.

Mereka menyuruhnya menutup mata. Mereka menyuruhnya untuk bungkam. Mereka bersembunyi, menyembunyikan fakta, membuat orang-orang percaya.

Mereka tahu keseluruhan ceritanya.

Mereka tahu, dan mereka membiarkannya terjadi—lagi.

.

"Mereka bisa saja memanipulasi segalanya, tapi aku akan membuat dunia melihat."

.

.

.

###

Azova10 and Sayaka Dini

presents

RAVEN

Prologue

Main Casts: Oh Sehun, Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Support Casts : Choi Seunghyun

Genre : Romance, Crime/Action

Rate : M

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

FF INI TIDAK BERMAKSUD MENYINGGUNG UNSUR SARA ATAU SIAPAPUN

###

.

.

.

Malam itu adalah malam sempurna dimana sepasang kekasih akan mengikat janji suci mereka di altar katedral Myeongdong. Salah satu bangunan tua di Seoul yang terkenal dengan arsitekturnya yang khas dan menawan itu telah disulap dengan berbagai hiasan karangan bunga mawar, serta lilin-lilin yang dipasang di sudut ruangan. Kehadiran seorang pianis yang akan memainkan partitur musik di atas tuts-tuts sebuah grand piano berwarna hitam, pun turut andil dalam menghiasi upacara sakral itu. Sementara para tamu undangan yang datang dengan gaun cantik dan setelan tuxedo, duduk di antara karpet merah yang akan dilewati oleh pengantin wanita menuju pengantin pria yang telah menanti di ujung altar.

Tak ada emosi lain yang tercipta dalam suasana khidmat itu, selain bahagia dan haru.

Namun nyatanya, itu tak'kan berlangsung lama.

Seorang pria berbalut tuxedo hitam mengayunkan kedua tungkainya di balkon katedral. Tak seorang pun menyadari keberadaannya karena atensi semua orang tertuju pada kedua mempelai, terlebih suara piano yang menggema di bawah sana menyamarkan suara ketukan sepatu pantofel yang dipakainya. Langkah pria asing itu kemudian terhenti saat memasuki sebuah bilik kosong di ujung balkon. Dinding bilik yang terbuat dari kayu dan dipenuhi celah membuatnya mampu melihat kondisi lantai satu tanpa membiarkan dirinya terlihat oleh orang lain.

Tepat saat sang pengantin pria mengucapkan janji suci, pria asing di balkon katedral itu mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan jauh hari di bawah lantai kayu bilik tersebut. Itu adalah sebuah senapan AS50. Dengan telaten, pria itu memasang bagian-bagian senapan yang belum terpasang seutuhnya, lalu memasukkan beberapa peluru ke dalamnya. Begitu persiapannya telah selesai, sorot matanya yang tajam itu menerobos di antara celah bilik, berfokus pada sosok Pastor Han. Diarahkannya senapan tersebut pada pria tua itu, tepat di dahinya, dan–

SYUT!

Dalam sekejap mata, peluru kaliber 12,7 yang diluncurkan itu menembus dahi Pastor Han.

"KYAAAAAAAAAAA!"

Kepanikan di katedral Myeongdong-pun tak terhindarkan lagi.

.

.

Keadaan ibukota yang masih dipenuhi rintik hujan menjadi riuh saat deru bunyi sirine mobil polisi dan ambulans datang saling bersahutan. Tepat di belakang mereka, sebuah mobil interpol menyusul dengan kecepatan yang sama pula. Mereka tengah berbondong-bondong menuju katedral Myeongdong, dimana telah terjadi pembunuhan seorang pastor sehingga menyebabkan kepanikan yang luar biasa di sebuah pernikahan. Ini adalah kali ketiga seorang pastor ditembak di dahi dalam kurun waktu dua bulan, yang sepertinya dilakukan oleh pelaku yang sama dengan kasus pembunuhan-pembunuhan sebelumnya. Tidak aneh jika pihak interpol turun tangan untuk kasus ini.

