Mianhae Saranghae Chapter 4
Summary : Cho Kyuhyun, seorang namja single parent yang mendaftarkan anaknya untuk menjadi seorang artis cilik. Malaikat kecil yang ia lahirkan di beri nama Cho Taemin. Taemin sangat mengidolakan arti pendatang baru bernama Choi Siwon. Bagaimana kisah selanjutnya? Langsung aja baca!
Cast : Cho Kyuhyun
Cho Taemin (Maaf marganya diganti hanya untuk ff ini saja kok)
Choi Siwon
Warning : YAOI, typo(s), gaje, abal, de el el
Genre : Hurt, romance
Don't Like Don't Read
Pagi itu, seperti biasa. Di keluarga kecil Kyuhyun, dia sudah memulai aktivitasnya bersama Taemin. Membangunkan malaikat kecilnya dan menyuruhnya bergegas untuk sarapan. Walau hari ini hari libur untuk Taemin, Kyuhyun tak mau membiarkan namja kecilnya bangun siang. Dia ingin melatih kedisiplinan anaknya. Tentu saja karena ia hanya seorang single parent.
"Selamat pagi Umma," sapa Taemin dengan riang, lalu duduk di kursi meja makan.
Namja kecil itu terlihat senang. Bukan seragam sekolah atau peralatan lain yang ia bawa. Melainkan baju kotak-kotak berwarna merah dipadukan dengan celana panjang yang menambah kesan manis pada namja kecil itu.
"Pagi juga chagi." sahut Kyuhyun. Suaranya terdengar dari arah dapur.
"Umma masih di dapur ne!" tanggap Taemin.
"Ne, Taemin duduk manis saja disitu, umma akan membawakan sarapan ke meja makan." suara Kyuhyun masih terdengar dari arah dapur.
Memang belum ada satu pun makanan atau minuman tersedia di meja makan. Taemin dengan sabar menunggu ummanya yang sedang menyiapkan sarapan. Entah kenapa tiba-tiba moodnya menjadi buruk.
Tak sabar menunggu. Akhirnya Taemin turun dari tempat duduknya. Kemudian berjalan menuju dapur –tempat sang umma menyiapkan sarapan-
"Biar Taemin bantu umma ne." ucapnya seraya mencoba mengambil alih minuman yang ada di tangan Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum, "Kenapa Taemin kesini?"
"Taemin kan ingin membantu umma."
"Hm Begitu ya" lanjutnya.
"Eh... Anak umma rapi sekali, mau kemana eoh?" tanya Kyuhyun saat menyadari pakaian yang dikenakan Taemin. Kyuhyun berfikir kalau hari masih pagi, mengapa anaknya sudah rapi sekali. Mengingat hari ini juga hari libur. Tidak biasanya.
"Umma, kenapa umma lupa, hari ini Taemin akan syuting. Jika umma lupa, lalu siapa yang mengantarkan Taemin ke lokasi syuting?" Taemin mengerucutkan bibir tidak suka.
Sudah pasti namja kecil itu protes, hari ini adalah hari pertamanya syuting drama dengan artis idolanya. Taemin tentu selalu mengingat itu. Sudah dari semalam Taemin menginginkan hari ini cepat datang. Namun, setelah datang sekarang ummanya yang lupa.
"Jinja? Tapi bukankah syutingnya masih jam sembilan eoh? Kenapa namja kecil umma sudah rapi sepagi ini." Kyuhyun mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Taemin.
"Taemin kan ingin segera bertemu dengan Siwon-hyung, umma!" ucap Taemin seraya tersenyum senang. Sudah lama dia mengharap bertemu dengan artis idolanya.
Kyuhyun terkekeh mendengar jawaban polos Taemin, dia beralih mengacak rambut cepak namja kecil itu.
"Ya, kenapa umma suka sekali mengacak rambut Taemin. Padahal rambut Taemin kan sudah rapi, sekarang jadi acak-acakan lagi kan umma."
