That Naughty Child Is Mine!

HunHan Fan Fiction

®Selulu7 Present®

Rate M

Cast ALL EXO Member #OT12 and Other

Fluffy Romance Drama Pedofil

Warning! This is Pedo and GS for some Uke or Bottom! Don't Like? Just Go Away!

Oh Sehun, pangeran tampan SM high school dengan terpaksa menerima keputusan sepihak orang tuanya yang terdengar gila dan tidak masuk akal. "But mom! Dia masih sangat kecil! Dan sedikit kurang waras!" -Sehun- "Kenapa Sehun oppa tampan sekali? Sangat cocok denganku yang juga cantik! Omo! Apa jangan-jangan kita berjodoh?" -Luhan- "Aku bukan pedofile yang menyukai anak kecil!" "Aku menyukai Sehun oppa karena dia tampan!"

Ø

Ø

Ø

Chapter 9

"Baby!"

Jong In yang melihatnya segera menghapus air mata Kyungsoo dengan lembut. Ia membawa kekasihnya dalam pelukannya. Mengusap kepalanya dengan lembut.

"Tenanglah baby, tidak apa-apa. Aku dan Sehun akan membantumu menjaga Luhan!"

Sementara Sehun yang melihat pasangan tersebut hanya menunjukkan wajah datarnya. Akan tetapi saat Jong In menyebut nama sosok yang tengah ia perjuangkan dua minggu ini segera menatap keduanya dengan pandangan minta penjelasan.

"Ada apa dengan Luhan?"

Ujar Sehun tidak sabar. Ia bahkan sedikit menarik Jong In yang masih memeluk Kyungsoo dengan tidak sabar. Membuat pelukan kedua sejoli itu terlepas. Sehun dapat melihat Kyungsoo menghapus airmatanya sambil menunduk.

"Aku akan menceritakannya didalam mobil, Sehun-ssi!"

Ujar Kyungsoo sambil berjalan lebih dahulu bersama Jong In ke dalam mobil pria bermarga Kim tersebut. Diikuti Sehun yang mengeret kopernya dibelakang Jong In dan Kyungsoo.

Ø

Ø

Ø

Di sebuah kafe tidak jauh dari Incheon International Airport terlihat tiga orang duduk disalah satu meja di sudut kafe tersebut. Meja yang dibatasi oleh jendela kaca besar disisi kirinya dan memungkinkan mereka melihat orang-orang yang berlalu lalang di sekitar bandara. Akan tetapi pemandangan tersebut tidak membuat ekspressi dingin dan tersirat kemarahan yang begitu besar milik salah satu pria dengan kulit putih pucat nyaris albino tersebut menghilang.

Jikalau membunuh seseorang bukanlah sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang harus dibalas dengan sebuah hukuman sanksi pidana berat, mungkin saat ini Sehun sudah menghabisi Seungjong dan suaminya Myungsoo dengan tangannya sendiri. Dua orang tersebut memanglah memiliki niat yang baik dan tulus, khususnya merawat sosok rapuh gadis kecilnya. Akan tetapi, cara yang dilakukan kedua orang itu benar-benar tidak bisa dimaafkan.

Mendengar cerita Kyungsoo tentang apa yang baru saja ia lihat berhasil menyulut api kemarahan seorang Oh Sehun. Dua orang itu, dengan tega berbuat buruk pada tuan dan nyonya Kim yang tidak lain adalah orang tua kandung Luhan. Menjadikan kalimat 'Tidak Ingin Kehilangan Luhan' sebagai alasan bagi sepasang suami istri tersebut untuk tetap membuat mereka terlelap dalam tidurnya.

"Kyungie, kau benar-benar melihatnya? Kau tidak salah lihatkan baby?"

Jong In mengusap sayang wajah Kyungsoo yang terlihat masih berantakan karena air matanya yang tidak berhenti sambil menceritakan kejadian yang ia lihat barusan kepada Sehun dan dirinya. Walau ia percaya pada Kyungsoo, tetapi dalam benaknya ia merasakan keraguan. Bagaimana mungkin sosok sehangat dan selembut Seungjong tega melakukan hal tersebut pada Luhan dan keluarganya.

"Kau tidak percaya padaku oppa?"

Kyungsoo menatap tidak percaya pada kekasihnya. Air matanya yang baru saja berhenti entah kenapa kembali menetes karena pertanyaan Jong In yang seperti tidak mempercayai dirinya. Dan tiba-tiba saja ia merasakan sebersik kemarahan yang muncul di dadanya.

"Bukan begitu baby! Aku bersumpah aku mempercayaimu, akan tetapi sedikit aneh saja mengingat bibi Seungjong dan paman Myungsoo yang terlihat seperti orang baik dan sangat menyayangi Luhan, melakukan hal yang mengerikan seperti yang kau ceritakan!"

Ucap Jong In sambil membawa kekasihnya yang kembali terisak kedalam pelukannya. Mengabaikan tangan mungil Kyungsoo yang memukul kencang dada dan tengkuknya.

"Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya Kim Jong In! Aku rasa pepatah tersebut cocok untuk Seungjoong dan suaminya!"

Dengus Sehun sambil menatap keluar jendela. Ia sudah menyelesaikan semua urusan perusahaan ayahnya di Canada dalam waktu dua minggu tanpa peduli siang dan malam agar bisa mendapat pengakuan dari dewan direksi yang ada di Seoul. Hingga ia berhasil membuktikan pada pemegang saham di perusahaan ayahnya, bahwa ia berhak mendapat posisi sebagai CEO di cabang terbesar perusahaan Kris di Seoul tanpa campur tangan ayahnya.

Dan ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, setelah ia kembali ke Seoul hal pertama yang akan dilakukannya adalah menyingkirkan Seungjong dan Myungsoo. Karena dari awal, Sehun memang sudah merasakan ada yang tidak beres dari pasangan tersebut.

"Aku akan menyingkirkan kalian dari Luhan-ku! Sialan!"

Ucap Sehun dengan aura kemarahan yang sangat kental pada dirinya saat ini. Sementara Kyungsoo dan Jong In menatap bangga pada Sehun yang kini posisinya diputar balik oleh waktu dan keadaan. Masih hangat dibenak Kyungsoo bagaimana sahabatnya Luhan berjuang keras untuk sosok tampan tetapi arogan seperti Sehun, tetapi sekarang semuanya berubah. Sehun lah yang harus berjuang untuk mendapatkan Luhan. Dan sebagai konsekuensinya, Sehun lah yang harus berusaha menjaga juga mengembalikan gadis kecil yang dipaksa dewasa sebelum waktunya tersebut.

Ø

Ø

Ø

Luhan tidak henti-hentinya mengeluarkan semua gaun terbaiknya dari dalam walk in closet yang ia miliki. Memposisikan gaun tersebut didepan tubuhnya, dan seketika melemparnya ke kasur apabila pakaian tersebut dapat dipertimbangkan, lalu membuang yang ia anggap tidak cocok ke atas sofa kamarnya.

