yang kau pakai itu, seharusnya cincin itu sudah aku berikan saat kita merencanakan berlibur ke Venice untuk merayakan malam tahun baru dua tahun lalu. Kau masih ingat?"
Baekhyun terlihat memutar bola matanya untuk mengingat kembali kejadian dua tahun lalu seperti yang Chanyeol katakan.
Venice?
Ya, Baekhyun memang mengingatnya. Karna itu adalah pertama kalinya Chanyeol mengajaknya berlibur keluar negeri setelah dua tahun menjalin hubungan.
Tapi rencana itu batal tepat satu minggu sebelum waktu keberangkatan karna Baekhyun tidak bisa menolak ajakan teman-temannya untuk mengadakan pesta malam tahun baru di kediamannya dan Chanyeol.
"Jadi saat itu kau−"
"Ya, aku sudah merencanakan untuk melamarmu sejak saat itu, hanya saja tiba-tiba malam itu aku merasa kita belum siap untuk melangkah pada hubungan yang lebih serius, jadi aku memutuskan untuk menunggu beberapa waktu lagi sebelum kembali mengatakannya, tapi ternyata setelah malam itu aku tidak lagi memiliki cukup keberanian untuk mengatakannya padamu, hingga saat kau memutuskan meninggalkan ku−"
"Aku menyadari kalau kau adalah hidupku Baek. Kau segalanya bagiku." Chanyeol meraih tangan Baekhyun untuk ia bawa kedalam genggaman tangannya. "Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini lagi, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi. Jadi Baekhyun−"
Baekhyun tak kuasa menahan haru saat Chanyeol memejamkan mata, membawa punggung tangan nya untuk ia kecup dengan tulus, dan mengatakan satu kalimat paling indah yang tidak pernah Baekhyun kira akan ia dengar seumur hidupnya.
"Menikahlah denganku, Byun Baekhyun."
.
.
.
"Aku akan menikah," kata Baekhyun saat hari pertama ia berkunjung ke rumah Luhan, beberapa hari setelah sahabatnya itu diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Luhan yang saat itu tengah bersandar pada punggung sofa dengan wajah lelah karna belum tidur semalaman , reflek menegakkan tubuhnya dengan wajah luar biasa terkejut. Ia sudah lupa akan rasa kantuknya, ucapan Baekhyun barusan seperti siraman air es yang tiba-tiba membangunkannya.
Yixing yang juga berada didalam ruangan yang sama hanya bisa tersenyum melihat reaksi Luhan. Untung Haowen sudah lahir gumamnya.
"Kau akan menikah? Dengan Chanyeol?" ucapnya memastikan.
"Tentu saja, dia ayah dari bayi ku." Baekhyun mengulum senyumnya saat mengatakan soal bayi-nya. Bayi miliknya dan Chanyeol.
"APA?! Ayah bayimu? Kau hamil?"
"Iya aku hamil, sudah empat bulan."
"Oh, tidak. Kepalaku mendadak pusing." Luhan memijat keningnya sesaat. "Bagaimana bisa kau tidak mengatakannya padaku? Bukankah kabar terakhir yang aku dengar adalah kau pergi ke New York bersama Yixing untuk berlibur mengisi waktu cutimu?"
"Dia sudah hamil sebelum kita berangkat ke New York, Luhan." kali ini Yixing yang berinisiatif untuk menjawab. "Hanya kau saja yang tidak tahu."
"What!? Tapi kenapa? Apa kalian tidak lagi menganggapku sebagai sahabat?" lirih Luhan merasa kecewa, ia merasa dikhianati.
"Kau ingin Haowen lahir tidak pada waktu seharusnya?" Yixing tertawa pelan. "Kami berdua tahu kalau kau akan seperti ini. Jadi daripada kau ikut terbebani dengan masalah Baekhyun, lebih baik kau tidak tahu kan? Demi Haowen dan juga demi dirimu."
"Tapi tetap saja−"
Luhan ingin membantah, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya kalau mereka juga memikirkan soal Haowen, mengingat mungkin bisa jadi kalau Luhan mendengar kabar itu saat ia sedang hamil tua kemarin, ketubannya akan pecah karna terlalu terkejut. Mungkin saja.
"Aku merasa dikhianati karna kalian berusaha menyembunyikannya dariku."
