Nodus Tollens

Author: eviloshhd

Cast: Oh Sehun, Luhan

Rated: M


Disclaimer:

The idea of this story belongs to ©hotarunyan416 who gave me mandate(?) to make it as full story, sorry if I can't write it as great as yours, Makcik xD.

But yeah, this story will contain my own version and impromptu so it's not purely like what Kak Hotarunyan416 told to me xD

-oOo-


Gyeongju, 2120.

Daerah terpencil seperti pesisir laut memang seringkali digunakan sebagai destinasi untuk menenangkan diri. Tapi tidak jarang juga jika daerah-daerah yang jauh dari peradaban tersebut digunakan sebagai lokasi untuk melakukan hal-hal yang kelegalannya masih dipertanyakan. Semakin susah lokasi untuk dicapai, maka semakin susah pula kegiatan ilegal tersebut untuk tercium keberadaannya. Lihat saja Golden Triangle di Asia Tenggara, tempatnya yang terpencil membuatnya susah dijangkau sehingga pengembangbiakan bunga opium masih lancar-lancar saja. Singkatnya, daerah terpencil adalah daerah aman.

Adalah Wu Industries, salah satu perusahaan multi-field yang memanfaatkan keamanan daerah terpencil tersebut untuk melakukan eksperimen yang masih dianggap bertentangan dengan peraturan pemerintah. Saat ini, mereka tengah mengusahakan terobosan baru dibidang kesehatan dengan menggunakan sesuatu yang eksistensinya banyak dipercaya orang-orang hanyalah sebuah mitos. Namun dari penemuan dan penelitian mereka pada sesuatu itu membuat mereka yakin, sesuatu itu akan bisa digunakan untuk mengubah dunia terutama dalam bidang medis.

Mereka hanya perlu berusaha lebih keras lagi.

Dan mereka hanya perlu banyak darah.


-oOo-


Bangsal di ruang bawah tanah menjadi tempat yang harus dikunjungi oleh Suho setiap harinya. Terhitung tiga kali dalam sehari dia harus kesana untuk mengecek keadaan sesuatu yang menjadi kunci dari eksperimen mereka. Dengan membawa laporan, satu suntikan yang berisi cairan ekstraksi perak dan satu suntikan lain yang kosong, Suho memasuki ruangan tersebut dan menemukan sesuatu itu sedang menatap kosong vas bunga yang ada di meja di sebelah tempat tidurnya.

Suho kemudian menutup pintu ruangan yang bernuansa putih itu dengan hati-hati, namun sayangnya hal tersebut tetap menimbulkan suara kernyitan yang mengundang atensi sosok selain dirinya yang berada di ruangan tersebut. Sosok tersebut menatap dingin Suho yang menatapnya balik tanpa mengatakan apapun. Keterdiaman keduanya menimbulkan keheningan yang kemudian hilang oleh suara derapan sepatu Suho yang berjalan mendekat.

Sosok itu masih menatap dingin Suho yang tengah bersiap untuk mengambil darahnya seperti sebelum-sebelumnya. Ia juga masih tetap diam ketika tangan hangat Suho memegang pergelangan kirinya untuk menusukkan jarum suntik yang akan digunakan untuk mengambil darahnya yang berwarna merah pekat. Tapi, ketika Suho berniat akan menyuntikkan cairan ekstraksi perak pada sosok tersebut, sosok tersebut pada akhirnya membuka mulut untuk berbicara.

"Jangan," dia mencegah.

Bola mata Suho melebar terkejut, pasalnya baru kali ini sosok itu berbicara padanya dan hal tersebut cukup membuatnya kaget. Baru saja Suho membuka mulut untuk bersuara, mulutnya harus kembali terkatup karena sosok didepannya kembali berbicara.

"Semakin banyak perak yang mengalir ditubuhku akan membuatku semakin lemah," ujarnya. Dijedanya kalimatnya sejenak untuk menatap ekspresi ilmuwan yang rupanya menaruh atensi penuh pada setiap kata yang meluncur dibibirnya. "Semakin aku lemah, maka darah yang kalian ambil dariku akan semakin buruk karena aku mendekati kematian." Lanjutnya lagi, dia terlihat benar-benar serius.

