Disclaimer © Masashi Kishimoto
Story © punya Kika
Pair © Uchiha Sasuke, Hyuuga Hinata
Rated © T
WARNING © OOC akut, typo, alur cepat dan teman-temannya.
Summary © Semultifungsi apakah seorang supir multifungsi itu? Saksikan dan review kisahnya di bawah ini.
Don't Like Don't Read
.
.
.
-Supir Multifungsi-
.
.
.
Ada yang bilang kalo ingin mengucapkan kata perpisahan, lakukanlah seperti matahari yang mengucapkan perpisahan saat senja tapi berjanji akan kembali lagi saat fajar. Dan pagi ini, matahari kembali menyambut bumi dengan sinar hangatnya, sekalian mengakhiri malam panjang disertai mati lampu dan disertai adegan yang mayan panas oleh dua manusia yang masih ditinggal orang tua.
Hinata membuka matanya, sekilas memandang ke jendela dan sedikit silau oleh sinar matahari pagi. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Heh, di kamar Sasuke!" Hinata baru sadar, selain itu Hinata juga baru ngerasain kalo ada yang berat di perutnya.
"Apa ini?" dan ternyata tangan Sasuke.
Tangan Sasuke? Bukannya tadi malem Sasuke katanya tidur di sofa? Itu nggak berlangsung lama, Sasuke juga manusia biasa yang gampang kedinginan kalo kena angin malam. Mau tutup jendela juga panas. Jadilah, Sasuke kembali ke kasur dan tidur semalam sama Hinata. Posisinya Sasuke agak miring menghadap Hinata dengan wajahnya yang numpang nyender di bahu Hinata dan nggak lupa tangannya juga numpang meluk perut Hinata. Pas ngangkat selimut ternyata Sasuke masih nggak pake baju sedangkan dia cuma pake cd doang.
"Nggg, Sasukee…" kata Hinata mencoba memindahkan tangan Sasuke tapi tangannya malah semakin memeluk erat.
"Tuh, kan udah bangun"
"Hmmm~" dan Sasuke makin merapatkan wajahnya di leher Hinata. Duhh, masih pagi-pagi udah di-anu-in supir.
"Ntar kita ke sekolahnya telat" hih, mana badan Sasuke yang nggak pake baju makin mepet. Anget sih tapi kepikiran kejadian tadi malem yang ehmm.
"Ini hari Sabtu. Kita libur, sayaanngg~" kata Sasuke dengan suaranya yang serak. Oh, libur ya.
"Sayang?" ini Hinata nggak salah denger?
"Kamu nggak sayang sama aku?" ini Sasuke udah bangun belum sih?
"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa" efek baru bangun pagi. Apa-apa jadi serba nggak ngerti.
"Aku masih keinget yang tadi malem" kata Sasuke sambil menggigit leher Hinata.
"Sasuke iihhhhh…." Hinata berusaha menjauhkan diri.
"Rasanya nanggung banget deh" Sasuke membuka matanya memandang Hinata dengan tatapan sayu dengan niatan yang agak anu.
"Na-na-nanggung gimana" duh, Hinata.
"Aku pengen lebih" Sasuke bergerak menaiki Hinata yang masih sibuk menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Aku pengen masuk" Masuk kemana Sasuke? Masuk kemanaaaahhhhhh? Yawlah, pikiran ini.
"Sasuke, aku takut kalo kamu kayak gini…" kata Hinata merasa takut dengan tatapan dan gestur Sasuke yang nggak kayak biasanya. Kemarin pas cium dan gigit-gigit Hinata masih nggak gimana-gimana, tapi pas berada di bawah tubuh kekarnya Sasuke kayak gini…
"Nggak usah takut, aku pelan-pelan kok" Sasuke menurunkan selimut yang menutupi bagian atas Hinata dan yah, namanya juga selimut ketarik, yang ketutup jadi keliatan.