"Lalu kau ingin aku melakukan apa agar dimaafkan?" Baekhyun meraih pundak Luhan yang sepertinya benar-benar kecewa padanya. Ia sebenarnya juga merasa menyesal karna menutupi masalahnya kemarin dari sahabat baiknya itu.
Luhan terlihat menyilangkan tangan didepan dada, tiba-tiba terlintas sebuah ide untuk balas dendam karna kecewa pada Baekhyun tapi juga pada dirinya sendiri yang tidak bisa berada disamping Baekhyun disaat sahabatnya itu berada dalam masalah.
"Tentu saja ada−" Hingga senyum tipis mengembang dibibir mungil Luhan "Kita lihat saja nanti,"
.
.
.
Luhan tidak main-main saat ia mengatakan akan melakukan aksi balas dendam karna 'pengkhianatan' Baekhyun dan juga Yixing kepadanya waktu itu.
Buntutnya Luhan mengatakan seluruh keperluan pernikahan Baekhyun nanti sepenuhnya akan menjadi tanggung jawabnya. Baik Baekhyun dan Chanyeol yang notabenenya adalah sebagai calon pengantin di pernikahan itu pun bahkan tidak diperbolehkan ikut campur dalam hal mempersiapkan pernikahan mereka.
Walau Baekhyun sempat protes karna Luhan harusnya disibukkan dengan perannya yang baru sebagai seorang ibu untuk Haowen bukannya malah mengurusi persiapan pernikahannya, tapi Luhan dengan keras kepala tetap saja melakukannya.
Dulu Luhan memang pernah bekerja sebagai operational manager di sebuah peruhasaan event organizer yang paling terkenal di Seoul sebelum akhirnya meninggalkan pekerjaanya itu dan memutuskan untuk menikah dengan Sehun dan mejadi 'full time housewife' yang hobi memasak dan menonton drama harian.
Jadi wajar saja kalau segala keperluan pernikahan Baekhyun bisa selesai lebih cepat banding waktu perkiraannya karna semua campur tangan dari Luhan yang menyelesaikannya.
"Pakaian pengantinmu akan lebih bagus kalau berwarna broken white dibanding setelan putih monoton itu," Luhan terlihat meletakkan tangan diatas dagu setelah meneliti pakaian kesekian yang dikenakan oleh Baekhyun.
Pagi ini Baekhyun dan Chanyeol diseret paksa oleh Yixing ke butik milik desainer kenalannya dengan Luhan yang bahkan sudah stand-by disana lebih awal, tentu saja dengan membawa Haowen yang masih berumur sepuluh minggu didalam baby stroller-nya.
Tapi Baekhyun agak bernafas lega saat tahu bahwa Sehun hari itu juga ikut menemani, ia mengambil waktu disela-sela istirahat kerjanya untuk mengantar Luhan dan Haowen ke butik dimana Baekhyun dan Chanyeol akan melakukan fitting baju pengantin.
"Bukankah lebih bagus kalo Baekhyun memakai warna putih saja?" Yixing ikut memberikan pendapatnya saat Baekhyun keluar dari ruang ganti untuk ketiga kalinya setelah sebelumnya sudah berganti dua setel pakaian.
Sedangkan Chanyeol langsung dapat menemukan setelan jas yang sangat cocok dengan dirinya hanya dengan satu kali pilih. Calon suaminya itu langsung membuat orang-orang yang ada didalam butik terpana karna setelan jas berwarna black mate dipadukan dengan kemeja putih dan bow tie berwarna silver mengantung di kerah kemeja yang terlihat sangat cocok untuk dirinya berdiri menunggu calon pengantin didepan altar nanti.
"Tidak, tidak. Broken white lebih bagus, karna tema pernikahan Baekhyun adalah garden party, kalau Baekhyun memakai warna putih ia akan terlihat terlalu pucat dan cerah, tidak bagus saat berada diluar ruangan dengan pencahayaan yang terang." jelas Luhan yang langsung diikuti anggukan setuju dari Yixing.
Untuk masalah teknis memang Luhan bisa diandalkan karna memang itu adalah bidangnya, sebelum mengurus pernikahan Baekhyun, Luhan sudah mensukseskan ratusan pernikahan lain saat ia masih bekerja dulu, maka dari itu Yixing merasa takjub karna Luhan tidak kehilangan keprofesionalannya itu walaupun sudah menikah dan bahkan sudah memiliki anak.