"Jika… jika kalian menginginkan eksperimen kalian berhasil, maka jangan lagi memasukkan perak ke tubuhku…" Ditatapnya Suho tepat dimatanya, seolah meyakinkan bahwa setiap kalimat yang ia ungkap adalah sebuah kejujuran yang paling benar.

Suho balik menatap sosok didepannya dengan pandangan yang sulit. Dia berkontemplasi, apakah dia harus menuruti perkataan sosok tersebut atau tidak. Pasalnya, dia khawatir jika dia tidak memasukkan cairan perak ke sosok tersebut, maka sosok tersebut akan menguat lalu kabur.

"Aku tidak akan kabur," Sosok tersebut berbicara kembali, berusaha menghilangkan keraguan yang masih bercokol diotak pria tersebut. Sedangkan Suho, dia sama sekali tidak terkejut jika sosok yang didepannya ini mampu untuk membaca apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau tahu, berada disini membuatku berpikir mungkin memang saatnya aku menolong manusia, bukan lagi memangsa mereka."

Kening Suho mengernyit mendengar lanjutan kalimat dari sosok itu, dia diam untuk beberapa saat hingga akhirnya berbicara setelah sekian lama. "Apakah aku bisa mempercayaimu?"

Sosok tersebut tersenyum kecil, sebuah tindakan sederhana yang menghilangkan kesan dingin yang selama ini tersemat kepadanya. "Tentu saja," jawabnya. Suaranya kini terdengar lebih bersahabat. "Jika kau masih belum percaya juga, aku akan memberitahumu namaku yang sebenarnya."

"Nama?"

"Ya. Nama." Sosok itu mengangguk. "Aku tahu kalian menamakanku Code-X karena kalian tidak mengetahui namaku. Dengan kalian mengetahui namaku, bukankah akan lebih mudah untuk mencariku jika aku sampai bertindak macam-macam? Bagaimana?"

Suho menimbang-nimbang. Otaknya memikirkan berbagai macam kemungkinan yang bisa saja terjadi jika dia menerima atau bahkan menolak tawaran sosok di depannya. Hingga akhirnya dia mengangguk mengiyakan, mencoba untuk berpikir positif bahwa sosok di depannya merupakan sosok yang memegang perkataannya. "Baiklah kalau begitu, siapa namamu?"

"Xiao Lu."

"Xiao Lu?" Suho mengulangi yang kemudian ditanggapi sebuah anggukan dari Xiao Lu.

"Pengucapanmu sedikit buruk, tapi tak apa… setidaknya kau sudah tahu namaku dan ku harap itu cukup untuk menjauhkan perak-perak sialan itu dariku."

Kali ini giliran Suho yang mengangguk. "Okay, kalau begitu aku akan kembali kesini nanti malam."

Xiao Lu hanya menaikkan alisnya sebagai respon. Saat kemudian sosok Suho sudah menghilang dibalik pintu, Xiao Lu menyeringai dan tertawa sinis.

"Dasar manusia bodoh."


-oOo-


Setidaknya lima pasien dengan keadaan hampir sama terbaring dalam tempat yang mirip seperti sebuah ruangan di rumah sakit. Tempat itu sebetulnya adalah laboratorium milik Wu Industries yang memang digunakan sebagai tempat mereka melakukan eksperimen. Dan lima pasien tersebut merupakan objek yang akan menjadi penentu, apakah selama ini hipotesa dan asumsi mereka memang benar adanya atau tidak.

Kelima pasien tersebut merupakan pasien leukemia dengan stadium berbeda. Dua diantara mereka bahkan sudah tahap pada stadium akhir yang membuat keadaan mereka lebih lemah dari keadaan yang lain; eksperimen X-3 dan X-4. Dipergelangan tangan kiri eksperimen-eksperimen tersebut terpasang infus yang memberi suplai nutrisi mereka agar tetap tercukupi, masing-masing dari mereka juga memiliki kardiograf sendiri yang mejadi mesin pemantau jika mereka masih hidup atau tidak.