"Menurutmu, apakah ini ulahnya?" Seorang pria tinggi bernama Park Chanyeol bertanya pada sunbae-nya yang sama-sama bekerja di interpol—Choi Seunghyun. Fokusnya masih bergeming pada jalanan yang cukup licin karena air hujan.

"Kemungkinan besar begitu." jawab Seunghyun tanpa mengalihkan pandangannya dari i-pad berisi dokumen pembunuhan yang tadi didapatkannya dari pusat. "Dilihat dari pola pembunuhannya, sepertinya itu memang dia."

"Sial!" Chanyeol berdecak kesal di balik kemudinya. "Bagaimana bisa kita kecolongan lagi?"

Seunghyun tak membalas. Pikirannya tengah jauh melayang pada sosok pelaku pembunuhan yang telah menghantui pihak interpol selama dua bulan terakhir ini—Raven. Itu bukanlah nama asli sosok misterius itu. Dirinya disebut 'Raven' karena selalu memiliki pola pembunuhan yang sama, yakni menembak pastor tepat di dahi. Masih belum diketahui identitas sebenarnya si 'Raven' ini, pun motifnya dalam melakukan pembunuhan terhadap para pastor itu. Namun yang Seunghyun yakini, para pastor itu memiliki masa lalu dengan sosok Raven.

"Kita sudah sampai, Sunbae."

Ucapan Chanyeol seketika mengembalikan Seunghyun dari lamunannya. Mereka tak membuang waktu, dan segera keluar dari mobil. Terlihat garis polisi yang dipasang di sekitar katedral Myeongdong telah ramai dikerumuni wartawan dan warga sekitar yang penasaran akan kasus pembunuhan Pastor Han.

"Aku akan memeriksa balkon, kau periksalah lantai satu. Laporkan jika ada hal mencurigakan."

"Baik."

Begitu Seunghyun pergi menuju balkon katedral, Chanyeol-pun melaksanakan tugasnya untuk memeriksa lantai satu bangunan bergaya gotik itu. Sudut yang pertama kali hendak ia periksa adalah sisi sebelah kanan. Namun belum sempat ia sampai di sudut itu, ekor matanya sudah lebih dulu tertarik pada siluet yang baru saja melompati gerbang belakang katedral. Memang tak begitu jelas karena Chanyeol hanya melihatnya melalui jendela katedral dengan jarak yang terbilang jauh pula, namun ia yakin itu adalah seorang pria. Mengikuti instingnya, pria tinggi bersurai dark brown itupun berlari menuju gerbang belakang katedral.

Chanyeol melihat seorang pria bertuxedo hitam berjalan di sebuah gang di samping gerbang belakang katedral. Minimnya pencahayaan di sekitar sana dan jauhnya jarak di antara mereka, membuat Chanyeol tak begitu bisa melihat dengan jelas wajah pria itu. Tapi itu tetap tak menghentikannya. Sebisa mungkin Chanyeol menyusul pria asing itu tanpa menarik atensinya. Perlahan, ia keluarkan pistol HK USP Elite miliknya dari balik jas.

Untuk beberapa detik, sepertinya kehadiran Chanyeol tak disadari pria asing itu. Namun saat ia menarik pelatuk pistolnya—sekedar untuk menggertak dengan ancaman agar berhenti dan berniat meminta identitasnya, pria asing itu terlebih dahulu bergerak lebih cepat. Ia berlari seolah menyadari telah dibuntuti oleh seseorang. Refleks Chanyeol sebagai interpol-pun bekerja. Ia luncurkan tembakannya ke arah kaki pria asing itu, tapi sayangnya ia kalah cepat sehingga pelurunya meleset menabrak aspal.

"Sial," Mengeram, Chanyeol berlari mengejarnya. Semakin yakin bahwa pria asing yang mencurigakan itu adalah sosok Raven. "Berhenti disana!" serunya seraya mempercepat lajunya.