"Aku akan memakai apa saja yang kalian berikan, jadi bisakah kita akhiri saja hari ini? Aku sangat lelah dan butuh tidur." Baekhyun akhirnya buka suara karna ia merasa sudah tidak bisa lagi menahan keluhannya. Ia akhir-akhir ini memang sangat mudah mengantuk, sepertinya Bean memang lebih suka Baekhyun untuk tidur diranjang empuk dan hangatnya dibandingkan berada diluar rumah.
"Kau kelelahan?"
Chanyeol datang untuk meraih pinggang Baekhyun dan membiarkan calon istrinya itu memindahkan beban tubuhnya dengan bersandar didada Chanyeol.
"Aku sangat mengantuk dan sepertinya Bean juga sudah tidak bisa menahannya lagi." Baekhyun mengelus perutnya yang sudah terlihat sedikit menonjol dibalik pakaian pengantin yang dibuat khusus untuknya.
"Bisa kita akhiri fitting-nya sekarang?" kali ini Chanyeol yang memberikan pertanyaan. "Baekhyun sudah merasa mengantuk, lagi."
Lagi.
Karna sebelumnya, Baekhyun sudah mengeluh mengantuk pada Chanyeol sesaat setelah mereka masuk kedalam butik tersebut.
"Oh, tentu. Aku rasa kita sudah menemukan pakaian pengantin yang cocok untuk kalian. Kau bisa pulang dan beristirahat Baekhyun. Biakan Chanyeol membantumu untuk berganti pakaian."
Luhan kembali melanjutkan pembicaraannya pada desainer yang merancang pakaian pengantin Baekhyun untuk memberikan beberapa instruksi tambahan. Membiarkan Chanyeol membawa sahabatnya itu untuk kembali berjalan ke arah ruang ganti.
"Bukankah Luhan sudah terlihat seperti ibu Baekhyun kalau begini?" Sehun berbisik disebelah Yixing dari arah sofa yang ada didalam butik, diikuti senyum kecil Yixing sebagai balasan.
"Bukan 'seperti' tapi 'memang'. Sudah sejak dulu Luhan berpikir kalau ia memilik peran sebagai ibu pengganti untuk Baekhyun yang sudah tidak memiliki orang tua."
"Ah, iya aku sudah mendengar cerita tentang hidup Baekhyun dari Luhan." Sehun terlihat menganggukkan kepalanya prihatin. "Syukurlah kalau ternyata ia dipertemukan oleh Chanyeol untuk menjadi pasangannya. Aku yakin mereka memang ditakdirkan untuk saling melengkapi."
"Ya, kau benar. Bukankah sekarang hidupnya sudah lebih baik karna sudah memiliki ibu pengganti dan pasangan yang akan menjadi ayah dari anaknya?" Yixing menarik senyum dibibirnya, ikut merasa bahagia untuk Baekhyun. "Oh, jangan lupakan sahabat yang baik hati seperti aku ini, hidup jalang itu benar-benar beruntung."
.
.
.
Baekhyun tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba didalam hidupnya. Hari pernikahannya.
Dulu Baekhyun sempat berpikir, bahwa ia tidak akan pernah layak menjadi pengantin untuk siapapun.
Hidupnya telah hancur sejak saat kedua orang tuanya telah tiada, menyisakan Baekhyun yang susah payah untuk melanjutkan hidupnya seorang diri. Beberapa kali terjerumus dalam pergaulan yang salah membuatnya berpikir hidup hanya tentang bersenang-senang hari ini dan pikirkan selanjutnya untuk besok.
Hingga akhirnya ia dipertemukan oleh sosok Chanyeol yang saat ini telah resmi menjadi suaminnya, ayah dari bayi yang sedang ia kandung dan juga keluarga yang sudah lama hilang didalam hidup Baekhyun sebelumnya.
Sosok yang mengajarkan Baekhyun, bahwa perasaan bernama cinta itu benar adanya.
"Apakah aku sudah bilang kalau kau terlihat sangat tampan hari ini?" Baekhyun menaikkan tangannya menuju belakang kepala Chanyeol, tepatnya dibagian potongan under-cut rambut coklatnya yang tertata rapi kebelakang kepala.
Chanyeol tersenyum, mengeratkan rengkuhan tangannya dipinggang Baekhyun. "Kau belum mengatakannya dari bibirmu itu tapi tatapanmu sudah cukup jelas untuk mengatakannya."
Baekhyun dapat merasakan darah mengalir kesudut-sudut pipi tembamnya. Ia dibuat merona karna godaan dari Chanyeol.