"Sasukkee…" Hinata sepertinya masih nggak rela. Sasuke yang kayak gini bener-bener bikin takut, matanya yang tajam, tubuh kekarnya yang nggak pake baju, terus akhir-akhir ini Sasuke jadi suka gigit bibirnya sendiri. Hihhh~
"Huh, gitu aja takut. Ntar kalo kamu punya suami gimana mau punya anak kalo gituan aja takut" Sasuke beranjak dari kasur meregangkan tubuhnya.
"Aku maunya yang jadi suami aku Sasuke…" Hinata duduk memandang rambut Sasuke yang agak berantakan dari belakang.
"Terus kalo suaminya aku, masa takut? Cepat atau lambat kita pasti ngelakuin itu" Hinata terlihat mikir.
"Berenang yuk" mumpung hari belum terlalu panas, kayaknya ini waktu yang pas untuk berenang.
Hinata sempat kebingungan mencari daster dan bra-nya tapi Sasuke melemparkan kemeja putihnya yang pastinya kalo Hinata yang pake bakalan kedodoran. Hinata nggak punya pilihan lain yaudah dipake aja. Sementara sibuk ngancingin kemeja, Sasuke melongos menuju kolam renang.
Sebagai majikan yang pengertian saat supirnya lagi pengen dimanjain (?), Hinata peka-peka aja ke dapur untuk nyari minuman seger buat Sasuke. Kayaknya jus mangga bakalan ngilangin hausnya si supir deh. Hinata menuangkan jus mangga ke sebuah gelas terus di bawa ke bagian belakang area kolam renang. Cuaca pagi ini emang paling pas untuk berjemur di bawah mentari pagi yang hangat ditemani pemandangan supir yang lagi berenang dengan gantengnya. Nggak pake baju plus dengan rambut yang basah, duhh.
Sasuke terlihat berenang ketepian tanpa perlu berakit-rakit kehulu. Sasuke mengangkat naik rambut basahnya dan memperlihatkan keseluruhan wajahnya. Cowok yang dahinya terbiasa ditutupi poni pas rambutnya diangkat naik pasti keliatan cakep banget, kayak Sasuke sekarang. Sasuke masih berada di kolam dan mengisyaratkan Hinata untuk mendekat ke tepi kolam.
"Haus yaa…" kata Hinata mendekat ke tepi kolam sambil membawa segelas jus mangga.
"Duduk sini.." Sasuke menarik Hinata untuk duduk di pinggir kolam. Hinata menurunkan kakinya menyentuh air sementara Sasuke tepat berada di depan paha Hinata.
"Nggak mau turun?" tanya Sasuke meletakkan dagunya di paha Hinata.
"Nggak bisa berenang" Hinata menggerakkan pahanya tapi sepertinya Sasuke malah membaringkan kepalanya disana.
Cupppp.
Malah sempet dicium juga .
"Sasukkkkeeee…!" Hinata tidak sadar mendorong kepala Sasuke.
"Ambilin jusnya" lah, kenapa malah gantian Sasuke yang jadi manja ngerepotin tapi bikin emezh. Sasuke meminum jus mangga setidaknya 3 tegukan lalu matanya fokus pada sesuatu di dalam sana. Sesuatu yang kira-kira berada di pangkal paha sana.
"A-apa?" aneh aja gitu tangan Sasuke tiba-tiba meraba dari betis, paha, makin jauh, makin…
"Masih pake daleman ya?" tanya Sasuke menyentuh kain berenda tepat di pinggang Hinata. Hinata mengangguk.
"Buka ya?"
"Eh?"
"Siapa suruh nggak mau turun" Sasuke mulai menarik cd Hinata pelan. Sasuke bisa merasakan degup jantungnya yang semakin menjadi saat jemarinya perlahan-lahan melorotkan pakaian dalam terakhir majikannya. Belum cukup sampai situ, Sasuke meraih pinggang bagian belakang Hinata terus agak didorong untuk lebih maju dekat dengan wajahnya.