Ruang gerak Chanyeol sedikitnya terganggu karena banyaknya bekas kedai-kedai kayu bertenda (yang hanya beroperasi di pagi hari) di kedua sisi gang. Ditambah dengan minimnya penerangan di sana, membuat pria bersurai dark brown itu kesulitan membidik sasarannya. Yang bisa ia lakukan hanya berlari mengejar untuk lebih dekat dan menangkap sosok Raven.

Berbeda dengan sang interpol, kondisi sekitar mereka justru dimanfaatkan dengan baik oleh Raven. Ia menarik kayu penopang tenda salah satu kedai yang ia lewati, lalu menendang tong sampah ke belakang. Alhasil, pandangan Chanyeol-pun terhalang oleh kain abu-abu dari tenda tersebut sehingga kaki panjangnya tersandung tong sampah yang menggelinding di hadapannya. Tak ingin memberi banyak kesempatan untuk Raven, Chanyeol segera bangkit dan menyingkirkan tenda yang jatuh di atas kepalanya.

Sosok Raven tampak keluar dari gang sejauh lima belas meter di ujung sana, berbelok ke arah kanan. Chanyeol tak membuang banyak waktu, dan segera berlari menyusulnya. Tapi tepat saat ia keluar dan berbelok, ia malah menabrak seseorang. Tubuh tinggi pria bersurai dark brown itu sempat oleng ke belakang dan mundur satu langkah, sementara yang ia tabrak mengaduh kesakitan sambil mengusap keningnya yang teratuk bahu Chanyeol.

Masih berkeinginan mengejar Raven, Chanyeol lebih memilih memerhatikan sekeliling daripada melihat siapa yang barusan ia tabrak. Namun ia baru sadar bahwa dirinya kehilangan jejak Raven saat mendapati kerumunan orang memenuhi trotoar. Terlalu banyak orang dan kendaraan yang berlalu lalang. Chanyeol tak dapat lagi memastikan kemana larinya Raven di antara kerumunan itu.

"Sial," Chanyeol lagi-lagi mengumpat.

"Apa? Kau yang menabrakku duluan dan kau yang mengumpatiku?"

Suara familiar yang mengomelinya itu sontak menyadarkan Chanyeol. Ia berbalik menghadap sosok pria yang baru saja ia tabrak. "Baekhyun?" sebutnya pada pria mungil bersurai dirty blonde. Alisnya bertautan sempurna. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Baekhyun sedikit mengerucutkan bibirnya, masih kesal dengan insiden tabrakan kecil tadi. "Tentu saja untuk keperluan penyelidikan juga. Pusat mengatakan telah terjadi pembunuhan di katedral Myeongdong, jadi aku segera datang kemari begitu selesai dengan tugasku di Chungmuro." jawab hoobae-nya itu.

"Ah," Chanyeol mengangguk paham. "Apa kau tadi sempat melihat pria yang baru saja keluar dari gang ini?"

Baekhyun balas menatap Chanyeol serius. "Kau?"

Chanyeol berdecak. "Maksudku sebelum aku keluar."

Baekhyun berpikir, lalu menggeleng. Chanyeol menghela nafas. Mereka lagi-lagi kehilangan penjahat itu.

"Siapa yang kau kejar?" Mendapati pertanyaan polos itu dari Baekhyun, membuat Chanyeol sempat lupa kalau pria cantik di depannya ini juga seorang interpol meski dia masih juniornya. Terlalu gemas, Chanyeol pun mengacak puncak rambut Baekhyun, tak peduli umur mereka sama-sama dewasa.

"Aigoo, belajarlah lebih giat untuk memerhatikan sekelilingmu jika kau ingin tetap bertahan dalam pekerjaan ini."

Kesal diperlakukan seperti anak kecil, Baekhyun-pun menampar tangan besar Chanyeol dari atas kepalanya. Belum sempat ia mengomel lagi, pria tinggi itu sudah meraih telapak tangannya, menggenggam lembut jemarinya.

Chanyeol tersenyum tipis, teduh. "Ayo, kita kembali ke katedral. Seunghyun Sunbae ada disana."

