I Don't Want To Fall

Jaehyun x Taeyong

NCT & SMRookies © SM Entertaiment

Warning! Yaoi. Alternate Reality. OOC(s). Typo(s)

.


Anggap saja jika kita tak saling mengenal, Taeyong-hyung.

Kalimat itu tak bisa keluar dari kepala Taeyong meski sudah genap dua minggu berlalu. Menghantuinya hingga pemuda Lee itu tak punya selera makan, dan bahkan jatuh sakit di tiga hari pertama. Manager-hyung dan Yuta memarahinya habis-habisan, dan Taeyong tak punya tenaga untuk menolak dibawa ke rumah sakit, merepotkan mereka untuk merawatnya.

Kini kesehatannya sudah lebih baik, tapi tetap saja. Tidurnya tak pernah nyenyak sejak saat itu. Karena selalu ada mimpi buruk saat ia mulai memejamkan mata. Membuatnya terjaga sepanjang malam dan berakhir meminum pil diam-diam tanpa sepengetahuan yang lain. Itu sudah seminggu, sejak ia mulai ketergantungan pada pil tidur untuk sekedar mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang lelah.

Taeyong tahu ia terlihat sangat kacau dan menyedihkan. Semua member selalu memberinya pandangan khawatir dan Taeyong selalu merasa bersalah untuk itu. Lalu mulai menyalahkan dirinya sendiri lagi.

"Tae, sudah bangun?" Yuta memegang bahu Taeyong yang sedang meringkuk di tempat tidurnya. Sudah seperti itu sejak tadi. Sejak kemarin, dan hari sebelum kemarin. "Kau tidak bisa seperti ini terus, kau tahu?"

Taeyong menggeleng, meringkukkan tubuhnya lebih dalam. Berusaha menjadi sekecil mungkin. Tak sadar jika sudut matanya mulai basah lagi. "Aku sudah mengacaukan semuanya, Yuta."

Yuta mendesah, duduk di tempat tidurnya. Sejak malam itu, Yuta langsung meminta bertukar kamar dengan Haechan. Karena ia tahu ia takkan bisa menahan dirinya jika harus berada di dekat Jaehyun. Haechan menyetujuinya tanpa banyak bertanya. "Aku tahu bagaimana perasaanmu. Tapi jangan begini. Kau membuat kami semua khawatir."

Taeyong tahu Yuta benar, tapi ia terlalu keras kepala untuk mengakuinya. Semenjak Jaehyun pergi, Taeyong merasa tak bisa melakukan apa-apa. Ia merindukan Jaehyun yang berada di dekatnya seperti dulu. Sangat.

"Apa kau sudah mencoba bicara lagi dengan Jaehyun?"

Taeyong menggeleng sambil menutup mata. "Jaehyun dan aku―kami tak saling mengenal, kan? Dia sendiri yang memintanya."

Bayangan mengerikan tentang kejadian malam itu kembali terulang di kepalanya, membuatnya menggigit bibir kuat-kuat. Taeyong rela memberikan apapun untuk bisa kembali ke waktu itu, mencegah semuanya terjadi. Tapi tak ada yang bisa memperbaiki kekacauan yang sudah ia buat. Tidak ada.

"Taeyong, dengarkan aku." Yuta sudah kehabisan kesabaran. Ia menarik Taeyong untuk duduk, memegang wajahnya dengan kedua tangan agar Taeyong tak bisa berpaling darinya. "Kau tidak salah. Dengar? Kau tidak salah. Perasaanmu pada Jaehyun, bukan kau yang menginginkannya."

"Ta-tapi Jaehyun membenciku―"

"Itu masalahnya! Bukan masalahmu. Jika dia memang tak bisa menghargai perasaanmu padanya, maka ia tak layak mendapatkannya darimu. Kau tidak seharusnya merusak dirimu hanya karena ini." Yuta membawa Taeyong sekali lagi dalam pelukannya, merasakan nafas cepat Taeyong di lehernya, perlahan kembali teratur. Yuta mengelus surai-surai Taeyong perlahan. "Kau terlalu berharga untuk disakiti seperti ini, Lee Taeyong. Kau akan baik-baik saja. Dengan atau tanpa Jaehyun, kau akan baik-baik. Percaya padaku."

Taeyong tak tahu apa itu benar. Apakah dia akan benar-benar baik-baik saja tanpa Jaehyun? Ia tidak tahu.