Sebenarnya, pasien-pasien yang menjadi objek eksperimen Wu Industries sudah terhitung lebih dari lima puluh orang. Namun semuanya meninggal dengan dugaan antara 'darah imun' dan darah mereka tidak cocok sehingga 'darah imun' juga diserang oleh leukosit yang terkena sel kanker ganas. Dan lima orang yang ada disini adalah lima orang terakhir yang berhasil mereka temukan untuk menjadi obyek eksperimen sebelum mereka 'berburu' pengidap leukemia lain. Ke-limanya saat ini berada dalam keadaan tidak sadar karena baru saja diberi obat bius, mengingat saat ini sudah waktunya mereka menerima 'darah imun' yang akan menyakitkan jika diberikan ketika mereka dalam keadaan sadar.

Suho yang bertugas mengambil dan memberikan darah kepada para pasien tiba lima belas menit setelah jam menunjukkan pukul dua belas tepat. Rekannya –Chanyeol, yang sudah menunggu kedatangannya menyambutnya dengan sebuah pertanyaan.

"Tumben sekali kau telat, ada apa?"

"Xiao Lu mengajakku berbicara tadi." Jawabnya sembari menyiapkan lima suntikan yang berisi darah Xiao Lu masing-masing tiga milliliter.

"Xiao Lu? Xiao Lu siapa?" Chanyeol yang kurang familiar dengan nama itu kembali mengajukan pertanyaan selagi dia mengambil tiga suntikan dari Suho untuk menginjeksikan darah-darah itu pada eksperimen X-1, X-2 dan X-3.

"Siapa lagi kalau bukan si vampir." Suho menjawab, dia berpindah dari eksperimen X-4 yang baru saja ia injeksikan darah Xiao Lu menuju eksperimen X-5.

Chanyeol yang baru akan menyuntikkan darah Xiao Lu ke eksperimen X-3 berhenti sejenak, dia menatap Suho yang tengah merapikan alat-alat yang telah digunakan dengan takjub. "Dia memberitahumu namanya?" Tanyanya sekali lagi, memastikan.

"Yes, he did."

"Why?" Rasa penasaran Chanyeol semakin bertambah. Setahunya, vampir itu sama sekali tidak mau berbicara sejak dia tertangkap dan kemudian disekap untuk dijadikan penelitian para ilmuwan disini sebesar apapun mereka berusaha untuk membuatnya membuka mulut.

Suho mengendikkan bahu. "Dia meminta agar aku tidak lagi memberinya suntikan perak sebagai ganti namanya. Katanya terlalu banyak cairan perak di dalam tubuhnya akan membuatnya mati dan merugikan kita."

"Dan kau percaya begitu saja?!" Chanyeol sedikit berteriak dan menatap Suho tidak percaya, seniornya yang ia anggap lebih pintar darinya ternyata bisa melakukan hal yang begitu ceroboh.

Suho memutar bola matanya malas melihat reaksi Chanyeol yang memang seringkali berlebihan, tangannya lalu bergerak meraih suntikan di tangan Chanyeol yang baru saja selesai digunakan pada eksperimen X-3 dan membuangnya pada tempat khusus sebelum dibakar. "At least we have his name."

"But-"

"Tenanglah, Chanyeol…" Suho bersedekap, menatap laki-laki jangkung di depannya dengan tegas. "Kalau seandainya dia kabur, kita masih memiliki namanya dan jangan lupa kalau kita masih punya tim pemburu vampir. Semuanya akan baik-baik saja."

Tepat setelah Suho menyelesaikan kalimatnya, empat dari lima pasien mengalami kejang hebat yang membuat Chanyeol dan Suho segera bertindak cepat dengan menyuntikan benzodiazepines ke dalam tubuh mereka agar kembali tenang. Tapi hal tersebut sepertinya tidak berhasil karena ke-empatnya masih dalam keadaan yang sama. Untungnya tubuh ke-empat pasien tersebut sudah terlebih dahulu diikatkan kepada ranjang sehingga tidak menimbulkan kekacauan yang berarti. Tiga menit terlewati, satu persatu dari ke-empat pasien itu mulai berhenti bergerak diiringi kardiograf mereka yang menunjukkan garis lurus dengan bunyi nyaring –mengindikasikan bahwa mereka tak lagi bernyawa.