Kyuhyun tertawa kecil,"Jika Siwon-hyungnya tidak mau bertemu dengan Taemin bagaimana?" goda Kyuhyun.
"Jinja! Itu tidak mungkin umma, Taemin kan sudah rapi dan tampan. Jadi, Siwon-hyung pasti mau bertemu dengan Taemin."
"Taemin yakin?" tambahnya dengan nada menggoda.
"Ne." Taemin mengangguk yakin.
"Nah, jika begini. Apa Siwon-hyungnya masih mau bertemu dengan Taemin,"
Kyuhyun segera pergi setelah kembali mengacak rambut Taemin hingga rambut kecoklatan itu semakin berantakan.
"Yak.. umma jahil sekali!" protes Taemin akhirnya, lalu berlari kecil mengejar sang umma yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Kyuhyun berjalan sambil terkekeh,"Kejar umma kalau Taemin bisa!" teriaknya.
"Baiklah, awas ya umma. Jika umma tertangkap Taemin akan mencium umma."
"Umma tidak takut."
"Yak. Umma!"
Akhirnya pagi itu, di keluarga kecil Kyuhyun diwarnai gelak tawa dari dua penghuni rumah. Begitulah kiranya keseharian mereka, banyak canda ataupun tawa yang mewarnai keduanya. Kyuhyun suka sekali menggoda Taemin, mulai dari menjahilinya. Entah karena hal sepele misalnya kalah beradu PSP, atau pun hal yang tidak wajar lainnya.
Itu semata-mata karena Kyuhyun ingin membuat anaknya tidak kesepian di rumah. Walau tidak ada sosok figur ayah yang ikut menemani Taemin sampai dia tumbuh menjadi seorang anak berusia delapan tahun, Kyuhyun yakin, Taemin akan menjadi anak yang ceria dan berbakti pada orang tua.
.
.
.
.
Pukul 08.50 Kyuhyun dan Taemin tiba di lokasi syuting. Bertempat di salah satu perumahan terkenal di Seoul, lokasi syuting pertama akan dilakukan di rumah mewah ini.
Taemin turun dari taksi diikuti Kyuhyun di belakangnya. Sialnya, hari ini mobil Kyuhyun sedang di servis di bengkel. Hingga mereka terpaksa harus menaiki taksi menuju lokasi syuting drama perdana Taemin.
Taemin tak mempermasalahkan hal itu. Dia merasa senang. Asalkan sang umma selalu bersama untuk menemaninya. Kadang sang umma terlalu disibukkan dengan pekerjaannya hingga Taemin jenuh dan kadang marah dengan sang umma.
Kadang gara-gara itu Taemin tidak mau makan sampai berhari-hari. Dia begitu menyanyangi ummanya hingga dia tidak mau ummanya sakit karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Alasan itulah yang membuat Taemin berkeinginan sebagai seorang artis. Dia ingin sekedar membantu agar Kyuhyun tidak terus bekerja keras untuk menghidupi kehidupan mereka. Taemin hanya menginginkan ummanya selalu sehat dan tidak cepat tua tentunya.
"Cho Taemin kan!" sapa seorang yeoja seraya menghampiri Taemin dan Kyuhyun.
"Ne, ada apa nona." balas Taemin sambil mengerjabkan matanya bingung.
"Ah, ternyata kau manis sekali," yeoja itu mencubit kedua pipi Taemin.
"Aw sakit nona." protes Taemin.
"Hehe, mianhae. Kang Hyun Gun imnida. Saya bekerja sebagai make up artis disini." ucap yeoja itu ramah pada Kyuhyun dan Taemin sembari membungkuk sembilan puluh derajat.
"Cho Kyuhyun imnida." balas Kyuhyun.
"Nona sudah tahu namaku kan?" celetuk Taemin kemudian.
Yeoja bernama Kang Hyun Gun itu tersenyum kecil, "Baiklah, nona memang sudah tahu Taemin. Nah, Sebelum Taemin syuting, Taemin harus di make up dulu ne. Mari ikut nona untuk di make up. Taemin tahu make up kan?"