Baekhyun balas dengan senyuman lebih lebar. Ia mengangguk semangat. "Aye-aye, captain!"

Sepasang kekasih itu kemudian berbalik menuju jalan belakang ke katedral Myeongdong. Tanpa Chanyeol sadari dengan adanya tuxedo hitam yang terbuang di tong sampah pinggir jalan, dan seorang pria tinggi yang berdiri di samping tong sampah tersebut sambil melihat sekeliling dengan sorot penuh waspada.

Pria tinggi bersurai ebony itu mengambil ponsel dari jaket abu-abunya. Menghubungi seseorang dengan raut wajah serius. "Dimana?" tanyanya langsung pada lawan bicaranya. Mendapati petunjuk yang diberikan padanya, pria itu berjalan ke halte bus, lalu mengambil tas ransel hitam yang tertinggal di bawah kursi halte. Mengecek sebentar isinya, sebelum akhirnya senyum kepuasan itu terpatri di sudut bibirnya. "Uangnya sudah kuterima," bisiknya pada seseorang di seberang sana, lalu mematikan sambungan telepon.

Sehun—pria tinggi bersurai ebony itu, tersenyum miring pada sirine mobil polisi yang melintas di jalan raya di hadapannya. Ia berdiri, menaikkan hoodie jaket abu-abunya, lalu berjalan santai dengan tas ransel penuh uang bayaran atas kerja kerasnya malam ini.

.

.

.

"Jadi, siapakah aku? Apakah aku seorang kriminalis atau seorang pahlawan?"

.

.

TBC

.

.

.

A/N (Azova10): Pertama-tama, halo semuanyaaaa! Adakah yang merindukan saya? Kali ini saya kambek dengan membawa kabar baik dan kabar buruk (mungkin). Kabar buruknya, saya hapus FF TOTH. Kenapa? Karena saya sejujurnya sudah kehilangan mood buat lanjutin FF itu. Saya sudah berusaha mengetik kelanjutannya selama hiatus, tapi selalu saja stuck—entah kenapa. Alhasil, mood sayapun perlahan-lahan menghilang. Saya tahu ini bertentangan dengan komitmen saya sejak awal, tapi saya merasa lebih gak enak jika membiarkan kalian menunggu terlalu lama. Bahkan jika FF TOTH dihiatuskan sampai tahun depan, saya tidak yakin mood itu akan kembali muncul. Jadi, daripada kalian lama nunggu dan hasilnya malah mengecewakan, saya putuskan untuk hapus FF TOTH. Karenanya, saya sangat minta maaf pada kalian /deep bow/

Anyway, ada kabar buruk lainnya, FF LAD milik author Sayaka Dini juga akan dihapus. Dia minta maaf, dan titip salam buat kalian semua. Untuk alasan dihapusnya LAD, akan Aya jelaskan di akunnya. TAPI~ kabar baiknya, saya membawa FF baru. Better—saya collab sama author Sayaka Dini! AHAEEEE~ COLLAB PERTAMA SAMA AUTHOR FAVORIT! Saya bener-bener excited sama project collab ini, terlebih karena saya sudah lama ingin bikin FF dengan alur ini. BTW, FF Raven terinspirasi dari kejadian nyata di Boston, AS. Oh, another good news, FF Raven akan menjadi FF kembar dengan FF-nya author RedApplee. Singkat cerita, kami bertiga sama-sama membuat FF genre crime dan akan selalu apdet bersama-sama, semacam crime twins FF wkwk. Jadi, saya harap FF kembar ini sepadan (bahkan jauh lebih baik) dengan dihapusnya FF TOTH dan LAD.

