Naruto milik Masashi Kishimoto

Warnings : AU, OOC, typos, No likey No dikey

.

-Sasuke (shy boy)

-Hinata (tsundere girl)

My Lovely Deary Pairy SasuHina

Chapter 4

.

JUST A THUMB MAKES ME NUMB

.

.

"Nice show."

Sasuke tersentak dengan suara yang amat dikenalnya. Dengan perlahan, ia memberanikan dirinya berbalik ke belakang.

"Hi-Hinata..."

Hinata menatap keduanya dengan tatapan tajam. Tak ada raut wajah marah, Hinata cenderung memasang ekspresi datar, namun sorot matanya mengancam Mei Terumi.

"Hyuuga rupanya. Tumben sekali kemari," Mei bicara dengan nada tenang.

Hinata menarik satu sudut bibirnya. "Aku ada perlu dengan Uchiha," ucap Hinata yang juga tak kalah tenang.

"Maaf, tapi Uchiha sedang bersamaku. Nanti saja setelah aku selesai dengannya."

"Heh!" terdengar nada meremehkan dari bibir Hinata. Gadis burgundy di depannya ini ternyata belum tahu siapa Sasuke Uchiha bagi Hinata Hyuuga.

Dengan langkah layaknya seorang model catwalk yang percaya diri dan angkuh, Hinata mendekati Sasuke. Wajah tenang dengan sorot mata tajam tak lepas ia lancarkan pada Mei.

Sasuke sudah tidak nyaman dengan situasi ini. Lagi-lagi dirinya menyebabkan gadis-gadis memperebutkannya. Akan tetapi ini genting. Salah satu gadis yang memperebutkannya adalah Hinata, gadis yang menjadi pujaan hatinya. Dan Sasuke merasa sangat bersalah karena sudah membuat gadis itu marah dan cemburu. Walau sebenarnya bukan salah Sasuke sepenuhnya.

Sejak awal ia tidak pernah mau dijadikan bahan rebutan atau digilai perempuan. Sasuke hanya ingin masa SMAnya berlangsung nyaman dengan teman-teman, sahabat dan gadis yang disukainya. Tidak perlu ada penggemar atau semacamnya sebab akan hanya akan menimbulkan masalah. Seperti sekarang ini.

Salahkan Mei Terumi yang dengan seenaknya berani menyentuhnya!

Begitu Hinata berada cukup dekat dengan Sasuke, ia pun dengan cepat menarik si Uchiha pemalu ke belakangnya. Menyembunyikan Sasuke di balik tubuhnya yang sebenarnya jauh lebih pendek dari tinggi Sasuke, tapi Hinata bisa menjamin walau tubuhnya lebih pendek, Sasuke aman bersamanya.

Sasuke maupun Mei terkejut oleh tindakan Hinata.

"Hei, aku belum selesai dengan Uchiha, Hyuuga!" bentak Mei tak suka Sasuke direbut oleh Hinata.

'Dia memang belum mengerti rupanya,' pikir Hinata.

"Seharusnya kamu sudah mengerti, Burgundy. Aku lebih butuh Uchiha dibanding dirimu," Hinata tak tahu dan tak perlu tahu siapa nama perempuan yang berani mengganggu si Uchiha Pemalu. Baginya, gadis itu adalah penghalang yang membuatnya marah.

"Kamu memang sangat mengganggu ya, Hyuuga. Baru saja kamu merusak suasana di antara kami. Dan sekarang kamu merebut lelaki yang kusukai seenaknya," ujar Mei kesal. Wajah cantiknya berkerut menahan diri untuk tak menampar wajah si gadis Hyuuga. Ia tentu mengenal gadis di depannya ini. Adik sepupu dari Neji Hyuuga. Gadis itu terkenal dengan sifat tinggi hatinya.

Si Hyuuga mungkin bisa saja menganggap orang lain lebih rendah darinya, tapi tidak dengan Mei. Ia tidak mau kalah oleh si Arogan Hyuuga.