"Tentu saja Taemin tahu nona,"
"Kalau begitu kajja!"
"Kajja. Ayo umma!"
Kyuhyun tersenyum, sebelum akhirnya mengikuti Taemin dan yeoja bernama HyunGun memasuki rumah –tempat yang akan digunakan untuk syuting-. Rumah itu begitu besar dan luas.
Ternyata di dalamnya sudah ada banyak orang yang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Mulai dari para kru yang disibukkan dengan peralatan syuting. Dan para pemain drama yang sedang menghafalkan naskah mereka.
Entah apa yang menyebabkan Kyuhyun berhenti. Tiba-tiba ia menangkap seseorang yang sudah tidak asing lagi baginya. Dia memandangi sejenak namja itu, kemudian tersenyum tipis dengan kegiatan yang dilakukannya.
Kebiasaan namja itu masih sama dengan yang dulu. Tidak berubah. Kyuhyun ingat bahkan sudah hafal. Jika mantan tuan mudanya dulu selalu minum teh hijau khas Jepang saat sedang membaca atau bersantai di sofa. Ternyata kebiasaan itu belum berubah.
Kyuhyun tahu, mantan tuan mudanya dulu aka Siwon –idola Taemin- sedang menikmati secangkir teh hijau khas Jepang. Ah, kenapa kebiasaan namja itu masih saja ia ingat. Padahal dia sudah bersusah payah akan melupakannya.
"Umma!" akhirnya suara itu berhasil membangunkan Kyuhyun dari masa lalunya.
"Kenapa umma masih disini?" tanya Taemin bingung.
"Ah, tidak apa-apa kok!" Kyuhyun berusaha agar Taemin tidak curiga dengannya.
"Kajja umma, kita ke tempat make up Taemin,"
"Baiklah,"
.
.
.
.
yeongwonhi idaero jamdeulgil baraedo
yeojeonhi geunyeoro ggaeeonado
dasineun ggumguji angireul baraedo
oneuldo geunyeoro naneun jami deulsuga isseo
Lantunan musik dari boyband terkenal di korea berdering di hp Kyuhyun. Bertanda bahwa ada sebuah panggilan masuk di dalamnya. Kyuhyun merogoh saku celananya, kemudian mengambil dan memperhatikan layar hpnya dengan seksama. Tertera nama 'euhyuk' di layar hp itu. Kyuhyun menyerngit alis bingung.
"Yoboseyo." ucap Kyuhyun setelah ia menekan tombol warna hijau di hpnya.
"Kyu.. Cepatlah kau kesini!" balas seseorang di ujung telepon dengan sedikit berteriak.
"Eh? Ada apa hyukie-hyung!" tanya Kyuhyun bingung.
"Di kedai.."
"Ada apa di kedai?"
"Di kedai.. ada seorang namja yang sedang mengamuk!"
"Mwo? Mengamuk, kenapa bisa?"
"Entahlah aku tidak tahu,"
"Apa dia sedang mabuk," Kyuhyun was-was. Kalau-kalau yang sedang mengamuk di cafe miliknya ternyata seorang namja dibawah pengaruh alkohol. Ya, jika itu terjadi tamatlah riwayatnya.
"Kurasa tidak. Cepatlah bergegas ke cafe." suara Euhyuk –namja penelpon Kyuhyun- terdengar sangat khawatir. Tentu dia khawatir, bagaimana jika namja asing yang sedang mengamuk di cafe milik Kyuhyun benar-benar menghancurkan cafe itu.
"Baiklah hyung. Aku akan kesana sekarang."
Kyuhyun menutup teleponnya. Dia segera keluar dari lokasi syuting drama Taemin dan menghentikan taksi untuk membawanya ke cafe. Ya. Kyuhyun mempunyai cafe sederhana yang ia dirikan dengan kerja kerasnya. Tentu sedikit mendapat bantuan dari Yesung.