"Wow," Chanyeol berujar setelah kekacauannya berhenti. "Kita kehilangan empat nyawa sekaligus hari ini."

"Kita bahkan pernah kehilangan sebelas nyawa sekaligus, Chanyeol." Tanggap Suho. Pria berubuh mungil itu lalu melepas segala perangkat medis yang menempel di ke-empat eksperimen yang baru saja dinyatakan gagal.

Sedangkan Chanyeol, dia memeriksa keadaan eksperimen yang masih bertahan dan menunjukkan detak jantung yang stabil.

Eksperimen X-4.

"Hyung, menurutmu apa yang membuat darah mereka tidak cocok dengan darah si vampir?" Chanyeol mengungkap rasa penasarannya sambil mengecek nadi serta detak jantung eksperimen X-4.

Suho menghentikan kegiatannya sejenak, berpikir kemudian mengendikkan bahu. "Aku juga tidak tahu. Tapi mungkin, mungkin saja… bisa saja salah, tapi ini dari asumsiku saja. Selama ini yang meninggal adalah mereka yang tingkat trombositnya dibawah standar. Sedangkan dia," Suho menunjuk ke eksperimen X-4. "Tingkat trombositnya cukup tinggi untuk ukuran seorang yang terkena leukemia stadium 4." Ungkapnya, lalu meneruskan kegiatannya yang sempat terhenti.

Chanyeol mengangguk. "Mungkin saja." Ujarnya kemudian kembali memeriksa eksperimen X-4. Satu-satunya eksperimen yang baru kali ini mampu bertahan hidup setelah disuntikkan 'darah imun' ke dalam tubuhnya.

"Luar biasa." Komentarnya setelah memeriksa seluruh bagian vital eksprerimen X-4 dan hasilnya menunjukkan bahwa kondisinya dala keadaan yang sangat baik. Bahkan, kulitnya yang pucat kini mulai terlihat kemerah-merahan yang hidup. Mata bulat Chanyeol semakin membeliak ketika dia, dengan mata kepalanya sendiri melihat rambut eksperimen X-4 yang rusak akibat leukemia yang dideritanya perlahan-lahan menjadi legam yang berkilau.

"Hyung! Cepat lihat ini!" Dia berteriak, sedikit membuat Suho terkejut dan pria itu semakin terkejut ketika dia melihat hal yang sama dengan Chanyeol.

"It can't be…" Gumannya.

"It must be!" Chanyeol tersenyum lebar, dengan sigap dia mengambil suntikan baru di kotak penyimpanan dan langsung mengambil sampel darah dari eksperimen X-4. "Hyung, aku akan ke laboratorium utama untuk memastikan." Pamitnya kemudian pergi dengan tergesa.

Suho masih terpaku di tempatnya. Dia takjub dengan perubahan fisik eksperimen X-4 dari yang benar-benar tidak memiliki harapan hidup menjadi terlihat begitu sehat, seolah tidak pernah mengidap mematikan yang bahkan didiagnosa telah berada di stadium akhir.

"Kalau kau benar-benar bertahan dan sembuh…" Suho berbicara pada sosok yang masih terlelap dalam pengaruh obat bius. "Kau tentunya akan menjadi sebuah keajaiban dan harapan…" Lalu dia melihat nama pasien yang berada disisi ranjang. "Oh Sehun."

-oOo-

"Bagaimana hasilnya?" Chanyeol bertanya dengan tidak sabar kepada rekannya yang lain –Yixing. Yixing tidak mengatakan apapun, ekspresinya pun sulit untuk dibaca sehingga membuat Chanyeol sedikit kesal. Yang kemudian dia lakukan hanya memberi kertas hasil pemeriksaan laboratorium kepada Chanyeol –menyuruh pria itu untuk membacanya sendiri.

"Ini…" Chanyeol tidak melanjutkan kalimatnya, dia malah menatap Yixing untuk meminta konfirmasi.

Yixing tersenyum dan mengangguk, mengiyakan pertanyaan tersirat Chanyeol yang membuat laki-laki tersebut juga mengembangkan sebuah senyuman lebar. "Ya, kita berhasil. Tidak ada bekas sel kanker apapun ditubuhnya. Dia bersih. Seperti bayi yang baru lahir."