Ia bahkan menatap kesal pada kaca besar didepannya karena tidak bisa memutuskan pakaian mana yang akan ia kenakan untuk malam ini. Demi paman Goblin yang berusia ribuan tahun, kamar Luhan yang selalu rapi sudah berubah menjadi seperti kapal pecah yang habis menabrak karang. Benar-benar berantakan dengan segala jenis dan bentuk pakaian yang berserakan bahkan hingga kelantai.

"Luhan!"

Seorang pria tampan yang baru memasuki usia tiga puluh tahun itu berjalan memasuki kamar putri kecilnya. Menatap bingung dengan apa yang dilakukan Luhan dengan semua pakaian dan kamarnya.

"Apa yang kau lakukan Lu? Ada apa dengan kekacauan ini?"

Tanyanya yang tidak dapat menyembunyikan kebingungan sekaligus kekesalannya pada gadis remaja didepannya ini.

"Oh, appa! Apa ini bagus? Atau yang ini?"

Tanya Luhan mendesak sambil memperlihatkan dua gaun cantik berwarna peach dan merah muda diatas lutut pada pria yang ia panggil ayah tersebut. Mengerjap polos dengan rengekan kecil yang benar-benar lucu dan menggemaskan.

"Astaga Lu, apapun yang kau kenakan akan selalu membuatmu mempesona sayang! Lagi pula kau ingin pergi kemana? Berkencan?"

Tanya Myungsoo sambil menatap menyelidiki pergerakan putri angkatnya. Mengusap sayang rambut panjang dan halus tersebut dengan penuh kelembutan.

"Hanya makan malam bersama klienku appa!"

Kekeh Luhan sambil menatap lucu ayah angkatnya. Ia masih setia memperhatikan pantulan dirinya didepan cermin besar sambil membandingkan kedua gaun ditangannya. Membuat Myungsoo mendengus kesal melihat kelakuan putrinya.

"Klien seperti apa yang akan kau temui dengan penampilan lembut khas anak remaja seperti itu Lu?"

Myungsoo mengacak rambut Luhan dari belakang. Mengecup singkat pucuk kepala sang gadis yang saat ini sudah mencapai batas bahunya.

"Ayolah appa, tidak selamanya aku harus menggunakan pakaian formal? Uh, itu tidak imut!"

Dengus Luhan sambil memajukan bibir mungilnya. Merajuk. Menghasilkan dengusan geli dari pria tiga puluh tahun tersebut.

"Benar sekali, lalu kenapa masih mengenakan pakaian yang tidak imut tersebut kekantor eoh? Kau bisa menggunakan pakaian yang kau suka baby girl~ tidak ada yang melarangmu memakainya!"

Luhan tersenyum sambil memandang Myungsoo. Akan tetapi siapapun tahu bahwa didalam senyuman tersebut, tersirat kesedihan yang mendalam. Bahkan dari tatapan Luhan yang tidak fokus dapat ditemukan bahwa gadis tersebut memiliki perasaan rindu yang begitu dalam.

"Aku hanya tidak ingin para pegawaiku merasa jauh dari diriku. Aku harus menghormati mereka yang menghabiskan setengah gaji mereka hanya untuk membeli pakaian kantor yang harganya tidak murah. Dan apabila aku mengenakan style ku yang selalu berubah setiap harinya, mereka akan merasa aku terlalu jauh untuk bisa bekerja sama dengan mereka."

Luhan masih tersenyum sambil meletakkan salah satu dari dua gaun ditangannya kembali pada walk in closet. Ia tersenyum puas pada pilihannya.

"Dan lagi, daddy dan mommy selalu menggunakan pakaian kantor saat bekerja, terutama mommy. Dia selalu berpesan kalau pakaian kantor akan membuatmu tetap dekat dengan pegawaimu. Dan aku setuju."

Luhan pun melangkah menuju kamar mandi. Meninggalkan Myungsoo yang hanya bisa terdiam mendengarkan perkataan remaja tersebut. Ia tahu Luhan memang pintar bahkan hingga masuk tahap jenius. Tapi ia terkejut mendengar penuturan bijak dan dewasa gadis tersebut. Membuat Myungsoo sadar bahwa gadis itu benar-benar sudah tumbuh dewasa lebih cepat dari usianya.

"Maafkan appa, Lu"

Lirik Myungsoo sambil memandang kosong pintu kamar mandi yang saat ini menjadi pembatas antara dirinya dan gadis mungilnya.

Ø

Ø

Ø

Luhan sampai didepan gerbang besar istana keluarga Oh tepat pukul enam lewat empat puluh menit. Mansion besar milik keluarga Oh memang sangat besar dengan halaman depan dan belakang yang luas. Hingga pagar besar dan pagar kawat menjadi pembatas untuk gerbang depan dan pembatas halaman belakang.

Berbeda dengan mantion Kim yang memang berada didaerah cukup sepi dengan danau besar sejauh tiga kilometer disisi kananya dan juga hutan yang berjarak tiga kilometer dari halaman belakangnya yang mengharuskan mantion Kim memakai pagar kawat besi disekelilingnya kecuali untuk bagian gerbang depan.

Gadis tersebut masih memandang rindu mantion keluarga yang cukup sering ia kunjungi saat masih elementary school dulu. Hingga ia sedikit terkejut saat Jongdae sudah membukakan pintu mobilnya. Luhan memang meminta Jongdae menemaninya malam ini. Karena entah kenapa, Luhan merasa ia akan sangat membutuhkan pria yang sudah ia anggap seperti paman baginya tersebut.

Jongdae pun menawarkan tangan kanannya untuk Luhan jadikan pegangan keluar mobil karena Jongdae pun dapat melihat raut pucat dan kesedihan diwajah nona mudanya tersebut. Ia maklum karena berpikir Luhan masih tidak menyukai kenyataan harus berhubungan kembali dengan orang-orang yang secara tidak langsung memang berpengaruh dalam mengubah karakternya tersebut.

"Apa kau baik-baik saja? Kalau tidak, kita bisa kembali Lu!"

Beginilah komunikasi Jongdae dan Luhan apabila hanya ada mereka berdua. Jongdae benar-benar memperlakukan gadis kecil sahabatnya tersebut sebagai adik, anak, dan juga rekan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan gadis tersebut.

"Aku baik-baik saja paman! Sudahlah, lebih baik kita masuk sekarang!"

Ucap Luhan sambil tersenyum. Walau ia tersenyum Jongdae tau bahwa senyuman gadis tersebut tidaklah benar-benar tulus dari hatinya. Karena ia sudah hafal mana senyuman Luhan yang tulus dan juga mana senyuman yang dihasilkan dari topeng kasat mata yang selalu Luhan kenakan. Jongdae menatap kosong tangan Luhan yang sekarang tengah meremas tangannya. Dan saat ia kembali menatap wajah gadis tersebut, Luhan kembali kepada dirinya. Terlihat kuat dan pongah dengan raut dingin penuh durinya.