"Pahanya buka ya" Oeh, Sasuke.
"Aku malu.." kata Hinata berusaha mengatupkan pahanya tapi tetep aja Sasuke udah kehilangan indera pendengarannya dengan tetap keras kepala nyiumin paha Hinata.
"Buka dong" kata Sasuke memegang tangan Hinata yang masih menutupi bagian dalam sana.
"Nggak mau…"
"Bentaaaaarrrrrrr aja" pinta Sasuke kayak anak kecil yang mau pinjem mainan temennya. Hinata tetap menggeleng. Sejenak Sasuke mikir gimana caranya biar bisa anu terus anu dengan cara anu yang setidaknnya nggak bikin anu.
"Yaudah deh, temenin aku di kolam renang aja gimana. Bagian pinggir kolam aja, disini kamu masih sebatas dada kok. Belum tenggelam" Hinata mengangguk, Sasuke nyengir bentar terus bantuin Hinata turun ke kolam.
Tau baju putih kalo kena air?
"Ihhhhh….ini malah keliataaaannnnn….." kata Hinata histeris berusaha menutupi dadanya yang transparan dari balik kemeja putih Sasuke.
"Hahahaha…." Dan Sasuke nggak tahu kenapa cuma ketawa.
"Udah nggak papa.." kata Sasuke berusaha menurunkan tangan Hinata. Mereka bertatapan beberapa detik. Hinata merasa tidak berani menatap mata kelam Sasuke. Pokoknya dari kemarin dan tadi malem tuh matanya Sasuke bikin takut. Dibilang laper tapi Sasuke selalu makan tiap harinya kok, pikir Hinata.
"Kamu kok matanya bikin takut sih" kata Hinata mengakhiri adegan tatap-tatap mereka.
"Masa ganteng gini bikin takut" kata Sasuke mendekat dan mengunci Hinata di dalam zona-nya, kedua tangan Sasuke ditumpukan pada tepi kolam dan semakin mepet ke Hinata.
"Yaudah deh, kamu balik badan aja biar nggak liat wajah aku" dan dengan polosnya Hinata balik badan dan membelakangi Sasuke. Yang dibelakangi malah makin anu melihat pemandangan transparan tanpa dalaman, tadi kan udah di buka.
Tiba-tiba aja Sasuke menepikan rambut Hinata ke bagian bahu, membuka 3 kancing kemeja Hinata kemudian melorotkannya memperlihatkan bahu mulus majikannya. Dicium pelan, kemudian tangan Sasuke beralih ke perut, tangan kiri naik ke dada dan tangan kanan turun mencari sesuatu.
"Saahh…nngghh….hahhhh…" kata Hinata menunduk merasakan pijatan di dadanya, belum lagi tubuh Sasuke makin mepet dari belakang.
"Jaanngghhhh….Sukeehh…annhhh.." tangan Hinata berusaha menghentikan gerakan tangan Sasuke tapi entah kenapa tangannya malah lemes nggak bisa ngapa-ngapain.
"Aahhh..ngghhh…sudd…ahhh… nggghhh…" semakin berisik Hinata semakin menjadi pula gerakan tangan Sasuke.
"Kok berisik sihhh…" dan Sasuke mengalihkan ciumannya ke bagian tengkuk Hinata, ke leher kemudian beralih mengemut daun telinga Hinata.
"Aaawhh…Akkuhh….Sssuuhh…aaahhggghh…" Sasuke merasa menang saat berhasil membuat Hinata mengeluarkan erangan-erangan yang Sasuke yakini Hinata juga menikmatinya. Sasuke ingin mencoba keahlian tangannya yang lain, yaitu tangan kanannya yang sudah memegang sesuatu dibawa sana.
"Eehh….? Hehh…anngghh,.." duh, Hinata makin nggak tau harus ngapain saat ia merasa tangan Sasuke mulai meraja lela dibawah sana, mengelus, meraba, menekan. Sasuke semakin tersenyum puas tapi ia sadar harus menghentikan aktifitasnya saat kaki Hinata mulai bergerak tidak karuan di bawah sana.