Tapi kepala Taeyong di leher Yuta tetap terangguk pelan.

"Bagus." Yuta melepaskan pelukannya, lalu memberikan senyuman lebarnya. "Kalau begitu sekarang bangun. Kau sudah terlalu lama mendekam di sini dan butuh udara segara. Ayo pergi keluar, aku akan membawamu ke suatu tempat."

Taeyong benar-benar tidak merasa ingin melakukannya saat ini, tapi karena Yuta yang meminta, Taeyong mengangguk kecil.

"Senyum!"

Taeyong memukul Yuta dengan bantalnya. Karena baginya, pemuda Jepang itu terlihat konyol saat menaruh jari telunjuknya diujung-ujung bibirnya, yang sedang tersenyum. Meski konyol, tapi itu tetp cukup untuk membuat Taeyong tersenyum geli. "Dasar…"

"Bersiaplah. Singkirkan dulu wajah kusutmu itu, aku tunggu di luar."

Yuta pergi dengan senyuman lebar setelah lebih dulu mengacak rambutnya.

.


Wajah Taeyong, seperti yang Yuta bilang, memang terlihat kusut. Tapi itu tak memerlukan waktu lama untuk membuatnya sedikit lebih segar dengan mencuci muka. Ia juga mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih baik. Pilihannya jatuh pada hoodie kotak-kotak yang dipadukan dengan coat navy dan celana jeans.

Setelah memeriksa penampilannya, dan membawa dompet dan juga ponsel Taeyong berjalan ke luar ruangan. Yuta sudah menunggunya sedari tadi. Ia terlalu tergesa sehingga tak melihat sosok lain tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Kepalanya yang sedari tadi menunduk juga menjadi alasan tubuh mereka bertabrakan ringan.

Taeyong mendongak, siap untuk meminta maaf. Tapi kemudian sesuatu terasa bergolak di perutnya saat ia bertemu mata dengan sosok tinggi yang tak lain dan tak bukan, adalah Jaehyun.

Anggap saja jika kita tak saling mengenal, Taeyong-hyung.

Taeyong cepat-cepat berjalan melewatinya, seperti ia tak mengenal Jaehyun. Mengabaikan sesuatu yang menyakitkan itu kembali, juga gejolak aneh di perutnya.

Jaehyun.

Aku merindukanmu―

Taeyong menggelengkan kepalanya. Membuka pintu dan langsung merasakan udara dinginnya. Dia bisa melihat Yuta di sana dan memaksa dirinya untuk tersenyum. "Maaf lama."

Yuta tersenyum, menegakkan tubuhnya yang sedari tadi bersandar. "Tak masalah. Ayo pergi."

Begitu berjalan, angin malam yang dingin langsung menerpa wajah Taeyong, hingga membuat poninya berantakan. Taeyong menggerutu sambil membenarkan poninya. Yuta tertawa lalu ikut membantu. Setelahnya, ia juga memakaikan tudung hoodie di kepala Taeyong. "Lihat? kau memang memerlukan udara segar, Tae. Dan langsung mendapatkannya begitu keluar."

"Berisik." Taeyong memukul perut Yuta main-main.

Yuta mengaduh berlebihan sambil tertawa, sebelum mereka kembali berjalan.

"Mau pergi ke mana?"

"Ada sesuatu yang mau aku tunjukkan."

"Apa?"

"Kau akan melihatnya sendiri setelah kita sampai di sana."

"Setidaknya beritahu apa jenis tempatnya."

Yuta menggeleng, tersenyum simpul. "Nanti tidak seru."

Bagi Taeyong, Yuta yang berlaku misterius itu benar-benar― "Menyebalkan."

"Kaunya saja tidak sabaran, Tae." Kekeh Yuta, menggoda Taeyong memang kesenangan tersendiri baginya. Yuta takkan pernah bosan melakukannya. "Bagaimana kalau kau cium pipiku dulu baru kuberi tahu?"

Tentu saja bukan ciuman yang Yuta dapatkan atas tawaran itu, tapi tendangan yang cukup keras di tulang keringnya. "Mati saja sana."

Yuta tertawa lagi setelah lebih dulu pulih dari rasa sakitnya. Mengejar Taeyong yang berjalan lebih dulu darinya, dan meledeknya dengan 'Memang kau tahu jalannya?' dan 'Kalau aku mati nanti kau kesepian kalau aku mati' dan hal-hal lain seperti itu.