Dan Jongdae hanya mampu menghembuskan nafasnya pasrah. Luhan yang sekarang benar-benar pintar menyembunyikan perasaannya. Setelahnya, pria tersebut berjalan lebih dahulu untuk menuntun jalan Luhan. Hingga akhirnya mereka disambut oleh pelayan rumah yang dengan segera mengambil alih baju hangat mereka dan menuntun mereka keruang tengah mansion keluarga Oh.

"Luhan, kau sudah datang?"

Suara Zitao terdengar riang dan penuh semangat. Wanita tersebut bahkan tidak berhenti tersenyum sambil melangkah kelantai bawah bersama suaminya. Dan lagi, Zitao terjatuh pada pesona Luhan yang benar-benar cantik dan menggemaskan. Apalagi dengan mini dress santai berwarna merah muda dan rambut yang di cepol kuda dengan pony lurus tersebut. Membuat Zitao merasa kembali melihat soosk mungil yang dahulu sering bermain bersamanya dimansion ini. Putri kecil kedua sahabat baiknya.

Sementara Luhan segera menundukkan kepalanya sebagai bentuk tata kramanya pada investor di perusahaannya. Berusaha untuk tidak kembali terjebak dalam situasi pelik dalam dirinya seperti pertemuan mereka sebelumnya. Ia tidak ingin kembali terlihat lemah dihadapan siapapun.

"Apa kabar tuan dan nyonya Oh"

Sapa Luhan seadanya. Membuat Zitao dan Kris hanya mampu menatap iba pada tubuh mungil yang tampak makin sempurna tersebut. Tao mengundang Luhan ke mansionnya bukan untuk diperlakukan sebagai rekan bisnisnya. Ini semua murni karena rasa rindu dan bersalahnya yang semakin menumpuk setiap harinya. Hingga akhirnya Zitao yang tidak tahan lagi dengan sikap dingin Luhan segera berlari memeluk tubuh mungil gadis kecil milik Junmyeon dan Yixing tersebut.

"Maafkan bibi Lu, maafkan bibi! Ini semua salah bibi sayang. Bibi mohon jangan menghukum bibi tua ini lagi~"

Tao yang merasa tidak sanggup lagi diperlakuan dingin oleh Luhan kemudian menangis dipelukan gadis tersebut. Memeluk erat tubuh kecil Luhan yang dapat ia rasakan ternyata lebih mungil dari perkiraannya.

Membuat Kris dan Jongdae hanya menatap iba pemadangan didepan mereka. Tidak ada yang bersalah dalam hal ini sebenarnya. Hanya keadaan dan keberuntungan yang belum berpihak pada kebahagiaan mereka. Hanya mampu berdoa agar keadaan seperti neraka disini cepat berakhir walau mereka yakin semua memang akan berakhir cepat ataupun lambat.

Sehun pun yang baru saja turun dari lantai atas kamarnya turut terdiam melihat ibunya yang kini menangis dipelukan Luhan. Ia tahu, ibunya sangat merindukan gadis tersebut. Tao bahkan tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab berubahnya Luhan. Membuat hati kecilnya menjerit untuk berusaha lebih keras agar Luhan bisa kembali seperti dirinya dahulu. Gadis kecil lugu dan menggemaskan. Yang selalu menebar senyuman malaikatnya dengan tekat dan ketulusannya yang kuat. Ia benar-benar merindukan Luhan yang selalu memanggilnya oppa dengan suaranya yang menggemaskan. Dan juga ia merindukan Luhan dan sifat percaya diri serta arogansinya.

Kedua pasang mata itu bertemu dengan tidak sengaja. Akan tetapi tidak ada salah satupun dari mereka yang memilih menghindari tatapan tersebut. Tatapan lembut yang mengandung makna kerinduan dan juga putus asa dari onyx tajam sang pria. Dan juga tatapan kekecewaan dan kerinduan dari onyx rusa gadis tersebut. Untuk beberapa saat mereka menikmati perasaan yang berdesir dalam diri mereka. Menahan genangan air mata yang siap jatuh apabila mereka mengedipkan mata.

"Luhan!"

Kris berjalan mendekati Tao dan Luhan. Ia berusaha memperlihatkan senyumannya sebaik mungkin walau air mata juga sudah tidak sanggup ia bendung lagi. Hingga setetes liquid bening tersebut membasahai pipinya. Dan Kris menghapusnya cepat. Kris bahkan sudah membawa Tao kepelukannya. Membiarkan sang istri menggigit lengannya untuk menyembunyikan isakannya.

"Selamat datang kembali Luhannie~"

Ucap Kris sambil megusap sayang rambut Luhan yang saat ini tengah diikat ekor kuda yang sangat rapi. Dan Luhan bersumpah, kehangatan ini. Kehangatan yang hampir sama dengan sentuhan orang tuanya. Kehampaan yang ia rasakan saat Seungjoong ataupun Myungsoo menyentuhnya tak ia rasakan saat Kris dan Tao menyentuhnya. Hanya menyebabkan timbulnya cubitan kecil dihatinya yang secara langsung mengingatkannya pada Mommy dan Daddy nya yang saat ini masih terbaring di kamar pribadi mereka.

Dan tanpa Luhan sadari, ia menutup matanya saat Kris menyentuh kepalanya. Bahkan air mata juga jatuh dari kelopak rusanya saat ia menutup mata. Dengan wajah yang saat ini benar-benar merah menahan dirinya untuk tidak berteriak dan memeluk dua orang didepannya.

Hingga Luhan hanya mampu mengepalkan kedua tangannya dengan erat sambil terisak pelan. Dan lama kelamaan isakannya tersebut semakin terdengar keras di mansion luas keluarga Oh.

Hiks~

Siapapun yang mendengar isakan tersebut akan merasakan hatinya teriris perlahan namun menyakitkan. Seolah menyampaikan seberapa besar perasaan terluka dan juga kerinduan yang disimpan gadis remaja tersebut.

Aarrgghh~

Dan raungan keputus asaan tersebut menjadi pernyataan tidak langsung dari gadis tersebut bahwa ia lelah menanggung semua bebannya seorang diri dan saat ini ia sudah sampai pada batasnya. Menumpahkan air mata yang selama ia tahan agar tak telihat lemah barang sedetikpun.

Pria tersebut segera berlari menggapai tubuh mungil yang terlihat benar-benar kecil dan rapuh tersebut. Membawanya kedalam dekapan hangat yang memang sangat dibutuhkan sang gadis. Membiarkan gadis tersebut menumpahkan segala bebannya lewat mata tersebut.

"Maafkan aku Lu, maafkan aku! Aku sudah disini~"

Sehun membisikkan kata-kata penenang yang ia miliki sambil memeluk erat tubuh mungil Luhan. Air matanya juga tidak bisa ia bendung lagi saat melihat secara langsung betapa kesakitannya sosok mungilnya. Sosok mungil yang selama ini ia rindukan akan tetapi tidak mampu ia gapai sepenuhnya. Sosok mungil yang ia biarkan menanggung beban berat sendirian.

