Chapter 4: JJ Juga Manusia

Maafkan aku! Aku tidak sengaja! Mungkin kau tak akan mengerti maksudku. Tentu saja kau tak akan mengerti, obat terkutuk itu membuatmu jadi aneh begitu. Akan aku jelaskan besok! Yakov bilang kau pergi ke Jepang untuk menemui Yuri dan Victor. Aku akan ke sana! Tunggu aku.

Love, King JJ.

"Victor," Yuri menghela napas, "Are you thinking what I'm thinking?"

"Tepat sekali."

Yuri menaikkan sebelah alisnya, ditatapnya Victor lamat-lamat. "Memangnya aku memikirkan apa?"

"Kalau memang ada yang aneh dengan Yurio dan JJ. Benar kan? Terakhir kali aku melihat mereka berdua, JJ terus-terusan mengejar Yurio. Dan kau tahu, Yuri, apa yang membuatku begitu curiga?"

Yuri mengangguk, kemudian menggeleng.

"Wajah Yurio kita memerah. Bila penglihatanku tak salah, bibirnya juga membengkak." jelas Victor.

Dengan sigap, Yuri melompat dan mengacungkan jarinya pada Victor. Tatapannya nyalang, seperti hendak menelan siapapun yang cukup sial untuk berada dalam jarak pandangnya. Dalam kasus ini, Victor. "Tidak akan kubiarkan bocah sok ganteng itu dekat-dekat Yurio! Dia baru lima belas tahun, Victor! Mana mungkin dia siap…"

Victor harus membenamkan wajahnya di bantal agar tidak menyemburkan tawa geli di hadapan Yuri. Sadar tak sadar, Yuri makin mirip seorang ibu yang overprotektif pada anak remajanya. "Lima belas tahun itu sudah besar, kok. Saat seusianya, aku sudah memenangkan tiga pertandingan junior. Kalau masalah ciuman sih…"

Kini Yuri telah melemparkan pelototan mautnya pada sang kekasih. Mau tak mau, Victor jadi mengkeret dibuatnya. Bagai anjing pudel yang patuh, Victor mematung di sisi Yuri. Apa kata fans Victor bila melihatnya yang seperti suami-suami takut istri?

"Ya sudahlah, besok saja kita pikirkan soal JJ. Nah sekarang, mumpung Yurio sudah tidur…" Yuri tersenyum sok polos sambil menarik Victor ke dalam futon.

Matahari belum juga terbit sempurna, namun kedua orang tua Yuri sudah sibuk sekali mempersiapkan pemandian. Dibantu Mari yang jiwanya masih melayang-layang di alam mimpi, mencoba menumpuk handuk, tetapi malah tertidur di atasnya. Jangan salahkan Mari kalau handuk-handuk itu begitu empuk dan menyerupai bantal.

Belum ada tanda-tanda kehidupan dari kamar di ujung lorong. Dengkuran pelan Victor terdengar sayup-sayup dari luar kamar. Udara musim dingin terasa begitu menusuk, sehingga mau tak mau ketiga orang di kamar itu harus bergelung dalam selimut yang nyaman, tak mau terusik sama sekali. Sayang sekali, tidak ada Minggu pagi ideal bagi mereka hari ini.

"Yuriooo! Kau dimana?!" Suara berat itu menggema di lorong-lorong.

Kedua orang tua Yuri saling bertatapan bingung. Pemandian umum baru buka dua jam lagi, lantas mengapa ada orang, bule pula, yang tiba-tiba menerjang masuk? "Ne, ne, Toshiya, dia tampan juga ya? Lihat model rambut itu, mirip Kapten Levi, bukan?" Hiroko Katsuki menyikut suaminya sambil tertawa renyah.

Toshiya Katsuki mendengus geli, mengingat hobi fangirling istrinya yang tak kunjung sembuh sejak mereka masih remaja. Bahkan sebelum Yuri dan Victor jadian pun, Hiroko lah yang pertama menyatakan diri sebagai shipper #1 Victuuri.

"Paman! Bibi!" Pria itu berusaha memelankan tempo napasnya, "Yuri Plisetsky ada di mana ya?!"

Dengan canggung, Hiroko dan Toshiya menunjuk ke arah kamar di ujung lorong, kamar milik Yuri dan Victor yang kebetulan juga ditempati Yurio, orang yang dicari pria itu. Sambil menyeret langkah, sang pria tampan merangsek ke kamar itu. Tanpa pikir panjang, didobraknya pintu dengan wajah polos tanpa dosa.

"H-HEEEKK! MATAKUU!"

Pria itu, Jean-Jacques Leroy, mendapat pelajaran hidup berharga hari itu. Jangan pernah masuk ke kamar milik orang lain tanpa izin. Terutama kamar milik pasangan yang kelewat mesra. Terutama kamar milik seorang Victor Nikiforov dan Yuri Katsuki. Bagaimana tidak, JJ harus mengorbankan mata indahnya untuk menyaksikan adegan yang ingin ia lupakan selamanya. Victor dan Yuri tengah terlelap berdua, hanya selimut yang menutupi mereka.

Lalu mata JJ teralihkan pada sosok Yurio yang terbaring tak jauh dari dua makhluk nista itu. Terlihat begitu polos dan tanpa beban, JJ jadi ingin memasukannya dalam karung dan menyimpannya selamanya. Lantas JJ sadar bahwa ia harus segera mengamankan Yurio dari pemandangan yang dinilainya tidak sedap di mata itu.

"Yurio darling, you can thank me later!" JJ berseru kencang seraya menggendong Yurio ala pengantin baru keluar kamar. Yang digendong mulai terbangun dan mengerjapkan matanya.