Lalu, soal respon kalian tentang unek-unek yang saya publish di FF TOTH; baik yang minta maaf, yang mendukung dan memaklumi keputusan saya, maupun yang mencela—saya terima dengan baik. Saya hargai setiap ketikan kalian, dan saya harap setelah ini penname kalian akan selalu muncul di kolom review saya dan author lainnya. Ingatlah bahwa kami menulis cerita bukan untuk menjadi terkenal atau maniak review, kami hanya ingin menyalurkan hobi yang bisa dinikmati sebagai sesama shipper. Review kalian sangat bermakna bagi kami, baik itu untuk membangun mood, juga untuk meningkatkan kemampuan menulis kami. Karena jika bukan dari review readers, dari mana seorang author bisa tahu semenarik apa cerita yang telah dibuatnya dan sejauh mana tulisannya berkembang?

Sedikit saran dari saya, semisal kalian bingung mau review apa, tulis aja pendapat kalian mengenai chapter FF itu, bahas adegan yang sekiranya menjadi favorit kalian atau koreksi apabila ada typo dan kesalahan referensi. Itu jauh lebih baik daripada tidak nongol sama sekali di kolom review. Selama review kalian pembawaannya baik, author-pun pasti akan menerimanya dengan baik. Karenanya, jangan berhenti atau bosan untuk memberikan review di setiap cerita yang kalian baca. Mari kita saling menghargai :)

Untuk kalian dengan penname: Kareninna, chenma, ninis, bbkhyn, RahmaIndirawati, haraharu947, baekfrappe, Jung Minjii, nurul. Dfana, fvirliani614, Byun Min Hwa, Maksute925, PinkuDeer, AeriChannie, My Katroll, novelia, jongdaelz, heliophilia, babychanpark, bees. crescent75, Sarangchanbaek, cbkhkrishokidz, apaan dah, baekdheyeol, restuuexcbyn, mbsbtbujcc, PuterrizmeMalesLogin, Park Shiina, Fairoza, socloverqua, kajedetroll, Hantu, FlashMrB, BabyByunie, kwinbiy, Park Byunaa, utarigunawan14, Tak Secantik Baekhyun, chanbaekmama, guest, Kiaini6, Guest, babybaek61, indi1004, Incandescence7, Cha, exobbabe, lee ooh on, popcorn07, exoblackpepper, 6010447, ByunJaehyunee, hyoon, Chanbaekbie, hyochan, Galaxy Aquarius, calldyw, Jyotika Ai, shellapcys18, Byun Ginnita, Ji Minsoo, xobechan56, damaryan28, bunnyy0506, Guest, KAAAAAAK, Xixixi, lucky-lbc, cbunga6104, Yeolisbaek, Guest, SELUsin, baekbek, trisulistia, heliophilia.

Terima kasih atas respon kalian di postingan terakhir saya di FF TOTH. Saya akan ingat baik-baik penname kalian. Dan terima kasih untuk readers yang sebelumnya pernah baca sekaligus review di FF TOTH, maaf saya gak bisa lanjutin FF TOTH lagi. Last but not least, semoga kalian bisa menikmati FF Raven dan FF Cicatrice.

A/N (Sayaka Dini): Wuiiih, gak nyangka bisa buat project collab bareng author sehebat Azova10. Btw, ini project collab pertamaku lho~ tepuk-tangaaan~~ (prok-prok-prok). Emang yah kalau jodoh gak kemana, malam pertamaku pun dengan Putri (WOI!) ehm, maksudnya collab pertama... Tapi beneran deh gak nyangka. Apalagi kita publishnya di bulan ulang tahun kami. Yup, kita berdua sama-sama lahir di bulan sama, tahun kelahiran yang sama, jadi besar pun profesinya di real-life pun sama. Sama-sama author Chanbaek, dan sama-sama berkonspirasi untuk memisahkan chanbaek, Baekhyun-nya untuk Aya, dan Chanyeol-nya untuk Putri (eaaaaa).

Kenapa dipublish di akunnya Putri? Karena ide awal dan alur mentahnya Putri yang membuat, sementara saya disini hanya sedikit membantu saat ia bingung alurnya mau dibawa kemana. Jika dimisalkan Putri adalah sutradara utamanya, maka saya sebagai asisten sutradaranya.

Kami harap debut kami sebagai collab ini bisa diterima baik seperti debut sub unitnya EXO, CBX (eaaaaa)