Dan Luhan tidak lagi menolak sentuhan seorang Oh Sehun. Tidak berniat menjauhkan sosok yang diam-diam selalu ia rindukan dalam mimpinya. Sosok yang memang selalu masuk dalam doanya di malam hari. Pria yang -mungkin hingga saat ini masih menjadi cinta pertamanya.

Sementara Tao dan Kris beserta Jongdae hanya menatap haru sepasang insan didepan mereka. Sepasang cucu adam yang memiliki perasaan yang sama akan tetapi belum bisa disatukan oleh takdir. Diam-diam berharap setelah malam ini semua akan kembali seperti dahulu. Dan apabila belum bisa, mereka dengan terpaksa akan tetap mengembalikan semuanya dengan cara mereka sendiri. Berusaha melawan takdir apapun yang akan terjadi kedepannya.

Ø

Ø

Ø

Suasana canggung benar-benar terasa dikediaman mewah milik keluarga Oh. Tiga orang dewasa disana tampak masuk dalam dunia mereka sendiri. Kris dan Jongdae beserta Sehun tampak tengah membicara suatu hal yang serius di ruang kerja Kris. Sementara Luhan berada di dapur mansion untuk membantu Tao dan para maid nya menata makanan di meja makan. Keadaan Tao tampak jauh lebih baik saat ini, begitu pula dengan Luhan.

Tao bahkan tak berhenti bersenandung dalam bahasa China yang Luhan sendiri mengerti artinya. Membuat Luhan terkekeh kecil saat melihat Tao menggerakkan tubuhnya kekiri dan kekanan sambil bernyanyi. Terlihat seperti seorang gadis remaja yang baru saja menikmati kencan yang manis dengan kekasihnya.

"Bibi, kau bisa duduk sekarang, aku akan menyelsaikan ini!"

Luhan berbicara untuk menghentikan kegiatan Tao yang masih menata piring-piring yang penuh hidangan lezat tersebut dimeja makan.

"Kenapa? Ini masih banyak sayang!"

Rengek Tao sambil melirik beberapa piring yang masih tersisa di tangan para maidnya dibelakang Luhan. Menghasilkan kekehan kecil dari Luhan karena ia tahu, bahwa ibu dari pria yang menjadi cinta pertamanya ini hanya sedang menolak untuk berpisah dengannya.

"Tidak apa bi, aku bisa menyelesaikan ini, sebaiknya bibi panggil paman dan yang lain! Sudah waktunya kita makan bersama!"

Luhan memindahkan piring dari tangan maid dibelakangnya sambil menatanya dimeja makan. Ia tersenyum lembut pada Tao yang saat ini tengah memajukan bibirnya karena kesal. Walau dalam hati, Tao merasa bahagia saat melihat senyuman Luhan kembali cerah dan lembut seperti dahulu. Walau kesan dingin dan canggung masih sedikit terasa dari sosok tersebut. Tapi Tao yakin, Sehun nya pasti bisa megembalikan sosok Luhan kecilnya yang manis.

"Aish, kenapa? Apa Lulu tidak suka bibi bernyanyi eoh? Kalau begitu bibi tidak akan bernyanyi, jadi jangan mengusir bibimu yang cantik ini!"

Tao mulai merengek sambil bertindak menggemaskan pada Luhan. Menatap gadis mungil tersebut dengan mata pandanya yang bersinar karena air mata. Membuat siapapun tidak akan tega melukai hati wanita tersebut.

"Astaga bi, itu tidak benar! Aiyoo, aku menyukai suara bibi, hanya saja, aku tidak ingin bibi kelelahan"

Luhan menatap Tao dengan tatapan bersalahnya. Membuat Tao menahan diri untuk tidak mencubiti pipi gembul Luhan karena tatapan gadis ini benar-benar membuatnya gemas setengah mati.

"Astaga sayang! Kau baik sekali! Baiklah, bibi akan panggilkan paman dan oppamu! Tunggu sebentar!"

Tao mengecup gemas pipi kanan Luhan. Sebelum berlari kecil dengan senyuman yang masih setia diwajahnya, menuju ruang kerja suaminya. Tempat suami, putra, serta sahabatnya berada saat ini. Meninggalkan Luhan yang saat ini tengah terdiam sambil memegangi pipinya. Entah kenapa, perasaan hangat itu kembali datang memenuhi hatinya. Membuatnya kembali merindukan sosok ibu dan ayah kandungnya yang saat ini masih setia dalam tidur panjangnya.

"Mommy~"

Lirih Luhan. Dan sebelum ia kembali pada kesedihannya, ia segera memukul pelan kedua pipi gembulnya bergumam 'tidak boleh menangis lagi Lu'lalu kembali tersenyum dan melanjutkan pekerjannya yang tertunda.

.

.

.

Ketiga pria dewasa tersebut tampak serius memikirkan cara untuk menghancurkan orang-orang sudah berani merusak kehidupan keluarga Kim. Orang-orang yang dengan berani mengibarkan bendara peperangan pada dua sosok kuat yang masih terbaring di kamar mewah mansion Kim. Berusaha merebut segla yang dimiliki keluarga terpandang tersebut melalui sosok kecil, putri mereka. Membuat mereka bertiga benar-benar geram dan berniat menghabisi semua orang tersebut dengan mudahnya.

"Tidak, membunuh mereka hanya akan mengotori tangan kita!"

Kris bergumam rendah untuk menyanggah pendapat Jongdae barusan. Ia memandang datar jendela ruangan kerjanya yang menampilkan pemandangan halaman belakang miliknya.

"Dan apabila mereka mati, hal itu hanya akan menjadi mudah untuk mereka. Mereka tidak akan bisa merasakan apa yang dirasakan Junmyeon dan Yixing. Dan mereka juga tidak akan merasakan beban dan tekanan berat yang telah mereka berikan pada Luhanie"

Kris tersenyum misterius yang cukup menyeramkan untuk Sehun dan Jongdae. Menjadikan aura ruangan tersebut terasa dingin mencekam secara kasat mata.

"Sehun, aku akan menyerahkan dua saudara Junmyeon padamu, Kim Seohyun dan Kim Taewook. Kau juga boleh membantuku menarik perhatian Taeyeon dan Seungjong, hanya saja untuk menyingkirkan kedua orang itu, aku dan Jongdae yang akan melakukannya"

Ujar Kris sambil menatap dalam Sehun. Seolah menyampaikan bahwa perkataannya bukan untuk dibantah. Kris tahu bagaimana watak putranya. Karena bagaimanapun pepatah 'Like Father Like Son'masihlah berlaku di keluarga mereka.

"Aku rasa akan sangat menyenangkan kalau aku yang menyingkirkan Taeyeon! Aku rasa kau tahu masa lalu kami Kris!"

Kekeh Jongdae sambil menatap Kris dengan tatapan penuh artinya. Yang dibalas dengan seringaian tak kalah licik nya dari seorang Kris Oh.