"Sejak kapan?" tanya Hinata. Mei di hadapannya menaikkan sebelah alisnya pertanda bingung. Mengerti dengan kebingungan si Burgundy, Hinata kembali bertanya, "Sejak kapan Uchiha kamu sukai?"

Butuh beberapa detik untuk Mei menjawab pertanyaan itu. Mei sedikit tersentak, tak menyangka si Hyuuga akan menanyakan hal sepele seperti itu. Hal sepele yang sedikit membuatnya kesulitan menjawab.

"Sebulan yang lalu," jawabnya jujur penuh percaya diri.

Hinata mendecih. Lagi-lagi meremehkan si Burgundy, dan itu membuat Mei kesal setengah mati.

Membandingkan perasaan suka Mei tentu tak sebanding dengan perasaan suka Hinata pada si Uchiha. Diam-diam, sudah hampir dua tahun setengah Hinata menyukai Sasuke. Hinata sudah jauh lebih dulu memiliki perasaan khusus pada Sasuke sejak pertama kali ia mengenal si Uchiha Pemalu. Jauh sebelum Sasuke disukai oleh banyak gadis-gadis di sekolahnya. Dan Hinata sangat yakin, hanya dirinyalah yang melihat Sasuke begitu istimewa saat Sasuke masih sering berada di balik punggung kedua sahabatnya, Naruto dan Kiba.

Laki-laki Pemalu se-SMA Konoha yang berhasil merebut perhatian si gadis Hyuuga.

Lalu sekarang, setelah penampilan Sasuke berubah dari seorang kutu buku yang amat pemalu menjadi seorang Pemalu yang tampan dan imut, banyak perempuan yang berani mendekati lelaki yang sejak lama Hinata incar. Sudah diketahui apa yang ada dalam pikiran gadis-gadis yang menyukai Sasuke, mereka hanya menyukai Sasuke Uchiha dari penampilan luar saja. Ditambah tingkah berani menyentuh lelaki yang seharusnya menjadi milik Hinata sendiri oleh perempuan yang tidak dikenalnya.

Itu sungguh membakar hati si Hyuuga.

"Sebulan, heh? Sasuke Uchiha sudah menjadi incaranku sejak pertama kali aku melihatnya di SMA Konoha ini."

Untuk yang kesekian kalinya, ucapan Hinata membuat Sasuke maupun Mei terkejut. Terutama Sasuke, ia tidak pernah menyangka Hinata sudah selama itu menyukainya.

"Hinata..." bisik Sasuke. Sungguh, Sasuke tidak tahu harus bagaimana menerima kenyataan luar biasa ini. Ternyata, gadis yang selama ini berada dalam lubuk hatinya, sudah cukup lama memendam perasaan yang sama untuknya seorang. Betapa bahagianya Sasuke mengetahui hal itu. Namun ia juga menyesal karena tidak memiliki keberanian untuk mendekati Hinata pertama kali.

"Aku sarankan agar kamu, Burgundy, tidak mengganggu lelaki incaranku," kata Hinata penuh tekanan. "Sasuke Uchiha hanya untukku."

Mei Terumi bungkam. Ia tidak berani menyanggah ataupun melontarkan ketidaksetujuannya dengan apa yang baru saja Hinata ucapkan. Dari tatapan tajam serta kesungguhan dari tiap kata-katanya tak memberikan kesempatan bagi Mei untuk mendapatkan Sasuke Uchiha. Si Hyuuga telah menemukan titik kelemahan dan perasaannya tak sebanding dengan perasaan Hinata yang begitu kuat terhadap Sasuke.

Tak ada untungnya mempertahankan seseorang yang sudah memiliki ikatan yang kuat. Lagipula Sasuke pun terlihat begitu mendambakan si Hyuuga. Lihat saja dari raut wajahnya yang merona disertai senyuman tulus yang menandakan ia bahagia berada di dekat si Hyuuga.

"Oke. Untuk kali ini kamu menang, Hyuuga." Mei mengakui dirinya kalah. "Tapi Sasuke," gadis itu menatap penuh harap dan berkedip nakal pada si Uchiha, "Kalau si Hyuuga sudah bosan padamu, aku dengan senang hati mau menggantikannya." Setelah mengucapkan itu, Mei pun beranjak dari sana.