"Hah…ah…hah…" Hinata hampir merasa lemas, ia merasa konyol karena berkeringat di kolam renang.
"Sasuke itu tadi kamu ngapain?" Hinata mendapatkan kembali kekuatannya dan memutar tubuhnya menghadap Sasuke sambil mendorong bahu supirnya.
"Rasanya gimana?" goda Sasuke.
"Ngh..se-seperti a-ada yang belum sampai…" duh. Apa coba, cukup cinta aja yang nggak sampai, lainnya jangan.
"Mau ngerasain yang sampai nggak?" Sasuke mendekatkan wajahnya ke depan bibir Hinata.
"Sakit?" lah, dianya mau.
"Aku mainnya pelan-pelan kok"
Jus mangga yang belum habis setengah kini harus sendirian di tepi kolam renang. Eh, nggak sendiri juga sih soalnya ditemani cd hitam Hinata yang terlupakan. Lah, terus kedua manusia itu kemana? Nggak tahu kenapa katanya tiba-tiba aja Sasuke pengen dimandiin. Emang mobil dimandiin? Sesampai di kamar mandi Sasuke menurunkan Hinata yang sempat digendong ala bridal style. Ingat umur, nak. Ingat umur. Sasuke menyalakan shower kemudian menarik Hinata untuk dimandikan. Ini siapa yang mandiin siapa sih sebenernya? Hinata hanya pasrah, toh dia belum mandi pagi. Dia masih lengkap dengan kemeja putih Sasuke, air mengalir mulai membasahi rambut Hinata, turun ke leher, mengalir ke dada, terus ke perut dan dengan indahnya menuruni paha hingga betis Hinata. Sasuke menatap pemandangan ini membulatkan matanya dengan bibir yang agak terbuka.
"Sasuke, kok nggak mand-"
"Aku nggak tahan…" kata Sasuke menarik Hinata kemudian menidurkannya di lantai kamar mandi, air masih mengalir dari shower dan membasahi lantai kamar mandi tempat Hinata kini terbaring.
"Sa-sasu…"
Tanpa basa basi Sasuke langsung mencium bibir Hinata, awal hanya menempelkan, lalu ia mengulanginya berkali-kali. Hinata yang berusaha mendorong dada Sasuke sepertinya hanya usaha yang sia-sia, Sasuke nggak bergerak 1 cm pun. Setelah puas mengecup, Sasuke mulai mengulum dan menghisap bibir bawah Hinata. Tidak seperti sebelum-sebelumnya Hinata yang berontak, kali ini Hinata entah sadar atau tidak malah menautkan kedua tangannya di belakang leher Sasuke, terkadang menariknya agar lebih dekat.
"Mphhmm…mmm..hhh…" hanya itu yang keluar dari bibir Hinata, mungkin juga Sasuke.
"Suka kan?" Sasuke melepaskan ciumannya dan ingin memastikan.
"Rasanya manis" kata Hinata mengangkat kepalanya dan kembali mengecup singkat bibir merah Sasuke.
"Tentang yang belum sampai ituu…" Sasuke kembali menurunkan tubuhnya untuk mengeksplore (?) bagian leher Hinata dengan mulutnya yang akhir-akhir ini susah kenyang. Sementara itu tangannya kembali ke suatu tempat dengan begitu erotis. Meraba sana sini sebelum akhirnya tiba di tempat itu. Hinata sempat menggerakkan pahanya saat tangan Sasuke sudah disana.
"Jangan deg-degan, punya kamu juga ikut deg-deg'an nih" kata Sasuke mulai menggerakkan tangannya.
"Sshhttttmmmhhhh…" ada apa, Hinata nggak tahu, pokoknya kakinya serasa bergerak sendiri di bawah sana.
"Sasukeehh angghhh….." matanya bahkan terpejam dan kepalanya terangkat tak tenang, bentar ke kiri bentar ke kanan.
