Disclaimer : Gintama punya Sorachi Hideaki.
Warning : OOC (sangat), cukup membosankan, typo bertebaran.
.
.
.
.
"Aku.. ingin menikah denganmu.."
"Eh?"
.
.
.
Sougo menelan ludah, ia tak menyangka bahwa wanita dihadapannya ini akan mengatakan hal itu padanya.
"Tunggu.. kenapa kau tiba-tiba melamarku begitu? Apa kau sudah keracunan donat?", tanyanya dengan ekspresi malas.
Ia benar-benar tak habis pikir akan dilamar oleh seorang wanita, apalagi itu adalah si Nobume! Benar, wanita yang dulu nya mengincar *****-nya dalam maksud lain, kini mengincar 'itu' juga dalam maksud lain.
Nobume memiringkan kepalannya, "Aku tidak keracunan donat, aku benar-benar mengatakan kalau aku ingin menikah denganmu..", suara Nobume makin mengecil diakhir, pipinya memerah meskipun samar. Tapi Sougo yakin ia tak salah lihat, kalau gadis didepannya benar-benar tersipu.
Sougo kembali menelan ludah, apa ia sedang bermimpi? Dicubitnya pahanya, sakit, berarti ini memang bukan mimpi! Tapi terlalu berkesan mustahil untuk disebut nyata.
"Aku ini bukan tipe orang yang sering mempermainkan orang lain, jadi kau tidak perlu mengira bahwa ini hanya lelucon", jelas Nobume setelah melihat gelagat Sougo yang merasa ditipu oleh pendengaran nya sendiri.
Dengan tenang Sougo berusaha menyembunyikan kekagetannya. "aku menginginkan penjelasan dari pernyataan yang tidak masuk akal ini", titah Sougo sambil mengalihkan pandangannya dan berusaha untuk tetap cool.
Nobume cukup paham dengan yang Sougo resahkan. Jadi, mau tak mau dia harus menjelaskan nya.
"Di usiaku ini, aku sudah harus menikah. Keluarga angkatku, Sasaki. Selalu menanyakan ini, aku jadi risih, mereka menyuruhku untuk mencari calon suami sendiri karena semua perjodohan untukku selalu berakhir gagal...", Nobume menceritakan tujuannya. Sougo tetap diam menunggu lanjutan nya.
Nobume dulunya tidak pernah berpikir untuk menikah, sama sekali tak pernah terbersit di benaknya sedikitpun. Tapi, setelah perang besar berakhir dan dunia mulai damai. Ia yang sebelumnya telah diangkat menjadi anak Sasaki Isaburo kini memang telah menjadi wanita biasa yang harus meneruskan keluarga Sasaki.
Tak ada pekerjaan semenjak Miwarigumi dibubarkan, dan daripada menganggur dan mengabaikan kecerdasannya, lebih baik dipakai oleh keluarga Sasaki, ya itu yang mereka pikirkan.
"Dan... selain Isaburo, aku tidak akrab dengan pria lain. Dan pria seumuran ku hanya kau. Dan meski dulunya kita akrab dalam artian lain.."
Mendengar penjelasan singkat itu hanya bisa membuat Sougo menghela nafas dan menggaruk kepalanya.
Dia bukan pria baik hati yang mau menolong hanya karena iba mendengar cerita 'normal' itu.
Ia paham betul kalau pernikahan harus didasari oleh cinta.
Oh, ayolah, apa kalian berpikir pria sadis sepertinya tidak bisa memikirkan hal benar kalau masalah seperti ini?.
"Jadi, Okita.. aku.."
"Aku tidak bisa." Potong Sougo cepat.
"Eh?," mata Nobume terbelalak. Apa ia baru saja ditolak? Padahal hanya Sougo satu-satunya yang bisa ia harapkan saat ini.
Sougo berdiri dari duduknya, lalu memposisikan dirinya di hadapan Nobume. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya. Bergaya khas cool.
"Kau sangat naif, bodoh."
Mata Nobume memicing tajam, tidak suka akan ucapan pria didepan nya.
"Kau. Hanya berpikir untuk menyelesaikan permintaan keluarga angkat mu soal pernikahan. Lalu saat kau sudah menemukan nya, maka kau berpikir ini sudah selesai, kan?."