Hinata menatap kepergian gadis itu hingga menghilang. Ia tenang sebab satu masalah sudah teratasi walaupun ia kesal pada dirinya sendiri karena terlambat menyelamatkan Sasuke dari gadis menyebalkan itu. Kalau saja tadi ia lebih cepat menyadarinya, pasti kejadian menyebalkan tadi tak akan terjadi.

Sungguh, saat melihat si Burgundy menyentuh Sasuke tadi, Hinata ingin sekali menarik rambut panjang gadis itu, mengguyurnya dengan air dingin hingga basah kuyup, lalu menampar wajahnya yang cantik oleh riasan tebal. Tak perlu berteriak-teriak seperti maniak, cukup dengan tindakan, maka saingannya akan sadar jika Hinata bukanlah tandingannya.

Namun, Hinata meredam segala emosinya yang hampir mencapai batas puncak. Ia mengingatkan dirinya untuk tetap berkepala dingin sebab ia seorang Hyuuga, dan Hyuuga dikenal dengan sikap memendam amarah kendati dalam hal terburuk pun. Hanya, bila sudah membuat Hyuuga marah, jangan heran jika ada korban dengan kondisi mengenaskan atau benda-benda hancur lebur. Hyuuga yang murka tak memiliki ampun pada apa dan siapa pun.

Dan Hyuuga yang murka akan sukar dikendalikan lagi. Namun ada cara cepatnya untuk meredakan murka seorang Hyuuga; tembak mati di tempat.

Mengerikan?

Intinya, jangan sampai membuat seorang Hyuuga marah. Mudah 'kan?

Kini tinggal Sasuke dan Hinata saja.

Sasuke kembali seperti mendapatkan deja vu.

"Hinata..." panggil Sasuke pelan sebab gadis itu masih membelakanginya. Ia mulai cemas jika Hinata marah padanya oleh kejadian tadi.

"Aku tidak marah padamu, Sasuke. Tenang saja." Hinata berujar spontan, menjawab pemikiran Sasuke. Kemudian ia berbalik menghadap pemuda Uchiha itu.

Ia tak pernah merasa bosan untuk terus menatap wajah si Uchiha Tampan. Sampai hati, Hinata berusaha untuk tidak marah maupun mendendam pada siapa pun, sekalipun pada musuhnya. Memang banyak yang mengatakan Hinata diam-diam pendendam. Hei, itu semua hanya negatif thinking dari orang-orang yang tidak menyukainya. Mereka lagi-lagi hanya menilai dari tampilan luar, mereka tak tahu bagaimana tampilan dalam hatinya.

Selain diajarkan untuk meredam amarah, keluarga Hyuuga pun mengajarkan untuk tidak mendendam dan mau mengampuni. Hal mengampuni dilakukan oleh seorang Hyuuga yang masih memiliki kepala dingin.

Sejauh ini, Hyuuga yang pernah kehilangan kendali serta nyawa terhitung tiga orang. Itu pun sudah terjadi lama sekali. Sedikit memang, itu berarti mengingatkan betapa kuat seorang Hyuuga mempertahankan karakter yang diturunkan.

Dan efek dari sikap kepala dinginnya, banyak dari keluarga Hyuuga bersikap tenang dan cenderung tak memiliki banyak teman, mereka lebih suka berada dalam ruang lingkup tertutup. Hinata salah satunya. Maka tak heran banyak yang mengatakan dirinya maupun Neji, dua orang Hyuuga yang sombong. Mereka hanya tidak tahu alasan Hinata dan Neji seperti itu karena keduanya tak mau mencari masalah hingga menimbulkan amarah.

Memaafkan apa yang terjadi barusan tentu bukan hal sulit bagi Hinata. Ia berpikir bahwa kejadian tadi biarlah berlalu, yang terpenting adalah sekarang. Jujur, Hinata tak bisa marah pada Sasuke mengingat si Uchiha Pemalu inilah yang menjadi pilihan hatinya.