"Shhh..ahhh…aawwwhhh….."
"Pengen berhenti?" tanya Sasuke menikmati wajah Hinata yang baginya terlihat sangat manis saat matanya tertutup dan tanpa sadar menggigit bibirnya sendiri.
"Ben..bentaar lagihhh….." artinya dilanjutin gitu? tapi Sasuke malah berhenti. Hinata membuka matanya yang terlihat agak sayu. Seolah ingin bertanya kenapa padahal belum (?)
"Kalo mau dilanjutin harus minta…" kata Sasuke dengan seringai maut andalannya.
"Nggak ah, pengen mandi aja"
.
.
.
Nggak terasa waktu udah sore, Sasuke lagi asik nongkrong baca koran di kamar Hinata sementara yang punya kamar tiba-tiba buka lemari pakaian.
"Ada acara belajar kelompok ya?" Sasuke heran liat Hinata yang keliatannya bingung banget depan lemari.
"Masa kamu nggak tahu sih, ntar malem kan ada party yang diadain Matsuri"
"Kamu pengen kesana?" Sasuke meletakkan korannya.
"Iya dong. Kali aja disana nemu calon suami yang ditakdirkan Tuhan" kata Hinata santai mengeluarkan sebuah dress warna hitam.
"Bukannya kamu bilang pengen suaminya aku?" lah, si supir jadi temperamen gini.
"Tapi kalo bukan kamu yang ditakdirkan Tuhan gimana?" tantang Hinata.
"Disana banyak orang nggak jelas. Nggak usah kesana" Sasuke mendekati Hinata.
"Nggak jelas? Terus kita apa? Kamu seenaknya cium, peluk, gigit-gigit, pegang ini itu, tapi kamu ini siapanya aku? Aku siapanya kamu?" nah, loh.
"Aku, aku supir kamu kan" sok kamu Sasuke, mana ada supir erotis sepertimuhhhh. Hah!
"Pokoknya aku mau kesana"
"Jangan pake baju ini" Sasuke mengambil dress yang dipilih Hinata kemudian mengembalikannya ke dalam lemari.
"Kamu kok ngatur-ngatur sih? Itu kan lucu"
"Iya, lucu tapi nggak ada lengannya. Itu bekas gigitan di bahu kamu nanti keliatan" tunjuk Sasuke pada bahu Hinata yang bertaburan kiss mark-nya sendiri.
"Kamu sih ciumnya pake gigit-gigit segala"
"Ntar aku anterin" kata Sasuke beranjak meninggalkan kamar.
"Jadi kamu pengen ikut?" tanya Hinata girang.
"Siapa yang mau ikut, aku cuma nganterin"
Hinata memutuskan untuk memilih dress yang setidaknya menutupi bekas ciuman Sasuke di bahunya. Ia mengenakan dress biru gelap di atas lutut dan mengenakan converse hi navy untuk menyesuaikan penampilan. Hinata emang nggak terlalu pilih-pilih soal alas kaki, ia lebih nyaman menggunakan sepatu kets yang tetap elegan dengan atas apapun. Ia kemudian menuruni tangga dan akan menunggu Sasuke di ruang tamu tapi…
"Kenapa?" tanya Sasuke ketus saat melihat Hinata tersenyum lebar menatapnya.
"Katanya cuma mau nganterin" Hinata masih tidak bisa menahan senyumnya. Gini ya, berdasarkan kata-kata Sasuke yang katanya cuma mau nganterin, bayangan Hinata tuh Sasuke bakalan dengan cueknya cuma pake kaos hitam sama jeans lusuh andalannya tapi Sasuke yang lagi duduk di sofa ruang keluarga rapi banget pake setelan jas yang pas di tubuhnya. Duhh, gantengnya supirkuuuu, pikir Hinata. Celana hitam, jas hitam dengan dalaman kemeja biru gelap senada dengan dress yang dikenakan Hinata. Oh iya, Sasuke juga pake converse hi black loh, ceritanya sepatu ini mereka belinya barengan waktu ada diskon beli 1 gratis 1. *nggakpenting
"Ya kali aja disana ada calon istri yang-"
"SASUKKKEEE, AKU NGGAK SUKA..!" teriak Hinata tanpa beban.