"Baiklah, aku rasa tidak akan sulit melihat dua orang itu tidak memiliki banyak pergerakan selama ini."

Ujar Sehun yang merasa hanya ia yang belum memikirkan rencana menyingkirkan Seohyun dan Taewook.

"Jangan lengah Oh Sehun, karena saudara kembar itu tidak jauh berbeda dengan Taeyeon. Mereka sama liciknya"

Ujar Jongdae memperingatkan Sehun.

Tokk tokk

Pintu kayu tersebut diketuk dari luar dua kali. Mengehentikan pembicaraan ketiga pria dewasa tersebut dan secara reflek mengalihkan pandangan mereka pada sosok yang saat ini tengah membuka pintu kayu tersebut.

"Apa kalian sudah selesai? Makan malam sudah siap, jadi bisa kita makan malam sekarang?"

Tanya Tao dengan tidak sabaran. Jujur saja, ia juga sudah merasa sangat lapar sehabis menangis tadi.

"Kami sudah selesai mom!"

Sehun terkekeh melihat raut wajah lucu ibunya. Raut lucu yang sudah lama tidak ia lihat. Karena selama ini Tao hanya memiliki satu ekspressi. Yaitu murung. Terlihat seperti dirundung beban berat dengan air mata yang akan jatuh setiap ia sendirian. Membuat Sehun tak bisa berhenti bersyukur karena Tuhan masih membiarkannya memiliki Luhan untuk kembali menjadi pembawa kebahagian dikeluarganya.

"Baguslah karena aku dan gadis kecilku juga sudah tidak bisa menunggu lebih lama!"

Tao meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah santai seperti model Victoria's Secret yang sering ia lihat. Berjalan kemeja makan berniat menghampiri gadis kecilnya.

.

.

.

Luhan menatap layar ponselnya dengan wajah bingung. Menatap ragu id pemanggil yang tertulis dilayarnya. Hingga akhirnya Luhan menggeser slide ponselnya ke arah kanan menerima panggilan tersebut.

"Halo"

"Luhan, apa Kyungsoo sedang bersamamu?"

Luhan sedikit terkejut mendengar nada suara diseberang sana yang terdengar panik dan cemas. Ia mengerutkan keningnya karena tidak mengerti kenapa seorang Kim Jong In menanyakan kekasihnya pada dirinya. Walau ia sahabat baik Kyungsoo, tapi bukankah Kyungsoo lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Jong In dibanding dirinya. Karena siapapun tahu bahwa Luhan jauh lebih sibuk dari pada Jong In.

"Tidak, Kyungsoo sedang tidak bersamaku! Ada apa oppa?"

"Shit! Kyungsoo tidak pulang dari tadi siang. Padahal jam sekolahnya sudah berakhir sejak empat jam yang lalu! Berengsek!"

Luhan dapat mendengar suara benda yang dipukul keras saat ini. Dan Luhan sangat yakin kalau pria tan itu baru saja memukul kencang kemudi mobilnya sebagai pelampiasan kekesalannya.

"Ayolah oppa, tenang dulu! Apa mungkin Kyungsoo sedang di rumah Jongkook? Atau kau bisa mencarinya di rumah bibinya, Minsoek!"

Usul Luhan sambil berusaha tenang. Sejujurnya ia juga mulai merasakan hal yang janggal dengan keadaan ini. Ia sangat hafal bagaiman sifat Kyungsoo. Gadis itu tidak mungkin pergi kesuatu tempat tanpa mengabari orang-orang terdekatnya. Terutama Jong In. Karena siapapun dapat melihat, kalau poros seorang Do Kyungsoo saat ini adalah Kim Jong In, begitupula sebaliknya.

"Aku sudah mencarinya kemana-mana Lu! Tapi aku tetap tidak menemukannya. Orang tuanya sedang ada di Jepang, dan Kyungsoo sudah meginap di apartemenku beberapa hari ini. Aku sudah mendatangi bibi Minseok dan Jungkook, mereka bilang tidak melihat Kyungsoo!"

Luhan dapat mendengar nada kefrustasian dari getaran suara Jong In. Membuat Luhan secara reflek menggigit kukunya karena demi apapun ia juga mulai merasakan perasaan takut dan khawatir saat ini.

"Shit, aku rasa semua ini ada hubungnnya dengan wanita ibllis itu! LUHAN, KALAU SAMPAI TERJADI SESUATU PADA KEKASIHKU MAKA IBU-"

Luhan tidak lagi mendengar bentakan Jong In yang tampak sedang marah besar tersebut karena seseorang yang merebut ponselnya dan mematikan panggilan tersebut. Membuat tubuh mungil gadis tersebut segera berbalik menatap pria yang entah sejak kapan sudah berada dibelakangnya. Menatapnya dengan pandangan tidak mengerti.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mematikannya sesukamu! Jong In oppa belum menyelesaikan perkataannya!"

Luhan berusaha merebut kembali ponselnya dari tangan Sehun. Entah kenapa rasa takutnya yang tadi besar berubah menjadi perasaan asing yang Luhan sendiri tidak mengerti. Ia tidak tahu maksud perkataan Jong In karena perkataan pria tersebut segera terputus karena ulah Sehun. Luhan hanya menangkap kata 'wanita iblis' dan 'ibu' dari bentakan Jong In.

"Aku yang akan membantu Jong In mencari Kyungsoo! Kau kembalilah ke meja makan, tunggu aku! Aku harus bicara dengan Jong In!"

Sehun menahan pergerakan Luhan dengan menggenggam kedua tangan gadis tersebut dengan satu tangannya. Sementara satu tangannya yang lain menyentuh pipi halus Luhan. Membawa onyx rusa itu menatap onyx tajamnya. Berusaha menenangkan Luhan dan perlahan membuat sosok kecil itu agar hanya bergantung padanya.

Dan Luhan yang melihat tatapan Sehun yang tajam akan tetapi penuh dengan kelembutan tersebut akhirnya menganggukkan kepalanya. Karena ia pun sadar, ia tidak berpengalaman dengan hal seperti ini. Ia tidak pernah terlibat dalam hal pencarian orang dan masalah kompleks seperti ini. Jadi ia berfikir tidak ada salahnya mempercayai Sehun dan menerima tawaran pria ini untuk menyelesaikan masalah Kyungsoo.

"Kembalilah kemeja makan, aku akan segera menyusul!"

Sehun tersenyum sekilas pada Luhan. Membuat gadis tersebut balas tersenyum padanya. Dan Luhan kembali ke meja makan. Meninggalkan Sehun yang saat ini kembali menghubungi sahabat baiknya sejak kecil tersebut.

"Berengsek, berani sekali kau mematikan panggilanku, kau-"

"Ini aku! Berani sekali berkata kasar pada Luhan!"