Sasuke yang dipandangi Hinata begitu intens mulai salah tingkah. Jantungnya kembali bergemuruh hingga membuat wajahnya terasa panas.

"Hari ini Sasuke membuatku cemburu dua kali," ucap Hinata. Jemarinya meraih jemari Sasuke dan menggenggamnya.

Hinata memang memaafkan Sasuke, tapi apa salahnya menjahilinya sedikit?

Sasuke merasa bersalah. Memang benar, Sasuke akui itu. Hinata pantas untuk cemburu dan marah akibat kejadian tadi pagi di koridor sekolah dan barusan dengan Mei Terumi. Dan yang paling parahnya, kejadian barusanlah yang di luar dugaannya. Perempuan lain berani menyentuhnya semena-mena.

Tapi mungkin ini adalah karma untuk Hinata. Semalam, Hinata pun membuat Sasuke cemburu karena Toneri Otsutsuki mengajak Hinata berdansa, menyentuh dan memandangnya dengan intens. Walau tidak sampai ke tahap seintim yang dilakukan Mei Terumi pada Sasuke.

"A-Aku minta maaf." Apalagi yang harus Sasuke ucapkan selain meminta maaf? Ia tidak punya alasan untuk mengelak atau menambahkan sebab itu hanya akan memperkeruh suasana hati si gadis Hyuuga.

Hinata mengangguk. Dalam hati merasa terhibur melihat wajah menyesal si Uchiha. Tatapan matanya tak pernah lepas dari pandangan Sasuke.

Sasuke merasakan adanya aura mendominasi dari Hinata. Ini sama seperti aura Hinata semalam. Terasa kuat untuk menggoda dari tatapan mata lavendernya.

Jantung Sasuke semakin berdegup kencang saat jemari mereka yang bertautan, kini berada di sisi wajahnya.

Hinata meletakkan jemarinya di antara jemari Sasuke lalu mengarahkan ibu jari Sasuke ke sudut bibir pemuda itu sendiri dengan arahan jemari Hinata. Perlahan, Hinata menggerakkan ibu jari Sasuke untuk mengusap sudut bibir yang sempat dikecup Mei tadi.

"Aku sangat marah melihat bibirmu disentuh oleh bibir perempuan lain." Sasuke bisa mendengar nada serius dan kemarahan dari ucapan Hinata barusan. Ia sangat mengerti perasaan Hinata sebab jika ia pun melihat Hinata disentuh oleh laki-laki lain, Sasuke tidak akan pernah terima.

"Maaf..," lagi ucap Sasuke meminta maaf. Ia tahu salah besar karena tak bisa mempertahankan dirinya sendiri, akhirnya membuat gadis yang disukainya cemburu. Seharusnya Sasuke bisa bertindak lebih berani untuk menolak.

'Hei, tunggu dulu! Kalau Hinata memang cemburu, itu berarti Hinata benar-benar menyukaiku 'kan?' ucap Sasuke dalam hati. 'Tentu saja. Dia bahkan mengatakannya dua kali semalam.'

Mengingat hal itu, tiba-tiba ada perasaan baru yang menyeruak keluar dari hati ke mulutnya.

"Aku... menyukai Hinata." Kata-kata itu sudah sejak lama ingin Sasuke ungkapkan. Luar biasanya, kata-kata itu tidak perlu dipikirkannya. Itu keluar begitu saja.

Ternyata benar, saat ingin mengungkapkan perasaan, tak perlu berpikir banyak, langsung saja pada intinya. Sebab jika terlalu banyak dipikirkan, itu hanya akan menghambat, memperlambat, bahkan menghilangkan niat yang sudah tersusun rapi.

Memang waktu pun berpengaruh. Itu hanya masalah kecil sebenarnya. Sasuke belum mendapatkan waktu yang tepat sebelumnya untuk mengungkapkan perasaan terhadap Hinata. Seharusnya semalam adalah waktu yang paling tepat untuk mengungkapkannya, namun ia sudah didahului oleh Hinata. Dan jika saja ia tidak pingsan, mungkin Sasuke masih punya sedikit keberanian untuk mengatakannya. Tapi tidak.