"Iya, iya. Bercanda"
Singkat cerita, Hinata dan Sasuke udah sampai di rumah Matsuri yang telah didesain sedemikian rupa menjadi tempat yang party-able. Gaara udah ada disudut ruangan sana, Sakura sama Ino juga udah dateng, dan Shion lagi icip-icip kue di meja makan. Sasuke mengekor di belakang Hinata yang menuju Matsuri untuk say 'hi' dan ngasih ucapan selamat ulang tahun. Nggak lupa ngasih hadiah yang dibeli saat dalam perjanalan.
"Makasih udah dateng yaa.." lalu Matsuri dan Hinata cipika cipiki.
Sasuke adalah tipe yang suka mati gaya kalo ada di pesta dengan orang-orang nggak jelas kayak gini.
"Cari tempat duduk…" Sasuke menarik tangan Hinata melewati beberapa siswa KHS dan mungkin juga anak dari sekolah lain. Mereka memilih tempat duduk yang agak tidak terlalu dekat dari pusat pesta.
"Huaachhiiiimmmm…" lah, Hinata bersin.
"Tuh kan, aku bilang juga apa mending nggak usah dateng" naluri bapak-bapak Sasuke mulai keluar.
"Tapi Matsuri kan temen sekelas aku, masa nggak dateng" Hinata manyun.
"Nih… pake" Sasuke melepas jas hitamnya.
"Nggak ah, mana ada orang pake dress terus pake jas kedodoran" Hinata menolak.
"Ntar kamu sakit, ini tuh malem. Pake atau kita pulang!" Sasuke ngancam.
"Iya, iya. Bawel banget sih" dan akhirnya Hinata nurut aja berpenampilan nggak party-look dengan jas Sasuke yang kedodoran.
Hinata memenuhi mulutnya dengan strawberry cheese cake, sedangkan Sasuke hanya minum air putih padahal ada beberapa jenis minuman yang disediakan. Sasuke mah gitu, nggak ngerokok, nggak minum (yang beralkohol), nggak jelalatan. One in a million banget.
"Ih, ada Sasuke…." Seorang cewek berambut merah berkacamata menghampiri Sasuke, Hinata yang lagi asik makan cake tiba-tiba dihampiri semacam hasrat-hasrat ingin membunuh.
"Oh, hai" Sasuke membalas sapaan cewek yang kemarin ngasih jus tomat di lapangan basket. Hinata meletakkan piring cakenya dengan kesal lalu menatap cewek yang belakangan diketahui bernama Karin dengan tatapan yang seolah ingin mengulek Karin terus dijadiin sambel temen makan pecel.
"Jadi pasangan aku di dance-session dong" pinta Karin.
"Uhuukkk…uhuuukkk…" Hinata pura-pura batuk sambil mengeratkan jas Sasuke di tubuhnya. Hinata juga memegangi hidungnya seolah dilanda flu dadakan. Setelah itu Hinata menatap Sasuke dengan isyarat 'berani pengen pergi?'
"Maaf ya, lain kali. Dia nggak ada yang nemenin" kata Sasuke melirik Hinata sejenak lalu tersenyum kecil ke Karin sebagai pertanda penolakan yang sopan.
"Dia siapa?" tanya Karin memandang Hinata.
"Dia…." Sasuke menatap Hinata bentar.
"Dia calon istri aku" kata Sasuke datar agak malu-malu.
"Ohh" lalu Karin pun pamitan dan berlalu.
"Kalo Tuhan takdirin cowok lain untuk jadi suami aku gimana…." Hinata masih nggak nyangka dengan jawaban Sasuke. Akhirnya diakui juga sebagai calon istri.