Biasanya setiap kali mereka keluar, mereka akan melewati jalanan yang ramai dengan toko dan pedagang yang hanya cukup ditempuh dengan berjalan lurus. Tapi kali ini Yuta berbelok ke kiri, mengarah jalan lain yang tak pernah dilewati Taeyong. Taeyong tak berkata apa-apa melainkan memandang sekelilingan yang terasa baru itu. Yang rupanya harus melewati beberapa pohon besar, mereka merunduk untuk melewatinya cabang dan ranting-ranting pohon yang lebat.

Taeyong sampai berfikir jika Yuta mengambil jalan yang salah, tapi pemuda Jepang itu hanya mengatakan 'ikuti saja aku' jadi Taeyong melakukannya. Meski harus memegang bagian belakang jaket Yuta, karena suasananya cukup mengerikan.

Mereka melewati jalan setapak berbatu, dan Taeyong hampir saja terjatuh jika Yuta tak memegangnya dan menyuruhnya lebih hati-hati.

Dan begitu mereka sampai, yang Taeyong lihat adalah lapangan luas yang terlihat seperti lapangan basket yang sudah di tinggalkan. "Yuta ini―"

"Bagus, kan?" Yuta berdiri di sampingnya. Tersenyum melihat ekspresi di wajah Taeyong.

"Bagaimana kau menemukan tempat seperti ini?"

"Aku menemukannya saat iseng berjalan-jalan mengelilingi Seoul saat jadi trainee dulu." Yuta menarik Taeyong untuk duduk di sampingnya, tepat di tengah lapangan. Lalu menunjuk ke langit."Kita bisa melihat langit malam dengan jelas di sini."

"Kau sering ke sini?" tanya Taeyong, merasa kagum dengan sekitarnya. Kapan terakhir kali ia bisa melihat bulan dan bintang sejelas ini? Taeyong bahkan sudah lupa.

"Hanya ketika aku butuh tempat pelarian," jawab Yuta, mendesah. Lebih tepatnya saat ia berada di titik terendahnya karena merasa sangat lelah menunggu waktu debutnya. Tapi Yuta tak akan menyuarakannya keras-keras.

"Hm."

Mereka berdua terdiam untuk waktu yang lama, tak mengatakan apapun melainkan hanya menikmati suasana tenang dan langit malam di atas mereka. Meski sebenarnya, yang menjadi fokus Yuta sedari tadi adalah wajah Taeyong. Meski tak disadari pemiliknya yang sibuk melamun dengan posisi tangan yang memeluk kedua kakinya yang tertekuk. Mendongak sambil menatap langit dengan matanya yang berbinar.

Perasaannya saja atau memang Taeyong selalu terlihat semenarik ini?

"Merasa sedikit lebih baik?" Tanya Yuta.

"Ya." jawab Taeyong. Menengok lalu tersenyum. "Terimakasih."

Hei, hei. Jangan tersenyum padaku seperti itu.

Atau aku akan―

Yuta cepat-cepat bangkit. Mengambil bola orange yang tergelatak begitu saja di sisi lapangan. Ia ingat sengaja meninggalkan benda itu di sini, saat terakhir kali datang. Yuta mendribble bolanya. Ia memang lebih suka bermain sepak bola, tapi kemampuannya bermain basket juga tak buruk. Setidaknya, menurutnya begitu.

"Mau bermain one-on-one melawanku?"

Taeyong menggeram, merasa Yuta sedang meledeknya lagi. "Kau tahu sendiri aku payah bermain basket!" protesnya. "Anggota kita yang benar-benar jago memainkannya hanya Johnny, Hansol, Ten, dan Jae―"

Jaehyun.

Taeyong tak melanjutkan kalimatnya lagi. Terlihat cukup kaget karena dirinya baru saja, dengan begitu saja, hendak membiarkn nama itu lolos dari bibirnya. Ekspresi Taeyong berubah muram lagi setelahnya.

Yuta, bodoh!

"Lupakan saja." Yuta melempar bolanya sembarang arah. Harusnya ia tak membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan dongsaeng mereka itu saat ini. "Lebih baik kita pergi makan saja. Bagaimana?" Yuta mengulurkan tangannya pada Taeyong yang masih terduduk di posisinya.

Taeyong menatapnya sebentar. Meraih uluran tangan dan Yuta menariknya berdiri.