"Sayang sekali kita masih harus berhati-hati dengan kandunganmu, karna kalau tidak aku juga ingin melihat rona merah muda itu diatas ranjang kita malam ini."
Baekhyun dengan reflek memukul pelan dada bidang Chanyeol. Apa yang baru saja pasangannya itu katakan adalah alasan kenapa Baekhyun melakukannya.
Alunan lagu versace on the floor yang dibawakan penyanyi diatas stage untuk mengiringi first dance wedding pasangan pengantin dilantai dansa menciptakan suasana romantis ditiap gerakan lembut dan langkah kaki yang beriringan dari keduanya.
"Kalau kau lupa, aku ingin mengingatkan kita masih berada di tengah-tengah acara pernikahan, seluruh mata tertuju padamu dan padaku jadi berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak." peringatan diberikan Baekyun pada sosok yang saat ini telah resmi menjadi suaminya tersebut.
Chanyeol kembali menarik tangan Baekhyun untuk melingkar lehernya. "Kalau begitu terus berdansa, agar orang-orang tahu kalau kita adalah pasangan paling bahagia malam ini."
Baekhyun tidak lagi protes tentang ucapan Chanyeol tadi, ia malah mulai kembali menikmati alunan denting piano dan suara merdu pengiring lagu sambil bersandar didada Chanyeol, merasa begitu hangat dan nyaman.
Para tamu undangan yang awalnya hanya menyaksikan juga sudah ikut bergabung dilantai dansa dengan pasangan masing-masing, ikut merasakan aura kebahagian kedua pasangan pengantin diatas rumput hijau yang terangi oleh kelip lampu-lampu yang ditata sedemikian mungkin sehingga menambah kesan romantis yang dalam.
Chanyeol menundukkan wajahnya disamping telinga Baekhyun, menghirup aromanya sekali lalu berbisik dengan sangat lembut. "Terima kasih untuk segalanya, Baekhyun."
Baekhyun mendongakkan wajahnya untuk bertemu tatap dengan Chanyeol, seolah mempertanyakan apa yang ingin dikatakan oleh pasangannya itu.
"Terima kasih telah hadir dihidupku bersama dengan Bean."
"Tidak, aku yang harusnya berterima kasih karna kau mau menerima kami, aku dan Bean."
Baekhyun masih dapat mengingat segala kesalahannya yang telah termaafkan oleh Chanyeol terdahulu. Rasanya bisa sampai ditahap ini, Baekhyun sudah benar-benar merasa bersyukur.
Disaat ia menyembunyikan obsesinya untuk memiliki anak dengan alasan untuk mempertahankan cintanya. Chanyeol lah yang menyadarkan Baekhyun bahwa apa yang ia lakukan itu bukan cinta.
Cinta yang seharusnya adalah menerima apapun yang ada didalam diri pasangan kita. Masa lalunya, segala kenangannya baik itu yang manis atau yang pahit sekalipun dan menerima hatinya yang mungkin telah sering terjatuh ataupun terluka.
Segala keraguan Baekhyun tentang kemungkinan Chanyeol yang akan meninggalkannya adalah karena Baekhyun menaruh harapan yang besar pada Chanyeol. Ia sudah memberikan seluruh hatinya pada sosok itu, jadi yang ia takutkan adalah hatinya akan terluka dalam kalau Chanyeol pergi dari hidupnya, tanpa ia sadari bahwa Chanyeol juga telah memberikan seluruh hati bahkan hidupnya untuk Baekhyun.
Ketakukan yang Baekhyun rasakan adalah ketakutan terbesar Chanyeol didalam hidupnya. Bagi Chanyeol kalau memang salah satu diantara mereka ada yang terluka, yang lain pun juga pasti akan merasakannya. Itu lah cinta yang sebenarnya ingin Chanyeol ajarkan pada pasangannya.
Dan Baekhyun sudah bisa merasakan hal itu sekarang.
Bahwa ia tidak perlu lagi takut hatinya akan terluka karna Chanyeol menjaga hatinya sama dengan apa yang Baekhyun lakukan untuk menjaga hati Chanyeol.
Perlahan-lahan Chanyeol kembali menundukkan wajahnya hingga bibirnya menempel lembut diatas bibir Baekhyun. Tidak ada lumatan, hanya kedua bibir yang saling menyentuh untuk menyalurkan kasih sayang.