.
.
.
.
Kyuhyun POV
Aku melangkah tergesa-gesa memasuki cafe. Sudah sepuluh menit berlalu semenjak Hyukie-hyung menelponku. Aku merasa perasaanku tidak enak. Apa orang yang dimaksudkan hyukie-hyung saat ini sudah menghancurkan seluruh cafeku. Ah, semoga saja tidak.
Aku menghentikan langkah saat manik mataku menangkap seorang namja yang sedang berteriak tidak jelas. Sesekali ia memecahkan gelas dan piring dari para pelangganku, hingga menyebabkan mereka ketakutan dan memilih untuk pergi meninggalkan cafe. Eh, pergi meninggalkan cafeku?
Aish.. Siapa namja itu?
"Yak. Tuan. Kenapa tuan merusak cafeku," teriakku seraya berupaya mendekatinya.
Entah dia mendengarku atau tidak. Yang jelas dia benar-benar tidak memperdulikanku. Dia masih saja mengamuk, seperti hilang kendali.
"Tuan. Kumohon berhenti, tuan telah membuat pelangganku pergi." ucapku kembali. Kali ini lebih halus dari yang pertama.
Namun hasil yang kudapat sama saja. Dia masih tidak mau bergeming dari semula. Aku semakin khawatir. Apa mungkin bisa aku menghentikan namja itu.
"Arghhhhhhhhhh.." teriaknya seperti seorang yang sedang frustasi. Aku yang berada di belakangnya menjadi merinding dan takut.
"Tuan. Gwanchana?" kembali tak ada tanggapan. Aku semakin takut dan tidak mengerti dengan namja itu.
Aku melirik ke arah kasir, dimana Hyukie-hyung berada. Dia terlihat ketakutan sama seperti pelangganku yang lain. Aku berjalan mendekatinya untuk meminta keterangan apa yang menyebabkan lelaki ini mengamuk. Kalau dilihat dari parasnya. Namja itu mempunyai wajah tampan, serta tubuhnya yang sempurna seperti Siwon-hyung.
Aish.. malah memikirkan hal itu sudahlah lupakan.
"Kyu, akhirnya kau datang juga. Bagaimana ini? Namja itu terus saja mengamuk." tanya Hyukie-hyung saat aku tiba di depan kasir.
Aku menggeleng pelan. Jujur saja, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
"Hyung, apa kau tahu penyebab namja itu mengamuk?" tanyaku pada Hyukie-hyung.
Dia terlihat berfikir sebentar. Mungkin mencoba mengingat.
"Aku tidak tahu pasti penyebabnya. Yang jelas tadi dia datang kesini bersama seorang yeoja. Tak berapa lama yeoja itu pergi meninggalkan dia sendiri. Selanjutnya aku tidak tahu lagi apa yang terjadi. Tiba-tiba dia memecahkan gelas yang dipesannya dan berteriak."
Aku mengerutkan alis bingung. Namja itu bersama seorang yeoja, tak berada lama yeoja itu pergi. Apa mungkin dia diputuskan pacarnya.
PYARRR..
Aku terlonjak kaget. Begitu pula dengan Hyukie-hyung. Kami saling berpandangan sejenak sebelum akhirnya beralih pada namja tadi.
Oh god. Ternyata dia kembali memecahkan gelas. Aish.. kalau dibiarkan seperti ini terus, bisa-bisa semua gelas yang ada di cafeku hancur hingga tidak ada yang tersisa.
Aku memberanikan diri mendekatinya. Tak kuhiraukan Hyukie-hyung yang berkali-kali memanggilku. Seperti halnya denganku, dia pasti khawatir.
"Aku tidak tahu masalah apa yang sedang tuan alami. Aku juga tidak tahu apa yang telah membuat tuan marah hingga hampir membuat cafeku berantakan. Tapi, kumohon tuan. Berhentilah."kataku sedikit berteriak agar dia mendengarku. Karena aku berada tepat di belakangnya. Mau tidak mau harus berteriak keras. Sepertinya dia mendengarku. Mungkin aku harus sedikit memancingnya agar dia mau berhenti.
