Chapter 1 : Little Angel

.

Title : Angel

Disclaimer : I don't own Vampire Knight

Rated : T

Genre(s) : family, hurt/comfort, drama

Warnings : baby!Zero, OOC, typo(s), tidak sesuai dengan EYD

.

.

Tangisan.

Suara tangisan bayi.

Itu membuat Kaname sedikit tersentak. Suara itu tidak jauh dari tempatnya berdiri. Suara yang sangat memilukan. Mencoba menarik perhatian. Menunggu seseorang menyadari keberadaannya dan menggendongnya dalam pelukan hangat.

Apa yang harus Kaname lakukan?

Mundur perlahan, Kaname berniat untuk berlari keluar dari hutan dan kembali ke Moon Dorm. Tetapi langkahnya berhenti, hatinya terasa berat. Apakah Kaname tega meninggalkan bayi yang tak berdosa?

Bagaimana kalau ada vampire level E yang membunuh bayi itu?

Apa dia harus menghampirinya?

Sial!

Meneguk ludah dalam-dalam, Kaname perlahan mendekat kearah suara. Tangisan itu terdengar semakin keras. Di balik semak-semak.

Mempersiapkan diri untuk yang paling buruk, dia membuka semak belukar tersebut. Mungkin ini jebakan musuh?

Kaname, kenapa kau berpikir yang tidak-tidak? Siapapun bayi itu, dia sedang membutuhkan bantuanmu!

Tubuhnya membeku seketika melihat apa yang ada di balik semak tersebut.

Darah. Hampir menutupi seluruh tubuh bayi yang berselimut itu. Pakaiannya kusut dan kotor, terlihat sedikit robekan pula. Beberapa darah juga ada di wajah dan rambut silver bayi malang itu.

Tetapi, jika masih bisa menangis sekeras itu, mungkin bayi itu tidak terluka. Bisa saja itu darah milik orang lain.

Bayi itu masih menangis dengan keras dan kuat. Kedua tangannya menggenggam. Matanya tertutup rapat dengan lelehan air mata. Mulutnya terbuka lebar, terus berteriak. Tidak peduli dengan nyawanya yang mungkin bisa terancam oleh vampire level E yang bisa datang kapan saja. Hati Kaname semakin pilu.

Siapa yang meninggalkan bayi di hutan yang berbahaya ini?

Perlahan tangan Kaname yang bergetar mengangkat bayi tersebut. Dalam waktu singkat, tangisan itu mereda.

Dengan sedikit sesenggukkan, kedua kelopak mata pucat itu terbuka. Memperlihatkan iris amethyst yang membuat Kaname terpanah seketika. Mata yang sangat lebar dengan genangan air mata. Mata innocent. Bibir tipis bayi itu masih bergetar. Tetapi, begitu iris violet tersebut bertemu dengan merah kecoklatan milik Kaname, mata indah tersebut menatapnya penuh dengan keingintahuan.

Tanpa sadar, Kaname mengusap pelan pipi tembem yang terdapat sedikit darah. Lembut.

Sudut bibir kecil itu melengkung ke atas. Bayi itu tersenyum dan sebuah tawa kecil keluar dari sang bayi. Kedua tangan itu meliuk-liuk ke atas, seakan berusaha mencapai wajah Kaname.

Tangan kecil dengan sedikit lumuran darah itu berhasil menyentuh pipi Kaname. Membuat darah ikut tertempel di pipinya.

Bayi itu masih tertawa. Senang karena ada yang menyadari keberadaannya dan menggendongnya. Kaname hanya menatap bayi itu nanar. Dimana orangtuanya? Bayi sekecil dan semanis ini, siapa yang tega membuangnya?

Mata Kaname menangkap sebuah tulisan di selimut bayi itu.

Zero.

Nama bayi ini adalah Zero

Apa yang harus Kaname lakukan?

.

.

"Kaname..."

Kaname tidak menjawab panggilan dari Takuma. Pandangannya tertuju pada Zero yang tertidur di atas tempat tidur king size miliknya. Setelah Kaname membawa pulang Zero, dia segera membersihkan dan memandikannya, tanpa luka di tubuh kecil itu.

Tidak ada yang mengetahui sang vampire pureblood Kuran membawa seorang bayi ke dalam kamarnya. Kecuali Takuma.

"Apa yang akan kau lakukan padanya?", tanya Takuma pelan.

Kaname hanya mengernyit. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin dia merawatnya, kan? Kaname masih sekolah dan harus berurusan dengan dunia vampire. Baginya, mengasuh dan merawat Zero hanya akan menyebabkan bahaya dan menyebabkan Zero terluka.

Dia tidak ingin mengambil resiko itu.

Menarik napas dalam-dalam, Kaname menoleh pada Takuma. Senyumnya sedikit terpaksa.

"Apa kau akan merawatnya?", tanya Takuma sekali lagi.

Takuma akui, dia sedikit tertarik dengan bayi itu.

"Aku tidak ingin membahayakan nyawa Zero, Takuma. Kau tahu, jalur kehidupanku saat ini sangat berbahaya untuknya."

Takuma bungkam. Dia tidak bisa melawan alasan yang sangat logis itu. Pemuda vampire level B itu bisa melihat kepedulian Kaname pada Zero dari tatapannya yang lembut.

Setelah dibersihkan dan dimandikan, Zero terlihat bersinar dan...sempurna. Kulitnya yang putih pucat seperti salju, rambut silver yang lembut, iris mata ungu yang indah dan lebar.