"Apa aku sudah bilang padamu kalau aku mencintaimu lebih banyak daripada apapun yang ada didunia ini walau semua digabungkan menjadi satu?"
Baekhyun seolah tengah berpikir beberapa saat, membuat Chanyeol merasa gemas luar biasa karna tidak kunjung mendapatkan jawaban yang diinginkannya.
"Baekhyun." Chanyeol terlihat sudah hilang kesabaran untuk menunggu, sedangkan Baekhyun masih saja menggoda dengan mengantung jawabannya.
"Sebentar aku harus berpikir bagaimana mengatakan bahwa aku mencintaimu lebih banyak dari segala sesuatu yang ada didunia ini, haruskah aku mengatakan bahwa aku mencintaimu sebanyak kau yang mencintaiku dan aku yang mencintaimu?" ucap Baekhyun dengan binar pada bola matanya, mengatakan yang sejujurnya ia rasakan.
"Kau mengalahkanku." Chanyeol tersenyum tipis sambil mengalihkan jari-jari tangannya ke sisi wajah Baekhyun. "Aku akan bekerja keras untuk mecintaimu lebih banyak lagi kalau begitu."
Chanyeol kembali membungkukkan tubuhnya, meraih bibir merah muda milik Baekhyun untuk ia bawa pada lumatan bibir tebalnya yang kali ini sangat dalam.
Persetan dengan para tamu undangan yang saat ini menyaksikan apa yang sedang ia lakukan dengan Baekhyun sambil bertepuk tangan disana, bahkan sesekali Chanyeol dapat mendengar suara siulan diantara kerumunan yang mulai melingkari pasangan pengantin yang sedang berbahagia itu malam ini.
-The End-
FINALLY LAST CHAP! Mohon maaf kalo endingnya dirasa diluar ekspetasi karna aku kesulitan dapet feel untuk nulis chap terakhir ini. Setidaknya aku rasa ini sudah lebih baik untuk di post dibanding harus aku gantung lagi karna nunggu feelnya dapet yang mungkin akan lebih lama lagi dari ini sampai diposting :')
Ini FF sinetron berchapter pertama yang akhirnya bisa aku selesaikan, walau dengan masalah dan segala kemageran yang ada. Akhirnya aku bisa menyelesaikan FF yang awalnya aku sendiri pesemis bakal selesai karna aku sempet kehilangan minat untuk ngelanjutinnya. Tapi yasudah semua sudah jauh dibelakang yang penting FF ini selesai deh :)
Karna FF ini berfokus pada obsesi Baek yang ingin punya anak dan Chan yang sulit dimengerti jadi tidak ada tambahan chapter atau sekuel dan semacemnya dari FF ini yang menceritakan kehidupan after married mereka ya, jangan ditanyain nanti aku stress :')
Sebagai gantinya aku akan fokus sama Love Me If You Dare, mungkin disela-sela itu juga bakal nyicil update FF baru atau FF oneshoot lainnya yg udah ada di draft laptop sekian lama, doa kan saja aku enggak mager lagi buat nyelesaiin itu semua, tapi LMIYD bakal jadi fokus utama aku :)
Dan curhat sedikit, di real life aku tuh selain akunya terlahir mager-an orangnya, aku juga punya pekerjaan yang amat sangat menyita waktu setiap hari, lembur gajelas, kadang weekend tetep harus masuk kerja dan bahkan tidurpun kurang, jadi maklumi kalo FF aku tuh lama2 updatenya, ya alesannya karna diatas itu :') Aku nulis FF itu hanya sebagai selingan mengisi waktu luang, menyalurkan jiwa fangirl ku sebagai fans chanbaek dan menuangkan segala imajinasi ku yang emang liar ini /haha/ Jadi mohon dimaklumi, jangan diteror aku jadi takut nanti ^^,
Terima kasih untuk yang sudah membaca sampai disini para bebeb chanbaek-ku. Buat kalian yang emang bener-benen nungguin FF ini atau cuma yang sekedar numpang lewat karna penasaran dan akhirnya kecewa dan meninggalkan FF ini tanpa jejak, I love you very much much much.
Walaupun FF ini sudah tamat, semoga kalian tetep mendukung aku dilain kesempatan ya. Semoga project FF aku selanjutnya bisa sesuai dengan kemauan kalian :)
Udahlah kenapa aku jadi kaya pidato kemenangan gini panjang amat :')
Ask me for questions by PM or Line ID chococone53 /bye/