Taeyong―

"Baiklah." Taeyong tersenyum membalas senyum Yuta. "Karena kau sudah menghiburku, maka biar aku yang bayar kali ini," tambahnya.

Ekspresi sedih memang tak cocok denganmu―

"Bagus!" Senyum Yuta melebar. "Karena sebenarnya aku akan pura-pura tak bawa dompet tadi."

"YAA!"

Jadi tersenyumlah lebih sering, oke?

.


Mungkin tak ada yang tahu, dan tak ada yang sadar, jika bukan hanya Taeyong yang mengalami waktu sulit selama dua minggu terakhir. Karena Jaehyun merasakannya juga. Setelah malam dimana Jaehyun berkata pada Taeyong agar menganggap mereka tak saling mengenal, Jaehyun merasakan sesuatu hilang. Terambil begitu saja dari dirinya.

Tidak ada Taeyong yang akan memperlakukannya dengan perhatian, tak ada Taeyong yang selalu berada di dekatnya, tak ada Taeyong yang selalu membuatnya merasa khawatir dan merasa dibutuhkan. Tak ada Taeyong.

Taeyong dan Jaehyun, keduanya sama-sama menjaga jarak. Selain untuk urusan pekerjaan, mereka saling menghindari. Sampai di titik di mana salah satu akan pergi jika mereka ada di ruangan yang sama, atau senyum dan suasana nyaman akan hilang tiap kali melihat sosok yang lain. Jaehyun hampir tak memandang sekilaspun pada Taeyong, dan Taeyong selalu pergi jauh lebih cepat jika melihat keberadaannya. Jangankan untuk berbicara dengan Taeyong, Jaehyun bahkan belum bisa berlaku biasa pada dua hyungnya, Johnny dan Yuta, sejak malam itu.

Jaehyun tahu semua orang penasaran dengan apa yang terjadi, karena tak ada yang tahu mengenai hal ini. Bahkan Taeil, Mark, dan Haechan yang ada di sana saat itu. Entah apa yang membuat mereka berhenti bertanya padanya, mungkin Johnny atau barangkali Yuta yang menyuruh yang lain untuk tak ikut campur. Meski itu tak menghentikan tatapan curiga mereka, setidaknya itu lebih baik.

Bagaimanapun, Jaehyun merasa bersyukur. Karena ia memang membutuhkan waktu. Ia butuh waktu untuk mengatur perasaannya yang campur aduk.

Apa benar ini yang aku inginkan?

"Apakah kau ingat kapan terakhir kali kau tersenyum, hyung?" Tanya Mark pada Jaehyun saat keduanya berada di ruang tamu. Jaehyun selalu memasang wajah serius dan frustasi sepanjang waktu akhir-akhir ini. Belum lagi tingkahnya yang jauh berbeda. Empat hyungnya menjadi sangat dingin sejak insiden di dapur malam itu. "Kau membuatku khawatir, Jaehyun-hyung." Taeyong-hyung juga, tambah Mark dalam hati.

"Aku baik-baik saja, Mark," bohong Jaehyun.

Karena yang terjadi sesungguhnya, telah banyak yang terjadi dan Jaehyun sama sekali merasa tak baik-baik saja dengan hal itu. Sejak tidak ada Taeyong, sejak hyungnya itu absen mengisi harinya, ada ruang kosong yang terasa tak akan pernah terisi lagi, hingga membuat Jaehyun takut. Serta kembali mempertanyakan dirinya.

Apa benar ini yang aku inginkan?

"Hyung―"

"Bisa cari program yang bagus, Mark?" potong Jaehyun, sambil mendesah. "Aku benar-benar butuh hiburan."

Mark mengangguk, meraih remote TV dan memindahkan channelnya. Pilihannya jatuh pada salah satu acara komedi yang sangat lucu. Setidaknya menurut Mark itu akan bisa menghibur Jaehyun.

Tapi nyatanya Jaehyun bahkan tak bisa mengalihkan pikiran mengenai Taeyong-hyungnya. Apalagi setelah ia ingat insiden tabrakannya dengan Taeyong yang tak sengaja. Hyungnya itu terlihat akan pergi keluar.

Kemana?