Maka, inilah waktu yang dirasanya paling tepat.

Hinata tidak terlihat begitu terkejut mendengar ungkapan Sasuke, namun bukan berarti ia tidak senang mendengarnya.

Senyum merekah hadir di bibir Hinata yang semula begitu kaku menahan emosi.

Sasuke tahu, ia telah berhasil membuat Hinata mengubah rasa cemburu dengan rasa bahagia.

Tapi, Hinata tidak membiarkan senyum merekahnya terlalu lama menghiasi bibir merah alaminya. Ia memiliki rencana lain.

Ibu jari Sasuke yang semula menempel di sudut bibirnya, kini Hinata alihkan menuju ke bibirnya sendiri. Dengan gerakan seduktif, Hinata menggerakkan ibu jari Sasuke di antara bibir merahnya yang lembap oleh lipbalm yang dipakainya.

Jika sudah seperti ini, Sasuke tak bisa berkutik. Betapa lembutnya bibir Hinata di permukaan kulitnya, melebihi kelembutan marshmallow.

"Katakan lagi, Sasuke," ucap Hinata seduktif. Matanya memandang nakal Sasuke.

Sasuke baru saja ingin mengeluarkan kata-kata itu, namun ia harus kembali menelannya dalam-dalam ketika bibir merah Hinata mulai mengecupi ibu jarinya. Sasuke membeku. Lidahnya kaku. Dan jantungnya bertalu-talu.

"Katakan, Sasuke..."

Hinata menghentikan godaan nakalnya pada ibu jari Sasuke. Dalam hati, ia sangat menikmati reaksi Sasuke yang membeku seperti itu. Sasuke pasti sangat gugup.

Ucapan Naruto dan Kiba yang selalu berulang-ulang kali mengatakan agar Sasuke menunjukkan keberanian dan percaya diri, secara perlahan mulai dikumpulkannya. Memang rasa itu masih terbilang kecil, namun jika dikumpulkan bisa makin membesar 'kan?

Tapi sulit rasanya untuk dilakukan saat bibir nakal itu kembali mengganggunya. Bibir yang sama yang membuat cap noda merah di bibirnya semalam dan baru disadarinya saat bercermin tadi pagi. Sesuatu yang membuat Sasuke tidak bisa berpikir jernih. Dan bibir itu sekarang makin gencar menggoda lagi.

Sasuke ingin pingsan saat itu juga. Ini sudah terlalu berlebihan untuk jantungnya bisa tahan. Degupannya sudah melebihi batas normal, hampir sama seperti degup jantungnya yang selesai berlari estafet tadi. Mungkin lebih parah.

"Kalau tidak kamu katakan, aku akan makin 'mengganggu'mu, Sasuke."

Bagaimana bisa Sasuke membuka mulut bahkan tanpa godaan nakal bibir merah Hinata, walau hanya dengan tatapan intens dari si Hyuuga, Sasuke merasa kata-kata itu hilang entah ke mana. Hinata telah melenyapkan pikiran-pikiran sehatnya yang biasa bersemayam di kepalanya.

Sasuke sekarang merasa dirinya dihempaskan oleh ombak yang membuatnya tak berdaya saat lidah merah muda itu menjilat ibu jari Sasuke. Terasa hangat sekaligus dingin.

'Damn me!'

Dengan muka merah matangnya, Sasuke menghentikan godaan Hinata dengan melakukan tindakan yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh dirinya sendiri.

Sifat Uchiha yang terpendam akhirnya mengambil alih, menyepak telak sifat pemalunya.

Sisi Uchihanya memberikan hukuman manis pada si Hyuuga melalui ciuman maut.

Hinata terkejut. Ia tidak memprediksi sikap Sasuke yang tiba-tiba berani dan liar seperti ini.

Sentuhan gila ini membuat Hinata kalah, ia akui itu. Ia akui dengan senang hati.