Suara Sehun terdengar datar dan dingin. Tapi tersirat kemarahan besar disana. sehun sudah menahan emosinya saat Jong In mulai berkata kasar pada Luhan tadi, dan saat ia mendengar sendiri bagaimana Jong In mengumpat dan mengancam gadisnya makan habis sudah kesabaran seorang Oh Sehun.

"Cih! Kau marah eoh? Kau ingin membunuhku karena mengumpat pada kekasihmu? Silahkan Oh Sehun yang terhormat! Tapi sebelumnya kau pastikan dulu keadaan kekasihku saat ini! Kalau sampai terjadi sesuatu pada Kyungsoo ku maka kalian akan merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Kyungsoo!"

"Berengsek! Kau mulai menantangku?"

Kemarahan Oh Sehun sudah sampai batasnya mendengar perkataan Jong In. Tangan kirinya bahkan sudah mengepal erat hingga membuat kuku jarinya memutih. Rahang tegasnya bergemelatuk kasar mendengar perkataan pria yang tumbuh besar bersamanya tersebut.

"Tidak! Aku hanya memperingatkanmu! Shit! Ini semua karena kau dan Luhan! Kyungsoo ku tidak ada sangkut pautnya dalam masalah keluarga kalian! Tapi kenapa? KENAPA KAMI JUGA HARUS TERLIBAT DALAM KEGILAAN INI BERENGSEK!"

Sehun terdiam dengan perkataan Jong In. Bagaimana pun Jong In benar. Kyungsoo ataupun Jong In tidak terlibat dalam masalah ini. Tetapi semua menjadi tambah rumit karena mereka menjadikan Kyungsoo sebagai kambing hitam dalam masalah kedua keluarga mereka. Dan Sehun tidak bisa membiarkan orang seperti Jong In dan Kyungsoo ikut terlibat lebih banyak dalam masalah ini.

"Maafkan aku Jong In! Aku akan membantumu mencari Kyungsoo. Aku akan menyuruh orang-orang kepercayaanku melacak keberadaan Kyungsoo, dan aku akan mengutus Woobin untuk mengawasi Seungjong dan suaminya!"

"Sialan!"

Ppiip~

Dan panggilan tersebut diputus sepihak oleh Jong In. Walau begitu Sehun mengerti kalau sahabatnya itu menerima bantuannya. Membuat Sehun menghela nafas berat untuk menenangkan dirinya. Bohong kalau ia tidak merasa takut. Sehun dapat merasakan jantungnya berdetak sangat cepat saat ini. Ia takut terjadi sesuatu pada Kyungsoo. Karena Sehun tahu, ini semua terjadi pasti karena Kyungsoo menjadi kunci penting dalam masalah Luhan.

Luhan pasti tidak akan semudah itu percaya padanya ataupun pada Jong In dengan apa yang dilihat Kyungsoo kemarin. Kecuali pria bermata besar itu yang mengatakannya secara langsung pada Luhan. Karena siapapun tahu kalau Luhan sangat menyayangi orang tua angkatnya, dan Luhan pasti berfikir kalau Sehun hanya mengada-ada karena ingin menjauhkannya dari ayah dan ibu angkatnya.

Setelah mengacak rambutnya sebagai bentuk pelampiasan sakit dikepalanya yang mulai datang, Sehun mengeluarkan ponselnya. Menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk menyelediki keberadaan kekasih sahabat baiknya. Dan juga menjaga gerak gerik Seungjong maupun Myungsoo di kediaman Kim.

Dan sebelum membuat Luhan curiga dan maki khawatir, iapun berjalan menuju ruang makan. Mendatangi tempat ayah ibu, paman dan juga Luhan yang telah menunggunya untuk makan bersama. Lalu untuk menenangkan Luhan, Sehun melemparkan senyuman terbaiknya saat gadis tersebut meliriknya. Membuat desahan lega dapat ia dengar dari gadis Kim tersebut.

tao yang melihat putranya sudah datang tersenyum sangat cerah. Ia tidak membiarkan siapapun makan sebelum meja makan mereka lengkah. Dan saat melihat Sehun mendatangi mereka, dapat Tao lihat dengusan serta rutukan kesal seorang Kris Wu muncul sambil menatap tajam Sehun. Mengabaikan sekitarnya yang tampak tercekik tidak kasat mata karena aura dingin mereka.

"Sudahlah, selamat makan semuanya!"

Ujar Tao dengan semangat. Ia memakan makanannya tepat setelah Kris memakan suapan pertamanya. Diikuti oleh tiga orang lainnya yang juga mulai menikmati makan malam mereka bersama-sama. Walau tidak ada lagi pembicaraan, tapi dapat Luhan lihat bahwa keluarga tersebut adalah tipekal keluarga yang cukup menjunjung tata krama dan formalitas. Membuat Luhan juga tidak berniat lagi untuk berbicara ditengah acara makan mereka.

.

.

.

Dua insan tersebut berjalan di tengah keheningan malam taman belakang mansion Oh. Taman yang juga terdapat kolam berenang disisi kanannya. Kolam tempat Sehun menikmati waktu sendiri saat pertama kali Luhan berkunjung ke mansion keluarganya. Taman tempat Luhan merutuki Tao karena terus mencubiti pipinya. Dan juga, taman tempat Sehun pertama kali melihat gadis kecil yang saat ini sudah menjadi seorang remaja cantik disampingnya.

Tidak ada yang membuka pembicaraan diantara mereka berdua. Luhan terlihat sibuk dengan pemikirannya sendiri, masih tentang Jong In dan Kyungsoo. Ia merasa khawatir, tapi entah kenapa ia juga merasakan perasaan takut dalam dirinya. Takut dengan kenyataan Kyungsoo yang bisa saja di culik, atau dengan Jong In yang tiba-tiba membentaknya.

Sementara Sehun, ia tidak tega mengatakan keadaan yang sebenarnya pada Luhan. Padahal sejak kemarin ia sudah ratusan kali berlatih untuk berbicara pada Luhan tentang permintaan maaf, perasaannya, hingga orang tua angkat gadis ini. Tetepi entah kenapa, lidahnya terlalu kelu sekarang. Ia merasa sudah menjadi pecundang saat membiarkan Luhan pergi dari hidupnya. Dan sekarang ia juga merasa menjadi semakin pengecut karena tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada gadis tersebut.

"Aku tidak tahan lagi! Aku harus pergi sekarang!"

Akhirnya Luhan mengeluarkan suaranya setelah dua puluh menit ketenangan mereka. Gadis itu bahkan langsung berbalik membelakangi Sehun.

Sehun bukan tidak mengerti maksud gadis ini. Ia tahu Luhan pasti tidak tahan dengan pikirannya yang tengah bercabang. Sehun tahu, gadis itu sejak tadi memikirkan apa yang sedang terjadi pada sahabatnya. Ditambah lagi, saat ini ponsel Luhan sudah Sehun serahkan pada Jongdae. Luhan pasti tidak tahan ingin membantu Jong In menemukan Kyungsoo dan juga menanyakan kelanjutan kalimat pria tan tersebut.