"Ya gimana, berarti Tuhan takdirin cewek lain sebagai istriku, sebagai gantinya"
"Sasuke nggak asik ih…!" kata Hinata menendang kaki Sasuke dengan santainya.
Pembicaraan berganti. Mulai dari kue yang enak, Sasuke yang mulai ngantuk, para tamu yang salah kostum sampai-
"Dance session udah mulai, mau jadi pasangan aku nggak?" tiba-tiba cowok bermata coklat berwajah baby face mengajak Hinata untuk turun ke dance floor.
Sasuke dan Hinata tau, ni anak namanya Sasori. Anak cowok kelas 3 yang banyak dielu-elukan warga KHS tapi di mata Sasuke, ni anak nggak lebih dari sekedar cowok sok ganteng yang dengan lancangnya ngajakin Hinata dansa.
"Boleh…!" kata Hinata sumringah.
"Heehh…" Sasuke menatap Hinata dengan tatapan 'tadi aku nolak ajakan, masa kamu terima'
"Boleh yaaa…." Kata Hinata merengek ke Sasuke, lagian Sasuke juga nggak mau jadi pasangan Hinata. Apa katanya? Gitu-gituan nggak penting katanya. Huh.
"Tapi jasnya jangan dilepas" Sasuke memperingatkan, selain biar Hinata nggak masuk angin, jas ini juga diperuntukkan biar badan Hinata nggak sembarang cowok yang bisa liat. Pokoknya yang bisa liat cuma Sasuke, gitu pikirnya si supir ini.
"Masa nggak dilepas" Hinata protes.
"Yaudah mending kita pulang kalo gitu"
"Iya deh, iya"
"15 menit, terus kita pulang" kata Sasuke menatap jam. Hinata pergi sama Sasori diantara lautan muda mudi yang kurang kerjaan menari kesana kemari, menurut Sasuke.
Sasori dan Hinata sampai ke dance floor, bergerak mengikuti irama musik yang nggak slow nggak nge-beat juga. Sasori melemparkan beberapa pertanyaan semacam Hinata tinggalnya dimana, kelas berapa, besok ke sekolahnya sama siapa. Terus, sementara Hinata dan Sasori asik-asik ngobrol, tiba-tiba ada penampakan Sasuke yang berdiri di samping mereka.
"Udah waktunya pulang" kata Sasuke dengan wajah gantengnya yang ditekuk.
"Eh, baru juga 3 menit" Sasori nggak salah hitung kok. Emang baru 3 menit.
"Lo jangan banyak omong, kalo gua bilang dia harus pulang ya artinya dia emang harus pulang" lalu Sasuke menarik Hinata keluar dari area pesta.
.
.
.
"Resek banget. Baru juga 3 menit udah diajakin pulang" Hinata ngomel memasuki rumah saat Sasuke membuka pintu.
"Kamu tuh, dia tuh tampang-tampang kriminal gembel nggak bener" udah dikatain kriminal, gembel, nggak bener pula.
"Kamu cemburu ya?" tanya Hinata ngarepin Sasuke jawab 'iya'. Soalnya cemburu kan tanda cinta,kata orang sih gitu.
"Bukannya cemburu.." lah, ternyata nggak.
"Takutnya kamu bersama orang yang salah" lanjut Sasuke yang tidak mengakui bahwa dirinya cemburu.
"Terus kenapa kamu larang-larang aku lepas jas kamu?"
"Biar kamu nggak masuk angin"
"Bohong. Kamu takut orang lain liat dan pegang-pegang kan?" Hinata menodong Sasuke dengan pertanyaannya.
"Kalo iya kenapa?"
"Itu artinya kamu cemburu! Kamu kok jadi bego gini sih. Perasaan sendiri aja nggak tahu" Hinata nggak habis pikir.