-oOo-


Suho melangkah dengan tergesa menuju bangsal bawah tanah. Dibukanya pintu ruangan Xiao Lu dengan tergesa pula. Dia ingin menyampaikan kepada Xiao Lu jika mereka telah berhasil, ingin menyampaikan bahwa Xiao Lu telah menjadi pahlawan yang menyelamatkan sebuah nyawa. Namun semua niatan itu rupanya harus pupus setelah dia mendapati ruang yang kosong dengan lubang yang menganga lebar di tembok selatan kamar.

Xiao Lu telah kabur.

Suho sedikit oleng karena terlalu terkejut. Tubuhnya hampir saja jatuh seandainya tidak ada seseorang yang memegangi dirinya. Secara refleks Suho menoleh untuk melihat siapa penolongnya, dia lalu mendapati pria dengan tubuh jangkung dengan rambut pirang yang sangat dikenalnya. Kris Wu –sang pewaris Wu Industries tempatnya bekerja saat ini. Membelalakkan mata, Suho segera melepaskan dirinya dan membungkuk.

"Ma- maafkan saya, Tuan Wu." Pintanya, kepalanya tertunduk tidak berani untuk melihat pria yang aura dominannya menguar tak karuan didepannya. Terlebih, dia adalah yang bertanggung jawab atas kaburnya Xiao Lu secara tidak langsung. Dia yakin mungkin sebentar lagi dia akan dipecat.

"Kau tidak perlu khawatir karena aku tidak akan memecatmu. Otakmu masih berguna disini. Dan ya, ku harap setidaknya dari kejadian ini kau akan belajar untuk tidak mempercayai makhluk menjijikkan seperti mereka lagi, Tuan Kim."

Nada bicara dengan otoritas tinggi yang disampaikan oleh Kris membuat Suho menciut, sekali lagi dia menunduk meminta maaf. "Y-ya, saya mengerti. Sekali lagi maafkan saya."

"Tidak masalah," Kris mengibaskan tangannya. "Manusia pasti pernah lalai. Dan ya, sembari kita menunggu kapan tim mendapatkan makhluk menjijikkan itu lagi, aku ingin kau mengawasi eksperimen X-4 dan mencatat perkembangannya dengan baik."


-oOo-


Sehun lupa apa yang terjadi padanya terakhir kali sebelum menemukan dirinya bangun di sebuah tempat asing yang terlihat seperti sebuah kamar di rumah sakit. Dia terkejut, terlebih saat mendapati dirinya tidak lagi merasakan sakit seperti hari-hari sebelumnya, tubuhnya terasa begitu ringan dan sehat. Kulitnya pun terlihat begitu hidup, tanda-tanda jika dia mengidap leukemia sama sekali tidak ada dan sekali lagi, itu membuatnya terkejut.

Dengan rasa penasaran yang menumpuk, Sehun melepas paksa jarum infus di tangan kirinya –berniat menemui dokter atau siapapun yang bertanggung jawab- yang tanpa sengaja membuat kulitnya tergores cukup lebar dan mengucurkan darah. Ketika Sehun mengusap darahnya, dia mendapati luka ditangannya menutup sendiri dan kembali seperti semula –seolah sama sekali tidak pernah mengalami luka. Badan Sehun seketika limbung, dia menghempaskan dirinya ke ranjang lalu memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.

"Apa… apa yang terjadi?"

.

.

.

TBC

Author's note:

Itu yang diatas masalah leukemia jangan diseriusin ya :(

Maklum, namanya science-fiction x fantasy jadi ya seenak jidatnya :(

Btw, ini ide aslinya bukan dari saya, tapi dari Makcik Hotarunyan416 yang menghibahkan ini kepada saya yang sebenarnya saya sendiri ragu menerima karena tulisan saya masih banyak kekurangan sana-sini. Maklum masih belajar. Tapi saya akan berusaha untuk semakin memperbaiki kedepan-kedepannya.

Oh iya, aside from original plot dari Makcik, saya akan menambahkan beberapa ide saya sendiri ke dalam fanfiksi ini dan semoga saja akan berakhir baik(?) *lol*

Anyway, terima kasih sudah membaca~