Taeyong tak memberitahunya kemana dia pergi, atau sekedar mengirimnya kabar lewat chat. Tidak lagi. Padahal biasanya, ponsel Jaehyun selalu dibanjiri pesan-pesan dari Taeyong dengan stiker-stiker lucu―Spongebob, Pikachu, dan karakter kartun lain. Mengabari Jaehyun di mana lokasinya, apa yang ia kerjakan, memberitahunya jika sedang ingin makan ini dan itu, mengatakan jika akan lebih baik jika Jaehyun ada bersamanya, bertanya apa yang sedang dilakukannya, lalu lebih banyak stiker-stiker lucu lain. Kini ponselnya hanya berisi sesuatu yang tak lain dan tak bukan, pemberitahuan mengenai jadwal dan pekerjaan.

Tentu saja, bodoh.

Kau sendiri yang menyuruhnya untuk bersikap seolah-olah tak mengenalmu―

"Doyoung-hyung, apa kau tahu kemana Taeyong-hyung pergi?"

Doyoung yang sedang kebetulan lewat kaget dengan pertanyaan itu. Dan bukan hanya dirinya, karena Jaehyun sendiri kaget dengan pertanyaannya sendiri. Bertanya kenapa ia ingin mengetahui keberadaan dari seseorang yang tak ia kenal.

"Setahuku Taeyong pergi dengan Yuta, Jaehyun. Kenapa?"

Yuta-hyung?

Kenapa lagi-lagi harus Yuta-hyung?

Perasaan aneh itu kembali menyerang Jaehyun.

Jaehyun bisa tatapan menyelidik Doyoung, dan Jaehyun berusaha membuat dirinya setenang mungkin sebelum menjawab. "Tidak."

Doyoung masih menatapnya tidak percaya.

Lalu kemudian, di satu scene yang memang lucu, Mark tertawa keras. Membuat member lain yang kebetulan belum tidur mulai berdatangan dan ikut menonton. Suasananya berubah menjadi jauh lebih ramai. Perhatian Doyoung juga beralih pada Chenle yang meregek minta dibuatkan susu padanya.

"Astaga! Itu bodoh sekali. Hahahaha―"

Jaehyun diabaikan dan bersyukur karenanya. Ia tak dalam suasana hati untuk berbicara. Jaehyun bangkit berdiri dan pamit untuk tidur lebih dulu. Tapi bersamaan dengan itu, saat ia baru saja akan meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarnya.

Pintu depan terbuka.

"Taeyong-hyung! Yuta-hyung!"

"Darimana?"

Jaehyun berbalik dan bisa melihat Taeyong tersentak di tempatnya, sebelum menunduk dalam. Sudah akan pergi cepat-cepat namun ditahan Yuta yang menggenggam tangannya. Malah membawanya ke sofa dan bergabung dengan yang lain. Pemandangan itu membuat perasaan tak menyenangkan muncul begitu saja, mengganggu Jaehyun.

"Jalan-jalan," katanya santai. Matanya sengaja tertuju pada Jaehyun yang berdiri untuk keluar dari ruangan. "Mau kemana, Jaehyun?"

Bibir Jaehyun membentuk garis tipis, berkata datar, "Aku ingin tidur duluan, hyung."

Yuta mengangguk mengerti. Beralih pada Taeyong lagi. "Baiklah kalau begitu. Tidur nyenyak, saeng."

Kenapa? Kenapa menyebalkan sekali?

Jaehyun membawa langkahnya cepat ke kamar. Berganti dengan piyama dan menjatuhkan tubuhnya di kasur. Menenggelamkan tubuhnya dalam lembaran selimut lalu menutup mata. Berusaha mengosongkan pikirannya dan tidur.

Tidak bisa.

Berbagai macam hal dalam pikirannya membuat tubuhnya menolak istirahat.

Melihat seseorang menjadi lebih dekat dengan Taeyong-hyungnya sungguh mengganggu Jaehyun. Karena itulah tempatnya dulu, berada paling dekat dengan Taeyong dan selalu bersamanya. Taeyong mencintainya dan ia sendiri yang memutuskan hubungan mereka sebelumnya karena hal itu.

Dulu, Jaehyun ingin sekali tahu apa yang mengganggu hyungnya itu hingga bertingkah tidak biasa bila berada di dekatnya. Takut jika ia membuat kesalahan yang membuat hyungnya itu marah. Tapi kini, setelah ia tahu, Jaehyun memilih kembali pada masa di mana ia tak tahu apapun. Karena setidaknya, pada saat itu ia bisa berada di dekat Taeyong. Bersamanya.