Bisa dirasakannya betapa Sasuke memendam begitu banyak emosinya selama ini. Mungkin Sasuke salah satu orang yang sama sepertinya, orang yang pandai menyembunyikan emosi dengan cara sendiri. Hinata melakukannya dengan bersikap tenang, sedangkan Sasuke dengan sikap pemalunya. Keduanya sama-sama pendiam dan menutup diri, kecuali pada orang-orang tertentu yang mereka rasa bisa dipercaya.

Dari cara bagaimana Sasuke mendekapnya begitu erat, Hinata mengerti pemuda Uchiha itu tak ingin dirinya menjauh dari Sasuke. Uchiha itu ingin memiliki Hinata untuknya seorang, begitu pula dengan si Hyuuga. Maka tanpa perlu berpikir lain, Hinata pun mengikuti keinginan Sasuke. Membalasnya dengan sentuhan yang juga mendambanya. Mengecup tiap-tiap permukaan bibir tipis itu, merasakan kehangatan, kelembutan, dan kelembapannya. Sekaligus menghilangkan sentuhan gadis burgundy tadi.

Di bagian itu, Hinata memberikan sentuhan khusus di sudut bibir Sasuke.

Sasuke mendesah pelan.

Hinata menyeringai puas.

Hinata gadis yang memiliki rencana yang tersusun rapi demi mendapatkan apa yang diinginkannya, terutama saat ingin mendapatkan Sasuke Uchiha. Pertama, dekati pemuda itu hingga benar-benar mendapatkan perhatiannya. Setelah mendapatkan perhatian dan rasa percaya dari si Uchiha pemalu, Hinata memutuskan untuk merubah penampilan kutu buku Sasuke.

Hasilnya?

Sangat memuaskan.

Pemuda Uchiha itu menjadi pusat perhatian di hari pertama ia merubah penampilannya yang semula berkacamata tebal, rambut klimis dengan poni menutupi wajahnya. Tak ada yang tahu wajah yang tersembunyi di balik kacamata dan poni itu adalah wajah seorang berparas layaknya aktor Hollywood. Beruntung Hinata dianugerahi mata yang jeli hingga bisa menemukan berlian di antara bebatuan.

Namun bukanlah penampilan luar yang Hinata utamakan dari Sasuke, melainkan penampilan dalamnya. Hati si Uchiha. Hinata terjerat oleh sikap malu-malu seorang lelaki yang menurutnya itu imut. Mungkin jauh dalam hatinya, Hinata menginginkan seseorang yang memiliki sifat yang berlawanan dengannya. Hinata tegas, Sasuke cenderung lembut.

Mereka cocok, setidaknya begitu pemikiran Hinata.

Setelah mendapatkan hati, lalu membuatnya gugup setengah mati yang menjadi kesukaan Hinata, kini misi terakhirnya untuk membuat Sasuke bertindak lebih berani akhirnya terwujud.

Hinata selain suka menggoda Sasuke, ia yakin dengan bertindak begitu bisa memicu keberanian Sasuke yang selalu terpendam dalam-dalam.

Kita tak akan bisa mendapatkan marlin jika tak ada umpan ikan segar.

Akhirnya, marlin pun tertangkap juga! Usaha keras dan waktu yang lama pun terbayar.

Di pihak lain, Naruto dan Kiba yang mulai khawatir dengan sobat pemalu mereka yang sejak tadi belum juga kembali yang katanya membasuh muka, memutuskan untuk mencarinya. Mereka takut Sasuke dikerubungi oleh gadis-gadis yang menggilainya. Sasuke bahkan sempat merajuk pada Naruto dan Kiba tadi sebab mereka tak ada saat Sasuke butuh mereka pagi tadi. Namun setelah meminta maaf berkali-kali dan berjanji akan menjadi sahabat baik serta bodyguard yang setia, Sasuke pun memaafkan mereka.

Betapa terkejutnya dua sobat konyol sekaligus terbaik Sasuke begitu mereka mendapati Sasuke dan Hinata sedang bercumbu mesra.