Tapi Sehun tidak ingin melihat Luhan hancur untuk yang kesekian kalinya. Ia takut gadis ini akan semakin terluka dan menghilang lagi dari kehidupannya. Ia tidak bisa membayangkan Luhan yang menangis sendiri kembali. Dan pilihan Sehun adalah

Grepp~

Menahan gadis yang menjadi cinta pertamanya itu agar tidak kembali mendekat pada hal yang akan menjadi sumber kesedihannya.

"Kau tidak akan kemana-mana Kim Luhan!"

Suara Sehun memang terdengar tegas dan dingin. Tapi Luhan tahu, pria itu tengah berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar. Bahkan Luhan bisa merasakan aura putus asa dan rasa bersalah dari sosok Oh Sehun. Membuat sesuatu dalam diri Luhan memuncak ingin berbalik dan memeluk lagi tubuh kokoh tersebut. Hanya saja, sesuatu dalam dirinya mengatakan untuk tidak bersikap mudah pada Sehun.

"Maaf, tapi aku memiliki urusan penting saat ini!"

Luhan tahu menolak perintah Oh Sehun adalah sebuah kesalahan. Ia bahkan merasakan tangan Sehun mengenggam erat pergelangan tangannya. Membuat rasa nyeri perlahan timbul di sana, meninggalkan bekas kemerahan yang Luhan yakin terasa panas saat Sehun melepaskannya nanti.

"Aku yang akan menyelesaikan urusan pentingmu itu! Untuk saat ini, pulanglah Lu! Kau harus istirahat!"

Suara Sehun melembut kembali. Sehun melangkah mendekat pada tubuh Luhan yang terlihat lebih kecil didepannya. Ia berdiri di belakang gadis tersebut. Melingkarkan tangannya yang tadi menggenggam tangan Luhan dileher gadis tersebut. Meletakkan tanganya yang lain melingkar di kepala yang lebih kecil. Menarik Luhan agar bersandar didadanya, lalu meletakkan dagu lancipnya di pucuk kepala Luhan.

Luhan dapat merasakan kehangatan Sehun di tubuhnya. Hembusan nafas pria tersebut bahkan terasa hangat di pucuk kepalanya. Luhan sudah masih mengingat aroma tubuh Sehun sejak pertama kali mereka bertemu di mansionnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat Luhan bosan sama sekali. Entah kenapa aroma Sehun menjadi salah satu aroma yang menjadi favoritnya.

"Aku akan mengantarmu pulang Lu!"

Luhan tidak dapat membantah perkataan Sehun kali ini. Ia merasa telah kembali pada dirinya yang dahulu. Dirinya yang begitu mencintai Sehun dan rela melakukan apa saja yang diinginkan pria tersebut. Dirinya yang menyerahkan seluruh hatinya pada sosok pria yang dulu tidak melihatnya. Dan Luhan merutuki kenyataan ini. Merutuki jantungnya yang berdetak cepat. Meurutuki wajahnya yang memerah dengan sendirinya. Dan merutuki tubuhnya yang kaku tidak ingin bergerak setidaknya untuk melepaskan pelukan hangat Oh Sehun. Membuktikan bahwa pria ini masih menjadi penyebab bagi dirinya menjadi lost control.

Sehun pun yang tidak mendengar penolakan dari Luhan pun perlahan melepas pelukannya. Setelah sebelumnya ia kembali mendaratkan kecupan hangat dipucuk kepala gadis tersebut.

Sehun menggenggam tangan kanan Luhan dengan tangan kirinya. Melirik pergelangan tangan gadis tersebut yang masih memerah akibat genggamaannya yang terlalu erat. Mengusapnya sayang penuh rasa bersalah.

"Maafkan aku Lu!"

Maaf Sehun bukan hanya untuk memar yang baru saja ia lukiskan di pergelangan tangan Luhan. Maaf Sehun adalah perwakilan untuk maaf atas segala kesalahan bodoh yang pernah ia lakukan pada gadis dihadapannya. Mewakili segala penyesalan yang menjadi pemisah antara dirinya dan gadis yang menjadi cinta pertamanya.

"Kau pikir apa yang sudah kau lakukan padaku? Kau pikir siapa dirimu?"

"Kau bahkan bukan seorang malaikat. Kau bukan seorang idola. Kau bukan bangsawan yang lebih kaya dari keluargaku."

"TAPI KENAPA KAU BISA MEMBUATKU JATUH CINTA PADAMU, BAJINGAN!"

Luhan tidak lagi bisa menahan dirinya. Menyimpan hal yang mencekiknya selama ini. Ia tidak bisa menahan dirinya saat melihat tatapan Sehun sekarang yang benar-benar berbeda dengan yang selalu ia berikan padanya sebelum semua hal gila ini terjadi. Dan Luhan tidak dapat mengontrol ego dan hatinya yang kembali mengalami konflik dan kebimbangan.

Hatinya mengatakan untuk segera mengakhiri pertengkarannya dengan Sehun, karena bagaimanapun cintanya masihlah utuh untuk pria dihadapannya. Sementara egonya memberontak untuk segera menjauh dari sosok tersebut. Membisikkan bahwa saat ini Sehun hanya sedang mengasihani dirinya. Sedikit merasa bersalah karena membiarkan seorang gadis sepuluh tahun berpisah dari orang tuanya hanya untuk dirinya.

Hingga akhirnya Luhan hanya bisa melampiaskannya dengan memukul-mukul dada bidang Sehun yang tepat berada dihadapannya. Memukul dengan kepalan mungilnya yang justru hanya terasa seperti sebuah bola karet mainan bayi bagi Sehun.

Hiks~

"BERENGSEK! -hiks- BAJINGAN KAU! -hiks- AKU MEMBENCIMU!"

Luhan masih setia mengutuk Sehun dengan berbagai umpatan yang ia ketahui. Air matanya bahkan sudah ikut menetes. Membuat pukulannya didada Sehun melemah dengan sendirinya.

"Aku tahu, maafkan aku Lu! Aku yang benar-benar bodoh!"

Sehun membawa kembali sosok mungil Luhan kedalam pelukannya. Tanpa ia sadari air mata juga perlahan menetes di wajah tampannya. Memeluk erat Luhan yang kini membalas pelukannya.

"Mati saja kau sialan bodoh!"

Luhan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Sehun. Berusaha meredam isakannya didada Sehun.

"Aku mencintaimu Lu! Sangat mencintaimu!"

Dan seluruh ego dan juga perasaan ragu didada Luhan luruh tanpa sisa setelah Sehun mengucapkan kata-kata yang selama ini sangat ingin ia dengar dari bibir pria tersebut. Setidaknya ia bisa kembali meraskan setidaknya sedikit kebahagian karena keberadaan Sehun disisinya. Membawa keyakinan tersendiri pada Luhan bahwa kali ini pria tersebut bersungguh-sungguh dengan perasaannya.

"Sialan! Kau membuatku jatuh cinta lagi dan lagi padamu Oh berengsek Sehun!"