Manik biru kehijauan indah Yuri Plisetsky bertabrakan dengan biru tua milik JJ, "Hmm? Siapa ya?"

Saat itu juga, pandangan JJ bagai berpusing ke dalam vortex tanpa ujung, menyerap segalanya ke dalam kegelapan. Tidak, tidak. Ia pasti salah dengar. Mana mungkin anak kucing kesayangannya, Yurio darlingnya, bisa lupa padanya. Pasti Yuri dan Victor yang meyakinkan Yurio untuk membuatnya kesal. Pasti ini karena mereka iri berat padanya. Tentu saja, siapa pula yang tidak iri pada Jean-Jacques Leroy yang tampan dan berbakat ini? Bahkan JJ bertaruh, Seung Gil Lee yang dingin itu juga menyimpan kekaguman padanya.

Dengan percaya diri, JJ menyengir, memamerkan satu set gigi putih yang tentunya bukan hasil permak dokter gigi. Ia mencubit pipi Yurio dengan gemas, berharap anak itu akan mengamuk dan tersadar dari apapun kegilaan yang menguasainya sekarang.

"Sa-sakit, Nii-chan," erang Yurio tertahan.

JJ syok. Suara itu… Suara Yurio manisnya yang terdengar begitu ambigu di telinganya, membuatnya harus menahan diri agar tidak melahap bocah polos di hadapannya itu. Masih tak terpikirkan olehnya bahwa obatnya ternyata berdampak seburuk ini. Ia kira obat itu hanya akan bertahan barang sehari atau dua hari, dengan efek yang amat berbeda dari ini. Namun bila begini jadinya, bisa-bisa Yurio darlingnya harus gila permanen. Bukannya JJ tidak menyukai perubahan sikap Yurio…

"Ahem," Victor berdeham, muncul di ambang pintu bersama dengan Yuri. Dan syukurlah, keduanya sudah mengenakan piyama berwarna hijau laut, "Kami tunggu penjelasanmu itu, JJ."

JJ meneguk ludah, ia tahu pada akhirnya ia harus menjelaskan ini pada kedua 'orang tua' Yurio. Ia harap suaranya tidak keluar seperti suara kambing yang hendak disembelih. Ataupun suara cicitan tikus yang masuk perangkap. Memang ada kalanya King JJ merasa gugup. Ia juga pria biasa yang takut dengan tatapan tajam dari calon mertua.

"Jadi," Pria Kanada itu mengawali kisahnya, "Tiga hari lalu, aku sedang jalan-jalan dengan Chris, sekedar menemani Chris yang baru pertama kali ke Rusia. Aku? Oh, aku memang sedang berlibur ke Rusia karena rindu dengan Yurio darling."

Yuri melotot tajam, "Langsung saja ke intinya."

JJ yang belum pernah melihat Yuri Katsuki seberani dan semengerikan ini melanjutkan ceritanya dengan buru-buru. "Di pasar malam, kami tertarik melihat seorang wanita tua yang mempromosikan 'Ramuan Cinta Murah Meriah! No tipu-tipu!'. Karena iseng, aku membeli satu.

"Saat kami bertemu dengan Yurio yang duduk sendirian di kafe, kami ikut bergabung. Saat ia tidak melihat, aku menuangkan ramuan cinta itu ke minumannya. Oke, baiklah, mungkin aku juga putus asa berusaha merebut hati Yurio. Tapi sebagian besar memang cuma keisengan, kok!"

Krik. Kini JJ betul-betul ingin balik kanan bubar jalan, membawa Yurio, dan pergi sejauh-jauhnya dari dua pangeran kegelapan di hadapannya ini. Lihat saja ekspresi Victor dan Yuri, bagaikan malaikat pencabut nyawa komplit dengan sabit mautnya. Perlukah JJ tersungkur di lantai dan memohon pada mereka untuk meloloskan nyawanya? Kalau perlu, JJ akan meyakinkan mereka bahwa membunuh manusia paling tampan di dunia ini hanya akan menyebabkan kesialan bagi mereka. Para JJ Girls tidak akan terima begitu saja.

"Mama, Papa! Onii-chan bukan orang jahat! Yurio suka Onii-chan!" Remaja bersurai pirang itu menyeruak dan memeluk JJ erat-erat.

Victor dan Yuri saling bertatapan keheranan. Dalam kondisi ini, Yurio tetap agresif pada semua orang selain Yuri dan Victor yang ia anggap sebagai mama dan papanya. Lantas bagaimana ia bisa begitu nempel dengan JJ yang sebetulnya adalah penyebab kondisinya ini? Namun dilihat dari gelagat Yurio, tersurat bahwa hubungan keduanya amat dekat. Padahal kini Yurio tidak mengenal JJ.

"Yurio darling, aku tahu kau pasti akan memilihku!" JJ menghela napas lega, "Nah, ayo, kita pergi dari sini!"

"Heh! Seenak udelnya saja! Urusanmu dengan kami belum selesai!" Victor menyalak.

"Yurio nggak mau pergi dari Mama sama Papa! Onii-chan tinggal di sini aja!" Yuri merengek.

Jean-Jacques Leroy, pria paling tampan sedunia, sedang dilema. Kegalauannya pun bertambah ketika seseorang meneleponnya di saat masalahnya sudah cukup memuncak. Orang yang paling tidak JJ inginkan untuk terlibat dalam masalah ini.

Otabek Altin.

A/N: Makasih banyak buat reviewsnya! Bikin author makin semangat deh *tebar cium mesra* Maapmaap kalo update-nya lama, author sempet disibukkin sama UAS (iya, author masih loli loh! /PLAK) dan sempet kena writers block juga Tapi diusahakan lebih sering update, kok! LOVYAA 3