Seperti malaikat.

Malaikat kecil yang berhasil meluluhkan hati Kaname.

Ketegangan dan keseriusan yang ada pada Kaname seakan menghilang dalam sekejap. Dia terlihat sangat relax dan santai.

"Aku akan meletakkannya di panti asuhan."

Takuma hanya memejamkan mata.

"Mungkin itu yang terbaik untuk Zero."

.

.

Udara terasa semakin dingin. Pertanda musim dingin akan datang. Ditambah suasana malam gelap yang mencengkam, membuat Kaname mempererat pelukannya pada Zero yang masih tertidur dalam gendongannya. Salah satu tangannya memegang sebuah keranjang besar yang sekiranya cukup untuk meletakkan Zero.

Kaname tidak memiliki pilihan lain selain meletakkan Zero di panti asuhan pada malam hari. Sepi, tidak akan ada yang tahu.

Meletakkan keranjang di depan gerbang, Kaname menatap sejenak wajah malaikat Zero yang masih tertidur. Hati Kaname terasa sakit. Tidak tega. Matanya terasa sedikit panas. Saat pertama kali Zero melihat Kaname, dia terlihat menyukainya. Wajah bahagia dan tawa itu, kaname tidak akan bisa melupakannya semudah itu.

Tanpa sadar, kaname mencium pelan kening bayi dalam gendongannya itu. menatap untuk terakhir kalinya dan meletakkannya dalam keranjang. Tidak lupa menyelimuti tubuhnya. Zero menggeliat bangun saat merasakan tubuhnya dipindahkan.

Tidak ingin Zero melihat pemuda berambut coklat itu pergi meninggalkannya, Kaname bergerak mundur dan berbalik, berjalan meninggalkan Zero, terus menjauh.

"Euhh..."

Sayangnya Zero menyadari itu.

Dan telinga sensitif Kaname bisa mendengar itu.

Bayi kecil itu memberontak di dalam keranjangnya, membuat keranjang itu oleng ke samping, membiarkan Zero keluar dari keranjang.

Kaname menoleh ke belakang dan melihat Zero yang menatapnya dengan wajah tersenyum, mengangkat tangannya ke udara dan mencoba merangkak. Seakan ingin menghampiri Kaname.

Paru-paru kaname terasa diremas-remas. Melihat Zero mencoba merangkak dengan kedua kaki dan tangannya.

"Daa...", suara kecil keluar dari Zero saat dia berhasil dalam posisi siap merangkak, menatap Kaname dengan senyuman tanpa gigi.

"Z-zero, jangan kesini. ", ujar Kaname pelan. Keraguan untuk meninggalkan Zero mulai menyelimutinya.

"Aaa.." perlahan, Zero merangkak menuju Kaname. Masih dengan senyum di wajah chubby miliknya.

"T-tidak..tidak. Kembali kesana Zero!"

Dengan hati yang sangat berat, Kaname kembali berjalan menjauh, perlahan.

Senyum Zero hilang seketika begitu Kaname membelakanginya dan berjalan menjauh. Bibirnya mulai bergetar, berusaha merangkak kembali tetapi malah terjatuh.

"Paa.."

Kaname memejamkan matanya erat-erat. Berusaha menahan air mata yang keluar.

"Paaa..paa..."

Suara itu semakin keras. Langkah Kaname semakin melambat.

"Papaa.."

Langkah Kaname berhenti.

Zero memanggilnya Papa?

"Nghh.. Papaa.."

Sura itu menjadi kecil. Memberanikan diri, Kaname menoleh kebelakang.

Bayi kecil itu tergeletak pasrah tak jauh dari keranjangnya. Tetapi, kepala kecil itu masih berusaha terangkat, berusaha menatap Kaname yang jauh darinya. Air mata mengalir dari mata besarnya.

Terlihat sangat lemah.

"Papaa..", suara itu hampir tidak terdengar.

Bodohnya Kaname.

Dalam sekejap, Zero kembali dalam gendongan Kaname. Mengelus pelan rambut silver yang lembut itu. Berusaha menenangkan malaikat kecilnya. Dia terlihat sangat lemah dalam pelukkannya. Itu membuat Kaname semakin merasa bersalah.

Zero, seorang bayi berhasil menembus hati Kaname

"Maafkan aku, Zero."

Kaname merapal kalimat itu terus-menerus. Berharap senyum itu kembali di wajah Zero.

Bahwa dia aman dalam pelukannya.

Kaname tidak akan meninggalkannya.

Dan tanpa sadar, sebuah air mata mengalir dari sudut mata ke pipinya.

"Papaa.."

Tangan kecil milik Zero menyentuh pipi Kaname yang basah, seakan ingin mengusap air matanya. Tersenyum, Kaname mencium pelan kening bayi tersebut.

Mata Zero setengah terpejam menatap Kaname. Menguap lebar. Kemudian, kedua matanya akhirnya terpejam. Tubuh kecilnya relax. Berusaha tenggelam lebih dalam di pelukkan Kaname yang hangat. Salah satu tangannya menggenggam baju Kaname. Dan malaikat kecil itu tertidur dengan senyum di wajah cantiknya.

Menatap sebentar ke arah keranjang yang tergeletak di depan gerbang, Kaname berbalik dan berjalan pulang menuju Moon Dorm.

Kaname pulang bersama Zero.

Dan dia akan menanggung semua resiko itu.

.

.

TBC