Sougo memberikan ekspresi merendahkan nya pada Nobume, namun tak dibalas apapun darinya. Karena ia sedang sibuk mencerna kalimat itu dikepalanya.
Merasa tak ada tanggapan, Sougo memutuskan untuk tetap melanjutkan ucapannya.
"Jika, kau memutuskan untuk menikah dengan seseorang. Kau harus yakinkan dirimu jika kau mencintainya. Dan berpikir akan bahagia bersamanya."
Sougo menghela nafas. Ia mengulang kembali kalimat yang pernah Kakak nya katakan padanya sewaktu masih berasa di usia remaja.
Meski ia tahu sendiri, kalau Kakaknya bahkan tidak memakai prinsip itu saat memutuskan untuk menikah dengan pria brengsek yang ternyata memanfaatkan dirinya,
.
.
.
Kagura berpikir keras dan berusaha menajamkan pendengaran nya agar bisa mengetahui pembicaraan dari kedua insan yang diselimuti aura serius itu.
Perhatian Kagura memang sempat teralihkan saat keduanya memakan donat yang terlihat sangat lezat. Tapi segera lagi ia fokus pada misi nya setelah Nobume menghabiskan donatnya .
(P.S : Melihat si Sadis itu makan donat, malah bikin eneg!)
Dengan hasil nihil, akhirnya Kagura memutuskan untuk mempersempit jaraknya dengan mereka.
"Nobume..." suara Sougo terdengar cukup jelas saat memanggil nama wanita didepannya.
Sejujurnya ada sedikit rasa cemburu mendengarnya.
Si Sadis sialan yang melamarnya beberapa hari yang lalu itu bahkan tidak pernah memanggilnya dengan nama asli. Hanya sekedar, China Musume yang memuakkan.
Mengabaikan rasa cemburu yang mendera hatinya, Kagura berusaha untuk kembali fokus pada kalimat yang akan disambung oleh Sougo.
"Kau bahkan tidak mengerti tentang cinta, kan? Tapi, kau bersikap seolah tau. Jadi, lebih baik simpan khayalan mu soal pernikahan yang dipaksa oleh pihak keluarga bodoh mu itu."
Sebenarnya meski si Sadis itu juga tidak begitu mengerti tentang Cinta. Tapi setidaknya pengetahuannya lebih dari Nobume, sehingga ia bisa sedikit percaya diri untuk menceramahi wanita bodoh itu.
Kagura sedikit terkejut akan pertanyaan sekaligus pernyataan yang terlontarkan dari mulut Sougo. Dia tidak mengerti topik pembicaraan mereka. Cinta dan pernikahan?
Tapi, kalimat yang keluar dari mulut Nobume berikutnya, malah lebih mengejutkan. Bagi, si China itu dan si Sadis itu.
"bagaimana kalau kau mengajarkan ku tentang cinta itu... Sougo?. Jika, berkenan aku ingin belajar mencintai seseorang dan mungkin kau adalah orang yang lumayan cocok?.", meski ucapannya terdengar ragu, tapi tatapan matanya menunjukkan keseriusan.
Sougo.
Iya, wanita bersurai biru itu dengan polos atau entah kenapa, mengganti panggilan Okita ke Sougo.
Nama yang bahkan tak pernah disebut kan sekalipun oleh Kagura.
Dan orang yang namanya telah dipanggil itu, hanya—terkejut dengan telinga yang memerah.
Kagura tidak mau melihat, dan tidak mau melanjutkan untuk mendengarkan pembicaraan mereka.
Lelaki yang baru melamarnya itu kini akan berpaling pada wanita lain. Oh yang benar saja. Ini bahkan belum habis 3 hari!.
"Kau memang brengsek, Okita Sougo."
Dengan penuh amarah dihati nya. Kagura pergi meninggalkan tempat itu.
-TBC-
Note: Chapter pertama nya saya publish tahun lalu disuatu hari di bulan November. Tapi baru saat ini saya mendapatkan waktu senggang untuk melanjutkan nya. Btw kugak sibuk sih, tapi malas. /digebuk/.
Saya ucapkan terima kasih (dan mohon maaf lahir batin ) untuk yang telah review dan menunggu chapter selanjutnya.