"Kenapa harus aku, hyung?" lirih Jaehyun.

Kenapa kau harus mempunyai perasaan seperti itu padaku―

Sudah terlambat sekarang.

Jaehyun menutup matanya.

Taeyong-hyung―

Menit berlalu dan dalam setengah sadar Jaehyun bisa merasakannya. Sesuatu yang hangat menyentuh pipinya, mengelusnya perlahan. Kehangatan nyaman familiar yang membuat Jaehyun bergerak kecil sebelum jatuh lebih dalam, dalam tidurnya.

Apa kau merindukanku?

.


Taeyong terseyum kecil saat melihat wajah damai Jaehyun yang sedang tidur. Sudah lama sekali sejak ia berada sedekat ini dengan Jaehyun.

Tangannya bergerak begitu saja untuk menyentuh pipi Jaehyun, mengelusnya perlahan. Tersentak sedikit saat Jaehyun bergerak kecil, namun tersenyum lebih lebar kemudian. "Selamat malam, Jaehyunnie," lirihnya. Sebelum menjauhkan tangannya dan pergi dari sana.

Kembali mendengar hingar bingar teman-temannya yang masih menonton tayangan komedi di ruang tamu saat hendak menuju dapur. Mengambil satu botol pil tidur yang ia sembunyikan di ujung rak tanpa sepengetahuan yang lain.

Taeyong mendudukan dirinya di kursi meja makan mereka setelah mengambil air minum.

Mulai mengingat dinginnya angin malam yang menyentuh kulitnya, lalu pemandangan langit malam yang ia lihat bersama Yuta. Menghabiskan waktu sepanjang malam dengan Yuta, membantu melepaskan pikirannya dari masalahnya. Mendengar Yuta tertawa, memukulnya tiap kali pemuda Jepang itu menggodanya. Taeyong menghabiskan waktu menyenangkan dan mengalihkan pikirannya dari Jaehyun.

Jaehyun―

Apa yang dilakukannya hari ini? Apa dia, walau sedetik saja, memikirkannya? Taeyong tertawa pelan saat mengambil satu pil tidur. Merasa bodoh sendiri.

Apa dia merindukanku?

Taeyong menutup matanya, berusaha menghilangkan pikiran konyol itu dari kepalanya. Taeyong menolak berlaku cengeng, tapi ia selalu berakhir menangis setiap kali memikirkan Jaehyun. Baru saja ia hendak memasukkan pil tidur itu ke mulutnya, sosok lain yang tak ia sadari keberadaannya sudah lebih dulu mengambil pil itu. Membuangnya ke tempat sampah bersama botolnya.

"Youngho."

Sosok itu tersenyum sebelum menarik kursi, menaruhnya tepat di samping Taeyong dan mendudukan diri. "Tidak baik bergantung pada pil tidur."

Darimana dia tahu―

Johnny menyampirkan tangannya untuk memeluk Taeyong dari samping, yang sama sekali tak ditolak Taeyong yang justru menyamankan kepalanya di bahu Johnny. Harusnya rasanya canggung, harusnya ia menolak diperlakukan begini. Tapi pelukan ini terasa nyaman, dan Taeyong menyukainya. Membutuhkannya.

Patah hati―

Kenapa rasanya sesakit ini?

"Tidurlah, Yongie. Aku di sini," bisik Johnny pelan sambil mengusap kepala dari pemuda dalam pelukannya.

Taeyong menutup matanya perlahan.

.

Mereka sama sekali tidak sadar, ada sosok lain yang melihat mereka dari kejauhan.


To be Continued

.


A/N:

Karena selain JaeYong trash, aku juga suka YuTae dan JohnYong, jadi aja kelepasan belok TT

Terimakasih yang sudah fav, follow, dan review. Baca review kalian bikin semangat! Serius deh. Semangat buat bunuh Jaehyun di sini TT Maaf juga jika ada typo dan ceritanya semakin aneh bin menye-menye. Iya tahu kok TT

Btw, disini siapa yang obam gara-gara foto dispatch itu? Hominahomina, semuanya ganteng TT

Sudah ya, mau lanjut bobo karena lagi kurang enak badan. Cuacanya sedang tak menentu. Jadi, jaga kesehatan kalian juga supaya ga sakit ya^^

Daaaaaan Happy #SaturdayWithJaeYong semuanya~


REVIEW JUSEYONG?