"Tuan. Kapan tuan akan berhenti menjadikan cafeku menjadi sasaran kemarahan tuan. Apa jika cafe ini sudah hancur baru tuan akan berhenti. Atau tidak begitu tuan pindah ke cafe lain dan menghancurkannya lagi. Semua orang pasti mempunyai masalah tuan. Tapi, bukankah sebaiknya kita selesaikan masalah dengan kepala dingin. " Aish.. kata apa yang baru saja kuucapkan. bagaimana kalau dia semakin marah. Paboya Cho Kyuhyun.
Entah apa yang kulihat ini benar atau tidak. Dia mulai melemah. Nafasnya tersenggal-senggal. Tangan kanannya masih memegang gelas. Mungkin saja jika aku tidak segera berbicara, dia pasti sudah memecahkannya.
"Tuan. Apa tuan mendengarku?" tanyaku was-was.
Masih tak ada jawaban. Hening sejenak di cafe ini.
"Baiklah. Saya tahu perasaan tuan sedang kalut saat ini. Sebernarnya aku tidak mau ikut campur urusan tuan. Tapi, jika tuan berkenan, saya siap membantu tuan menyelesaikan masalah yang tuan alami. Kuharap tuan tidak marah lagi."
Dia semakin melemah dan menundukkan kepala. Aku bertambah khawatir. Tiba-tiba dia hampir jatuh dari berdirinya. Reflek aku berlari untuk menahannya agar tidak jatuh.
Dan terlambat. Dia telah menjatuhkan kakinya. Kepalanya menunduk dalam-dalam. Ah, aku semakin mengkhawatirkan keadaannya. Ah, kenapa pula aku harus khawatir dengannya. Dia hampir saja menghancurkan cafeku.
"Gwanchana tuan." aku memegang pundaknya. Dia masih tertunduk diam. Sebenarnya dia bisa berbicara atau tidak sih?
Aku menoleh Hyukie-hyung dan beberapa pelayan cafeku yang menatapku khawatir. Aku mengisyaratkan untuk membuatkan minuman untuknya. Mungkin jika aku mengajak bicara pria ini baik-baik, dia tidak akan frustasi lagi.
.
.
.
.
"Silahkan minumlah dulu." Aku menyodorkan secangkir minuman ke arah namja yang beberapa saat lalu hampir saja menghancurkan cafeku. Dia menatapku sejenak, kemudian mengambil secangkir minuman yang kuberikan.
"Gomawo." ucapnya lirih.
Ah tunggu sebentar, tadi dia bilang apa? 'Gomawo'. Jinja? Akhirnya dia bicara juga, aku sempat mengira dia tidak bisa bicara, karena sejak tadi dia terus saja diam. Suaranya bagus, sedikit serak mungkin karena sedari tadi terus berteriak.
"Apa kau merasa lebih baik sekarang?" ucapku mencoba memastikan.
Dia hanya mengangguk lemah setelah menyeruput minumannya. Kuputuskan untuk diam saja, mungkin dia ingin bicara sesuatu. Jika aku terus yang mulai pembicaraan, dia pasti bosan mendengarku.
Tanpa sadar aku terus memandangnya. Dia terlihat salah tingkah –sepertinya- namun berusaha dia bersikap biasa.
"Kenapa memandangku seperti itu," ucapnya tiba-tiba.
"Eh? Ani," jawabku gugup. Aish.. bisa-bisanya aku seperti ini.
Ah, aku tahu, pasti dia tidak mau ketahuan kalau ternyata dia salah tingkah. Maka dari itu dia mengalihkannya padaku.
"Aku tahu, aku tampan. Kau tak perlu memandangiku seperti itu." tambahnya sembari meletakkan cangkir.