Sementara Sehun hanya tertawa kecil mendengar jawaban Luhan. Entah kenapa Luhan yang naughty terlihat menggemaskan baginya. Setidaknya sisi ini adalah sisi Luhan yang sesungguhnya. Sisi gadis kecil yang sesuai dengan usianya saat ini.

"Aku juga sayang!"

Sehun mengecup sayang pucuk kepala Luhan. Hanya saja kali ini cukup lama dan dalam. Seoalah menyampaikan bahwa ia benar-benar mencintai sosok mungil dipelukannya.

Sementara dua insan tersebut telah melakukan pengakuan satu sama lain dengan sangat manis, tiga orang dewasa disana hanya dapat menonton mereka dari kejauhan. Tao bahkan sudah mengambil kameranya untuk mengabadikan moment manis dan romantis yang dibintangi oleh putranya dan juga putri sahabatnya. Ia tersenyum sangat bahagia. Berharap suatu hari nanti ia akan memamerkan hasil fotonya ini pada Yixing.

Berbeda dengan Jongdae yang saat ini menatap pasangan muda tersebut dengan tatapan bingung dan ragu-ragu. Tangannya menggenggam ponsel Sehun dengan erat. Ia baru saja mendapat foto Kyungsoo beserta ancaman di mailbox Sehun. Akan tetapi ia tidak tega menghancurkan moment kedua orang tersebut. Hinga akhirnya Jongdae mengutus orang-orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan si pengirim pesan lebih dahulu. Setidaknya nanti saat ia sudah memiliki waktu bicara dengan Sehun, ia akan mengatakannya pada pria itu. Dan semoga saja, orang-orangnya segera menemukan tersangka penculikan Kyungsoo beserta keberadaan gadis tersebut saat ini. Hingga Sehu tidak perlu turun tangan untuk masalah ini.

.

.

.

Cahaya ruangan yang remang-remang menjadi ucapan selamat untuknya. Pandangannya yang awalnya kabur sedikit demi sedikit menjadi terang. Memperjelas penglihatannya untuk mengeksplore isi ruangan yang ia tempati saat ini. Seketika ia tersenyum dengan bibir pucatnya.

Ini kamarku~

Ia menolehkan pandangannya. Melirik sisi kanan yang ia rasa ditempati orang lain. Dan ia menangis tanpa suara melihat pria disampingnya. Pria yang sangat ia cintai dengan seluruh jiwanya. Pria yang selalu ada disaat dirinya berada dititik paling rendahnya ataupun saat ia berada di titik terbahagianya.

Junmyeon-ah~

Ia sangat ingin berteriak menyadarkan suaminya. Tetapi suara yang keluar dari tenggorakannya hanya nyaris seperti bisikan. Perlahan ia berusaha menggerakkan tangannya. Sedikit demi sedikit menahan sakit akibat sendirinya yang kaku. Hingga akhirnya ia berhasil. Meletakkan telapak tangannya dipipi sang suami. Mengelusnya lembut dengan ibu jarinya. Sosok yang sangat ia rindukan. Sosok yang selalu hadir dalam mimpinya disaat ia tertidur panjang karena pengaruh bius wanita kejam tersebut.

Dan mengingat wanita itu, membuat wanita yang baru saja terbangun tersebut mengingat putrinya. Gadis kecil yang sangat ia cintai dengan hidup dan matinya.

Luhan-nie~

Seketika tubuh wanita tersebut tersentak kaget. Merasakan tangannya yang berada diwajah suaminya terasa hangat. Ia kembali mengalihkan pandangannya. Melirik sosok pria yang saat ini tengah berusaha membuka matanya. Membuat rasa bahagianya kembali meningkat hingga rasanya ia sudah dapat meloncat dari kasurnya saat ini. Akan tetapi hanya air mata lah yang seolah melambangkan kebahagiannya. Ia kembali menangis dengan air mata yang semakin deras saat melihat onyx kelam suaminya kini membalas tatapannya. Tatapan hangat dan teduh yang selalu ia rindukan dari suaminya.

Dan saat melihat sebuah senyuman malaikat yang hanya dimiliki oleh suaminya terkembang, menjadikan hal tersebut sebagai pelengkap untuk kehidupan baru mereka yang akan dimulai.

Entah apa yang akan terjadi setelah ini, ia tidak perduli. Ia hanya ingin menemui putri kecilnya yang pasti terluka karena keadaannya. Memastikan putri kecilnya tidak terluka sama sekali. Dan juga menyingkirkan wanita iblis yang selalu membuat mereka tertidur dari waktu ke waktu.

Tunggu sebentar Luhannie, mommy dan daddy akan segera melindungimu~

.

.

.

Bau belerang menjadi aroma pertama yang ia hirup. Ia juga merasakan keram di kedua tangan dan kakinya yang terikat dengan sebuah rantai besi. Entah kenapa ia yakin kalau rantai ini berkarat, karena dari sini saja ia juga dapat mencium bau anyir besi. Akan tetapi kedua matanya ditutup oleh kain hitam yang benar-benar membuatnya tidak dapat melihat apapun disekelilingnya. Membuat hanya indara penciuman dan pendengarannya yang harus bertindak ekstra untuk saat ini.

Dimana aku?

Siapapun tolong aku~

Ayah~

Ibu~

Jong In oppa~

Luhannie~

Ia hanya dapat merapalkan doa-doanya dalam hati. Ia terlalu takut untuk mengeluarkan suara. Ia hanya takut saat penculik itu mengetahui bahwa ia sudah bangun, mungkin saja mereka akan langsung membunuhnya. Membuat pilihan untuk tetap berpura-pura pingsan menjadi pilihannya.

"Apa kita benar-benar akan mencuci otaknya?"

Ia dapat mendengar sebuah suara tidak jauh dari sisi kanannya. Membuat ia berusaha mendengar lebih banyak lagi tentang hal yang dikatakan orang-orang yang ia yakini adalah penculiknya tersebut.

"Hey katakan sesuatu! Ini sudah lebih dari dua jam kita membiarkannya begitu saja! Aku juga sudah bosan berada disini terus!"

"Kenapa kau banyak bicara sekali Jinbo! Biarkan kakak ipar membuat keputusannya, kau ikuti saja!"

"Diam kau kaikai! Aku hanya sudah bosan disini! Jauh dari Luhannie!"

Kyungsoo masih setia mendengar perkataan kedua orang tersebut. Suara salah satu dari mereka terasa familiar untuknya. Entahlah, tapi ia masih merasa tidak yakin.

"Kita tunggu bagaimana tanggapan Oh Sehun! Dia ingin melawan kita, jadi kita biarkan dia melihat kalau kita tidak semudah itu untuk dihancurkan oleh anak ingusan sombong itu!"

Tuhan

Selamatkan aku dari

Iblis berkedok malaikat seperti mereka~

T B C

Keep reading and review guys~ gomawooo :* :*

Selamat selesai UN semuanyaaaaa #ditimpuk