Wajah Naruto dan Kiba memerah.

Malu melihat adegan yang begitu intens, Kiba pun menarik Naruto dari dua sejoli itu.

"Setidaknya misi kita berhasil," ucap Kiba sedikit kikuk karena masih dibayang-bayangi oleh hal yang tidak pernah disangkanya akan terjadi secepat ini.

"Yeah. Apa kubilang, harus ada pemicunya," Naruto tersenyum nakal.

"Benar. Sasuke berutang banyak penjelasan pada kita nanti."

"Setuju!"

Sebenarnya misi untuk membuat Sasuke lebih berani bukan hanya misi bagi Naruto dan Kiba saja. Ingat, ada Hinata juga Itachi, Kakak Sasuke. Semuanya sudah mencapai misi masing-masing dengan hasil yang memuaskan. Sasuke mendapatkan keberaniannya berkat bantuan dua sobat baik, Kakak, serta si gadis Hyuuga.

Ah, mungkin yang paling banyak berperan dalam memunculkan keberanian dari Sasuke adalah Hinata. Gadis itu dengan caranya yang 'nakal' berhasil memicu sisi Uchiha-nya. Semua hal yang ada pada diri Hinata mampu membuatnya hilang kendali, walau dengan sedikit sentuhan.

'That thumb really makes my body and brain get numb.'

.

THE END

.

Ini dia akhirnya. Fict ini su lunas ya! Terima kasih buat dukungan dari reviewers, favoriters, and followers fict saya ini. Berkat sobat-sobat semua, saya berhasil bikin fict ini ampe tamat. Saya gak berani janji bikin sekuel meskipun fict ini kurang memuaskan di bagian akhirnya. Saya gak pandai bikin fict yg banyak konfliknya. Simple aja alurnya.

.

.

Kuis:

1. Kata apa yang sering digumamin Sasuke?

2. Sebutin jenis ikan yg ada di cerita ini!

.

Terima kasih buat :

.

ana -Perangnya cuma bentar doang. Sekelibat aja.

Guest -Udah dilanjut ya, sob.

Miyuchin2307 -Kalo saya pedagang maka ngana adalah pelanggan saya. Hahaha... Konfliknya ga serumit itu. Sasuke juga udah ungkapin perasaannya ke Hinata. Gemes kaya mie gemes ya Chin. Hehehe... Saya panggil begitu ngambil dari nama pendekmu ya.

Anindita616 -Masalahnya udah lewat, say. Hehe...

aminatazzahra -Yang sudah terjadi biarlah terjadi, toh Hinata sudah memaafkan Sasuke. Jeileh... Saya ga bikin Hinata cuekin Sasuke karena saya udah baca cerita SasuHina yang alurnya begitu. Memang bagus dan masuk akal, cuma saya mau bikin sesuatu yg agak beda, meski dikit. Saya rasa sikap memaafkan itu ga semua orang anggep gampang lho. Bener ga? Kalo ada orang yg bisa maafin setegar itu, saya salut banget! Saya sendiri belom tentu bisa begitu. Hahai... Tapi saya sangat hargai masukannya lho...

Yandana Ubaydillah -Udah nih ya.

sasuhina69 -Maklum, Sasukenya kaget. Sekarang udah ga selemah itu lagi jo. Hehehe...

mprill Uchiga -Hinata udah menyelamatkan Sasuke, bukan nyelametin, tar dikira syukuran lagi... Hahahaha...

heartlesssoul.712 -Karena saya suka Sasuke, saya bikin jadi pemalu krn udah keseringan jadi ikemen yg juteknya gak ketulungan. Hahahaha... Jiip, salam kenal juga, sob!

OnewnyanGembul -Masukannya sama kaya aminatazzahra, saya bikin Hinata murah hati karena saya niatnya bikin fict berchapter pendek. Tapi terima kasih utk masukannya, saya sangat hargai.

Reichan Hiyukeitashi -Makasiiiihhh

.

.

Salam hangat,

Bernadette Dei