Aku melongo dibuatnya. Apa yang baru saja dia katakan .'Tampan' Aish.. Narsis sekali ternyata dia. Gerutuku kesal. Dia kira aku memandangnya karena terpesona dengan wajahnya. Jangan harap.
"Mianhae jika itu mengganggumu." Aku membungkukkan kepalaku sedikit. Hei, bukankan dia yang seharusnya minta maaf karena hampir menghancurkan cafeku. Kenapa malah aku yang meminta maaf padanya.
"Bukankah tadi kau bilang bahwa kau akan membantuku, kuharap kau tidak lupa dengan ucapanmu yang itu."
Eh, hampir saja aku melupakan perkataan yang itu. Aku terlanjur berkata bahwa aku akan membantunya menyelesaikan masalah. Ini terlalu menyusahkan. Sudah beberapa kata yang dia ucapkan padaku. Semua itu, tidak ada satupun kata maaf atas perbuatannya. Apa dia melupakan pebuatannya begitu saja.
"Aku mengingatnya kok, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu." Jawabku mencoba tetap bersikap ramah. Dia menghela nafas berat.
"Aku tak tahu harus mulai darimana." dia terlihat bingung. Wajahnya pun berubah seperti seorang yang baru saja dikhianati.
Aku tetap menunggunya bicara.
"Aku baru saja diputuskan pacarku, aku tidak menyangka selama ini dia selingkuh dengan namja lain. Aku tak habis fikir. Padahal seharusnya aku mengenalkan pacarku pada orang tuaku malam ini." Dia menghela nafas sejenaksebelum melanjutkan."Aku sudah terlalu banyak membohongi orang tuaku dengan selalu mengatakan bahwa aku sudah mempunyai seorang pacar, padahal kenyataannya aku belum mempunyai pacar. Walau sudah mempunyai pacar, dia malah menduakanku."
Aku tertegun mendengar ceritanya. Ternyata cinta yang membuat dia hilang kendali seperti tadi.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apalagi pada umma dan appaku, jika malam ini aku tidak mengenalkan pacarku pada mereka. Terpaksa mereka akan menjodohkanku dengan orang pilihan Appa. Sudah jelas aku menolak perjodohan. Zaman sudah modern seperti ini masih menggunakan cara seperti itu, konyol sekali." Dia tertawa hambar.
"Kenapa tak kau katakan yang sebenarnya pada eomma dan appamu."
"Apa yang harus aku katakan pada mereka. Aku sudah terlalu banyak mengingkari janjiku sendiri. Untuk kali ini mereka bilang kesempatan yang terakhir, jika aku mengingkarinya lagi. Aku.. aku tidak akan pernah boleh menggantikan Appa di perusahaannya. Padahal, aku ingin sekali seperti Appaku, dia pintar, tegas, displin, dan jujur. Tidak seperti aku, pembohong, bodoh, dan suka seenaknya saja. Aku benar-benar anak yang tidak berguna."
Terlihat sekali raut wajahnya yang menyesal. Sungguh, aku tidak tahu jalan pikiran namja ini menceritakan masalah yang sedang dialaminya. Apalagi, dengan masalah seperti ini.
"Lalu.. apa yang harus kulakukan untuk membantumu,"
Semoga saja tidak hal-hal yang macam-macam.
"Ehm.. aku ingin memperkenalkanmu pada orang tuaku sebagai pacarku."
"Eh?"
TBC
Aku ucapkan terimakasih banyak yang udah review ya.. makasih juga buat motivasi dari para readers. Kalian semangatku.. *kecup mesra* aku udah buat chapter 7nya cingu. Udah hampir jadi. Kira" mau aku post di WP pada setuju emggak readers? Kalau pada setuju insya allah secepatnya akan dipost chapter 7 mianhae saranghae yang udah mulai mumcul konfliknya ya cingudeul. Aku post di WP. Stay tune. Tapi tetap disini akan dilanjut kok. Tapi minta sarannya ya readers. Mau dilanjut disini apa di WP ajah ?