"Aku nggak ngerti ya. Kamu cium aku sesukanya, peluk semaunya, pegang ini itu tanpa rasa bersalah. Kamu suka sama aku apa nggak? Tadi juga kamu bilang aku ini calon istri kamu, itu maksudnya apa coba?" siapa pun pasti bingung kalo diginiin, status supir dan majikan nggak ada yang sampe sejauh ini.
"Jadi kamu beneran mau jadi calon istri aku?" tanya Sasuke mendekat.
"Jangankan calon, aku beneran mau jadi istri kamu. Aku nggak mau liat kamu sama orang lain. Sementara kamu? Rela-rela aja kalo bukan aku yang jadi istri kamu"
"Jadi istri aku sekarang aja gimana?" Sasuke semakin mendekat, membuka satu per satu kancing kemejanya menyudutkan Hinata yang kemudian duduk di sofa.
"Tuh kan, paling kamu cuma mau cium, peluk terus abis itu kamu biasa aja masa bodo"
"Kali ini aku serius" Sasuke melepas kemeja birunya dan menidurkan Hinata di sofa tapi Hinata berusaha menahan Sasuke yang udah nggak pake baju. Takut-takut Sasuke beneran memasuki mode monsternya seperti yang ia katakan beberapa hari yang lalu.
"Ya-yaudah kalo serius. A-aku ma-mau bikin PR dulu"
"Bikin cucu untuk Mama Papa dulu aja gimana?" Sasuke semakin mendekat.
"Aku suka sama kamu" bisik Sasuke kemudian.
"Apa? nggak denger tuh"
"Aku suka sama kamu" Sasuke menaikkan nada suaranya.
"Aku juga sayang…" Sasuke mulai membelai pipi Hinata dengan hidung mancungnya.
"Kamu milik aku sekarang" lalu tangan Sasuke mulai membuka res dress Hinata di bagian punggung.
"Aku boleh masuk kan?"
"Ke-kemana…" Hinata memegang tangan Sasuke yang sudah mengelus bagian depan dadanya.
"Masuk kesana, biar sesuatu yang kemarin belum sampai bisa sampai" Sasuke mulai turun menciumi leher Hinata.
"Kamu mau jadi istri aku seutuhnya kan?"
Tingg….tooonngg…..tinngg…toonnnggg..
"Heh?" Sasuke kaget buru-buru berdiri mengenakan kemeja birunya kembali, Hinata pun melakukan hal yang sama. Benerin bajunya dan merapikan rambut.
"Duhhh, maaf banget ya sayaaangg, Mama pulangnya nggak bilang-bilang, pengen kasih surprise" Wih, hampir aja dapet jackpot.
"Maaammaaaaaa…." Hinata langsung memeluk Mamanya dengan erat.
"Gimana? Nggak ada masalah selama ditinggal?" tanya Hiashi mengangkat kopernya masuk rumah.
"Nggak ada, Pa. Hanya masalah Hinata yang udah kebelet pengen jadi istri katanya" kata Sasuke tersenyum lebar.
"Wah, gak boleh itu. Harus sekolah dengan benar dulu" kata Hiashi memberikan pelukan singkat pada Sasuke.
"Tuh denger kan, harus sekolah yang bener dulu. Baru jadi istri" kata Sasuke pada Hinata sambil menepuk pelan kepala Hinata.
.
.
.
F I N
.
.
.
Ho'oh, udah abis. Hahahahaha…maaf bikin kalian nunggu lama untung hal nggak jelas sejenis begini. Hiks.
Makasih udah ngikutin kisah nggak jelas ini.
Oh iya, kemarin di fic 'Us' ada yang minta sosmed ya?
Via private messege aja sis, nama ig atau facebook kalian, ntar Kika follow and Add, tapi folbek ya.
Btw, makasih sama kalian yang udah setia mau baca dan review fic Kika. Makasih banget.
Sampai jumpa di fic-fic selanjutnya.
Salam manis, Kika yang selalu menantikan review kalian *ehh
To Be Continued
.
.
.